IV. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Dispepsia Dispepsia adalah kumpulan gejala penyakit saluran cerna bagian atas dan gejalanya bervariasi pada setiap individu (Mahadeva et al., 2012). Kumpulan gejala ini dikenal dengan istilah sindroma dispepsia yang terdiri atas keluhan rasa tidak nyaman di perut bagian atas, mual, muntah, kembung, cepat merasa kenyang, rasa perut penuh, dan sendawa. Kriteria tersebut dipenuhi dalam 3 bulan terakhir dengan onset gejala tidak kurang dari 6 bulan sebelum diagnosis (Aro et al., 2009). B. Epidemiologi Berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2006 yang diterbitkan Depkes RI pada tahun 2007, dispepsia menempati urutan ke-10 dengan proporsi 1,52% (34.029 kasus) dari 10 kategori jenis penyakit terbanyak dirawat inap di seluruh rumah sakit yang ada Indonesia dan pada tahun 2010 kasus dispepsia mengalami peningkatan yaitu menduduki peringkat ke-5 dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan jumlah kasus laki-laki 9.594 (38,82%) dan perempuan 15.122 (61,18%), sedangkan untuk penyakit rawat jalan dispepsia menduduki peringkat ke-6 dengan jumlah kasus laki-laki 34.981 dan perempuan 53.618 serta didapatkan 88.599 kasus baru dan 163.428 kunjungan (Kementerian Kesehatan, 2012). Diperkirakan sekitar 15-40% populasi di dunia memiliki keluhan dispepsia kronis atau berulang, sepertiganya merupakan dispepsia organik. Etiologi terbanyak dispepsia organik yaitu ulkus peptikum lambung/duodenum, penyakit refluks gastro-esofagus, dan kanker lambung. Namun, sebagian besar etiologi dispepsia tak diketahui atau fungsional (Purnamasari, 2017). C. Klasifikasi Dispepsia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu organik (struktural) dan fungsional (nonorganik). Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional, atau dispesia non ulkus, bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi setelah 3 bulan dengan gejala dispepsia (Djojoningrat, 2014). D. Etiologi 1. Organik a. Obat-obatan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik (makrolides, metronidazole), Besi, KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol), Kortikosteroid, Levodopa, Niacin, Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine, Theophiline (Talley et al., 2005). b. Intoleransi Makanan (Talley et al., 2005) 1) Alergi susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenis produk kedelai dan beberapa jenis buah-buahan 2) Non-alergi
Produk alam : laktosa, sucrosa, galactosa, gluten, kafein. Bahan kimia : monosodium glutamate (vetsin), asam benzoat, nitrit, nitrat.
c. Kelainan struktural (Purnamasari, 2017; Abdullah & Gunawan, 2012; Talley et al., 2005) 1) Penyakit esophagus Refluks gastroesofageal dengan atau tanpa hernia Akalasia Obstruksi esophagus 2) Penyakit gaster dan duodenum Gastritis erosif dan hemorhagik; sering disebabkan oleh OAINS dan stres fisik seperti luka bakar, sepsis, pembedahan, trauma, shock Ulkus gaster dan duodenum Karsinoma gaster 3) Penyakit saluran empedu Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis 4) Penyakit pankreas Pankreatitis Karsinoma pankreas
5) Penyakit usus Malabsorbsi Obstruksi intestinal intermiten Sindrom kolon iritatif Angina abdominal Karsinoma kolon
d. Penyakit metabolik / sistemik 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Tuberculosis Gagal ginjal Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar Diabetes melitius Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid Ketidakseimbangan elektrolit Penyakit jantung kongestif
2. Fungsional Keluhan terjadi kronis, tanpa ditemukan adanya gangguan struktural atau organik atau metabolik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan.Termasuk ini adalah dispepsia dismotilitas, yaitu adanya gangguan motilitas diantaranya; waktu pengosongan lambung yang lambat, abnormalitas kontraktil, abnormalitas mioelektrik lambung, refluks gastroduodenal. Penderita dengan dispepsia fungsional biasanya sensitif terhadap produksi asam lambung yaitu kenaikan asam lambung. Kelainan psikis, stress dan faktor lingkungan juga dapat menimbulkan dispepsia fungsional (Ringerl, 2005).
E. Faktor Risiko 1. Tidak dapat dimodifikasi a. Usia Usia lebih dari 50 tahun meningkatkan risiko terjadinya dispepsia organik (Wu et al., 2014). b. Jenis kelamin Dispepsia lebih umum terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Patogenesis mungkin terkait dengan pengosongan lambung yang tertunda (Wu et al., 2014).
Abdullah, M., Gunawan, J. 2012. Dispepsia. CDK. 39(9): 647-652. Aro, P., Talley, N., Ronkainen, J., Storskrubb, T., Vieth, M., Johansson, S. E., Sternevald, E. B., et al. 2009. Anxiety Is Associated With Uninvestigated and Functional Dyspepsia (Rome III Criteria) in a Swedish Population-Based Study. J Gastro. 39(3): 94–100. Babaeian M, Naseri M, Kamalinejad M, Ghaffari F, Emadi F, Feizi A, Yekta NH et al. 2015. Herbal remedies for functional dyspepsia and traditional iranian medicine perspective. Iran Red Crescent Med J. 17(11): 1-8. Djojodiningrat, D. 2014. Dispepsia fungsional. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp: 1805-1810. Ghoshal UC, Singh R, Chang FY, Hou X, Wong BCY, Kachintorn U. 2011. Epidemiology of uninvestigated and functional dyspepsia in asia: Facts and fiction. Journal of Neurogastroenterology and Motility. 17 (1): 235-244. Gustin, R. K. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis pada Pasien yang Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi. Jurnal Medik Andalas. 1 (2): 1–12. Kementerian Kesehatan (2007). Pusat data dan informasi profil kesehatan indonesia tahun 2006. Depkes RI: Jakarta. Kementerian Kesehatan (2012). Pusat data dan informasi profil kesehatan indonesia tahun 2011. Depkes RI: Jakarta. Mahadeva S, Yadav H, Everett SM, Goh KL. 2012. Economic impact of dyspepsia in rural and urban malaysia: A population-based study. J Neurogastroenterol Motil. 18 (1): 43–57. Purnamasari, L. 2017. Faktor Risiko, Klasifikasi, dan Terapi Sindrom Dispepsia. CDK. 44(12): 870-873. Ringerl Y. 2005. Functional dyspepsia. UNC Division of Gastroenterology and Hepatology. 5(1):1-3. Talley N, Vakil NB, Moayyedi P. 2015. American Gastroenterological Association technical review: evaluation of dyspepsia. Gastroenterology. 129:1754. Wu LS, Teng LY, Han LC, Hong YZ, Chi CS, Chung KW. 2014. The Risk Factors and Quality of Life in Patients with Overlapping Functional Dyspepsia or Peptic Ulcer Disease with Gastroesophageal Reflux Disease. Gut and Liver J. 8(2):160-164.