Tk Chitos.docx

  • Uploaded by: eva aprilia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tk Chitos.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,127
  • Pages: 12
MANFAAT & PROSES CHITOSAN UNTUK PEMBUATAN BETON

1.

Chitosan Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan hasil lautnya yang

melimpah. Namun, di Indonesia masakan laut dan pengolahan hasil laut dari Cructaceae belum dapat optimal. Pada umumnya sebagian besar pengolahan hasil laut dari Cructaceae hanya digunakan sebagai bahan campuran pembuatan krupuk, terasi atau makanan ternak, di mana harga jual ketiga produk olahan tersebut tidak setinggi harga chitosan. Belum dimanfaatkannya limbah pengolahan udang dan kepiting sebagai sumber chitosan boleh jadi disebabkan karena belum dikenalnya industri chitosan secara umum atau karena tidak ada publikasi yang memuat proses yang dikerjakan secara sederhana di Indonesia. Chitosan (2-amino-2-deoksi-D-glukopiranosa) adalah senyawa turunan dari chitin (N-asetil-2-amino-2-deoksi-D-glukopiranosa) yang terdeasetilasi pada gugus nitrogennya. Chitin dan chitosan merupakan polimer linier. Deasetilasi yang terjadi pada chitin hampir tidak pernah selesai atau tidak habis sempurna sehingga dalam chitosan masih ada gugus asetil yang terikat pada beberapa gugus nitrogen. Seperti selulosa dan chitin, chitosan merupakan polimer alamiah yang sangat melimpah keberadaannya di alam. Namun pada hal tersebut menunjukkan keterbatasannya dalam hal reaktivitas. Oleh karena itu, chitosan dapat digunakan sebagai sumber material alami, hal ini yang membuat chitosan sebagai polimer alami mempunyai karakteristik yang baik, seperti dapat terbiodegradasi, tak beracun, dapat mengadsorpsi, dan lain-lain. Chitosan memiliki beberapa manfaat bagi manusia, sehingga merupakan bahan perdagangan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. 2.

Beton Kata beton dalam bahasa Indonesia berasal dari kata yang sama dalam

bahasa belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin concretus yang berarti tumbuh bersama atau menggabungkan menjadi satu beton sebagai material komposit, sifat beton sangat tergantung pada sifat unsur masingmasing serta interaksinya. Beton adalah bahan bangunan yang diperoleh dengan

mencampurkan agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air, dan semen portland. Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya kecil. Oleh karena itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah dengan tulangan baja menjadi beton bertulang dan jika ditambah lagi dengan baja prategang akan menjadi beton pratekan. Pada umumnya sifat beton berubah disebabkan karena sifat semen, agregat dan faktor air semen. Untuk mendapatkan beton yang optimum sesuai pada aplikasinya, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat pada proses pembuatannya. 2.1.

