4. Penggelontoran Sedimen (Flushing) 4.1 Dasar Teori Dalam proses penggelontoran (flushing) melibatkan penurunan water level di waduk dan pengosongan dengan membuka bottom outlet pada tingkat rendah, sehingga mengakibatkan kecepatan air tinggi dan sedimen akan terkikis melalui bottom outlet (Morris dan Fan, 1985:15.1). Flushing dengan cara mengosongkan waduk adalah yang paling efektif, terutama pada saat periode debit aliran yang besar dan memiliki banyak energi untuk mengikis sedimen. Flushing pada saat debit air yang besar juga memiliki keuntungan pada saat pengisian ulang waduk.
Gambar 4.1 Flushing Pada Waduk Dengan Membuka Bottom Outlet. Sumber: Hoven, L.E (2010:5) Penggelontoran (flushing) sedimen yang ada di waduk adalah suatu usaha pengeluaran endapan di waduk dengan cara penguraian endapan tersebut kemudian mengeluarkannya melalui bangunan
keluaran bawah. Dengan demikian maka flushing sesungguhnya
adalah merupakan sluicing yang lebih spesifik. Beberapa
persyaratan
umum
yang
penggelontoran adalah : 1). Bentuk kolam waduk relatif sempit, 2). Tersedia volume air yang cukup besar,
diperlukan
untuk
penyelenggaraan
3). Kondisi waduk memungkinkan untuk dilakukan pengosongan dalam jumlah relatif besar. Yang dimaksud dengan kondisi waduk memungkinkan tubuh
adalah bahwa stabilitas
bendungan masih dalam batas aman serta ketersediaan air mencukupi. Seperti
halnya pada pelewatan sedimen, air yang digunakan untuk menggelontor
adalah air
banjir. Suatu contoh keberhasilan kegiatan penggelontoran waduk adalah penggelontoran waduk Mangahao di New Zealand. Pada usia waduk 34 tahun
(1958) telah terjadi
pengurangan volume tampungan sebesar 59%. Pada tahun 1969, 75% dari radius yang diakumulasi di waduk dapat digelontor dalam waktu satu bulan.
Klasifikasi Flushing 1. Empty or Free Flow Flushing Flushing dilaksakan dengan cara mengosongkan air waduk, sedangkan aliran air sungai
tetap dipertahankan masuk kedalam waduk, untuk selnajutnya digunakan sebagai penggelontor sedimen keluar waduk melalui bottom outlet. Waktu pelaksanaan ada dua cara, yaitu Empty Flushing During Flood Season dilaksanakan pada saat musim hujan dan Empty Flushing During Non Flood Season yang dilaksanakan pada saat musim kemarau. 2. Flushing with Partial Drawdown Flushing dengan cara elevasi air wadukdipertahankan dalam keadaan tinggi, endapan sedimen diarahkan keluar waduk melalui bottom outlet. Pelaksanaannya ada dua macam, yaitu Pressure flushing, elevasi air waduk diturunkan ke elvasi yang paling rendah yang diijinkan dan Flushing with High-Level Outlet, dilaksanakan dengan membuat underwater dike di waduk untuk menaikkan endapan sedimen ke High level bypass channel.
Kriteria Keberhasilan Flushing Suatu kriteria yang digunakan tetapi dasar keberhasilan kegiatan penggelontoran suatu
waduk perlu ditetapkan. Beberapa kriteria tersebut antara lain seperti berikut : 1. Annandala (1987) Keberhasilan kegiatan penggelontoran ditunjukkan pada nilai tampungan diperoleh setelah kegiatan penggelontoran
yang
dimana rasio antara kapasitas tampungan
dengan aliran masuk setahun adalah lebih besar dari 0,02 (1/50). Kriteria tersebut sudah berlaku untuk waduk Gebidem di India, tapi berlaku Berlaku untuk waduk gebidem di Switzerland, waduk Hangshan, Honglingjin dan Naodehai di Cina. 2. Pill dan Thompson (1984) Penggelontoran mencapai
hanya efektif pada kondisi dimana
setinggi
tinggi
sekurangnya dua kali aliran
bendungan masuk
dan
penurunan elevasi rnuka air
kapasitas
rerata tahunan.
pengeluaran
mencapai
Kapasitas pengeluaran
pada
keadaan dimana pintu pengeluaran terbuka penuh. 3. Atkuisan (1996) Penggelontoran waduk dikatakan berhasil apabila memenuhi beberapa persyaratan berikut: a. Jumlah
sedimen
yang digelontor
mencukupi untuk memelihara
melalui
kesinambungan
bangunan
antara sedimen
keluar
bawah
yang masuk dan
yang digelontor untuk jangka waktu yang lebih panjang, b.
Volume endapan yang tertinggal di waduk setelah
penggelontoran
relatif
kecil sehingga diperoleh volume tampungan yang disyaratkan, c. Biaya
penggelontoran
tidak melebihi
manfaat
yang diperoleh
dari
kegiatan penggelontoran.
