Bab 9 Anatomi Wajah dan Kelopak Mata WAJAH Dokter bedah yang akan melakukan manipulasi operatif pada daerah wajah harus memahami anatomi wajah. Beberapa plana struktural wajah meliputi kulit, jaringan subkutan, sistem muskuloaponeurotik superfisial (SMAS) dan otot-otot mimetik, fasia wajah dalam, dan plana yang berisi nervus fasialis, duktus parotis, dan lapisan lemak bukal. Fasia wajah superfisial yang merupakan ekstensi dari fasia servikal superfisial di leher, memiliki otot-otot mimetik wajah (platisma, zigomatikus mayor, zigomatikus minor, dan orbikularis okuli), yang merupakan komponen-komponen dari SMAS (Gambar 9-1A, B). SMAS mendistribusikan kontraksi otot wajah, yang memfasilitasi ekspresi wajah. Aksi otot-otot ini ditransmisikan ke kulit oleh perlekatan dengan ligamen yang terletak antara SMAS dan dermis. SMAS juga terhubung ke tulang di bawahnya melalui jaringan septa dan ligamen fibrosa. Oleh karena itu, sokongan pada daerah wajah ditransmisikan dari struktur-struktur dalam yang terfiksasi pada wajah hingga ke dermis di atasnya. Dua komponen utama sistem ini adalah ligamentum osteokutan (orbitomalar, zigomatik, dan mandibular) dan ligamen kutan fasial yang dibentuk oleh kondensasi fasia wajah superfisial dan dalam (parotidokutaneus dan maseterika). Seiring ligamen-ligamen ini menjadi lemak yang berbarengan dengan elastosis dermal wajah, penuaan wajah menjadi tampak jelas. Diseksi dan reposisi SMAS memiliki implikasi yang penting untuk operasi kosmetik wajah.
1
Gambar 9-1 A. Sistem muskuloaponeurotik superfisial (SMAS). Perlu dicatat bahwa nervus fasialis bercabang ke arah inferior menuju arkus zigomatikus dan menembus dalam ke SMAS. B. SMAS yang tampak selama prosedur face-lift. Penanda operasi horizontal menunjukkan batas arkus zigomatikus, dan garis-garis oblik menandakan area rencana eksisi SMAS selama prosedur ini. C. Potongan koronal wajah. Cabang temporalis nervus fasialis ditemukan di dalam bagian superfisial fasia temporoparietalis (ekstensi dari SMAS). Seiring SMAS berlanjut ke arah superior ke atas arkus zigomatikus, SMAS menjadi berkesinambungan dengan fasia temporoparietalis (juga dikenal sebagai fasia temporalis superfisialis). Di atasnya lagi, SMAS menjadi satu dengan galea aponeurotika. Di bawah jaringan areolar yang longgar dan fasia temporoparietalis, fasia temporalis profunda dari otot temporalis berpisah dan membungkus lapisan lemak temporalis, yang menciptakan lapisan profunda dan superfisial dari fasia temporalis profunda. Otot-otot mimetik (Gambar 9-2) dapat dikelompokkan menjadi bagian wajah atas dan bagian wajah bawah. Pada bagian wajah atas, otot-otot frontalis, korugator supersiliaris, dan proserus menciptakan gambaran dahi dan glabela. Orbikularis okuli bertugas menurunkan alis dan menutup kelopak mata. Otot frontalis mengangkat dahi, dan kontraksi otot ini menyebabkan ritid dahi secara transversal.
