MAKALAH KEPERAWATAN HIV/AIDS
Dukungan Nutrisi Pada ODHA
Dosen Pembimbing: Ninuk Dian Kuniawati, S.Kep., Ns., MANP Disusun Oleh: Cucu Eka Pertiwi
(131611133007)
Erva Yulinda M
(131611133015)
Ayu Saadatul Karimah
(131611133020)
Rizki Jian Utami
(131611133032)
Locita Artika Isti
(131611133008)
Dwi Utari Wahyuning P
(131611133035)
Annisa Fiqih.
(131611133045)
Septin Srimentari L. D.
(131611133046)
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA AGUSTUS, 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah keperwatan HIV AIDS yang berjudul “Dukungan Nutrisi Pada ODHA”. Ucapan terimakasih kami haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan HIV AIDS , Ninuk Dian Kuniawati, S.Kep., Ns., MANP. yang telah membimbing kami selama perkuliahan hingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Makalah ini masih jauh dari kata sempuna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terimakasih.
Surabaya, 20 Agustus 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
i
DAFTAR ISI .............................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................
2
1.3. Tujuan..........................................................................................................
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
2.1.Pentingnya Nutrisi…………………………………………………………..
3
2.1.1 Definisi Nutrisi………………………………………………………….
3
2.1.2 Penting Nutrisi bagi tubuh secara umum………………………………
4
2.1.3 Pasien HIV-AIDS secara umum……………………………………….
5
2.1.4 Fungsi Nutrisi bagi pasien HIV-AIDS ………………………………..
6
2.1.5 Masalah kekurangan nutrisi bagi tubuh secara umum dan bagi pasien HIVAIDS…………………………………………………………………………..
7
2.2.Prinsip Pemberian Nutrisi (jian, septin, uta)………………………………..
8
2.2.1 Zat Gizi Mikro…………………………………………………………..
8
2.2.2 Zat Gizi Makro………………………………………………………….
10
2.2.3 Prinsip pemberian nutrisi secara umum………………………………… 10 2.2.4 Alasan nutrisi tidak terpenuhi pada pasien HIV-AIDS…………………
11
2.2.5 Cara mengatasi nutrisi pada pasien HIV-AIDS………………………...
17
ii
BAB 3 PENUTUP .....................................................................................................
40
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................
40
3.2. Saran ............................................................................................................
41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
42
iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang ditandai dengan gejala menurumya sistem kekebalan tubuh. Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Hingga saat ini, penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) masih merupakan permasalahan kesehatan yang cukup kompleks dan terus meningkat dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia (Departemen Kesehatan R1, 2007). Pada tahun 2013, jumlah infeksi baru HIV mencapai 2,1 juta dan jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak berusia <15 tahun (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan RI, 2014). Jumlah penderita HIV di Jawa Barat pada tahun 2016 mencapai 23.145 orang dan menempati peringkat keempat setelah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Papua (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan RI, 2016). Kota Bandung menjadi kota dengan kasus HIV tertinggi setelah kota-kota lainnya di Jawa Barat seperti Kota Bogor, Kota Bekasi, Kota Indramayu dan Kabupaten Bekasi (Dinkes Jabar, 2012). Kejadian HIV/AIDS yang terus meningkat tidak lepas dari status nutrisi yang buruk pada penderita, nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV/AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi dan menjaga ODHA agar tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan mineral biasa dijumpai pada orang dengan HIV dan defisiensi sudah terjadi sejak stadium dini walaupun pada ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang. Defisiensi terjadi karena HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi zat gizi. Sebagian besar para ODHA dan keluarga mengatakan bahwa nafsu makannya menurun sehingga frekuensi makan juga berkurang dan mengakibatkan daya tahan tubuh untuk melawan HIV menjadi berkurang.
