BAB I PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan 1. Menentukan titik beku suatu larutan. 2. Mengetahui pengaruh zat terlarut terhadap titik beku larutan. 3. Menentukan penurunan titik beku larutan. 4. Menentukan titik didih suatu larutan. 5. Mengetahui pengaruh zat terlarut terhadap titik didih larutan. 6. Menentukan titik didih larutan. 7. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan titik beku suatu larutan. 8. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan titik didih suatu larutan.
I.2 Manfaat Adapun manfaat dari percobaan ini adalah praktikan mampu mengetahui titik beku suatu larutan, pengaruh zat terlarut terhadap titik beku larutan, penurunan titik beku larutan, titik didih suatu larutan, pengaruh zat terlarut terhadap titik didih larutan, faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan titik beku suatu larutan,dan faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan titik didih suatu larutan.
1
BAB II LANDASAN TEORI
Titik beku adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni.Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Jadi larutan akan membeku lebih lama daripada pelarut. Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda. Titik beku suatu cairan akan berubah jika tekanan uap berubah, biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain, jika cairan tersebut tidak murni, maka titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang). Seperti yang kita tahu bahwa titik beku pelarut murni berada pada suhu 0ºC, tapi dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0ºC lagi, melainkan akan turun menjadi dibawah 0ºC, dan inilah yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”. Dalam percobaan ini akan diteliti tentang perubahan titik beku pelarut murni yang telah ditambahkan zat terlarut lain kedalamnya dan mencoba pembuktian bahwa titik beku larutanya akan lebih rendah dibandingkan pelarut murninya. Titik beku adalah suhu pada pelarut tertentu di mana terjadi perubahan wujud zat cair ke padat. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0°C karena pada suhu itu tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (Δ Tf = freezing point depression). Pada percobaan ini ditunjukkan bahwa penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel dalam larutan.Oleh karena itu, penurunan titik beku tergolong sifat koligatif. (Neutron, 2013) Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku
2
pelarut.Titik beku pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 0ºC. dengan adanya zat terlarut misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0ºC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang). Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut, maka akan didapat suatu larutan yang mengalami: 1. Penurunan tekanan uap jenuh 2. Kenaikan titik didih 3. Penurunan titik beku 4. Tekanan osmosis Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit. Adanya partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap dalam larutan dapat mengurangi kemampuan zat pelarut untuk menguap, sehingga tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut murni. Adanya partikel zat terlarut tersebut juga akan mengakibatkan kanaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan. Menurut hokum Roult, besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku larutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan tidak mengalami disosiasi (larutan non elektrolit), sebanding
3
dengan banyaknya partikel zat terlarut. Besarnya kenaikan titik didih larutan 1 molal disebut kenaikan titik didih molal, Kb. Sedangkan besarnya penurunan titik beku larutan 1 molal disebut penurunan titik beku molal, Kf. Untuk larutan encer berlaku: ΔTb = m x Kb ΔTf = m x Kf Dengan : ΔTb = Kenaikan titik didih larutan ΔTf = Penurunan titik beku larutan Kb = kanaikan titik didih molal Kf = penurunan titik beku molal M = Molalitas larutan Besarnya molalitas larutan yang sejenis sebanding dengan massa zat terlarut dan berbanding dengan massa molekul zat terlarut. Jika massa zat terlarut dan massa zat pelarut diketahui, maka massa molekul zat terlarut dapat ditentukan berdasarkan sifat koligatif suatu larutan. Untuk larutan yang mengandung zat terlarut tidak mudah menguap dan dapat mengalami disosiasi (larutan elektrolit), besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku larutan, dipengaruhi oleh derajad disosiasi larutan. Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, maka molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut mudah untuk melepaskan diri dari permukaan larutan. Atau dapat dikatakan pada suhu yang sama sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang rendah, maka molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan diri dari larutan. Jadi larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu tertentu akan memiliki titik didih yang lebih rendah. [1]
4
Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Titik didih cairan pada tekanan udara 760 mmHg disebut titik didih standar atau titik didih normal. Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan cairan). Telah dijelaskan bahwa tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarutnya.Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut sehingga kecepatan penguapan berkurang. (Utami, 2007)
5
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Waktu dan Tempat Waktu : 12 Juni 2017 ( 13.00-17.00 ) Tempat
: Laboratorium Teknik Kimia
III.2 Alat 1.Batang Pengaduk 2.Gelas Piala 250 mL dan 500 mL 3.Stopwatch 4.Pemanas 5.Tabung Reaksi 6.Termometer
Bahan 1.Asam Askorbat 2.Es batu 3.Garam Dapur 4.Sukrosa
III.4 Cara kerja Penurunan Titik Beku 1 Menyiapkan alat dan bahan 2 Masukkan asam askorbat masing-masing 1 g; 1,5 g; 2 g; 2,5 g; 3 g; 3,5 g ke dalam tabung reaksi. 3 Menambahkan air suling ke dalam tiap tabung sebanyak 10 mL lalu melarutkan Vitamin C.