Gambar 9-2 Otot-otot Mimetik Wajah Pada wajah bagian bawah, otot-otot mimetik dapat dikategorikan menjadi superfisial atau profunda. Otot-otot mimetik superfisial, yang memperoleh suplai neurovaskularnya pada permukaan posterior, meliputi platisma, zigomatikus mayor, zigomatikus minor, dan risorius. Otot-otot mimetik profunda mendapatkan suplai neurovaskularnya dari anterior dan meliputi businator, mentalis, dan levator anguli oris. Otot-otot wajah lain meliputi orbikularis oris, levator labii superioris, levator labii superioris alaque nasi, depresor anguli oris, dan depresor labii inferioris, maseter, dan temporalis. 2
Pada leher, fasia servikalis superfisialis dan platisma berkesinambungan dengan SMAS, dan fasia servikal profunda ditemukan pada permukaan superfisial otot-otot strap, yang terletak superior terhadap os hyoid. Fasia servikalis profunda terletak di atas muskulus mielohioid dan terentang ke arah superior, di atas korpus mandibula. Fasia parotideomasenter adalah kelanjutan dari fasia servikal profunda dari leher. Nervus fasialis terletak profunda terhadap lapisan tipis ini di wajah bagiab bawah. Pada regio temporal, di atas arkus zigomatikus, fasia parotideomaseter berkesinambungan dengan fasia temporalis profunda, dan cabang temporal (frontal) dari nervus fasialis terletak superfisial terhadap lapisan fasia ini. Transisi cabang temporalis nervus fasialis dari profunda ke superfisial terjadi saat ramus temporalis menyeberangi arkus zigomatikus. Tindakan biopsi arteri temporalis superfisialis harus dilakukan dengan hati-hati, karena dekatnya letak ramus temporalis nervus fasialis, yang seoerti arterinya, terletak pada plana fasialis temporoparietalis. Nervus fasialis, yang merupakan nervus kranialis ketujuh (CN VII), mempersarafi otototot mimetik dan terbagi menjadi 5 cabang utama di dalam atau menembus dalam hingga kelenjar parotis (Gambar 9-3): temporal (frontal), zigomatik, bukal, marginal mandibular, dan servikal. Batas-batas yang menandai kedalaman nervus ini memiliki signifikansi spesial. Ada 2 plana operasi yang membantu dokter operator menghindari CN VII saat melakukan tindakan: diseksi dalam hingga SMAS dan hingga CN VII (di atas fasia temporalis profunda) di regio wajah bagian atas dan temporal; dan diseksi yang terletak superfisial dari SMAS dan cabang CN VII pada wajah bagian bawah. Kedua plana ini menghindari cabang nervus fasialis.
Gambar 9-3. Kelima cabang utama nervus fasialis. Perhatikan bahwa cabang-cabang ini berlanjut dari dalam kelenjar parotis hingga lapisan-lapisan yang lebih superfisial, seiring saraf ini menyeberangi arkus zigomatikus atau mencapai pinggir anterior dari SMAS. CN = Nervus kranialis.
3
Pada area temporal, cabang temporalis CN VII (lihat Gambar 9-3) menyeberangi arkus zigomatikus dan berlanjut superomedial dalam lapisan-lapisan profunda fasia temporoparietal. Fasia temporoparietal menjembatani SMAS wajah bagian bawah dengan galea aponeurotika wajah bagian atas. Bagian yang terletak lebih dalam ke fasia temporoparietalis adalah fasia temporalis profunda, yang merupakan fasia padat yang imobil yang terletak di atas muskulus temporalis (lihat Gambar 9-1C). Diseksi sepanjang fasia ini memungkinkan mobilisasi dahi temporal sambil menghindari ramus temporalis nervus fasialis yang terletak di atasnya. Hal ini adalah prinsip anatomis yang penting dalam prosedur brow-lifting dan forehead-lifting. Pada wajah bagian bawah, cabang-cabang nervus fasialis, nervus sensorik, jaringan vaskular, dan kelenjar serta duktus parotis terletah di dalam SMAS (lihat Gambar 9-1A dan 9-3). Diseksi yang terletak superfisial dari SMAS, kelenjar parotis, dan fasia parotideomaseterika pada wajah bagian bawah akan menghindari terjadinya cedera pada struktur-struktur ini. Wajah mendapatkan persarafan sensoriknya dari 3 cabang CN V: V1, oftalmika; V2, maksilaris; dan V3, mandibularis (Gambar 9-4). Cedera pada nervusnervus ini akan menyebabkan anestesi dan parestesi wajah. Untungnya, posisi cabangcabang distal yang saling bertumpukan membuat kemungkinan hilangnya sensasi sensorik permanen agak kecil terjadi, kecuali cedera terjadi pada bundel neurovaskular proksimal atau dengan disrupsi distal yang ekstensif, seperti yang tampak pada insisi koronal.