1
Berdasarkan fakta tersebut, nutrisi yang sehat dan seimbang harus selalu diberikan pada klien dengan HIV/AIDS pada semua tahap infeksi. Perawatan dan dukungan nutrisi juga harus didapatkan untuk mempertahankan kekuatan tubuh, meningkatkan fungsi sitem imun dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi. Oleh karena itu, dalam hal ini, peran perawat dalam memberikan asuhan kepada pasien HIV adalah dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ODHA
1.2 Rumusan masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan nutrisi? 2. Bagaimana pentingnya nutrisi bagi tubuh? 3. Bagaimana pasien penderita HIV/AIDS? 4. Bagaimana pentingnya nutrisi bagi pasien HIV/AIDS? 5. Apa saja permasalahan kekurangan nutrisi bagi tubuh dan pada penderita HIV/AIDS? 6. Apakah zat gizi makro dan mikro itu? 7. Bagaimana prinsip pemberian nutrisi? 8. Kenapa pasien HIV/AIDS sering mengalami malnutrisi? 9. Bagaimana cara mengatasi permasalahan nutrisi pada ODHA? 1.3 Tujuan 1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan nutrisi 2. Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh 3. Menjelaskan bagaimana pasien penderita HIV/AIDS 4. Menjelaskan bagaimana pentingnya nutrisi bagi pasien HIV/AIDS 5. Menjelaskan apa saja permasalahan kekurangan nutrisi bagi tubuh dan pada penderita HIV/AIDS 6. Menjelaskan pakah zat gizi makro dan mikro itu 7. Menjelaskan bagaimana prinsip pemberian nutrisi 8. Menjelaskan alasan pasien HIV/AIDS sering mengalami malnutrisi 9. Menjelaskan bagaimana cara mengatasi permasalahan nutrisi pada ODHA
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pentingnya Nutrisi 2.1.1 Definisi Nutrisi Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral. Berikut adalah jeni-jenis nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. a. Karbohidrat Karbohidrat adalah sumber makanan utama dalam diet. Tiap garam karbohidrat memproduksi 4kkal dan berfungsi sebagai sumber bahan bakar utama (glukosa) untuk otak, otot rangka selama latihan, produksi eritrosit dan leukosit, serta fungsi sel pada medula ginjal. b. Protein Protein merupakan sumber energi (4 kkal/gram) dan berfungsi sebagai sintesis (pembangun) jaringan tubuh dalam pertumbuhan, pertahanan, dan perbaikan. Kolagen, hormon, enzim, sel imun, DNA, dan RNA, semuanya tersusun dari protein. Pembekuan darah, regulasi cairan, dan keseimbangan asam basa membutuhkan protein. Protein ini membawa nutrisi dan banyak obat dalam darah. Bentuk protein yang paling sederhana adalah asam amino asam amino dapat dihubungkan secara bersama-sama. Albumin dan insulin adalah protein, karena mereka hanya terdiri atas asam amino dan turunannya. Kombinasi protein sederhana dengan substansi non-protein menghasilkan protein kompleks, seperti lipoprotein, yang dibentuk melalui kombinasi lipid dan rotein sederhana Protein komleks yang disebut juga rotein berkualitas tinggi, terdiri atas asam amino esensial dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan mempertahankan keseimbangan nitrogen
3
c. Lemak Lemak (lipid) adalah zat gizi yang paling tinggi kalori, memberikan 9 kkal/gram lemak tersusun dari trigliserida dan dan asam lemak. Trigliserida bersirkulasi dalam darah dan terbuat dari tiga asam lemak yang berikatan dengan gliserol. Asam lemak disusun oleh rantai karbon dan hidrogen dalam satu kelompok asam pada ujung rantai dan kelompok metil diujung yang lainnya. Asam lemak dapat berbentuk asam lemak jenuh, dimana masing-masing karbon dalam rantainya memiliki dua atom hidrogen yang saling berkaitan, atau asam lemak tak jenuh, asam lemak yang mengandung ikatan rangkap pada rantai karbonnya. d. Air Air adalah komponen tubuh yang sangat penting karena fungsi sel bergantung pada lingkungan air. Air terbentuk 60-70% berat tubuh total. Presentase air dalam seluruh utbuh lebih besar untuk orang yang kurus daripada orang yang obesitas karena otot terdiri atas lebih banyak air daripada jaringan yang lain, kecualii darah. Bayi memiliki presentase total air yang paling besar dalamm tubuh, dan lansia memiliki presentase total yang paling sedikit. Saat kehilangan air seseorang tidak akan mampu bertahan hidup lebih dari beberapa hari e. Vitamin Vitamin adalah substansi organik yang jumlahnya sedikit dalam makanan yang penting untuk metabolisme normal vitamin adalah zat kimiawi yang dibutuhkan sebagai katalis dalam reaksi biokimiawi. f. Mineral Mineral adalah elemen anorgani yang penting untuk tubuh sebagai katalis dalam reaksi biokimiawi 2.1.2 Penting Nutrisi bagi tubuh secara umum Makanan penting untuk tubuh kita, diantaranya untuk 1. Berkembang, mengganti dan memperbaiki sel-sel dan jaringan. 2. Memproduksi energi agar tetap hangat.
