Tinjauan Pustaka 3.docx

  • Uploaded by: Alfon Hertanto
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tinjauan Pustaka 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,265
  • Pages: 9
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PORIFERA Porifera merupakan filum dari kingdom animalia yang juga sering disebut Hewan Spons. Porifera adalah kelompok hewan multiseluler (tersusun atas banyak sel) yang paling sederhana. Kata Porifera berasal dari 2 kata, yaitu “porus” yang artinya rongga, dan “ferre” yang artinya mempunyai, sehingga secara bahasa porifera berarti hewan yang memiliki rongga. Namun demikian, Filum ini sulit dikenali sebagai hewan karena tidak memiliki kepala, badan, dan anggota tubuh lainnya. Karenanya banyak pula yang mengelompokkannya ke dalam kingdom tumbuhan. Porifera juga sering disebut Kingdom Parazoa, “para” berarti di samping dan zoa berarti hewan, pengelompokkan tersebut terjadi karena porifera disebut belum memiliki bentuk hewan sepenuhnya, dan belum memiliki jaringan sejati. Ukuran tubuh hewan ini bermacam-macam, mulai dari yang hanya sebutir beras hingga yang tingginya mencapai 2 meter. Porifera umumnya hidup berkoloni dan melekat pada dasar perairan yang tidak terlalu dalam.

B. STRUKTUR TUBUH PORIFERA Kelompok porifera terdiri atas sekitar 10.000 spesies, dan kebanyakan hidupnya air laut dan air tawar. Ciri khas porifera adalah memiliki lubang atau pori (spongosol) di seluruh bagian tubuhnya, lubang tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya air untuk sumber makanan dan oksigen. Tubuh Porifera disusun oleh sel berongga yang belum membentuk jaringan sejati, oleh karena itu sering pula disebut hewan spons. Kerangka tubuh filum ini disusun oleh

serabut-serabut halus dari zat kapur yang juga membentuk seperti spons (Spongin). Kebanyakan dari porifera merupakan hewan hermafrodit, yaitu memiliki dua alat kelamin, jantan dan betina, dalam satu tubuh. Tempat masuknya pori-pori air pada porifera disebut ostinum, sedangkan tempat keluarnya makanan dan air disebut oskulum.

1. Lapisam Luar (Ektodermis) Lapisan luar tubuh porifera disusun oleh sel-sel epidermis yaitu epitel yang disebut pinakosit. Sel-sel epitel pinakosit ini berbentuk pipih dan tebal, fungsinya adalah sebagai pelindung tubuh dari porifera. Diantara Pinakositpinakosit terdapat rongga atau pori yang disebut ostinum sebagai tempat masuknya air yang membentuk saluran air dan akan bermuara ke spongosol (rongga tubuh). 2. Lapisan dalam (Endodermis) Lapisan dalam tubuh porifera disusun oleh sel – sel “berleher” memiliki flagela yang disebut sel koanosit. Flagela atau kaki pada sel koanosit yang bergerak akan membentuk aliran air yang mengandung makanan dan oksigen agar sampai ke spongosol. Setelah sampai ke spongosol, sel koanosit akan menyerap makanan dari air tersebut, dan juga sel ini akan mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam tubuh. Sisa makanan dan air, serta

komponen yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan dibuang melalui Oskulum. 3. Lapisan antara Ektodermis dan Endodermis Terdapat sebuah struktur tubuh seperti lapisan diantara lapisan luar tubuh (Ektoderm) dan lapisan daklam tubuh (Endoderm) sehingga banyak sumber yang mengatakan bahwa Filum porifera memiliki tiga lapisan tubuh utama. Lapisan ini disebut sebagai mesohil (mesoderm) yang terletak diantara sel koanosit dan sel epidermis. Pada mesohil terdapat beberapa sel yang memiliki berbagai fungsi, yaitu : a. Sel Amoebosit, Sel Amoebosit adalah sel yang tidak mempunyai bentuk dominan dan dapat bergerak dengan menggunakan pseudopodia (kaki palsu). Sel ini berfungsi untuk : 

Mengambil makanan yang telah diserap sel koanosit



Mencerna makanan tersebut



Membawa dan mendistribusikan makanan ke sel lain dalam tubuh



Membentuk serat rangka yang keras di dalam mesohil

b. Sel Skleroblas Sel Skleroblas merupakan merupakan sel yang berfungsi membentuk spikula (kerangka tubuh porifera). c. Sel Archeosit Sel Archeosit adalah sel amoebosit embrional yang dapat berubah fungsi membentuk sel sperma dan ovum. d. Sel Spikula Sel Spikula merupakan sel yang menjadi penyusun kerangka tubuh porifera Berdasarkan struktur tubuhnya porifera dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Tipe Ascon Tipe Ascon merupakan porifera yang memiliki struktur tubuh paling sederhana, yaitu tempat masuknya air atau ostium langsung berhubungan dengan spongosol (rongga tubuh), dan langsung keluar melalui oskulum

2. Tipe Sicon Tipe Sycon merupaan Porifera yang struktur tubuhnya sedikit kompleks, yaitu tempat masuknya air atau ostium berhubungan terlebih dahulu dengan cabang cabang rongga tubuh yang disebut saluran inkuren, kemudian menuju saluran radier, lalu baru masuk ke spongosol dan keluar melalui oskulum. 3. Tipe Leucon (Rhagon) Tipe Leucon merupakan porifera yang struktur tubuhnya paling kompleks, yaitu tempat masuknya air atau ostium berhubungan terlebih dahulu dengan rongga-rongga menuju saluran yang dibatasi oleh sel koanosit, kemudian masuk ke salurang berbentuk lingkaran yang berhubungan satu sama lain, setelah itu baru masuk ke spongosol, dan keluar melalui oskulum.

