1. 2.
3.
4.
PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PREKORDIAL DAN BUNYI JANTUNG Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Judul Keterampilan Pendahuluan
Prekordial dan Bunyi Jantung Pemeriksaan prekordial merupakan ketrampilan yang wajib dimiliki lulusan dokter (tingkat keterampilan 4A SKDI 2012). Pemeriksaan prekordial meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi prekordial. Selain pemeriksaan fisik prekordial, mahasiswa juga mempelajari berbagai bunyi jantung. Sasaran Pembelajaran • Mahasiswa mampu melakukan inspeksi, palpasi, Keterampilan perkusi, dan auskultasi prekordial. • Mahasiswa mampu mengenali bunyi jantung normal • Mahasiswa mampu mengenali bunyi o mitral regurgitasi o aorta stenosis o mitral stenosis o aorta regurgitasi o jantung tiga o jantung empat o mitral valve prolapse Metode Pembelajaran
KKD-‐1 2015/2016
Sesi tutorial dilakukan dalam kelompok kecil dan dipimpin oleh tutor. Tutorial pemeriksaan fisik prekordial diadakan dua kali masing-‐masing selama 120 menit. Setiap mahasiswa mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan fisik prekordial 1 (satu) kali dan bila dinilai telah memiliki ketrampilan tersebut akan mendapat tanda tangan pada buku log. Pada sesi tutorial, mahasiswa laki-‐laki menjadi pasien yang diperiksa oleh teman lainnya, mahasiswa laki-‐ laki secara bergiliran menjadi pasien. Selama pemeriksaan fisik prekordial, pemeran pasien dalam posisi berbaring. Setelah sesi tutorial pemeriksaan prekordial, diadakan satu kali sesi tutorial bunyi jantung. Bunyi jantung diperdengarkan dengan menggunakan manekin. Tutor memberikan penjelasan tentang
1
bunyi jantung dan cara mengenalinya. Alat dan bahan yang • Tempat tidur diperlukan • Stetoskop • Manekin bunyi jantung (tutorial bunyi jantung) • Daftar tilik
5.
6.
Rujukan
7. 8. 9.
Daftar Tilik PJ Keterampilan PJ KKD keterampilan ini
Bickley LS dan Szilagyi PG: Bates’ guide to physical examination and history taking, edisi 9, 2007, Lippincott Williams and Wilkins. • Constant, Jules: Essentials of Bedside Cardiology, second edition, 2003, Humana Press, New Jersey • Bonow, et al: Braunwald’s heart disease. Ninth edition, 2012, Saunders Elsevier • Swartz MH: Textbook of Physical Diagnosis: history and examination, edisi 5, 2006, Saunders Elsevier • Lilly, Leonard: Pathophysiology of Heart Disease, Fifth Edition, 2011, Lippincott Williams and Wilkins • Suplemen pemeriksaan fisik prekordial modul KKD FKUI Terlampir dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, K-‐EMD, FINASIM untuk dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, K-‐EMD, FINASIM •
KKD-‐1 2015/2016
2
Daftar Tilik Judul Keterampilan : Prekordial dan Bunyi Jantung Hari/Tanggal Nama Tutor : ___________________________ Kelompok Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment No. Keterampilan 1 Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta izin 2 Meminta pasien untuk mengangkat/membuka pakaian sehingga bagian toraks terpapar dan meminta untuk berbaring posisi supine Pemeriksaan Inspeksi Jantung 3 Inspeksi letak iktus kordis dan menyebutkan dengan benar letak iktus kordis 4 Inspeksi habitus, bentuk dada, dan kelainan yang ditemukan Pemeriksaan Palpasi Jantung 5 Melekatkan seluruh telapak tangan pada dinding toraks pada lokasi iktus kordis dengan gentle dan tekanan yang lembut, serta menyebutkan letak iktus kordis tersebut 6 Jika iktus kordis tidak dapat diidentifikasi dengan posisi supine, pasien diminta untuk
KKD-‐1 2015/2016
MHS 1
MHS 2
MHS 3
MHS 4
: _______________________________ : _______________________________
MHS 5
MHS 6
MHS 7
MHS 8
MHS 9
MHS 10
3