4
3. Membawa roses kimia misalnya pencernaan makananan. 4. Melindungi, melawan, bertahan terhhadap infeksi serta membantu proses penyembuhan penyakit. 2.1.3 Pasien HIV-AIDS secara umum 2.1.3.1 HIV-AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dadri Acquired Immune Deficiency Syndrome . AIDS muncul setelah virus HIV menyerang tubuh selama lima hingga sepuluh tahun lebih. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh menurun, beberapa penyakit bisa menjadi lebih parah daripada biasanya. 2.1.3.2 Sistem Kekebalan Tubuh dan Antibodi Sistem kekebalan tubuh bertugas untuk melindungi dari penyakit apapun yang setiap hari dapat menyerang. Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh ketika benda asing ditemukan di tubuh manusia, bersama dengan kekebalan tubuh yang lain, antibodi bekerja untuk menghancurkan penyebab penyakit, yaitu bakteri, jamur, virus dan parasit. Ada antibodi khusus untuk semua penyakit, termasuk HIV. Antibodi khusus HIV inilah yang terdeteksi keberadaannya ketika hasil tes HIV dinyatakan positif. 2.1.3.3 Bekerjanya Virus dalam Tubuh Di dalam tubuh terdapat sel darahh putih yang disebut sel CD4. Fungsinya seperti sakelar yang menghidupkan dan memadamkan kegiatan sistem kekebalan tubuh, tergantung ada tidaknya kuman yang harus dilawan. HIV yang masuk kedalam tubuh menularkan sel ini, ‘membajak’ sel tersebut, dan kemudian menjadikannya ‘pabrik’ yang membuat miliaran tiruan virus ketika proses tersebut selesai, tiruan HIV itu meninggalkan sel dan masuk
5
ke sel CD4 yang lain. Sel yang ditinggalkan menjadi rusak atau mati. Jika sel-sel ini hancur, maka sistem kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. keadaan ini membuat tubuh mudah terserang berbagai penyakit. 2.1.3.4 Kesehatan Sistem Kekebalan: Jumlah CD4 Satu akibat dari infeksi HIV adalah kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. HIV membunuh satu jenis sel darah putih yang disebut sel CD4. Sel ini adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, daan jika ada jumlahnya kurang, sistem teresebut menjadi terlalu lemah untuk melawan infeksi. Jika jumlah CD4 turun dibawah 200, ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh cukup rusak sehingga infeksi oportunistik dapat menyerang tubuh. Ini berarti tubuh sudah sampai pada masa AIDS. Sistem kekebalan tubuh agar tetap sehat dapat ditahan dengan memakai obat anteritroviral (ARV). 2.1.3.5 Tanggung Jawab Pribadi dalam Menentukan Perawatan Dengan memeriksakan diri secara teratur sebaiknya sedikitnya setiap enam bulan, kita dapat terus mengetahui keadaan kesehatan kita. Melalui tes darah (TLC, dan CD4 jika mungkin), serta pemeriksaan oleh dokter, kita dapat melihat sejauh mana HIV berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh. 2.1.4 Fungsi Nutrisi bagi pasien HIV-AIDS Nutrisi yang sehat dan seimbang harus diberikan kepada pasien HIV/AIDS. Fungsi dari nutrisi bagi pasien HIV/AIDS antara lain (1) Mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan, (2) Mengganti kehilangan vitamin dan mineral, (3) Meningkatkan fungsi sistem imun dan memampuan tubuh untuk memerangi infeksi, (4) Memperpanjang periode dari infeksi hingga berkembang menjadi penyakit AIDS, (5) Meningkatkan respon terhadap pengobatan, mengurangi waktu dan uang yang dihabiskan untuk perawatan kesehatan, (6) Menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS agar dapat tetap aktif, sehingga memungkinkan mereka unttuk merawat diri sendiri, keluarga, anak-anak mereka, (7) Menjaga orang dengan HIV/AIDS
6
agar tetap produktif, mampu bekerja, tumbuh baik dan tetap berkomunikasi terhadap pemasukan keluarga mereka (FAO-WHO,2002). Pasien yang terinfeksi HIV sebagian besar memiliki status gizi dibawah normar/underweight. Pola makan yang buruk dapat mempercepat progresifitas infeksi HIV. Peningkatan pengeluaran energi menjadi salah satu penyebab berat badan pasien HIV/AIDS menurun. Infeksi HIV mempengaruhi status gizi pasien yang berakibat pada berkurangnya asupan makanan yang disebabkan oleh hialngnya nafsu makan, efek samping obat, dan infeksi opottunistik seperti diare kronik, kardidiasis orofaringeal, dan limfadenopati generalisata. Nutrisi yang baik diperlukan untuk menjada kekebalan system imun, hal tersebut dapat meminimalisir penyakit terkait HIV/AIDS sehingga frekuensi dan lama rawat inap di rumah sakit berkurang. 2.1.5 Masalah kekurangan nutrisi bagi tubuh secara umum dan bagi pasien HIV-AIDS Virus HIV menyerang sistem imun tubuh yang berdampak pada penuruan status gizi pasien. Dampak negative virus HIV terhadap status gizi antara lain dapat menimbulkan ketidakmampuan absobsi zat gizi, perubahan metabolisme, dan berkurangnya asupan nutrisi akibat gejala-gejala terkait HIV. Nutrisi yang buruk mengakibatkan kerentanan dan derajat berat infeksi oportunistik, mengurangi efisiensi pengobatan, dan memepercepat progresivitas penyakit. Oleh karena itu, sebagian besar pasien HIV/AIDS di Indonesia mengalami malnutrisi. Bahkan sebagian sudah masuk dalam kategori wasting syndrome yaitu keadaan pasien kehilangan berat badan 10% atau indeks massa tubuh 20 kg/m2 sejak kunjungan terakhir atau ekhilagan berat badan >5% dalam kurun waktu enam bulan dan bertahan selama satu tahun. Malnutrisi disebabkan ketidakseimbangan antara asupan yang akan diubah menjadi energi dan kebutuhan energi untuk metabolisme tubuh. Beberapa factor dapat mempengaruhi status gizi buruk pada ODHA. Pertama penurunan asupan nutrisi dapat disebabkan oleh inflamasi dan ulkus pada saluran pencemaan bagian atas. Hal tersebut menyebabkan anoreksia yang mengakibatkan rasa nyeri saat
