TRAUMA KEPALA
RSUD KOTA MAKASSAR
Pendahuluan Bisa merupakan kasus gawat darurat kerusakan kulit dan jaringan subkutan, tulang tengkorak, jaringan otak, saraf otak, dan pembuluh darah. Insiden pria : wanita = 2 : 1 Mortalitas pria : wanita = 3,4 : 1 Resiko tertinggi : usia 15-30 tahun.
KLL (jatuh)
PERKELAHIAN
KECELAKAAN KERJA (baik di rumah / pada saat olah raga)
Anatomi Kepala Scalp
Tulang tengkorak
Calvaria Basis cranii
Meningen Ruang subduraL
Ruang subarachnoid
Otak
Kulit kepala 5 lapisan (SCALP)
Skin Connective tissue Aponeorosis galea Loose areolar tissue Perikranium
Calvaria
Os. Frontalis, Os. Parietalis, Os. Ocipitalis, Os. temporalis
Basis Cranii Fossa anterior(menampung traktus olfaktorius dan permukaan basal dari lobus frontalis, dan hipofise) Fossa media (tempat untuk permukaan basal dari lobus temporal, hipotalamus, dan fossa hipofiseal di tengah) Fossa posterior (tempat untuk cerebellum, pons, dan medulla).
Meningen
Epidural ( ektradural) Durameter Bagian endosteal Bagian meningeal a. meningeal Ruang subdural Bridging vien Arachnoid Ruang sub arachnoid CSS
Piameter
Struktur Otak
Lobus frontal fungsi emosi, fungsi motorik, sisi dominan mengandung area bicara motorik. Lobus parietal fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal fungsi memori tertentu. Lobus occipitalis penglihatan. Batang otak: mesensefalon, pons, dan medula oblongata (MO). Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular (untuk kesadaran dan kewaspadaan). MO pusat kardiorespiratorik Serebelum fungsi koordinasi dan keseimbangan
CSS ( cairan serebrospinal) Normal produksi cairan serebrospinal adalah 0,20,35 mL per menit atau sekitar 500 mL /24 jam Foramen Monroe
Aquadutus Sylvii
Foramen Luscha dan Magendi
Fisiologi Otak REGULASI ALIRAN DARAH OTAK : Normal : 50 – 60 cc / 100 g jaringan otak per menit. ( 1 / 5 dari curah jantung ). Bila aliran darah berkurang akan terjadi iskemik (sel neuron kehilangan fungsi) infark (kematian sel neuron) Faktor – faktor yang terlibat dalam penyesuaian aliran darah serebral Faktor ekstrinksik : 1. Tekanan darah sistemik 2. Kemampuan jantung untuk mempompa darah 3. Kualitas pembuluh darah 4. Kualitas darah
Faktor inktrinsik : 1. Auto regulasi arteri serebral 2. Faktor biokimia regional 3. Sistim saraf otonom
Dalam keadaan normal naik dan turunnya tekanan darah sistemik tidak menyebabkan berkurangnya aliran darah otak selama MABP 70 mmHg – 140 mmHg, karena adanya auto regulasi. 3 faktor metabolik aliran darah serebral: konsentrasi O2, konsentrasi CO2, konsentrasi ion hidrogen. Tekanan CO2 << dan O2 >> terjadi vasokonstriksi
Fisiologi otak Volume otak ditentukan oleh jaringan otak, darah cerebral dan cairan serebrospinal. Apabila volume salah satu bertambah, yang lainnya akan berkurang. Bila kemampuan mengkompensasi perubahan volume terlewati maka tekanan intra kranial akan meningkat. Volume vena Volume vena
Volume arteri Volume arteri
Volume Volume otak vena
otak
otak
CSS Masa/ hematoma
Masa/ hematoma
Herniasi
CSS
arteri
CSS
Rongga kranium adalah ruangan yang tetap, tidak berkurang ataupun bertambah
Trias cushing : hipertensi ,bradikardi , bradipnea Herniasi
TIK normal saat istirahat: 10 mmHg, bila > 20 mmHg keadaan memburuk Kurva Volume – tekanan
Trauma Kepala
Definisi trauma pada kepala tanpa menyebabkan gangguan dari fungsi jaringan otak. Sedangkan
cidera otak adalah trauma pada kepala yang disertai oleh gangguan fungsi dari otak baik fungsi motorik, sensorik atau autonom.