4
Gambar 9-4. Wajah memperoleh persarafan sensoriknya dari 3 cabang CN V: V1, oftalmika; V2, maksilaris; dan V3, mandibularis. KELOPAK MATA Untuk tujuan diskusi, kelopak mata dapat dibagi menjadi 7 lapisan struktural sebagai berikut: 1. Kulit dan jaringan ikat subkutan 2. Otot-otot protraksi 3. Septum orbitalis 4. Lemak orbitalis 5. Otot-otot retraksi 6. Tarsus 7. Konjungtiva Gambar 9-5 mencantumkan detail anatomi kelopak mata.
Gambar 9-5 Anatomi kelopak mata atas dan bawah. ROOF = Lapisan lemak okuli retroorbikularis. SOOF = Lemak okuli suborbicularis.
5
Kulit dan Jaringan Subkutan Kulit kelopak mata adalah kulit yang paling tipis di seluruh tubuh, dan bersifat unik karena tidak memiliki lapisan lemak subkutan. Berhubung lapisan kulit kelopak mata yang tipis sering terpapar pada pergerakan setiap kali mata berkedip, akan terjadi pengenduran seiring berjalannya usia. Pada kelopak mata atas dan bawah, jaringan pretarsal umumnya menempel dengan kuat ke jaringan di bawahnya, sedangkan jaringan preseptal lebih menempel dengan longgar, yang menciptakan rongga yang potensial terjadi penumpukan cairan. Kontur kulit kelopak mata dibentuk oleh lengkung kelopak mata dan lipatan kelopak mata. Lengkung kelopak mata menandai perlengkatan aponeurosis levator ke bundel orbikularis pretarsal dan kulit. Pada kelopak mata Kaukasia, lokasi ini dekat atau terletak setinggi batas superior tarsus. Lipatan kelopak mata atas terdiri dari kulit preseptal yang longgar dan jaringan subkutan di atas konfluensi aponeurosis levator dan septum. Variasi ras dapat ditemukan pada lokasi lengkung dan lipatan kelopak. Kelopak mata Asia biasanya memiliki lengkung kelopak mata yang lebih rendah, karena septum orbitalis kelopak mata Asia menyatu dengan aponeurosis levator antara margin kelopak mata dan batas superior tarsus (Gambar 6). Hal ini memungkinkan lemak preaponeurotik untuk menempati posisi yang lebih inferior dan anterior pada kelopak mata. Meskipun lengkung kelopak mata bawah tidak sejelas lengkung kelopak mata atas, perbedaan ras ini juga tampak pada kelopak mata bagian bawah.
Gambar 9-6 Variasi ras pada anatomi kelopak mata. Varian I (kiri): septum orbitalis menyatu dengan aponeurosis levator di atas tarsus. Varian II (Asia, kanan): septum orbitalis menyatu dengan aponeurosis levator antara margin kelopak mata dan batas superior tarsus, dan perlekatan aponeurosis dengan kulit lebih sedikit. Protraktor Otot orbikularis okuli adalah protraktor utama kelopak mata. Kontraksi otot ini, yang dipersarafi oleh CN VII, menyempitkan fisura palpebralis. Beberapa bagian dari otot ini juga memompa kelenjar lakrimal.
6
Otot orbikularis okuli dibagi menjadi bagian pretarsal, preseptal, dan orbital (Gambar 97). Bagian palpebral (pretarsal dan preseptal) sangat penting untuk pergerakan involunter kelopak mata (berkedip), sedangkan bagian orbital terlibat dalam penutupan mata yang disengaja. Otot orbikularis pretarsal berasal dari lapisan profunda dari crest lakrimal posterior, dan lapisan superior dari tendo kantus medial limb anterior (Gambar 9-8). Di dekat kanalikulus komunis, caput orbicularis pretarsal yang terletak di dalam bergabung membentuk bundel serat yang prominen yang dikenal sebagai otot Horner, yang berjalan di belakang bagian posterior tendok kantus. Otot Horner berlanjut ke arah posterior ke crest lakrimal posterior, tepat di belakang bagian posterior tendon kantus medialis. Segmen kelopak mata superior dan inferior dari orbukularis pretarsal bergabung di area kantus lateralis menjadi tendo kantus lateralis.