6
4 Memasukkan tabung reaksi yang berisi larutan asam askorbat ke dalam gelas piala yang berisi es batu dan garam dapur (mencatat suhunya) dan stopwatch dinyalakan. 5 Mencatat waktu yang dibutuhkan masing-masing larutan untuk membeku. 6 Mencatat temperature saat terjadi pembekuan larutan dalam tabung reaksi. 7 Menghitung BM zat terlarut.
Kenaikan Titik Didih 1.
Menyiapkan alat dan bahan.
2.
Masukkan asam askorbat masing-masing 1g ; 1,5g ; 2g ; 2,5g ; 3g ; 3,5g ke dalam tabung reaksi.
3.
Menambahkan air suling ke dalam tabung reaksi sebanyak 25 mL lalu melarutkannya.
4.
Dipanaskan diatas pemanas lalu mencatat suhu pada saat larutan tersebut mendidih.
5.
Hitung BM zat terlarut.
7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Data Pengamatan. A. Titik Beku Suhu X
Sukrosa
Air
Waktu
Sebelum Membeku
Setelah Membeku
(oC)
(oC)
(menit)
1
1 gram
10 mL
26
0
4.20
2
1,5 gram
10 mL
27
0
5.20
3
2 gram
10 mL
26,5
0
8.30
4
2,5 gram
10 mL
26
0
12.00
5
3 gram
10 mL
27
0
19.31
6
3,5 gram
10 mL
27
0
20.00
NO
Asam Askorbat
Suhu Air
Sebelum
Waktu Setelah
(menit)
Membeku(oC) Membeku(oC) 1
1 gram
10 mL
27
0
10.12
2
1,5 gram
10 mL
27
0
8.21
3
2 gram
10 mL
26
0
9.10
4
2,5 gram
10 mL
28
0
4.15
5
3 gram
10 mL
27
0
6.52
6
3,5 gram
10 Ml
28
0
8.17
8
B. Titik Didih Suhu NO
Sukrosa
Air
Waktu Sebelum Mendidih
Setelah Mendidih
1
1 gram
10 mL
26oC
81oC
2.18 menit
2
1,5 gram
10 mL
26oC
81oC
2.35 menit
3
2 gram
10 mL
26oC
81oC
1.40 menit
4
2,5 gram
10 mL
26oC
85oC
2.00 menit
5
3 gram
10 mL
26oC
87oC
2.06 menit
6
3,5 gram
10 mL
26oC
89oC
2.15 menit
NO
Suhu
Asam Askorbat
Air
Waktu Sebelum Mendidih
Setelah Mendidih
1
1 gram
10 mL
28oC
89oC
2.28 menit
2
1,5 gram
10 mL
29oC
89oC
2.17 menit
3
2 gram
10 mL
32oC
87oC
2.32 menit
4
2,5 gram
10 mL
29oC
85oC
1.46 menit
5
3 gram
10 mL
23oC
88oC
2.13 menit
6
3,5 gram
10 mL
29oC
91oC
2.17enit
IV.2 Data Pengamatan. 1. Penurunan Titik Beku Asam Askorbat (Vit C) a. Untuk 1 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
9
= 1,86 0ºC C/mol х (1,0055 g/0ºC) х 1000/15 ml = 124,68
b. Untuk 1,5 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P) = 1,86 0ºC C/mol х (1,5010 g/0ºC) х 1000/15 ml = 186,12
c. Untuk 2,0 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P) = 1,86 0ºC C/mol х (2,0150 g/0ºC) х 1000/15 ml = 249,86
d. Untuk 2,5 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P) = 1,86 0ºC C/mol х (2,5490 g/0ºC) х 1000/15 ml = 316,07
e. Untuk 3 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P)
10
= 1,86 0ºC C/mol х (3,0078 g/0ºC) х 1000/15 ml = 372,96
f. Untuk 3,5 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P) = 1,86 0ºC C/mol х (3,5010 g/0ºC) х 1000/15 ml = 434,12
Sukrosa a. Untuk 1 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P) = 1,86 0ºC C/mol х (1,0480 g/0ºC) х 1000/15 ml = 129,95
b. Untuk 1,5 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P) = 1,86 0ºC C/mol х (1,5109 g/0ºC) х 1000/15 ml = 187,35
c. Untuk 2,0 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC
11
= 0ºC BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P) = 1,86 0ºC C/mol х (2,0080 g/0ºC) х 1000/15 ml = 248,99
d. Untuk 2,5 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P) = 1,86 0ºC C/mol х (2,5225 g/0ºC) х 1000/15 ml = 312,79
e. Untuk 3 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P) = 1,86 0ºC C/mol х (3,0500 g/0ºC) х 1000/15 ml = 378,2
f. Untuk 3,5 gram ∆Tf
= Tf pelarut – Tf larutan = 0ºC - 0ºC = 0ºC
BM
= Kf х (gr/Tf) х (1000/P) = 1,86 0ºC C/mol х (3,5125 g/0ºC) х 1000/15 ml = 435,55