NERACA SEDIMEN Penurunan elevasi muka air waduk secara utuh (complite drawdown) didefenisikan
sebagai penurunan elevasi muka air waduk sampai pada kondisi di mana waduk kosong serta sampai mengalir di waduk dengan kedalaman sama dengan kedalaman air sungai sebelum penggenangan waduk. Pada umumnya penggelontoran yang tidak mencapai kondisi complite drawdown akan kurang efektif Mahmood (1987). Apabila
pintu bangunan keluaran bawah dibuka, suatu gerusan akan terlokalisir
diikuti terjadinya aliran sedimen keluar waduk. Gerusan dan aliran sedimen keluar dari waduk akan signifikan pada kondisi dimana waduk hampir kosong. Pada suatu saat
jumlah
sedimen
penggelontoran
yang
mengendap selama
jangka
waktu penyelenggaraan kegiatan
akan berimbang dengan jumlah sedimen yang digelontor. Persamaan
neraca sedimen yaitu sebagai berikut: Qs . Tr = N . Mn . TE dengan: Qs
= Kapasitas angkutan sedimen (ton/dt)
Tr
= Lama waktu pengelontoran (hari)
N
= Interval waktu penggelontoran (tahun)
Mn
= Aliran sedimen masuk ke waduk rerata tahunan (ton/dt)
TE
= Efisiensi tangkapan (didapat dari grafik Brunn)
Gambar 4.2 Grafik Brunn Sumber : Materi TKW
KAPASITAS ANGKUTAN PENGGELONTORAN Prediksi besarnya nilai kapasitas transpor dari aliran penggelontoran
dari hasil
pengamatan
kegiatan
Hasilnya berupa persamaan
penggelontoran
empiris
yang ditulis
beberapa
dalam
waduk
di peroleh di
Cina.
bentuk persamaan berikut
(Tsinghua University Method). Qs=ψ .
Qf
1,6
1,2
.S
W 0,6
Dengan: Qs
= Kapasitas angkutan sedimen (ton/dt)
Ѱ
= Konstanta berdasarkan diameter butiran
Qf
= Debit penggelontoran (m3/dt)
S
= Kemiringan saluran
W
= Lebar saluran (m)
LEBAR SALURAN SELAMA PENGELONTORAN Lebar saluran merupakan salah satu data masukan pada prediksi angkutan sedimen pada
saat penggelontoran.
Lebar saluran
endapan, dan besarnya akan tergantung
akan terbentuk
dari hasil penggerusan
pada debit penggelontoran, kemiringan, serta
sifat sedimen. Namun mempunyai
demikian, dari
banyak
kasus,
besarnya
lebar saluran yang terbentuk
korelasi yang nyata dengan besarnya debit saja, yang ditulis
persamaan berikut : Wf = 1,28 Qf0,5 Dengan: Wf
= Lebar saluran selama penggelontoran (m)
Qf
= Debit penggelontoran (m3/dt)
dalam
SEDIMENT BALANCE RATIO (SBR) Parameter ini digunakan untuk mengetahui apakah penggelontoran yang dilakukan sukses atau tidak. Persamaan yang digunakan yaitu sebagai berikut: SBR=
Qs . Tf N . Mn . TE
dengan: SBR
= Sediment Balance Ratio
Qs
= Kapasitas angkutan sedimen (ton/dt)
Tf
= Lama waktu pengelontoran (hari)
N
= Interval waktu penggelontoran (tahun)
Mn
= Aliran sedimen masuk ke waduk rerata tahunan (ton/dt)
TE
= Efisiensi tangkapan (didapat dari grafik Brunn)
4.2. Perhitungan Debit Penggelontoran Sedimen Diketahui: Aliran Inflow Sedimen Rerata Tahunan (Mn)
= 16.364,04 m3/th = 0,000471 ton/dt
Berat Jenis Sedimen
= 907,98 kg/m3
Volume Tampungan Efektif
= 15.840.000 m3
Volume Aliran Masuk Rerata Tahunan
= 132.135.840 m3
Konstanta (ѱ)
= 650 (sedimen d50 < 0,1 mm)
Kemiringan Dasar (S)
= 0,0001
Lebar Saluran Pengggelontor (W)
= 10 m
Ditanyakan : Debit Penggelontoran (Qf) agar SBR > 1
Penyelesaian : 1. Perhitungan Trap Efisiensi (TE) Rasio=
V Tampungan Efektif V Aliran Masuk RerataTahunan
Rasio=
15.840 .000 132,135,840
Rasio=0,119 Berdasarkan rasio di atas, dilakukan plot garis pada grafik Trap Efisiensi
Maka berdasarkan hasil plot grafik di atas, diapatkan nilai Trap Efisiensi (TE) = 80% 2. Perhitungan Kapasitas Angkutan Sedimen (Qs) Direncanakan: Waktu Pengelontoran (Tr) = 5 hari Interval Waktu Penggelontoran (N) = 3 tahun Penyelesaian: Qs .Tr =N . Mn . TE N . Mn . TE Qs= Tr 2 .0,000471 . 80 Qs= 3 Qs=0,000226 ton /dt 3. Perhitungan Debit Penggelontoran (Qf) Qf 1,6 . S1,2 Qs=ψ . W 0,6
0,6
Qs. W 1,2 S .ψ Qs .W 0,6 1 /1,6 Qf =( 1,2 ) S .ψ 0,000226 . 100,6 1 /1,6 Qf =( ) 0,00011,2 . 650 3 Qf =0,218 m /dt 4. Pengecekan Nilai SBR (Sediment Balance Ratio) Qs . Tf SBR= N . Mn . TE 0,000226 . 5 SBR= 2 . 0,000471 .80 SBR = 1,4 Qf 1,6 =
Berdasarkan hasil perhitungan SBR yang didapatkan, maka debit penggelontoran yang ditentukan sudah efektif sehingga penggelontoran dapat dikatakan berhasil karena nilai SBR (Sediment Balance Ratio) lebih dari 1 (1,4 > 1).