Tipus Ayam Rev 1.docx

  • Uploaded by: yalif72
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tipus Ayam Rev 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,441
  • Pages: 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Ayam kampung Ayam kampung merupakan jenis unggas yang secara luas banyak

diternakkan oleh masyarakat di pedesaan karena sangat potensial sebagai sumber protein hewani. Ayam kampung lebih unggul dari segi ketahanan terhadap penyakit, kondisi lingkungan yang jelek, pemeliharaan yang tidak membutuhkan persyaratan berat, produksi telur dan dagingnya rendah (Buckle et al.,1978). Menurut Setiyono (1987), variasi komponen daging terbesar ada pada jumlah lemak. Selain itu, terdapat pula protein sebagai penyusun jaringan daging. Penetasan telur dapat dilakukan secara alami atau buatan (Yuwanta, 1993). Penetasan buatan lebih praktis dan efisien dibandingkan penetasan alami, dengan kapasitasnya yang lebih besar. Daya Tetas dipengaruhi oleh kesiapan telur, faktor genetik, umur induk, kebersihan telur, ukuran telur, nutrisi dan fertilitas telur (Sutiyono dan Krismiati, 2006). Hodgetts (2000), menyatakan suhu yang baik untuk penetasan adalah 37,8°C, dengan kisaran 37,2-38,2°C. Pada suhu ini akan dihasilkan daya tetas yang optimum. 1. Gelombang Konveksi Konveksi adalah proses dimana kalor ditransfer dengan pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat yang lain (Giancolli,2001). Fenomena perpindahan panas konveksi terdiri dari dua mekanisme yaitu perpindahan energi sebagai akibat dari pergerakan molukuler acak (difusi) dan energi yang dipindahkan secara makroskopik dari fluida (Kays, W. M dan Crawford, M. E., 1993). Perumasannya adalah: Q = h A ΔT Keterangan : Q = laju aliran kalor dalam J/s h = koefesien konveksi dalam J/s4.m2.K4 ΔT = perbedaan suhu yang dipanasi A = luas permukaan dalam m2

2.2

Kelembapan Kelembaban mempengaruhi pertumbuhan normal dari embrio (Wulandari,

2002). Kelembapan udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau atmosfer. Kelembapan udara yang cukup besar memberi petunjuk langsung bahwa udara banyak mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah. Parkhus dan Mountney (1998) menyatakan bahwa telur akan banyak menetas jika kelembapan mesin tetas sebaiknya ±70%. Kelembapan udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembapan mutlak, defisit tekanan uap air, maupun kelembapan nisbi (relatif). Kelembapan mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volume. Defisit tekanan uap air yaitu selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual (Holman, 1981). Kelembapan udara nisbi yaitu nilai perbandingan antara tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran (e) dengan nilai tekanan uap air maksimum (em) yang dapat dicapai pada suhu udara dan tekanan udara saat pengukuran (Wirjohamidjojo, 2006). Persamaan untuk kelembapan udara relatif adalah seperti berikut: 𝑒

𝑅𝐻 = 𝑒 𝑥 100 𝑚

Dengan: 𝑅𝐻

= kelembapan udara relatif (%)

𝑒

= tekanan uap air pada saat pengukuran (mb)

𝑒𝑚

= tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai pada suhu udara dan tekanan udara saat pengukuran (mb)

2.3

Komponen Elektronika 2.3.1

Arduino Uno Arduino merupakan sebuah board mikrokontroler yang didasarkan pada

ATmega328 (Ichwan et al., 2013). Arduino Uno memiliki 14 kaki digital input/output, dimana 6 kaki digital diantaranya dapat digunakan sebagai sinyal PWM (Pulse Width Modulation). Sinyal PWM berfungsi untuk mengatur