7
menelan atau nyeri perut saat makan. Kedua malabsorbsi gastrointestinal yang dapat mengakibatkan status nutrisi memburuk. Ketiga peningkatan jumlah kebutuhan asupan makanan atau katobolisme jaringan akibat infeksi oportunistik. Infeksi virus kronik dapat mempengaruhi penggunaan energi dan menjadi predisposisi terhadap infeksi sekunder. Dan yang terakhir kondisi ekonomi pasien. Faktor psikososial, seperti kemiskinan. keterbatasan akses layanan kesehatan. Atau penyalahgunaan obat. (Zubairi Djoerban, dkk. ;2005) 2.2. Prinsip Pemberian Nutrisi 2.2.1 Zat Gizi Mikro Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV/AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS
tetap aktif dan produktif. Defisienisi vitamin dan mineral biasa
dijumpai pada orang dengan HIV/AIDS, karena walaupun ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang Defisiensi masih dapat terjadi karena HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorpsi zat gizi. Keadaan ini dimanfaatkan oleh virus HIV untuk berkembang lebih cepat. Dan akhirnya daya tahan tubuh untuk melawan HIV menjadi berkurang. Oleh sebab itu pada ODHA ada pemberian nutrisi zat gizi makro dan Mikro yang perlu diperhatikan. Zat Gizi Mikro adalah Mikronutrien zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, namun mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan hormon, aktivitas enzim serta mengatur fungsi sistem imun dan sistem reproduksi. Untuk Penyandang HIV/AIDS sering sekali ditemukan penurunan berat badan yang drastis hal ini juga dapat disebabkan karena kekurangan zat gizi mikro. Zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh ODHA menurut (kristina. 2005) antara lain : 1. Vitamin B12 ODHA membutuhkan Vitamin B12 untuk membantu menguatkan sistem imun. Untuk ODHA sumber Vitamin dapat didapatkan dari Tempe, Kelapa, Wortel, Kembang Kol dan Alpukat
8
2. Vitamin B Vitamin B yang ditemukan dalam bayam berperan penting untuk membantu odha memiliki zat besi dan kalsium yang cukup guna mempertahankan kekuatan fisiknya.
3. Vitamin A Untuk ODHA Vitamin A penting untuk mendukung pertumbuhan, terutama kesehatan kulit, mata, dan menjaga daya tahan tubuh. Sumber makanan vitamin A yaitu sayuran berwarna hijau tua seperti daun singkong, serta sayuran dan buahbuahan yang berwarna kuning-jingga.
4.
Vitamin E Vitamin E merupakan salah satu Vitamin yang juga dibutuhkan oleh ODHA.
Karena Vitamin E untuk memerangi kerusakan oksidatif yang terjadi karena pergerakan virus HIV di dalam tubuh. Viramin E dapat dijumpai dalam minyak zaitun yang juga merupakan sumber asam lemak tak jenuh tunggal yang membantu meningkatkan kekebalan tubuh.
5. Vitamin K Vitamin K dibutuhkan oleh ODHA untuk melindungi tubuh dari serangan radang sendi. Brokoli, kembang kol, kubis, asparagus, kale, lobak, bayam, sawi, kangkung, dan daun selada hijau
6.
Mineral Pada ODHA Mineral dibutuhkan untuk membantu serta menjaga kesehatan
otot, jantung, dan juga saraf., Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh., Menghasilkan
berbagai
jenis
enzim,
Memelihara,
mengeraskan,
dan
mengendalikan tulang serta proses faal dalam tubuh. Sebagai katalis terhadap berbagai proses biokimia yang terjadi dalam tubuh. Kontraksi pada otot serta respon saraf. Membantu dalam pembuatan antibodi. Sebagai aktivator yang berperan dalam enzim dan hormon. Menjaga kesehatan tulang. Menjaga fungsi
9
otak. Mencegah nyeri otot. Berperan dalam proses pembangunan sel. Mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Oleh karena itu Pemberian Fe juga dianjurkan kepada ODHA dengan Anemia dan infeksi oportunistik. 2.2.2 Zat Gizi Makro Zat Gizi Makro Adalah zat kimia yang diperlukan dalam pertumbuhan, perkembangan, serta untuk menjalankan fungsi tubuh yang normal. Makronutrien atau zat gizi makro, berperan besar dalam membentuk energi tubuh dan seluruh proses metabolisme. Sementara zat gizi mikro juga berguna untuk menjaga fungsi tubuh dan pertumbuhan, selain itu cenderung berperan untuk mencegah penyakit. Dalam hal memproduksi energi ataupun proses metabolisme, zat gizi makro berperan sebagai kofaktor, pengikat, serta menjadi alat dari proses tersebut, tidak seperti zat gizi makro yang menjadi bahan utama dari produksi energi. Sumber Zat Makro untuk ODHA dapat didapatkan dari protein dan lemak. protein dapat dipenuhi dengan asupan Tempe, Tahu, Daging merah, Daging ayam, Daging ikan dan telur untuk lemak dapat dipenuhi dengan asupan minyak zaitun, kacang, bijibijian dan biji minyak, minyak nabati yang belum diproses dan minyak non terhidrogenasi adalah pilihan lemak terbaik yang dapat dikonsumsi ODHA setiap hari 2.2.3 Prinsip pemberian nutrisi secara umum Beberapa penyebab pasien yang hidup dengan HIV/AIDS seringkali tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup antara lain karena penyakit HIV dan obat-obatan yang dikonsumsi mengubah rasa makan dan mengganggu penyerapanan bahan makanan; pasien mengalami sulit makan karena terdapat lesi pada mulut, rasa mual dan muntah; kelelahan, isolasi, dan depresi membuat ODHA menurun nafsu makannya; beberapa pasien kehilangan sumber penghasilan akibat kelemahan tubuh dan pemutusan hubungan kerja yang berakibat pada ketidakcukupan uang untuk membeli bahan makanan (FAO-WHO, 2002). Untuk mengatasi masalah nutrisi tersebut, klien harus diberikan makanan tingi kalori tinggi protein, kaya vitamin dan mineral serta cukup air. Umumnya pasien HIV/AIDS mengkonsumsi zat gizi dibawah optimal (70% kalori dan 65% 10