C. SISTEM ORGAN PORIFERA 

Sistem pernapasan, seperti yang telah kami jelaskan diatas, porifera bernapas dengan memasukkan air melalui pori-pori ke dalam tubuhnya, kemudian setelah air sampai ke songosol (rongga tubuh), akan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam tubuh. Proses pertukaran udara ini dilakukan oleh sel koanosit.



Sistem Reproduksi, porifera dapat bereproduksi secara seksual maupun aseksual. Secara seksual porifera akan membentuk ovum dan sperma yang dilakukan oleh sel koanosit, kemudian terjadi fertilisasi, karena bersifat hermafrodit (memiliki 2 kelamin) setiap individu dapat mengeluarkan sperma maupun ovum, dan pertemuan sperma dan ovum terjadi di mesofil yang kemudian akan tumbuh menjadi larva dan dilepaskan ke perairan. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas dan gemula dari sekumpulan sel yang akan tumbuh menjadi individu baru.



Sistem Pencernaan, seperti penjelasan sebelumnya, pencernaan pada porifera juga dilakukan oleh sel koanosit. Ketika air telah masuk ke rongga tubuh (spongosol) maka sel koanosit akan menyerap makanan dari air, lalu makanan tersebut dicerna dan didistribusikan ke sel lain oleh sel amoebosit. Umumnya porifera memkanan plankton.



Sistem Persarafan, porifera tidak mempunyai sel saraf, namun ia mampu bereaksi terhadap perubahan lingkungan dan sentuhan pada beberapa area tertentu. Fungsi ini dilakukan oleh sel lain dalam tubuhnya.

D. CIRI CIRI PORIFERA Dari penjelasan diatas, maka porifera memiliki ciri khas tertentu, yaitu : 

Porifera merupakan hewan multiseluler yang belum memiliki jaringan sejati



Porifera memiliki pori pada seluruh tubuhnya yang berfungsi sebagai tempat masuknya air yang mengandung makanan dan oksigen



Porifera memiliki saluran air dan rongga tubuh sebagai pusat terjadinya sistem organ



Kerangka tubuhnya disusun oleh serabut-serabut halus dari zat kapur



Tubuhnya memiliki dua lapisan (dipoblastik), yaitu lapisan luar (Ektoderm) dan lapisan dalam (Endoderm)



Porifera belum memiliki sl saraf namun mampu bereaksi terhadap perubahan lingkungan



Hidup berkoloni dan pada perairan yang tidak terlalu dalam

D. KLASIFIKASI FILUM PORIFERA a. Calcarea (Calcispongiae) Calcarea atau Calcispongiae (Latin, calcare = kapur, calsi = kapur, spongia = spons) memiliki rangka dari zat kapur atau kalsium karbonat. Calcarea berwarna pucat dan memiliki tinggi kurang dan 15 cm serta permukaan tubuh berbulu. Calcarea memiliki tipe saluran air askonoid, sikonoid, dan leukonoid. Contohnya Leucosolenia, Clathrina, dan Sycon ciliatum. b. Hexactinellida (Hyalospongiae) Hexactinellida atau Hyalospongiae (Yunani, hexa = enam, hyalo transparan atau kaca, spongia = spons). Kerangka tubuh Hexactinellida tersusun atas silika (kaca) dengan bentuk tubuh silindris, datar atau bertangkai. Tinggi tubuh mencapai 90 cm. Tipe saluran air sikonoid. Hexactinellida hidup

di laut dengan kedalaman 90 cm – 5.000 m. Hexactinellida biasa disebut sebagai “glass sponge” spikulanya terkadang bersatu dengan struktur jaringan, sehingga membentuk jalinan yang rumit seperti ring basket. Selain itu, ada juga yang berbentuk mangkuk atau vas bunga. Contohnya Euplectella aspergillum dan Hyalonema. c. Demospongiae Demospongiae (Yunani, demo = tebal, spongia = spons) memiliki kerangka tubuh yang tersusun dari serabut spongin. Tinggi dan diameter tubuh ada yang mencapai lebih dari 1 m dengan tipe saluran air leukonoid. Pada umumnya Demospongiae berwarna cerah, tetapi ada yang gelap (hitam). Warna tubuh yang cerah diduga untuk melindungi tubuh dari sinar matahari. Demospongiae merupakan kelompok dengan jumlah spesies terbesar, sekitar 90% dari seluruh jenis Porifera. Mereka biasanya hidup di tepi pantai hingga kedalaman 45 m, namun ada pula yang hidup di air tawar.Contohnya Oscarella, Microciona, Halichondria dan Cizona celata. d. Sclerospongiae Sclerospongiae atau spons karang (coralinne sponges) menghasilkan rangka yang tersusun atas kalsium karbonat (CaCO3) yang terjalin dalam seratserat spons, sehingga tampak seperti batu koral. Diameter Sclerospongiae dapat mencapai 1 m. Sclerospongiae banyak ditemukan di daerah terumbu karang di Jamaika. Contohnya Ceratoporella dan Stromatospongia.

Related Documents

Tinjauan Pustaka
May 2020 27
Tinjauan Pustaka
October 2019 43
Tinjauan Pustaka
June 2020 32
Tinjauan Pustaka
October 2019 49
Tinjauan Pustaka
June 2020 35
Tinjauan Pustaka
October 2019 45

More Documents from "Rusman Efendi"