Gambar 9-7 Segmen muskulus orbikularis okuli.
Gambar 9-8 Perlekatan medial dari muskulus orbikularis okuli Orbikularis preseptal berasal dari batas atas dan bawah tendo kantus medial. Otot preseptal inferior muncul sebagai caput tunggal dari tendo komunis. Pada kelopak mata atas, otot preseptal memiliki caput anterior dari tendo komunis dan caput posterior dari bagian superior dan posterior dari tendo. Pada lateral, otot-otot preseptal membentuk raphe palpebral lateralis.
7
Bagian orbita dari otot orbikularis muncul dari bagian anterior tendo kantus medial, prosesus orbitalis dari os frontal, dan prosesus frontalis dari os maksilaris di depan crest lakrimal anterior. Serabut-serabutnya membentuk elips kontinu dan mengalami insersi tepat di bawah titik origonya. Pada margin kelopak mata, bundel serabut otot lurik spesial yang disebut otot Riolan, terletak lebih posterior dari porsi utama orbikularis dan menciptakan garis abu (Gambar 9-11). Otot Riolan memainkan peran sekresi kelenjar Meibom, berkedip, dan posisi bulu mata. Septum Orbitalis Septum orbitalis, yang merupakan lapisan tipis multipel yang terbentuk dari jaringan fibrosa, muncul dari periosteum di atas lingkar orbita superior dan inferior pada arkus marginalis. Pada kelopak mata atas, septum orbita bersatu dengan aponeurosis levator 2-5 mm di atas batas tarsal superior pada orang-orang non-Asia (Gambar 9-6). Pada kelopak mata bawah, septum orbita bergabung dengan fasia kapsulopalpebra tepat pada atau tepat di bawah batas tarsal inferior. Kompleks septum orbita kapsulopalpebra yang bergabung ini, beserta sedikit bagian otot polos tarsus inferior, mengalami insersi pada permukaan posterior dan anterior tarsal, dan batas inferior dari tarsus. Sebagai akibat penuaan, septum pada kelopak mata atas dan bawah akan mengalami penipisan. Penipisan septum dan otot orbikularis menyebabkan herniasi anterior lemak orbita pada kelopak mata yang mengalami penuaan. Lemak Orbita Lemak orbita terletak posterior terhadap septum orbitalis, dan anterior terhadap aponeurosis levator (kelopak mata atas) atau fasia kapsulopalpebralis (kelopak mata bawah). Pada kelopak mata atas, terdapat 2 kantung lemak: nasal dan sentral. Pada kelopak mata bawah, terdapat 3 kantung lemak: nasal, sentral, dan temporal. Kantungkantung ini dikelilingi oleh kapsula fibrosa tipis yang merupakan kelanjutan anterior dari sistem orbitoseptal anterior. Bantalan lemak orbita sentral adalah penanda anatomis yang penting pada operasi kelopak mata elektif dan reparasi laserasi kelopak mata, karena terletak tepat di belakang septum orbita, dan di depan aponeurosis levator. Retraktor Retraktor kelopak mata atas adalah otot levator palpebra superior dengan aponeurosisnya, dan otot tarsus superior (otot Muller). Pada kelopak mata bawah, retraktornya adalah fasia kapsulopalpebra dan otot tarsal inferior. Retraktor Kelopak Mata Atas Otot levator berasal dari apeks orbit, muncul dari periorbita dari sayap kecil sfenoid, tepat di atas anulis Zinn. Bagian muskular levator memiliki panjang sekitar 40 mm; aponeurosisnya memiliki panjang 14-20 mm. Ligamentum transversalis superior (ligamentum Whitnall) adalah lapisan serat elastin yang mengelilingi otot levator.
8
Ligamentum ini terletak di area otot levator bertransisi menjadi aponeurosis levator (Gambar 9-9).