protein dari total yang diperoleh oleh tubuh). Konsumsi yang demikian tidak memenuhi kebutuhan peningkatan zat gizi pada proses metabolism sehubungan dengan adanya infeksi akut. Kebutuhan kalori pasien sekitar 2000-3000 kkal/hari dan protein 1,5-2 gram/kg bb/hari. Untuk mencukupi kebutuhan dilakukan dengan memberikan makanan lengkap sebanyak 3 kali ditambah dengan makanan selingan juga 3 kali sehari. Dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak yang berasal dari MCT (medium chain trigliseride) agar penyerapannya lebih baik dan mencegah diare. Kebutuhan zat gizi makro tersebut harus dipenuhi untuk mencegah terjadinya penurunan berat badan yang drastic (Depkes RI, 2003).MKi Untuk mendapatkan nutrisi yang sehat dan berimbang, ODHA sebaiknya mengkonsumsi makanan yang bervariasi setiap hari karenai tidak ada satu makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Hal penting lain yang harus dilakukan adalah dengan meminum banyak air bersih dan aman minimal delapan gelas sehari serta mengurangi konsumsi alcohol. Bila diperlukan dapat diberikan zat gizi mikro dalam bentuk suplemen makanan serta jus buah dan sayur. 2.2.4 Alasan nutrisi tidak terpenuhi pada pasien HIV-AIDS HIV berperan dalam penekanan kekebalan yang signifikan pada individu yang terinfeksi. Salah satu indeks yang mempengaruhi adalah nutrisi. Pada penderita HIV, system imun dan interaksi nutrisi sangat berkaitan satu sama lain. HIV menyebabkan kerusakan kekebalan tubuh yang memicu terjadinya malnutrisi sehingga menyebabkan defisiensi kekebalan tubuh lebih lanjut, dan berkontribusi terhadap perkembangan infeksi HIV yang cepat menuju ke fase AIDS. Ketika seseorang terinfeksi HIV, status gizi akan menurun sehingga menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dan membuat perkembangan HIV semakin cepat. (Dugal, Chugh, & Duggal, 2012) HIV dan malnutrisi dapat secara independen menyebabkan kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif. Yang pertama meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, morbiditas dan mortalitas melalui infeksi oportunistik, demam, diare, kehilangan nafsu makan, malabsorpsi nutrisi, dan penurunan berat badan (Nnyepi, 2009; PEPFAR, 2006; World Health Organization, 2003) Selain itu, HIV
11
secara khusus mempengaruhi status gizi dengan meningkatkan kebutuhan energi, mengurangi asupan makanan, dan mempengaruhi penyerapan nutrisi dan inefisiensi nutrisi akibat aktivitas sitokin dan diare. Malnutrisi dapat menyebabkan immunodepresi dan memodulasi respon imunologis terhadap infeksi HIV, yang mempengaruhi keseluruhan hasil klinis dan memperburuk HIV terkait immunodepresi. Malnutrisi berkepanjangan dapat disertai dengan kekurangan dan kelainan imunologi, sehinggga wajar jika diperkirakan terjadi penurunan jumlah makrofag, sel darah merah, sel pembunuh alami/ Natural Killer (NK) dan jumlah limfosit total tertekan. Obat atau zat apa pun yang menghasilkan radikal bebas di tubuh, seperti heroin, rokok, benzena (baik dari bensin atau dari rokok), obat kemo, AZT, atau ion logam berat seperti ion merkuri, dapat menghasilkan stres oksidatif pada siklus Krebs atau aktivitas metabolik mitokondria atau mikrosom atau pompa natrium dan menurunkan atau menghambat produksi energi atau mitosis atau sintesis protein (Singh, 2015). Stres oksidatif adalah mekanisme penting dalam perkembangan AIDS. Pada malnutrisi berat atau kronis, ada penurunan pada produksi kekebalan dan antibodi yang beredar dalam tubuh, hal ini menunjukkan hubungan langsung antara kekurangan gizi dan efek dari stress oksidatif pada sistem kekebalan tubuh. Situasi stres oksidatif yang dihadapi oleh sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh membahayakan peran mereka dalam fungsi kekebalan dan respons kekebalan serta jumlah sel menurun yang mengarah pada imunodefisiensi. Makrofag pada kondisi stres oksidatif tidak berfungsi optimal untuk menelan dan menurunkan protein antigen (Singh, 2015). Telah terbukti bahwa nutrisi yang baik meningkatkan ketahanan terhadap infeksi dan penyakit, meningkatkan energi, sehingga dengan demikian membuat seseorang lebih kuat dan lebih produktif. Sindroma wasting didefinisikan dengan hilangnya lebih dari 10% BB biasa dengan tidak adanya penyebab wasting lain yang dapat dideteksi selain infeksi HIV itu sendiri. Langkah-langkah peningkatan gizi harus dimulai sebelum klien mencapai tahap ini.