Bahan Campuran Beton

2.1.1. Semen Semen adalah bahan anorganik yang mengeras pada proses pencampuran dengan air. Contoh khas dari bahan semen yang dicampur adalah semen portland. Untuk menghasilkan semen portland, bahan berkapur dan lempung dibakar sampai meleleh sebagian untuk membentuk klinker yang kemudian dihancurkan, digerus dan ditambah dengan gips dalam jumlah yang sesuai. Bahan ini digunakan untuk berbagai pekerjaan teknik sipil dan konstruksi. 2.1.2. Agregat Agregat adalah bahan pengisi yang berfungsi sebagai penguat. Agregat menempati 70-75% dari total volume beton maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Agregat dapat berupa agregat halus (misalnya pasir) dan agregat kasar (kerikil). Mengingat agregat lebih murah daripada semen maka akan ekonomis bila agregat dimasukkan sebanyak mungkin selama secara teknis memungkinkan, dan kandungan semennya minimum. Meskipun dulu agregat dianggap sebagai material yang bersifat pasif, namun dapat berperan sebagai pengisi saja, kini disadari adanya kontribusi positif agregat pada sifat beton. Perbedaan antara agregat kasar dan halus adalah ayakan 5 mm. Agregat halus adalah agregat yang lebih kecil dari ukuran 5 mm dan agregat kasar adalah agregat dengan ukuran lebih besar dari 5 mm. Agregat dapat diambil dari batuan alam ukuran kecil ataupun batu alam besar yang dipecah. Adapun agregat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Pasir Silika. 2. Sampah organik rumah tangga sebagai pengganti dari kerikil. Dimana sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang dan suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Dalam kehidupan sehari-hari, sampah dianggap sebagai hal yang merepotkan karena berpotensi menimbulkan berbagai masalah dari bau tak sedap hingga penyakit. Biasanya, sampah rumah tangga hanya dibiarkan menumpuk ditempat terbuka dan tidak dipisahkan. Sebenarnya tumpukan sampah ini justru bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan penghasilan masyarakat, terutama sampah organik rumah tangga yang dengan perlakuan khusus dapat bernilai ekonomi. Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara pemilahan sampah rumah tangga menurut jenisnya dan karakteristiknya, seperti sampah dedaunan, cangkang telur, dan sisa makanan. Sedangkan untuk sampah kaca dan logam tidak termasuk, karena dapat di daur ulang oleh industri/pabrik. Sampah tersebut dikeringkan, lalu digiling hingga menghasilkan serbuk sampah rumah tangga yang lebih homogen. Bagian dari bahan akan dicoba untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku beton semen polimer. 2.1.3. Faktor Air Semen (FAS) Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS maka semakin rendah kekuatan tekan beton yang dihasilkan. Namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan tekan beton semakin tinggi. Ada batas-batas dalam hal ini, nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. Adapun nilai FAS berkisar antara 0,25-0,65 untuk campuran beton secara umum. 2.2.

Jenis-Jenis Beton

2.2.1. Beton Ringan Beton

ringan dibuat dengan menggunakan agregat

ringan atau

dikombinasikan dengan agregat normal sedemikian rupa sehingga dihasilkan beton dengan berat isi yang lebih kecil (lebih ringan) daripada beton normal. Berat isi beton ringan mencapai 2/3 dari beton normal. Tujuan penggunaan beton

ringan adalah untuk mengurangi berat sendiri dari struktur sehingga komponen struktur pendukungnya seperti pondasinya akan menjadi lebih hemat. 2.2.2. Beton Mutu Tinggi Beton mutu tinggi termasuk juga ke dalam jenis-jenis beton. Beton mutu tinggi adalah beton dengan kuat tekan yang lebih besar dari 40 Mpa, dalam hal ini sudah bisa dikategorikan sebagai beton mutu tinggi. Beton ini dikembangkan untuk membuat struktur yang menuntut tingkat kepentingan yang tinggi misalnya bangunan-bangunan dengan tingkat keamanan tinggi. Contoh penggunaannya seperti pada jembatan, gedung tinggi, reaktor nuklir dan lain-lain. 2.2.3. Beton dengan Kelecakan Tinggi Beton dengan workabilitas tinggi, umumnya tingkat kesulitan dalam pengerjaan beton dikaitkan dengan tingkat keenceran campurannya atau kemampuannya mengalir semakin encer beton akan semakin mudah dikerjakan. Tetapi, encer yang dimaksud bukan semata encer karena diberi banyak air, justru dengan kebanyakan air mutu beton akan semakin rendah karena material penyusunya bisa terpisah-pisah. Yang dimaksud adalah beton yang mudah mengalir tetapi tetap memiliki mutu yang baik seperti beton normal. 2.2.4. Beton Serat Beton serat adalah beton yang materialnya ditambah dengan komponen serat yang bisa berupa serat baja, plastik, glass ataupun serabut dari bahan alami. Walaupun serat dalam campuran tidak terlalu banyak meningkatkan kekuatan beton terhadap gaya tarik, perilaku struktur beton tetap semakin baik misalnya meningkatkan regangan yang dicapai sebelum runtuh, meningkatkan ketahanan beton terhadap benturan dan menambah kerasnya beton. 2.2.5. Beton dengan Polimer Beton dengan polimer adalah beton dengan pemberian polimer sebagai bahan perekat tambahan pada campuran beton, akan dihasilkan beton dengan kuat tekan yang lebih tinggi dan dalam waktu yang lebih singkat. Bahan yang ditambahkan bisa berupa lateks maupun emulsi dari bahan lain. Jenis ini cocok digunakan pada pekerjaan-pekerjaan pembetonan dalam keadaan darurat seperti terowongan, tambang dan pekerjaan lain yang membutuhkan kekuatan beton