Gambar 9-9 Anatomi suspensori dan fibrosa dari kelopak mata Ligamen Whitnall berfungsi secara primer sebagai suport suspensori untuk kelopak mata atas dan jaringan orbita superior. Ligamentum juga berperan sebagai fulkrum untuk levator, yang memindahkan ventor gayanya dari antero-posterior menjadi supero-inferior. Analoginya pada kelopak mata bawah adalah ligamentum Lockwood. Secara medial, ligamentum Whitnall menempel pada jaringan ikat di sekitar troklea dan tendo oblik superior. Secara lateral, ligamentum ini membentuk septa melalui stroma kelenjar lakrimal, kemudian melengkung ke atas untuk berlekatan ke bagian dalam dinding orbita lateralis, sekitar 10 mm di atas tuberkel orbita lateralis, dengan sekelompok serabut otot kecil yang bersambung ke arah inferior untuk berinsersi ke retinakulum lateralis. Ligamentum Whitnall terkadang sulit dibedakan dengan horn dari aponeurosis levator. Namun, horn aponeurosis levator terletak lebih inferior dan dekat kantus. Horn lateral berinsersi ke tuberkel orbitalis lateral; horm medial berinsersi ke crest lakrimal posterior. Horn lateral aponeurosis levator cukup kuat, dan membagi kelenjar lakrimal menjadi lobus orbital dan palpebral, dan melekat dengan kuat ke tuberkel orbitalis. Horn medial aponeurosis tidak sekuat horn lateral, dan membentuk perlekatan konektif longgar ke bagian posterior tendo kantus medial dan ke crest lakrimal posterior. Seiring aponeurosis levator yang berlanjut hingga tarsus, aponeurosis ini terbagi menjadi bagian anterior dan posterior, pada jarak yang berbeda-beda dari batas tarsal superior. Bagian anterior terdiri dari serat-serat tipis aponeurosis yang mengalami insersi ke septa antara bundel otot orbikularis pretarsal dan kulit. Perlekatan-perlekatan tipis ini bertanggung jawab terhadap letak yang dekat antara kulit pretarsal dan otot orbikularis pada tarsus di bawahnya. Lengkung kelopak mata atas dibentuk oleh bagian paling atas dari perlengketan ini dan dengan kontraksi kompleks levator di bawahnya. Lipatan kelopak mata atas dibentuk oleh kulit, lemak, dan otot orbicularis di atas lengkung kelopak mata. Otot levator dipersarafi oleh divisi superior CN III, yang juga mensuplai otot rektus superior. Kondisi palsi divisi superior, yang berakibat pada ptosis dan penurunan kemampuan pandangan ke atas, menandai disrupsi intraorbital CN III.
9
Bagian posterior dari aponeurosis levator berinsersi secara kuat ke permukaan anterior separuh bawah tarsus. Bagian ini paling kuat melekat pada sekitar 3 mm di atas margin kelopak mata, dan melekat secara longgar pada 2-3 mm di atas tarsus. Disinsersi, dehisens, atau rarefaction aponeurosis setelah operasi okular atau akibat inflamasi intraokular, trauma kelopak mata, atau penuaan dapat menyebabkan ptosis. Otot Muller berawal pada permukaan bawah muskulus levator palpebra superior, sekitar setinggi ligamentum Whitnall, 12-14 mm di atas margin tarsal superior. Otot levator terbagi menjadi cabang anterior yang menjadi aponeurosis, dan cabang posterior, yang menjadi otot Muller. Otot polos yang dipersarafi sistem simpatik ini berekstensi secara inferior untuk berinsersi sepanjang batas atas tarsus superior. Otot ini menyebabkan sekitar 2 mm elevasi kelopak mata atas; jika fungsi ini terganggu (seperti pada sindroma Horner), ptosis ringan akan terjadi. Otot Muller secara kuat menempel ke konjungtiva yang berdekatan di posterior, terutama tepat di atas batas tarsus superior. Arcade arteri perifer ditemukan antara aponeurosis levator dan otot Muller, tepat di atas batas tarsus superior. Arcade vaskular ini berfungsi sebagai pembatas operasi yang berguna untuk identifikasi otot Muller. Retraktor Kelopak Mata Bawah Fasia kapsulopalpebra pada kelopak mata bawah merupakan analogi aponeurosis levator pada kelopak mata atas. Fasia ini berasal dari kaput kapsulopalpebra dari penempelan ke serabut otot terminal dari otot rektus inferior. Kaput kapsulopalpebra terbagi saat melingkari otot oblik inferior dan bersatu dengan selubung otot oblik inferior. Di bagian anterior terhadap muskulus oblik inferior, 2 bagian kaput kapsulopalpebra bergabung membentuk ligamentum suspensorium Lockwood. Fasia kapsulopalpebra berekstensi secara superior dari titik ini, yang merentangkan lembaran-lembaran fasia hingga forniks konjungtiva inferior. Fasia kapsulopalpebra menyelimuti batas tarsus inferior, setelah ia bergabung dengan septum orbitalis.
