I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Embriologi merupakan ilmu tentang pembentukan, pertumbuhan pada tingkat permulaan dan perkembangan embrio. Cakupan ini meluas kepada masalah persiapan untuk terjadinya pembuatan serta masalah pembiakan pada umumnya. Periode pertumbuha embrio terdiri dari beberapa periode diantaranya yaitu periode persiapan, periode pembuahan, periode pertumbuhan awal. Periode ini terdiri dari empat tingkat yaitu: tingkat pembelahan, tingkat blastula, tingkat gastrula dan tingkat tubulasi. Fase fertilisasi merupakan proses penggabungan atau peleburan sel kelamin jantan dan betina yang membentuk zigot. Peleburan dua sel kelamin ini meliputi inti dan sitoplasma. Kebanyakan fertilisasi bagian kepala spermatozoon sampai bagian tengah (middle piece) masuk ke dalam telur. Sitoplasma spermatozoon sangat sedikit melebur dengan ooplasma yang dapat menyebabkan aktifasi telur untuk berkembang. Penggabungan cairan inti dan sitoplasma menyebabkan perubahan fisiologis yang menunjang proses fertilisasi. Sperma dan sel telur yang menyatu selama fertilisasi atau pembuahan, menghasilkan jenis sel yang sangat terspesialisasi yang dihasilkan melalui serangkaian peristiwa perkembangan yang kompleks dalam testis dan ovarium induk. Fungsi utama fertilisasi adalah untuk meyatukan kumpulan kromosom haploid dari dua individu menjadi sebuah
sel diploid tunggal yaitu zigot. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan praktikum yang berjudul embriologi katak.` B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada praktikum
ini
adalah
bagaimana
perkembangan katak dari fertilisasi sampai pada tingkat perkembangan larva? C. Tujuan Praktikum Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah untuk mempelajari perkembangan katak dari fertilisasi sampai pada tingkat perkembangan larva. D. Manfaat Praktikum Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah dapat mengetahui perkembangan katak dari fertilisasi sampai pada tingkat perkembangan larva.
III.TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Katak Katak merupakan komoditas perikanan yang sangat penting, baik untuk konsumsi dalam negara maupu ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negara-negara Eropa, Amerika dan beberapa negara Asia. Selain rasanya enak, katak juga mempunyai kandugan protein yang tinggi. Karena adanya kelebihan dari katak tersebut, tidak mengherankan bila permintaan permintaan katak dari negara-negara tersebut tiap tahunnya terus meningkat. Ini merupakan peluang yang sangat besar bagi negara kita untuk meningkatkan ekspor, sebagai sumber devisa. Negara yang berasal dari komoditas nonmigas ( Kasmeri, 2016). B. Habitat Katak Jenis-jenis katak yang bersifat akuatik ataupun semi-akuatik selalu melakukan pergerakan pindah tempat untuk menjauhi atau mendekati perairan. Berdasarkan penelitian Inger(2009) jenis-jenis katak asli hutan yang bersifat semi-akuatik dapat melakukan perpindahan tempat sampai lebih dari 200 meter dari perairan, sedangkan jenis yang bersifat semiarboreal dapat berada lebih dari satu meter di atas vegetasi sekitar perairan ( Kurniati, 2011). C. Faktor yang Mempegaruhi Pertumbuhan pada Katak
Lama pengeraman telur katak tergantung pada spesies dan beberapa faktor luar. Bila suhu rendah maka akan membelah enzin choroin tidak bekerja dan membuat embrio lama melarutkan kulit telur sehingga proses penetasan lama terjadi. Hal ini didukung oleh Effendi (2002) menyatakan faktor luar yang mempengaruhi pengeraman telur adalah suhu air. Suhu merupakan faktor penting dalam mempengaruhi proses perkembangan embrio, daya tetes telur dan kecepatan penyerapan kuning telur ( Kasmeri dan Safitri, 2014). D. Proses Fertilisasi pada Katak
Fertilisasi dilakukan sesaat setelah katak betina dapat dipijahkan dan ditambahkan larutan sperma. Pemijahan dilakukan 14 sampai 16 jam setelah injeksi, dengan cara melakukan stripping dibagian dorsal menuju kloaka, sedangkan sperma diperoleh dari sepasang testis katak Fejervarya candrivora jantan untuk masing-masing katak betina yang dapat dipijah. Fertilisasi dilakukan dalam bak plastik steril, sepuluh menit setelah fertilisasi, bak dialiri dengan dechlorinated water untuk pemeliharaan embrio hingga menetas ( Putri, dkk 2013).