dalam waktu singkat bahkan dalam hitungan jam. Disamping itu, jenis beton polimer bisa dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap bahan kimia tertentu. Metode panambahan polimer selain pada campuran beton, bisa juga dilakukan pada saat beton sudah kering dengan tujuan untuk menutup poripori beton dan retak kecil karena pengeringan sehingga didapatkan beton yang kedap air sehingga ke awetan beton bisa meningkat. 2.2.6. Beton Berat Kebalikan dari beton ringan adalah beton berat, dimana beton jenis ini memiliki berat isi yang lebih tinggi dari beton normal (2400 kg/m3) yaitu sekitar 3300 kg/m3 sampai 3800 kg/m3. Beton berat biasanya digunakan pada bangunanbangunan seperti untuk perlindungan biologi, instalasi nuklir, unit kesehatan dan bagunan fasilitas pengujian dan penelitian atom. Beton berat dibuat dengan menggunakan agregat berat seperti bijih besi maupun bahan alami yang berat. 2.2.7. Beton Besar Beton besar merupakan beton pada struktur masif dengan volume yang sangat besar seperti pada bendungan, pintu air maupun balok dan pilar besar dan masif. Beton berat dibuat dengan perlakuan yang berbeda dengan beton normal mengingat timbulnya panas yang berlebihan pada campuran beton dan terjadinya perubahan volume yang juga menjadi sangat besar. Perlakuan untuk penanganan beton berat bisa dilakukan dengan mengubah komposisi campuran seperti pengurangan semen, penambahan bahan aditif pembentuk gelembung udara dan penggunaan agregat yang memiliki kepadatan tinggi. 2.2.8. Beton Semen Polimer Rekayasa beton dengan polimer atau disebut sebagai polymer modified concrete merupakan suatu perekayasaan material beton dengan menggunakan material organik rantai panjang atau polimer. Polymer modified concrete ada dua macam yaitu polymer impregnated concrete (PIC) dan polymer cement concrete (PCC). Polymer impregnated concrete adalah suatu material yang dibuat melalui impregnasi bahan polimer ke dalam beton jadi yang sudah mengeras, agar dapat menutup pori-pori permukaan beton agar lebih tahan terhadap kelembaban atau penyerapan air. Polymer cement concrete adalah suatu material beton yang dibuat

dengan menggantikan sebagian perekat semen dengan bahan polimer. Dimana beton semen polimer merupakan rekayasa beton pada bagian (1015% berat) dari bahan semen yang diganti dengan polimer sintesis organik. Pada umumnya, beton semen polimer yang dibuat dengan polimer lateks, mempunyai ikatan yang baik untuk memperkuat baja dan beton tahan lama. Baik dalam hal elastis, anti karat, dan tahan untuk menghentikan adanya kerusakan. Aplikasi utama dari beton semen polimer yang berisi lateks yaitu pada permukaan lantai. 3.