12
Malnutrisi selanjutnya mengurangi kapasitas tubuh untuk melawan infeksi ini dengan mengorbankan berbagai parameter kekebalan tubuh. Pengetahuan tentang komponen nutrisi penting dan memasukkannya ke dalam manajemen ODHA sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan kelangsungan hidup yang lebih baik pada pasien terinfeksi HIV (Duggal et al., 2012). 2.2.5.1 Faktor yang mempengaruhi timbulnya kondisi malnutrisi pada penderita HIV/AIDS (ODHA) Adapun beberapa factor yang mempengaruhi timbulnya kondisi gizi buruk pada ODHA adalah: 1. Penurunan asupan makanan. Konsumsi nutrient yang tidak adekuat merupakan salah satu factor penyebab gizi buruk. Beberapa factor dapat menyebabkan penurunan asupan makanan, misalnya adanya inflamasi dan ulkus pada saluran pencernaan bagian atas dapat menyebabkan anoreksia yang menyebkan timbulnya nyeri saat menelan atau nyeri perut saat makan. Ada juga akibat kesulitan menelan makanan karena infeksi seperti sariawan atau oesofagitis yang disebabkan oleh candida, yang merupakan infeksi oportunistik umum pada klien yang terinfeksi HIV (Duggal et al., 2012). 2. Malabsorbsi gastrointestinal Malabsorbsi dapat menyebabkan perubahan perubahan status gizi pada ODHA. Sehingga meskipun makanan yang dimakan sudah mencukupi, namun tidak semua zat gizi tersebut dapat diserap tubuh dengan efektif. Hal ini disebabkan oleh abnormalitas mukosa gastrointestinal yang dapat disebabkan oleh HIV itu sendiri maupun akibat sekunder dari infeksi usus agen lain. Apabila malabsrobsi disertai dengan diare kronik, maka akan terjadi predisposisi terjadinya malnutrisi berat jika tidak segera ditangani. Diare ini mungkinsaja meupakan efek samping dari obat-obatan seperti beberapa obat antiretroviral dan antibiotik. 3. Peningkatan jumlah kebutuhan asupan makanan atau katabolisme jaringan Infeksi virus kronis dapat mempengaruhi penggunaan energy dan dapat menjadi predisposisi terhadap infeksi sekunder, sehingga menyebabkan perubahan pola penggunaan energy. Oleh karena itu pada ODHA peningkatan
13
penggunaan energy terutama disebabkan oleh virus HIV di dalam darah serta adanya infeksi dan morbiditas 4. Factor psikososial Kemiskinan dan keterbatasan akses layanan kesehatan ataupun penyalahgunaan obat dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi pada ODHA (Zubairi Djoerban, dkk, 2005) 2.2.5.2 Kebutuhan nutrisi penderita HIV/AIDS (ODHA) Pengobatan antiretroviral (ART) adalah komponen penting perawatan untuk ODHA, dan penilaian dan konseling gizi harus menjadi bagian integral dari semua program pengobatan HIV. Peningkatan perhatian terhadap diet dan nutrisi dapat meningkatkan penerimaan dan efektivitas ART dan membantu memperbaiki komplikasi metabolik. Jelas, diperlukan lebih banyak penelitian tentang interaksi antara gizi buruk dan ART. Konseling gizi harus menjadi komponen penting dari semua program perawatan dan perawatan HIV. Namun, upaya tambahan diperlukan berfokus pada strategi dan model program yang tepat untuk penilaian gizi, konseling, dan pengelolaan ODHA pada keaadaan dimana teradapat sumber daya yang terbatas (PEPFAR, 2006). Rekomendasi WHO saat ini untuk kebutuhan nutrisi pada penderita HIV/AIDS yaitu menyerukan peningkatan energi di atas tingkat asupan yang direkomendasikan untuk orang sehat yang tidak terinfeksi HIV pada usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas fisik yang sama (PEPFAR, 2006). Adapun rekomendasinya adalah: 1. Energi -
Kebutuhan energy cenderung meningkat sebesar 10% untuk menjaga berat badan dan aktivitas fisik penderita.
-
Selama HIV simtomatik dan AIDS berikutnya, asupan energy meningkat sebesar 20% hingga 30%.