E.
Tahap Perkembangan Embrio Katak Tahap perkembangan embrio pada makhluk hidup sering dikenal dengan istilah embriogenesis yang dimana pada semua hewan memiliki
prinsip yang sama hanya berbeda dari segi waktu. Pada katak memiliki perkembangan embrio da metamorfosis yang dengan beberapa stadia sebagai berikut, stadia 1 dengan ciri adanya perubahan embrio hingga bagian yang gelap paling atas, stadia 2 sudah terlihat adanya warna kelabu pada bagian yang berlawanan dengan bagian yang gelap paling atas, selanjutnya stadia 3-7 terjadi pembelahan sel menjadi 2,4,8,16 dan 32 bagian stadia 8-9 terdapat perbedaan ukuran serta kecerahan telur secara keseluruuhan dan pada stadia 10-12 terdapat lingkaran putih sampai pada stadia terbentuknya organ sehingga menyerupai katak dewasa yaitu stadia 45-46 ( Hartanto, 2007).
III.METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum embriologi katak dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 26 Maret 2019 pukul 08:00-10.00 WITA di laboratorium Biologi Unit Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari. B. Alat Praktikum Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan kegunaan No Nama Alat 1 2 1. Mikroskop 2. Alat bedah 3.
Papan seku
4. 5.
Cawan petri toples
6. 7. 8.
Kapas Kaca preparat Kamera
9.
Alat tulis
Jumlah Kegunaan 3 4 2 Untuk mengamati telur katak 2 Untuk membedah katak (Rana sp) 2 Untuk meletakkan objek yang dibedah 2 Untuk meletakkan telur katak 2 Tempat membius objek yang diamati 1 Media pembiusan objek 2 Untuk meletakkan telur katak 3 Untuk mengambil gambar pengamatan 1 Untuk mencatat hasil amatan
C. Bahan Praktikum Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan dan keguna No Nama Bahan 1 2 1. Katak/telur katak
Jumlah Kegunaan 3 4 10 Sebagai bahan pengamatan
Tabel 2. Lanjutan 1 2 2. Alkohol
3 1
4 Untuk membius katak (Rana sp)
D. Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum embriologi katak yaitu: 1. Menyiapkan katak bunting (Rana sp.) 2. Membius katak (Rana sp.) dengan menggunakan alkohol 3. Menyimpan katak (Rana sp.) di atas gabus dan melekatkannya dengan jarum pentul 4. Membedah katak (Rana sp.) 5. Memisahkan telur dan tubuh katak dan memberikan Nacl agar tetap utuh seperti di dalam perut 6. Mengamati polus animalis vegatitivus dan vegetalnya di bawah mikroskop.
Daftar Pustaka
Hartanto, R., 2007, Biologi Kodok Lembu atau Bullfrog, (Rana Catesbeiana Shaw), Universitas Diponegoro, Malang. Kasmeri, R., 2016, Poliploidisation Analysis of Frog Rana Cancrivora Poliploidisasi Katak Rana Cancrivora, Jurnal Bioconcetta, 2(2):40 Kasmeri, R., dan Safitri, E., 2014, Induksi Kejutan Suhu 36 C Terhadap Perkembangan Embrio dan Keberhasilan Poliploidiasasi Katak, Jurnal Pelangi, 6(2):143 Kurniati, H., 2011, Pengaruh Dinamika Faktor Lingkungan Terhadap Sebaran Horisontal dan Vertikal Katak, Jurnal biologi Indonesia, 7(2):331 Putri, A.R.I., Kurniawan, N., dan Marhendra, A.P.W., 2013, Pengaruh Hormon Hipofisia dan Ovaprim Terhadap Ovulasi Katak serta Perbedaan Pakan Terhadap Pertumbuhan Berudu Katak, Jurnal Biotropika, 1(5):192