Pengertian Semen Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti perekat. Semen

adalah hydraulic binder atau perekat hidrolik yang artinya senyawa-senyawa di dalam semen dapat beraksi dengan air membentuk zat baru yang dapat mengikat benda-benda padat lainnya dan membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat, serta keras. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni semen non-hidrolik dan semen hidrolik. Secara prinsip, proses yang dialami oleh bahan semen sehingga menjadi semen adalah proses fisika dan proses kimia. Proses Fisika berupa penggilingan, baik penggilingan bahan baku, maupun penggilingan klinker. Untuk proses kimianya adalah dengan pembakaran di Kiln dengan suhu +1450oC. Setiap tahapan dari pembuatan semen tersebut dilakukan kendali mutu. Pengendalian mutu ini dilakukan secara realtime melalui Central Control Room (CCR) dan pengujian kimia secara langsung di Laboratorium Proses. Sehingga dari proses-proses tersebut didapatkan produk yang bermutu tinggi. Ekosemen adalah salah satu jenis produk semen yang hampir sama dengan semen portland dan karena bahan bakunya menggunakan bahan berbasis limbah serta ramah lingkungan maka disebut ekosemen. Beberapa alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan baku batu kapur yang berbasis limbah dan ramah lingkungan antara lain abu terbang batu bara (fly ash), abu hasil kalsinasi sampah dan abu sisa pengolahan kayu. Selain itu beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada limbah makanan laut seperti kulit udang (chitosan) dan

kulit kerang dapat dijadikan sebagai pengganti batu kapur. Hal ini dapat dilihat mulai dari proses pengambilan bahan baku (eksplorasi terus-menerus), proses produksi serta dampak polusi yang ditimbulkan tersebut. Batu kapur sebagai bahan baku pembuatan semen portland. Merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan jika pengambilannya dilakukan secara terus-menerus maka keberadaan bahan baku tersebut akan habis. Selain itu dampak yang terjadi adalah terus meningkatnya pemanasan global. Menurut International Energy Authority World Energy Outlook, produksi semen portland adalah penyumbang karbon dioksida sebesar tujuh persen dari keseluruhan karbon dioksida yang dihasilkan oleh berbagai sumber. Hal ini terjadi karena dari satu ton semen portland yang diproduksi menghasilkan satu ton karbon dioksida. Jumlah kerang yang cukup berlimpah akan sebanding dengan jumlah limbah kulitnya juga yang selama ini untuk sebagian besar hanya dibuang dan sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahan baku pembuatan kosmetik, dan kerajinan tradisional. Limbah kulit kerang mengandung senyawa kimia yang bersifat pozzolan yaitu zat kapur (CaO) sebesar 66,70%, alumina, dan senyawa silika, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif bahan baku utama atau bahan subtitusi pembuatan semen. Optimalisasi pemanfaatan limbah kulit kerang diharapkan dapat mengurangi limbah yang mencemari lingkungan. Dapat memberikan nilai tambah terhadap limbah kulit kerang tersebut. Penelitian ini akan mengkaji pemanfaatan limbah kulit kerang sebagai bahan baku untuk pembuatan ekosemen. 3.1.

Bahan Baku Pembuatan Semen

3.1.1. Kulit Kerang Kulit kerang ini banyak ditemukan di lingkungan sebagai limbah yang dibuang begitu saja tanpa ada dilakukan pemanfaatannya oleh banyak orang. Kerang darah mempunyai 2 keping cangkang yang tebal dan kedua sisi sama, cangkang berwarna putih ditutupi periostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman, ukuran kerang dewasa 6-9 cm. Cangkang kerang jika dipanas-kan pada suhu di bawah 500 tersusun atas kalsium karbonat (CaCO3)

pada phase aragonite dengan struktur kristal orthorombik. Sedangkan pada suhu di atas 500 berubah menjadi fase kalsit dengan struktur kristal heksagonal. Banyaknya kandungan mineral kalsium sebagai pembentuk tulang dan mineral (Cu, Fe, Zn, dan Si) yang berfungsi sebagai antioksidan serta proksimat dari kerang darah (Anadara granosa). Proses pembuatan CaCO3 dari kulit kerang yaitu dengan cara pertama kulit kerang dicuci terlebih dahulu kemudian dikeringkan (dijemur) kemudian dihaluskan atau dihancurkan pada impact crusher sampai ukuran 25-30mm dipanaskan pada suhu 500-700oC lalu disimpan pada preblending stockpile. 3.1.2. Pasir Silika Pasir silika memiliki rumus kimia SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika terdapat bersama dengan oksida logam lainnya, dimana semakin murni kadar SiO2 maka semakin putih warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 ±90%. 3.1.3. Tanah Liat dan Pasir Besi Tanah liat digunakan sebanyak ±9%. Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O. Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air ±20%, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi ±46%. Pasir besi digunakan sebanyak ±1%. Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe3O2 ±75–80%. Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen. 3.1.4.