kecepatan perputaran motor. Arduino Uno memiliki 6 kaki analog input, kristal osilator dengan kecepatan jam 16 MHz, sebuah koneksi USB, sebuah konektor listrik, sebuah kaki header dari ICSP, dan sebuah tombol reset yang berfungsi untuk mengulang program (Magdalena, et al., 2013). Kelebihan Arduino diantaranya adalah tidak perlu perangkat chip programmer karena didalamnya sudah ada bootloader yang akan menangani upload program dari komputer, Arduino sudah memiliki sarana komunikasi USB, sehingga pengguna laptop yang tidak memiliki port serial/RS323 bisa menggunakannya. Bahasa pemrograman relatif mudah karena software Arduino dilengkapi dengan kumpulan library yang cukup lengkap, dan Arduino memiliki modul siap pakai (shield) yang bisa ditancapkan pada board Arduino. Misalnya shield GPS, Ethernet, SD Card, dll (Wibowo et al., 2013)

Gambar 1. Arduino Uno 2.3.2

Sensor Suhu dan Kelembapan DHT11 Sistem pengukuran data suhu, kelembaban, dan tekanan udara ini

menggunakan sensor DHT11 sebagai pengindera kelembaban udara dan sensor BMP180 sebagai pengindera suhu dan tekanan udara. Mikrokontroler Arduino digunakan sebagai pembaca data sensor yang kemudian diolah dan dikirimkan melalui media udara dengan komunikasi gelombang radio (Radio Frequency) atau biasa disingkat RF dari suatu area yang akan diukur kepada stasiun penerima yang kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik secara realtime (Harisuryo, 2015).

Gambar 2. Sensor DTH11 Gambar tersebut merupakan Sensor DHT11 terdiri dari elemen polimer kapasitif yang didalamnya terdapat memori kalibrasi yang digunakan untuk menyimpan koefisien kalibrasi hasil pengukuran sensor. Data yang dihasilkan berupa digital logic yang diakses secara serial dengan kisaran pengukuran dari 20-90 % RH. 2.3.3

Elemen Panas Elemen pemanas menghasilkan panas yang bersumber dari kawat

ataupun pita bertahanan listrik tinggi (Resistance Wire). Rice cooker memanfaatkan penggunaan prinsip kerja rangkaian listrik untuk proses memasak atau menghangatkan nasi. Bagian elektrik terpenting dari rice cooker adalah leaf switch, sensor panas magnetik, dan heating element (elemen pemanas). Apabila tangkai pemindah posisi ditekan ke bawah (posisi cook) maka kontak leaf switch akan menyambungkan sumber AC 220V ke elemen pemanas untuk memasak (heating element). Elemen pemanas ini akan memanasi logam tempat duduk panci dengan panas yang tinggi yang ditandai dengan led1 menyala, pada saat nasi sudah matang, sensor panas magnetik akan mendapatkan limpahan panas yang lebih besar dari panci hingga hilang sifat kemagnetannya, pada saat itulah tangkai pemindah posisi akan jatuh ke posisi bawah (posisi warm) dan led2 akan menyala sehingga kontak leaf-switch kini menyambungkan sumber AC 220V kepada elemen penghangat (Syarifudin, 2009). Sistem kerja setrika listrik adalah dengan mengubah energi listrik menjadi energi panas. Perubahan bentuk energi tersebut dihasilkan oleh rangkaian listrik

yang memiliki hambatan cukup besar. Hambatan inilah yang menyebabkan timbulnya panas pada bagian setrika yang disebut elemen pemanas berfungsi membangkitkan panas secara bertahap. Arus listrik mengalir dari sumber tegangan menuju lampu, kemudian langsung ke saklar bimetal, ketika kedua logam tersebut kontak, maka arus akan terus mengalir menuju elemen pemanas yang terdiri dari lilitan kawat sebagai bentuk resistor. Saklar yang kontak tersebut menyebabkan rangkaian tertutup dan setrika akan mengalami pemanasan pada tingkatan tertentu. Ketika panas yang ditentukan telah mengalami keadaan maksimal, maka secara otomatis termostat pada rangkaian saklar akan bekerja. Rangkaian akan terputus karena prinsip bimetal tadi menyebabkan salah satu logam mengalami pemuaian dan menyebabkan saklar terbuka. Akibatnya tidak ada arus yang mengalir serta lampu indikator akan mati. Aliran perpindahan panas yang terjadi pada elemen pemanas kemudian dihubungkan (kontak) secara langsung dengan alas setrika, sehingga panas merambat pada alas akibat konduksi (Anwar, 2012). 2.3.4