Tumpul
Klasifikasi Trauma Kepala
Mekanisme
Tembus Calvaria Fraktur cranium
TRAUMA KEPALA
Basis cranii
Perdarahan Epidural
Lesi Fokal
Perdarahan Subdural
Lesi Difus
Perdarahan Intraserebral
Morfologi Lesi intracranial
Ringan
Beratnya
Sedang Berat
Komosio ringan Komosio klasik Cedera akson difus
GCS (Glasgow Coma Scale) EYE
VERBAL
MOTORIK
(kemampuan membuka
(kemampuan
(kemampuan motorik)
mata)
komunikasi)
• Secara spontan (4)
• Orientasi baik (5)
• Kemampuan menurut
• Atas perintah (3)
• Jawaban kacau (4)
• Rangsangan nyeri (2)
• Kata2 tidak berarti (3) • Reaksi setempat (5)
• Tidak bereaksi (1)
• Mengerang (2)
• Menghindar (4)
• Tidak bersuara (1)
• Fleksi abnormal (3)
perintah (6)
• Ekstensi (2) • Tidak bereaksi (1)
Cedera kepala berdasarkan GCS Cedera Kepala Ringan (CKR)
Cedera Kepala Sedang (CKS)
Cedera Kepala Berat (CKB)
GCS 14-15
GCS 9-13
GCS 3-8
Tidak ada kehilangan kesadaran, jika ada < 10 menit
Pingsan > 10 menit
Gejala serupa dengan CKS hanya lebih berat
Pusing (+) / sakit kepala (+)
Sakit kepala, mual, muntah, kejang, amnesia retrogad
Penurunan kesadaran secara progresif
Muntah, amnesia retrogad, kelainan neurologis (-)
Pemeriksaan neurologis: kelumpuhan saraf dan anggota gerak
Ada Fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak yang lepas
Hematoma Epidural
Perdarahan yang terjadi di antara tabula internaduramater Hematoma massif akibat pecahnya a. meningea media atau sinus venosus Tanda diagnostik klinis : Lucid
interval (+) Kesadaran makin menurun Late hemipareseontralateral lesi Pupil anisokor Babinsky (+) kontralateral lesi Fraktur di temporal
Epidural Hematom Diagnostik : CT scan otak gambaran hiperdens di tulang tengkorak dan dura, umumnya di daerah temporal dan tampak bikonveks.
Hematoma Subdural
Perdarahan terjadi di antara duramater-arakhnoid akibat robeknya “bridging vein” Jenis : Akut
: lucid interval 0-5 hari Subakut : lucid interval 5-minggu Kronik : lucid interval > 3 bulan Gejala dan tanda klinis : sakit kepala kesadaran menurun + / -
Subdural Hematoma
Diagnostik : CT Scan otak ditemukan gambaran hiperdens diantara duramater dan araknoid, umumnya karena robekan dari bridging vein dan tampak seperti bulan sabit.
Hematoma Subarachnoid
Gejala dan tanda klinis : kaku kuduk nyeri kepala bisa terdapat gangguan kesadaran Diagnosis: CT Scan Adanya perdarahan di ruang subaraknoid.
Hematoma Intraserebral
Adalah perdarahan parenkim otak, disebabkan karena pecahnya arteri intraserebral mono atau
multiple
Fraktur Basis Cranii
Anterior Rhinorrhea Perdarahan bilateral periorbital ecchymosis (raccoon eye) Anosmia
Media Otorrhea Gangguan nervus VII dan VIII
Posterior
Bilateral mastoid ecchymosis/Battle’s sign
Diagnostik Tes halo / tes betadin : memastikan cairan serebrospinal CT scan
Lesi Intracranial Komosio cerebri ringan • Kesadaran tidak terganggu
• Disfungsi neurologis sementara • Bisa pulih kembali tanpa gejala sisa
Komosio cerebri klasik • Gangguan kesadaran • Amnesia retrograd
• Defisit neurologis
Cedera axonal difuse • Koma pasca cedera yang berlangsung lama
• Setelah pulih tetap dalam kedaan cacat berat • Gejala disfungsi otonom
Penanggulangan Trauma Kapitis
Primary Survey Airway
Circulation
Bebaskan jalan nafas dengan memeriksa mulut, bila perlu lakukan intubasi. Pastikan pernafasan adekuat, bila ada gangguan nafas beri oksigen sesuai dengan kebutuhan. Pertahankan TD > 90 mmHg, beri cairan IV
Disability
Vital sign, GCS, pupil, refleks patologis, luka-luka, anamnesa.
Exposure
Status lokalis kepala.
Breathing
Secondary Survey Laboratorium
:
Darah
: Hb, leukosit, trombosit, ureum, kreatinin, GDS, AGD, elektrolit Urine : perdarahan +/ Radiologi :
Foto polos kepala Ap/lateral/tangensial CT scan otak Foto indikasi lain : servikal
Terapi Operasi
bila ada indikasi Penanganan luka Pemberian obat sesuai dengan kebutuhan
Kasus Ringan
Pemeriksaan status umum dan neurologi. Perawatan luka-luka. Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga selama 48 jam. Edukasi :
Pasien kembali ke RS bila di rumah terjadi hal-hal berikut : Pasien cenderung. Sakit kepala yang semakin berat. Muntah proyektil.