Gypsum Gypsum adalah salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang

mendominasi pada mineralnya. Gypsum yang paling umum ditemukan adalah jenis hidrat kalsium sulfat dengan rumus kimia CaSO4.2H2O. Gypsum adalah salah satu dari beberapa mineral yang teruapkan. Penambahan gypsum pada pembuatan semen berfungsi sebagai pengatur waktu pengerasan semen (setting

time). Untuk memproduksi semen OPC (Ordinary Portland Cemen), gypsum digunakan sekitar 3-5% dan clinker sekitar 95-87% dan untuk memproduksi semen PPC (Portland Pozzoland Cement) digunakan clinker sekitar 75-76%. 3.1.5. Pozzolan Pozzolan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok sesuai dengan sumbernya yaitu, pozzolan alam (natural pozzalanas) dan pozzalan buatan (artificial pozzolanas). Pozzolan alam merupakan hasil proses vulkanisasi gunung berapi yang terbentuk dari campuran senyawa oksida silika dan alumina dimana partikel-partikelnya berbentuk cristal dan glassy, misalnya abu vulkanis dan tanah diatome. Sedangkan pozzolan buatan umumnya diperoleh dari hasil sisa pembakaran batu bara dan dapat juga diperoleh dari proses pembakaran batuanbatuan silika atau alumina. Secara kimia, pozzolan alam dan pozzolan buatan adalah relatif sama dimana kandungan utamanya juga oksida silika dan alumina. Pada pembuatan ekosemen, pozzolan alam digunakan karena bahan bakunya yang mudah diperoleh serta biayanya yang lebih murah. 4.

Pengaruh Substitusi Abu Kulit Kerang Terhadap Sifat Mekanik

Beton Abu kulit kerang merupakan abu yang berasal dari pengolahan limbah kulit kerang yang di bersihkan kemudian dihaluskan dengan menggunakan mesin penggiling sampai menjadi abu. Dari hasil pengujian silinder beton pada umur 28 hari diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan kekuatan pada setiap penambahan kadar penggunaan abu kulit kerang dan kapur. Sehingga didapat grafik yang semakin menurun seiiring penambahan abu kulit kerang dan kapur. Penurunan kuat tekan terjadi akibat kandungan senyawa silika yang terdapat pada abu kulit kerang dan kapur sangat rendah. Senyawa kalsium silikat tersebut bertanggung jawab pada proses pengerasan campuran. Selain kalsium silikat hidrat yang diperoleh dari silika aktifnya, juga terbentuk trikalsium aluminat hidrat. Kekuatan pasta semen memegang peranan paling penting yang dipengaruhi secara langsung oleh kualitas semen, air dan porositas pastanya. Porositas yang kecil akan meningkatkan kekuatan pasta semen dan sangat dipengaruhi oleh perbandingan air dengan semen (water cement ratio, w/c) di

dalam campuran. Pada kualitas agregat yang menentukan adalah kekuatannya, kekasaran permukaannya dan gradasinya, disamping harus dapat dijamin terbebas dari kotoran dan bahan-bahan kimia reaktif lainnya. Hasil pengujian makro struktur pada beton normal, substitusi abu kulit kerang serta substitusi kapur dengan 100x dan 200x pembesaran. Secara visual pada spesimen uji dapat dilihat langsung dan dapat dilihat beberapa cacat pada coran yang berupa porositas dimana hal ini tentunya akan mengakibatkan penurunan pada sifat mekanis beton karena dapat menjadi sumber/awal terjadinya crack. Nilai porositas yang dimiliki beton normal lebih sedikit dibandingkan dengan campuran beton dengan substitusi abu kulit kerang dan kapur. Semakin besar persentase campuran abu kulit kerang dan kapur, maka porositas yang terjadi akan semakin besar pula. Sehingga terjadi penurunan pada kuat tekan, kuat tarik dan meningkatnya nilai absorbsi pada beton. 5.