mengangkat lengan kiri lateral dekubitus. Palpasi kembali menggunakan seluruh telapak tangan dengan tekanan gentle dan lembut 7 Pada palpasi iktus kordis, identifikasi pula apakah ada thrill, heaving, lifting, atau tapping Perkusi Jantung 8 Dengan posisi supine, perkusi pada linea aksilaris anterior kiri untuk mencari batas paru (sonor) dengan lambung (timpani/redup) 9 Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan lambung dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas kiri jantung (redup) 10 Perkusi pada linea parasternalis kiri ke bawah untuk menentukan pinggang jantung (redup) 11 Perkusi pada linea midklavikula kanan untuk mencari batas paru (sonor) dengan hepar (redup) 12 Pada posisi 2 jari di atas batas paru dengan hati dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas kanan jantung (redup) Pemeriksaan Auskultasi Jantung 13 Melakukan pemeriksaan auskultasi sambil membandingkan dengan meraba pulsasi arteri carotis 14 Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea
KKD-‐1 2015/2016
4
parasternalis kanan untuk mendengarkan bunyi katup aorta Auskultasi pada daerah sela iga 2 linea parasternalis kiri untuk mendengarkan bunyi katup pulmonal Auskultasi pada daerah sela iga 4-‐5 linea parasternalis kiri untuk mendengarkan bunyi katup trikuspid, dibandingkan waktu inspirasi dan ekspirasi Auskultasi pada daerah sela iga 4-‐5 linea midclavicula kiri untuk mendengarkan bunyi katup mitral Melakukan pemeriksaan secara sistematis dan menyenangkan Setelah pemeriksaan selesai, pasien diminta untuk memakai pakaian kembali dan melaporkan seluruh hasil pemeriksaan prekordial (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)
15
16
17
18 19
*beri tanda "v" bila mahasiswa melakukan; beri tanda "x" bila mahasiswa tidak melakukan
KKD-‐1 2015/2016
Tanda Tangan Tutor (Nama Jelas dan Lengkap)
5
Lampiran
Pendahuluan PEMERIKSAAN FISIK PREKORDIAL ANATOMI JANTUNG Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm. Secara topografik jantung berada di bagian depan rongga mediastinum. Ruang mediastinum yang sempit itu memisahkan jantung dari dinding toraks depan. Bagian dada yang ditempati oleh proyeksi jantung dinamakan prekordium.
Di dalam rongga thoraks, jantung terletak dengan posisi melintang dimana 2/3 bagiannya berada di sebelah kiri garis tengah dan 1/3 di sebelah kanan garis tengah. Sebagian besar dari permukaan depan jantung disusun oleh ventrikel kanan. Ventrikel kiri, yang hanya menyusun sebagian kecil dari permukaan depan jantung, terletak di sebelah kiri dan di belakang ventrikel kanan. Walaupun demikian ventrikel kiri ini penting secara klinis, karena merupakan batas kiri jantung dan menentukan iktus kordis. Iktus kordis ini adalah suatu denyutan sistolis yang dapat ditemukan pada area sela iga ke 5, sekitar 8 cm dari dari linea midsternalis kiri. Gambar 1. Anatomi Jantung Batas kanan jantung disusun oleh atrium kanan. Atrium kiri terletak di belakang, dan tidak dapat diperiksa secara langsung. Walaupun demikian, sebagian kecil dari atrium ini membentuk sebagian dari batas kiri jantung dengan arteria pulmonalis dan ventrikel kiri. Di atas jantung terdapat pembuluh darah besar, arteria pulmonalis, bercabang menjadi cabang kanan dan kiri. Aorta, melengkung ke atas dari ventrikel kiri di daerah angulus sternalis, kemudian melengkung ke belakang dan ke bawah. Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
Katup Trikuspid Katup trikuspid memisahkan atrium dan ventrikel kanan. Fungsi katup ini adalah mengalirkan darah dari atrium Gambar kanan menuju ventrikel kanan serta mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium. Katup 1. Anatomi jantung ini terletak di sela iga 4 linea sternalis kiri. Katup pulmonal Katup pulmonalis terdiri dari 3 daun katup yang berfungsi mengalirkan darah dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi. Lokasi katup ini di sela iga 2 linea sternalis kiri. Katup bikuspid Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti
katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup. Letak katup ini di sela iga 5 linea midclavicular kiri. Katup Aorta Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Lokasi katup ini di sela iga 2 linea sternalis kanan.