-
Konsumsi energy perlu ditingkatkan hingga 50% sampai 100% dari kebutuhan normal pada anak-anak yang mengalami penurunan BB (PEPFAR, 2006)
14
2. Protein Saat ini, tidak ada bukti bahwa asupan protein di atas kebutuhan normal akan memperbaiki status protein atau meningkatkan massa otot tanpa lemak pada ODHA. Terdapat kekurangan data untuk mendukung pernyataan bahwa peningkatan kebutuhan protein diperlukan terkait dengan infeksi HIV (PEPFAR, 2006). Data saat ini tidak mencukupi untuk mendukung bahwa peningkatan asupan protein untuk ODHA di atas persyaratan kesehatan normal yaitu 12% sampai 15% dari total asupan energi. Partisipan pada penelitian menggunakan panduan gizi yang dipublikasikan yang menunjukkan kebutuhan peningkatan asupan protein selama infeksi HIV, namun mereka menyimpulkan bahwa rekomendasi ini tidak didasarkan pada penelitian yang dilakukan secara ketat (World Health Organization, 2003) 3. Lemak Tidak ada bukti bahwa kebutuhan total lemak meningkat melebihi persyaratan normal sebagai konsekuensi infeksi HIV. Namun, saran khusus mengenai asupan lemak mungkin diperlukan bagi orang yang menjalani terapi antiretroviral atau mengalami diare persisten (PEPFAR, 2006). 4. Mikronutrien Peran vitamin dan mineral sangat dibutuhkan dalam kesehatan dan itu tidak terbantahkan. Sehingga tentu saja sangat dibutuhkan oleh ODHA. Berikut ini merupakan kebutuhan nutrisi yang diperlukan seseorang berdasarkan kategori ada atau tidaknya HIV/AIDS pada dirinya. Kebutuhan
Kebutuhan
Kalori
Protein
Kategori A (tidak ada gejala HIV/AIDS)
30-35 kkal/kg
1,1-1,5 gr/kg
Kategori B (ada gejala HIV dan komplikasi
34-40 kkal/kg
1,5-2 gr/kg
Kategori
pada HIV)
15
Kategori C (tingkat kekebalan I CD 4 di bawah
40-50 kkal/kg
2-2,5 gr/kg
200 dan tejadi infeksi oponunistik) Asupan diet yang memadai, idealnya akan didapatkan asupan mikronutrien yang memadai juga. Untuk menjaga status nutrisi yang memadai, ODHA dianjurkan untuk memakan makanan yang bervariasi seperti karbohidrat, susu, telur, ikan, kacang-kacangan, daging, buah-buahan, dan sayur-sayuran. ODHA harus diet seimbang agar kebutuhan energy tercukupi, terjaga BB ideal, dan fungsi tubuh berjalan dengan baik. Makanan yang harus dihindari adalah makan makanan yang memperberat masalah. Misalnya jika klien mengalami diare jangan diberikan makanan berlemak. ODHA dianjurkan makan makanan yang disukai, jika mengalami mual maka dianjurkan makan dalam jumlah sedikit namun sering, sehingga asupan makanan total tetap mencukupi. Meskipun jumlah makanan ODHA sudah mencukupi dan seimbang seperti orang sehat, tetapi akan tetap terjadi defisiensi vitamin dan mineral (Anya, 2002). Berdasarkan hal tersebut, maka selain mengonsumsi jumlah yang tinggi, pada ODHA juga harus mengkonsumsi suplementasi atau nutrisi tambahan pemberian suplemen ini juga bertujuan agar beban ODHA tidak bertambah akibatdefisiensi vitamin dan mineral. 2.2.5.3 Dampak kondisi malnutrisi pada penderita HIV/AIDS (ODHA) Dampak malnutrisi pada penderita HIV/AIDS disebabkan oleh tidak adanya penunjang gizi yang baik dalam memperlambat proses penyebaran virus. Dampak dari kondisi ini antara lain: 1. Penurunan BB. Banyaknya obat-obatan yang dikonsumsi menyebabkan penderita kehilangan nafsu makan, menyebabkan asupan gizi tidak terpenuhi dan mengalami penurunan BB 2. Kehilangan otot dan jaringan lemak. Akibat asupan gizi yang kurang, tidak hanya BB turun namun otot dan lemak tidak mengalami pertumbuhan. 3. Kekurangan vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral sangat penting dalam perkembangan daya tahan tubuh, sehingga jika tidak didukung dengan baik
16
maka virus akan mudah menyerang dalam kata lain sebuah penyakit akan sangat mudah memasuki tubuh ODHA 4. Mengurangi fungsi kekebalan dan kompetensi. ODHA yang mengalami malnutrisi akan mengalami penurunan fungsi kekebalan tubuh yang sangat menonjol karena kurangnya asupan makanan bergizi dan protein tinggi. 5. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi sekunder. Daya tahan tubuh yang menurun menyebabkan ODHA mudah mengalami infeksi sekunder karena kekebalan tubuh yang mulai menurun membuat setiap infeksi bebas untuk berkembang dan menjadikan masalah baru bagi penderita. 2.2.5 Cara mengatasi malnutrisi pada pasien HIV-AIDS dengan terapi gizi medis Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui. Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai, protein yang sesuai dan berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai efek antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin dan mineral yang cukup.