10
PERTIMBANGAN ANATOMIS TAMBAHAN JARINGAN IKAT Bantalan Lemak Suborbikularis Di dalam otot orbicularis yang berada di atas periosteum maksilaris dan zigomatikus adalah plana lemak non-septa yang dinamakan lemak okuli suborbikularis (SOOF). Lemak ini sebanding dengan lemak okuli retroorbikularis (ROOF) yang terletak di superior, yang berada dalam pada alis dan berekstensi hingga kelopak mata, dimana ia bersatu dengan fasia paskaorbikularis di kelopak mata atas (Gambar 9-5). SOOF memainkan peran yang pentng dalam proses penuaan akibat penurunan gravitasional yang bertahap dari jaringan lunak midfasial. Reposisi SOOF dilakukan untuk mendukung retraksi involusional dan sikatrik dari kelopak mata bawah. Pada prosedur-prosedur estetik, elevasi SOOF mengembalikan kontur kelopak mata bawah dan jaringan lunak midfasial yang tampak lebih muda. Serupa dengan ini, ROOF mengalami penurunan gravitasional, yang menyebabkan tertumpuknya lipatan kulit kelopak mata superior. ROOF yang berubah posisi ini dapat disalahartikan sebagai kelebihan lipatan kelopak mata atas yang telah ada sebelumnya dan bantalan lemak preaponeurotik yang mengalami prolaps pada kelopak mata atas. Pada beberapa pasien, penting untuk memodifikasi ROOF yang menurun selama blefaroplasti untuk mencapai hasil fungsional dan estetik yang memadai. Tendo Kantus Susunan fisura palpebra dipertahankan oleh tendo kantus medial dan lateral yang berhubungan dengan plat tarsal yang berlekatan dengannya. Dua origo tendo kantus medialis dari crest lakrimal anterior dan posterior yang terletak temporal dari sakus lakrimalis dan terbagi lagi menjadi bagian atas dan bagian bawah yang melekat pada plat tarsal atas dan bawah. Penempelan tendo ke periosteum yang terletak di atas crest lakrimal anterior bersifat difus dan kuat; perlekatan ke crest lakrimal posterior lebih lembut namun penting untuk mempertahankan kedekatan posisi kelopak mata terhadap bola mata, yang menjaga pungtum lakrimal tetap terletak di tear lake. Tendo kantus lateralis menempel sebagai tuberkel orbita lateralis pada bagian dalam lingkaran orbita. Tendo ini terbagi menjadi cabang superior dan inferior yang melekat pada plat tarsal. Pemotongan, peregangan, atau disinsersi salah satu tendo kantus biasanya menyebabkan masalah-masalah kosmetik atau fungsional seperti telekantus dan kelemahan kelopak mata horizontal. Instabilitas kelopak mata horizontal biasanya diakibatkan oleh pemanjangan kantus lateral. Tendo kantus lateral biasanya berinsersi 2 mm lebih tinggi dari tendo kantus medial, yang menyebabkan fisura palpebra horizontal normal berbentuk slope ke atas medial ke lateral. Insersi dari tendo kantus lateral yang terletak inferior terhadap tendo kantus medial menyebabkan fisura palpebra horizontal menungkik ke bawah.