Dirawat apabila :
Ada gangguan orientasi. Sakit kepala dan muntah. Taidak ada yang mengawasi di rumah. Letak rumah jauh dan sulit kembali dari RS.
Tata Laksana Trauma Kapitis Sedang dan Berat (GCS 3-13) • •
•
Lanjutkan penanganan ABC Pantau tanda vital (TNSP), pupil, GCS, gerakan ekstremitas, sampai pasien sadar. Pantauan tiap 4 jam GCS 15 Perhatian khusus mencegah terjadinya hipotensi.
Hindari terjadi kondisi sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik < 90 mm Hg Suhu > 38 derajat Celcius Frekuensi nafas > 20 x / menit
Cegah
kemungkinan terjadinya tekanan tinggi intrakranial Posisi
kepala ditinggikan 30. Bila perlu dapat diberikan Manitol 20 %. Berikan analgetika, dan bila perlu dapat diberikan sedasi jangka pendek. Atasi
komplikasi :
Kejang
dengan pemberian profilaksis OAE selama 7 hari untuk mencegah immediate dan early seizure. Pada kasus risiko tinggi infeksi akibat fraktur basis kranii / fraktur terbuka berikan profilaksis antibiotika, sesuai dosis infeksi intrakranial selama 10-14 hari. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat . Roboransia, neuroprotektan (citicoline), nootropik sesuai indikasi.
Indikasi Operasi
EDH (Epidural Hematoma) >
40 cc + midline shifting pada temporal / frontal / parietal dgn fungsi batang otak masih baik. > 30 cc pada fossa posterior dengan tanda-tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik. EDH progresif. EDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi.
Indikasi Operasi
SDH (Subdural Hematoma) SDH
luas (> 40 cc / > 5 mm) dengan GCS > 6, fungsi batang otak masih baik. SDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi. SDH dengan edema serebri / kontusio serebri disertai midline shift dengan fungsi batang otak masih baik.
Indikasi Operasi
ICH (Intraserebral Hematoma) pasca trauma Penurunan kesadaran progresif. Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda gangguan nafas (Cushing reflex). Perburukan defisit neurologi fokal. Fraktur kranii dengan laserasi serebri Fraktur kranii terbuka Edema serebri berat yang disertai tanda peningkatan TIK, dipertimbangan operasi dekompresi.
medpics.findlaw.com/imagescooked/986W.jpg
DAFTAR PUSTAKA Atlanta (GA): Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Injury Prevention and Control; 2010. Moeller T. B. , Reif T. Pocket Atlas of Sectional Anatomy. Cranial CT. 2-42. Edition III, vol. I. NY : 2007. Traumatic Brain Injury. Available at : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/traumaticbraininjury/ Accessed on : 17th August 2013. Werner C, Engelhard K, Pathophysiology of Traumatic Brain Injury. British Journal of Anaesthesia 2007 : 99(I) :4-9 Kenneth W. Lindsay and friends; Section IV localised Neurological Disease and Its management A Intracranial “HEAD INJURY”; Neurology and Neurosurgery Illustrated, Third Edition, Churcil Livingston, 1997; page 214-233. Olson D. A. Head Injury. Updated : 1 April 2013. Available at : http://www.emedicine.medscape/ Denise L Morales; Brain Contusion Imaging, Emedicinie, Updated: http://emedicine.medscape.com/article/337782 Feb 22, 2010. Brain Injury. Available at : http://www.cdc.gov/traumaticbraininjury/. Accessed on: 17th August 2013. Syamsuhidayat, R. Wim, de Jong. Buku-Ajar Ilmu Bedah, Ed.-2. Jakarta: EGC; 2004. Bouillon B, Kanz KG, Lackner CK, Mutschler W, Sturm J (October 2004). "[The importance of Advanced Trauma Life Support (ATLS) in the emergency room]".Unfallchirurg (in German) 107 (10): 844–50. Helmy A, Vizcaychipi M, Gupta A.K, Traumatic Brain Injury : Intensive care management, British Journal of Anaesthesia 2007 ; 99 ; 32-42. Faul M, Xu L, Wald MM, Coronado VG. Traumatic brain injury in the United States: emergency department visits, hospitalizations, and deaths. Williams, Norman S. Bailey and Love’s Short Practice of Surgery. Hodder Arnold. Great Britain. 2004