12
2. Kenaikan Titik Didih Asam Askorbat (Vit C) a. Untuk 1 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 81ºC = 19ºC
BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (1,0055 g/19ºC) х 1000/25 ml = 1,0795
b. Untuk 1,5 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 81ºC = 19ºC
BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (1,5010 g/19ºC) х 1000/25 ml =1,6116
c. Untuk 2,0 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 81ºC =19ºC
BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (2,0150 g/19ºC) х 1000/25 ml = 2,1634
d. Untuk 2,5 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 84ºC = 16ºC
BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P)
13
= 0,51 0ºC C/mol х (2,5490 g/16ºC) х 1000/25 ml = 3,2499
e. Untuk 3 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 90ºC = 10ºC
BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (3,0078 g/10ºC) х 1000/25 ml =6,3159
f. Untuk 3,5 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 85ºC =15 ºC
BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (3,5010 g/15ºC) х 1000/25 ml = 4,7613
Sukrosa a. Untuk 1 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 89ºC = 11ºC
BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (1,0480 g/11ºC) х 1000/25 ml = 1,9435
b. Untuk 1,5 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 89ºC
14
= 11ºC BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (1,5109 g/11ºC) х 1000/25 ml =2,8020
c. Untuk 2,0 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 89ºC =11ºC
BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (2,0080 g/11ºC) х 1000/25 ml = 3,7239
d. Untuk 2,5 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 81ºC = 19ºC
BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (2,5225 g/19ºC) х 1000/25 ml = 2,7083
e. Untuk 3 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan = 100ºC - 84ºC = 16ºC
BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (3,0500 g/16ºC) х 1000/25 ml =3,8887
f. Untuk 3,5 gram ∆Tb
= Tb pelarut – Tb larutan
15
= 100ºC - 91ºC =9 ºC BM
= Kb х (gr/Tb) х (1000/P) = 0,51 0ºC C/mol х (3,5125 g/9ºC) х 1000/25 ml = 7,9616
IV.3 Pembahasan. Titik didih suatu zat adalah suhu pada saat zat tersebut mendidih. Proses pendidihan sendiri merupakan penguapan yang terjadi di seluruh bagian cairan. Hal ini ditandai dengan adanya gelembung yang keluar dari dalam cairan. Titik didih tergantung pada dua hal, yaitu tekanan uap zat yang bersangkutan, dan lokasi di mana zat tersebut berada. Suatu zat akan mendidih jika tekanan uapnya sama dengan tekanan udara luar. Cara untuk menyamakan tekanan uap zat dengan tekanan udara luar adalah dengan memberikan energi (kalor) kepada zat tersebut. Semakin besar suhu, maka tekanan uap pun akan semakin besar, sehingga dengan membesarnya tekanan uap, maka ada pada saat tertentu tekanan uapnya akan setara dengan tekanan udara luar. Pada saat tekanan uap sama dengan tekanan udara luar inilah, maka terjadilah proses pendidihan. Faktornya adalah lokasi di mana zat cair tersebut berada. Hal ini karena tekanan udara di setiap tempat tidaklah sama. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, maka tekanan udaranya semakin kecil. Hal ini dapat dipahami karena jumlah udara semakin berkurang seiring dengan bertambahnya ketinggian. Semakin tinggi suatu tempat (seperti di pegunungan), maka tekanan udaranya pun semakin rendah, sehingga semakin mudah pula tekanan uapnya sama dengan tekanan udara luar. Akibatnya, titik didihnya pun semakin rendah.