11
Margin Kelopak Mata Margin kelopak mata adalah konfluens dari permukaan mukosa konjungtiva, pinggiran orbikularis dan epitel kutaneus. Sepanjang margin ini, terletak bulu-bulu mata dan kelenjar mata, yang menyediakan perlindungan terhadap permukaan okular. Perbatasan mukokutaneus margin kelopak mata sering salah disebut sebagai gray line. Gray line adalah bagian terpisah dari otot orbikularis pretarsal (Riolan) yang terletak tepat anterior terhadap tarsus. Perbatasan mukokutan terletak posterior terhadap orifisium kelenjar meibom pada margin kelopak mata (Gambar 9-11). Fisura palpebra horizontalis memiliki panjang sekitar 30 mm. Bagian utama dari margin, yang dinamakan margin siliaris, memiliki ujung anterior dan posterior yang berbatas jelas. Pada bagian medial pungtum dan ΒΌ lateral kelopak mata, margin kelopak mata lebih tipis.
Gambar 9-11 Anatomi margin kelopak mata Bulu Mata Pada kelopak mata atas, terdapat sekitar 100 bulu mata (atau silia), dan pada kelopak mata bawah sekitar 50 bulu mata. Bulu-bulu mata ini biasanya bermula pada bagian anterior margin kelopak mata, anterior terhadap plat tarsal dan membentuk 2-3 baris ireguler. Beberapa silia dapat ditemukan pada karunkula. Kelenjar Meibom Kelenjar meibom bermula pada tarsus dan berjumlah sekitar 25 pada kelopak mata atas dan 20 pada kelopak mata bawah. Selama bulan kedua kehamilan, unit pilosebaseus berdiferensiasi menjadi bulu mata dan kelenjar meibom. Potensialitas dual ini enjelaskan mengapa saat seseorang mengalami trauma atau iritasi kronik, sebuah folikel bulu mata dapat tumbuh dari kelenjar meibom (acquired distichiasis). Serupa dengan ini, tambahan baris bulu mata yang muncul dari orifisium meibom dapat muncul sejak lahir (congenital distichiasis). Kelenjar meibom adalah kelenjar sebasea yang berkontribusi terhadap lapisan lipid pada tear film (lapisan air mata) melalui sekresi holokrin yang dimodifikasi.
12
Suplai Vaskular dan Limfatik Vaskularitas kelopak mata yang ekstensif mempercepat penyembuhan dan membantu pertahanan dari infeksi. Suplai arteri kelopak mata datang dari 2 sumber utama: (1) arteri karotis interna melalui arteri oftalmika dan cabang-cabangnya (supraorbital dan lakrimal), dan (2) arteri karotis eksterna melalui arteri-arteri wajah (angular dan temporal). Sirkulasi kolateral antara 2 sistem ini bersifat ekstensif, yang beranastomosis sepanjang kelopak mata atas dan bawah dan membentuk arkade marginal dan periferal. Arkade arterial marginal terkadang sulit dibedakan dari arkade arterial perifer. Pada kelopak mata superior, arkade marginal terletak 2 mm di atas margin, dekat folikel silia dan anterior terhadap plat tarsal. Arkade perifer terletak di atas tarsus, di antara aponeurosis levator dan otot Muller (Gambar 9-5). Kelopak mata bawah seringkali hanya memiliki 1 arkade arterial, yang terletak pada batas tarsus inferior. Drainase vena kelopak mata dapat dibagi menjadi sistem preseptal, yaitu jaringan preseptal mengalami drainase ke vena angular (medial) dan vena temporalis superfisialis (lateral), dan sistem paskaseptal, yaitu drainase mengalir ke vena orbita dan cabangcabang vena fasialis anterior dan pleksus pterigoid yang lebih dalam. Vena-vena limfatik yang merupakan jalur drainase bagian medial kelopak mata akan bermuara ke nodus limfatik submandibularis. Saluran-saluran limfe yang berfungsi pada bagian lateral kelopak mata mengalami drainase ke nodus preaurikularis superfisial dan kemudian ke nodus servikalis yang lebih dalam.
***
13