Pemanfaatan Limbah Kulit Kerang Sebagai Substitusi Pasir dan Abu

Ampas Tebu Sebagai Substitusi Semen Pada Campuran Beton Mutu K-225 Kegiatan diawali dengan melakukan studi literatur, kemudian dilanjutkan dengan persiapan dan pengujian untuk mendapatkan perhitungan desain campuran (job mix design). Setelah dihitung kemudian dilakukan pembuatan benda uji (sample), setelah itu dilakukan perawatan (curing) dengan perendaman dalam air. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari. Setelah pengujian dilanjutkan dengan menganalisa dan mengolah data-data yang diperoleh dari hasil pengujian untuk kemudian ditarik kesimpulan. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen Portland Tipe 1 dari PT. Semen Batu Raja (Persero) Tbk. Agregat halus berupa pasir dari daerah Tanjung Raja. Agregat kasar berupa split ½ dari daerah Lahat dan air. Bahan substitusi yang merupakan limbah dari industri yaitu, kulit kerang limbah dari indutri kerang kupas di Dempo sebagai bahan substitusi pasir, dan abu ampas tebu limbah dari pabrik gula di Belitang. Sebelum bahan substitusi digunakan dilakukan beberapa hal sebelumnya dengan tujuan agar bahan substitusi menyerupai material yang digantikannya. Ampas tebu yang sebelumnya sudah dibakar dari pabrik hingga menjadi abu dioven dengan suhu diatas 600°C, setelah itu didinginkan dan diayak

dengan saringan nomor 200 untuk mendapatkan kehalusan seperti semen. Kulit kerang sebagai pengganti pasir pertama direndam dalam air kemudian disikat hingga bersih, lalu dikeringkan dengan menggunakan oven selanjutnya dihaluskan dengan cara ditumbuk hingga menyerupai pasir. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap tiap-tiap material yang akan digunakan. Hasil pengolahan data menyangkut penggunaan abu ampas tebu sebagai bahan pengganti sebagian semen dan kulit kerang sebagai pengganti sebagian pasir pada beton dengan cara mengurangi sebagian jumlah dari total semen dan pasir yang digunakan, maka penerapan peraturan SNI (Standar Nasional Indonesia) dalam penelitian ini untuk perencanaan campuran beton menghasilkan kuat tekan yang sesuai dengan kuat tekan yang direncanakan. Kombinasi ampas tebu dan kulit kerang sebagai bahan substitusi paling baik adalah variasi persentase sebesar 8%+9% karena mampu meningkatkan kuat tekan beton dengan nilai paling optimum, untuk persentase 10%+11% kuat tekan hanya sedikit lebih tinggi dari beton normal. Sedangkan dengan persentase sebesar 12%+13% terjadi kuat tekan menurun terhadap kuat tekan beton normal.

DAFTAR PUSTAKA

Karolina, R. 2014. Pengaruh Substitusi Abu Kulit Kerang Terhadap Sifat Mekanik Beton. Jurnal Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Medan. Katrina, G. 2014. Pemanfaatan Limbah Kulit Kerang Sebagai Substitusi Pasir dan Abu Ampas Tebu Sebagai Substitusi Semen Pada Campuran Beton Mutu K-225. Jurnal Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan. Olivia, M. 2016. Pemanfaatan Abu Kulit Kerang (Anadara Grandis) Untuk Pembuatan Ekosemen. Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau. Pekanbaru. Somayaji, S. 2001. Civil Engineering Materials. New Jersey: Prentice Hall. Tjokrodimuljo, K. 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Related Documents

Tk
May 2020 28
Tk
June 2020 28
Tk
November 2019 44
Grundlagen Tk
July 2020 17
Tk Kitosan.docx
October 2019 36
Tk Pcgdth2008
November 2019 26

More Documents from ""