2.2.5.1 Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS: 1. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh 2. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal 3. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan 4. Meningkatkan kualitas hidup 5. Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal
2.2.5.2 Syarat Diet pasien HIV 1. Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu 2. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya
17
3. Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (betakaroten), zat besi 4. Minum susu setiap hari 5. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem) 6. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia 7. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan 8. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual) 9. Menghindari rokok, kafein dan alcohol
2.2.5.3 Syarat diet pada pasien AIDS: 1. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum dianjurkan 2. Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering 3. Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang menyertainya 4. Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna 5. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus 6. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai 7. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem) 8. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia 9. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang
18
diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan 10. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual) 11. Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan 12. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare 13. Menghindari rokok, kafein dan alcohol 14. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare, sarkoma, oralkandidiasis) 15. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara aman (Naso Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)
2.2.5.4 Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) Penyakit AIDS akan menimbulkan keadaan imunodefiensi (penurunan kekebalan tubuh). Sementara itu, status gizi dan imunitas atau kekebalan berhubungan dengan erat. Keadaan dimana malnutrisi akan mengganggu fungsi kekebalan sehingga tubuh tidak dapat melawan infeksi. Sebaliknya infeksi akan meningkat risiko malnutrisi. Karena itulah, status gizi yang optimal sangat diperlukan kendati hubungan antara malnutrisi dan perkembangannya penyakit AIDS masih belum dipahami sepenuhnmya Penyakit AIDS merupakan penyakit kekebalan yang bersifat terminal akibat infeksi retrovirus yang dikenal dengan nama virus HIV. Penularan virus ini terjadi lelwat pertukaran cairan tubuh atau darah antara pasien AIDS dengan orang sehat seperti lewat sanggama atau pemakaian jarum suntik dan tranfusi produk darah yang terinfeksi AIDS, atau terjadi dari ibu kepada anaknya saat hamil, melahirkan atau menyusui. Gejala klinis AIDS yang nyata baru terlihat setelah terjadi infeksi oportunistik dan kanker yang berkaitan dengan AIDS seperti sarcoma Kaposi. Pada penyakit AIDS akan terjadi peningkatan laju metabolism akibat demam, infeksi, kanker, dan /reaksi yang ditimbulkan oleh obat-obatan yang diberikan. Sementara itu, gangguan penyerapan nutrient akan terjadi sekunder
19
karena infeksi usus, pemakaian obat, kadar albumin yang rendah, kanker saluran cerna dan enteropati AIDS. Semua ini bila tidak ditangfani akan dengan cepat menimbulkan malnutrisi, pelisutan otot dan penurunan kualitas hidup. Keadaan mudah lelah, luka-luka pada mulut dan kerongkongan, depresi, kecemasan, mual, muntah, gangguan menelan, gangguan indra pengecap serta sesak napas menambah buruk asupan nutrient. Asupan nutien yang tidak adekuat, khususnya protein dan kalori, akan menurunkan berat badan pasien AIDS dengan cepat. Untuk mencegah semua terjadi diatas, upaya berikut ini harus dilaksanakan: 1. Penilaian status gizi yang lengkap setelah diagnosis penyakit AIDS ditegakkan. 2. Pengkajian terhadap pengetahuan mengenai keamanan makanan. 3. Pengkajian terjadap kebiasaan diet, termasuk penggunaan terapi diet alternative dan atau sumplemen nutrient. 4. Pemantauan berat badan yang ketat, intervensi gizi harus segera dilaksanakan jika terjadi penurunan berat badan. 5. Terapi nutrisi untuk anemia gizi (khusunya defiensi folat dan vitamin B12) harus sering dilakukan pada pasien-pasien HIV positif yang asimtomatik. 6. Jika terdapat anemia, atasi defisensi folat dengan pemberian 400 mcg tablet asam folat perhari dan atasi defisensi vitamin b12 dengan 100 mcg b12 yang disuntikkan IM per bulan. 7. Terapi
suplementasi
nutrient
dimulai
dengan
pemberian
multivitamin/mineral setiap hari dengan takaran yang menyamai 100% AKG, yaitu 30mg betakaroten dan 250-500 mg vitamin C. 8. Suplmentasi dengan produk enteral yang memodulasi kekebalan (produk ini tersedia di Indonesia dengan nama Neomune)
20
BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan 3.2. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Tanan, N. (2018, Februari 21). HIV dan Malnutrisi: Efek pada Sistem Kekebalan Tubuh. Palangkaraya Nursalam, D.K. and Dian, N., 2007. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, & Kurniawati, N. D. (2002). HIV AIDS. Salemba Medika. Murni, S., Green, C. W., Djauzi, S., Setyanto, A., & Okta, S. (2015). Hidup dengan HIV/AIDS. Jakarta: Spiritia. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamentals of Nursing Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Indonesia: Elsevier. Angita, Innes. 2011. Karakteristik Pasien HIV/AIDS dengan Kardidiasis Orofaringeal di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Jafar, Nurhaedar. 2004. Malnutrisi pada Penderita HIV/AIDS. Makalah. Fakultas Kesehatan Msyarakat Universitas Hasanuddin Sulastini.2010. Pedoman Pelayanan Gizi Pada Odha. Direktorat bina gizi masyarakat kementrian kesehatan RI.Jakarta : EGC
22