Module GSM sim800L

SIM800 adalah salah satu Module GSM/GPRS Serial yang dapat kita gunakan bersama Arduino/AVR. Modul ini bekerja pada 4 band frekuensi yaitu 850Mhz, 900Mhz, 1800Mhz, dan 1900Mhz (Himawan et al., 2017). SIM 800 dapat mengirimkan GSM / GPRS kinerja 850/900/1800 / 1900MHz untuk suara, SMS, data, dan fax dalam bentuknya yang kecil dan dengan daya rendah konsumsi. Ukurannya yang relatif kecil, yaitu 24mm x 24mm x 3mm, sehingga SIM800 mudah ditempatkan dalam sebuah rangkaian dengan desain yang ramping (Napitupulu et.al., 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H.C., Lanya, B., Haryanto, A., Tamrin. 2012. Rancang Bangun Alat Pengering Energi Surya Dengan Kolektor Keping Datar, Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 1 (1), pp. 29- 36. Buckle, K. A. et al, 1978. Ilmu Pangan. Penerbit UI PRESS: Jakarta. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga Himawan, et al., 2017. E-Proceeding of Applied Science : Vol.3, No.3. Hlm 1963. ISSN : 2442-5826. Harisuryo, R., Sumardi., Setiyono, B. 2015. System Pengukuran Data Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara Dengan Telemetri Berbasis Frekuensi Radio. Transient 4 (3).652-659 Hodgetts. B. 2000. Incubation - The Physical Requierments. Abor Acress Service Bulletin No. 15, August 1. Holman, J. P. 1981. Heat Transfer. New York: Mc. Graw Hill International Book Company. Kays, W.M. and Crawford. M.E. 1993. Convective Heat and Mass Transfer. McGrawHill,Inc., New York. Magdalena, G., Aribowo, A., dan Halim, F. 2013. Perancangan Sistem Akses Pintu Garasi Otomatis. Proceedings Conference on Smart-Green Technology in Electrical and Information System, 301-205. Napitupulu et.al. 2017. Desain dan Implementasi Sistem Keamanan Sepeda Motor Berbasis Mikrokontroller. e-Proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 | Hlm 1449. ISSN : 2355-9365 Parkust, C. R and Mountney. 1998. Poultry Meat and Egg Production. Van Nostrand Reinhold. New York. Sutiyono, S. R dan S. Krismiati. 2006. Fertilitas dan Daya Tetas Telur dari Ayam Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam Kampung yang

Diencerkan dengan Bahan Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Syarifudin

& Purwanto, D.P., 2009, Oven Pengering Kerupuk Berbasis

Mikrokontroler ATMEGA 8535 Menggunakan Pemanas Pada Industri Rumah Tangga. Jurnal Teknologi. 2 (1), pp. 70-79. Wibowo, H., Somantri, Y., dan Haritman, E. (2013), Rancang Bangun Magnetic Door Lock Menggunakan Keypad Dan Solenoid Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno, Jurnal Electrans, 12, 39-48. Wirjohamidjojo, S. 2006. Kamus Istilah Meteorologi Aeronautika. Penerbit Badan Meteorologi dan Geofisika : Jakarta. Wulandari, A. 2002. Pengaruh Indeks dan Bobot Telur Itik Tegal Terhadap Daya Tetas, Kematian Embrio dan Hasil Tetas. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Yuwanta. T. 1993. Perencanaan dan Tata Laksana Pembibitan Unggas Inseminasi Buatan pada Unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Related Documents

Tipus Ayam Rev 1.docx
April 2020 2
Tipus
October 2019 28
Tipus Metklim.docx
December 2019 33
Tipus D'oracions
December 2019 27
Tipus Snnt.docx
May 2020 12

More Documents from ""