16
Pada percobaan ini yang sebagai pelarut yaitu aquades, sedangkan Sukrosa dan Vitamin C pada percobaan tersebut sebagai zat terlarut. Es, garam, Sukrosa dan Vitamin C merupakan bahan yang digunakan pada percobaan penurunan titik beku melalui penentuan molalitas. Garam dapur yang digunakkan tersebut sebagai campuran es yang untuk menghambat proses pencairan es, sehingga dapat membantu dalam pengamatan terhadap titik beku laruatan yang di uji tersebut. Perubahan titik beku pada larutan dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi perubahan suhu baik dari sisitem ataupun dari lingkuangan. Dalam penurunan titik beku berlaku ketentuan sebagai berikut : 1. Suatu pelarut jika ditambahkan zat terlarut, maka titik bekunya akan turun. 2. Titik beku larutan elektrolit lebih rendah dibanding larutan non-elektrolit. 3. ∆Tf ( penurunan titik beku) = titik beku pelarut murni - titik beku larutan). Penambahan zat terlarut baik berupa zat yang elektrolit maupun nonelektrolit pada pelarut menyebabkan terjadinya kenaikan titik didih (ΔTb), sehingga harga titik didih (Tb) yang dihasilkan lebih besar daripada titik didih pelarut (Tb). Penambahan zat terlarut yang berupa zat elektrolit pada pelarut menghasilkan titik didih (Tb) yang lebih besar daripada zat nonelektrolit yang ditambahkan pada pelarut. Suatu zat cair murni (misalkan air) yang memiliki titik didih tertentu, akan mengalami perubahan pada titik didihnya ketika ditambahkan suatu zat terlarut Nonvolatile seperti gula. Hal ini terjadi, karena dengan adanya zat terlarut, maka tekanan uap larutan akan menurun. Akibatnya, proses penguapan menjadi lebih sulit. Hasilnya, dibutuhkan energi yang lebih tinggi (suhu yang lebih besar) untuk menguapkan larutan tersebut.
17
Secara logika hal ini juga bisa dipahami. Ketika suatu zat terlarut seperti gula dimasukkan ke dalam air, maka gula akan membentuk larutan yang homogen dalam air. Partikel gula akan menyebar ke seluruh bagian cairan termasuk di bagian permukaan. Partikel-partikel gula yang ada di bagian permukaan akan menghalangi proses penguapan air, sehingga jumlah uap air yang dihasilkan semakin sedikit. Akibatnya, tekanan uapnya pun akan menurun. Tekanan uap yang lebih rendah akan menyebabkan kebutuhan energi yang lebih tinggi untuk menyamakan tekanan uapnya dengan tekanan udara luar. Alhasil, energi yang dibutuhkan semakin bertambah sehingga suhu pendidihan pun semakin membesar.
18
BAB V PENUTUP
V.1Kesimpulan Kesimpulan dalam percobaan ini adalah : 1. Dari hasil pengamatan diketahui jika bertambahnya konsentrasi maka kenaikan titik didih makin besar dan titik didih larutannya tinggi. 2. Dari hasil pengamatan diketahui semakin tinggi titik didihnya maka semakin lama waktu yang dibutuhkan zat hingga mendidih. 3. Dari hasil pengamatan diketahui bertambahnya konsentrasi maka penurunan titik beku (∆Tf) makin besar dan titik beku larutannya semakin rendah. 4. Dari hasil pengamatan diketahui penurunan titik beku larutan elektrolit lebih besar dari pada penurunan titik beku larutan non elektrolit. Titik beku larutan elektrolit lebih rendah dari larutan non elektrolit. 5. Dari hasil pengamatan diketahui semakin rendah titik bekunya maka semakin lama waktu yang dibutuhkan zat hingga membeku.
V.2 Saran Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga jika anda ingin lebih mendalami materi ini maka anda sebaiknya melakukan
praktikum
dengan
baik,
teliti
dan
dengan
penyempurnaan-penyempurnaan. Kami mohon maaf jika ada penulisan kata yang salah ataupun yang kurang tepat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Agfa, F. (2015, 10 15). Retrieved from https://notechaca.wixsite.com/firarizqyagfa/singlepost/2016/10/15/LAPORAN-PRAKTIKUM-KIMIA-PENENTUAN-TITIK-BEKU Glory. (2013, 04 15). Retrieved from http://iddamahfiroh.blogspot.co.id/2013/04/laporan-praktikum-kimiatitik-beku.html Kurniawan, H. (2012, 12 04). Retrieved from http://berbagidiblog.blogspot.co.id/2012/12/kenaikan-titik-didih_4.html Neutron. (2013). Belajar Praktis Kimia. Titik beku dan titk didih, 6-9. Utami, B. (2007). Kimia untuk SMA kelas 12. Surakarta: putra nugraha.
20
LAMPIRAN Gambar.1 Ditimbang Asam Askorbat lalu dilarutkan dan dimasukkan dalam tabung reaksi.
Gambar.2 Ditimbang sukrosa lalu dilarutkan dan dimasukkan dalam tabung reaksi.
21
Gambar.3 Asam Askorbat dan sukrosa yang dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Gambar.4 Asam Askorbat dan sukrosa yang dimasukkan kedalam gelas piala yang berisi es batu dan garam.
Gambar.5 Asam Askorbat dan sukrosa yang dimasukkan kedalam gelas piala yang berisi es batu dan garam lalu dihitung.
22
Gambar.6 Asam Askorbat yang dipanaskan.
Gambar.7 Sukrosa dimasukkan dalam tabung reaksi lalu dipanaskan.
Gambar.8 Setelah dipanaskan, ukur suhu Asam Askorbat dan sukrosa.
23