PEMERIKSAAN FISIK PREKORDIAL Inspeksi Pemeriksaan inspeksi jantung merupakan pemeriksaan awal dengan cara melihat/mengamati keadaan jantung dari dinding anterior dada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi prekordium serta menentukan letak iktus kordis. Prekordium merupakan daerah tepat jantung berada, sedangkan iktus kordis merupakan bagian paling menonjol dari jantung yang paling dekat dengan dinding dada. Penilaian bentuk dada juga perlu dilakukan mengingat kelainan bentuk dada seringkali berkaitan dengan gangguan anatomi dan faal jantung. a.
Pemeriksaan prekordium dan Iktus kordis Penilaian bentuk prekordium dilihat apakah terdapat penonjolan atau tidak. Penonjolan asimetris (voussure cardiaque) dapat disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Penyebab lain penonjolan pada prekordium adalah adanya pembesaran jantung, efusi epikardium, tumor paru, tumor mediastinum dan scoliosis atau kifoskoliosis. Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis dan akibat penekanan oleh benda yang seringkali disandarkan pada dada dalam melakukan pekerjaan( pemahat tukang kayu dsb). Untuk dapat menentukan lokasi iktus kordis, perlu diketahui garis-garis anatomis di dinding dada anterior yang berperan penting sebagai penanda lokasi dari iktus kordis ataupun batas batas jantung. Adapun garis tersebut, antara lain :
Garis tengah sternal (mid sternal line/MSL) Garis tengah klavikular ( mid clavicular line/MCL) Garis anterior aksilar (anterior axillary line/AAL) Garis para sternal kiri dan kanan (paraternal line/PSL)
Pada keadaan normal pulsasi hanya ditemukan di apeks kordis dan dapat diraba pada jarak ± 8 cm dari garis midsternal pada ruang sela iga IV kiri. Pulsasi abnormal dapat berupa pulsasi diatas ruang iga ke 3, dan ini merupakan pulsasi abnormal pembuluh darah besar. Pulsasi abnormal yang terada melebar sampai dibawah iga ke 3, berasal dari ventrikel kanan atau ventrikel kiri yang membesar. Gambar 2. Garis Anatomis dindin dada
b.
Pemeriksaan bentuk dada Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan dengan anatomi dan faal jantung. Kelainan bentuk dada dapat dibedakan antara kelainan kongenital atau kelainan yang didapat selama pertumbuhan badan. Deformitas dada dapat juga terjadi karena trauma yang menyebabkan gangguan ventilasi pernafasan berupa beban sirkulasi terutama bagi ventrikel kanan. Kelainan bentuk dada dapat berupa, antara lain :
Pektus ekskavatum (Funnel Chest)
Pektus karinatum (pigeon breast)
Barrel Chest
Khyposcoliosis
Palpasi Palpasi jantung dilakukan untuk menguatkan hasil yang didapatkan dari inspeksi jantung. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memiringkan pasien ke kiri, lalu telapak tangan pemeriksa diletakkan di atas prekordium dan kemudian melakukan perabaan di atas iktus kordis (apical impulse). Dalam mengidentifikasi iktus kordis yang perlu dilakukan adalah menentukan letak impuls, diameter, amplitudo dan durasi. Letak impuls terkuat (punctum maksimum) normalnya terletak pada ruang sela iga V kira kira 1 jari medial dari garis midklavikular. Variasi bentuk dada turut mempengaruhi lokasi impuls ini. Pergeseran lokasi ke sisi lateral (kiri) didapatkan pada ibu-ibu hamil. Pada keadaan normal, lebar iktus kordis yang dapat teraba adalah 1-2 cm. Pada kasus gagal jantung kongestif atau kardiomiopati iskemik yang menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dapat melebarkan iktus kordis serta peningkatan amplitudo dan durasi. Penilaian amplitudo menilai besar kekuatan pada ketukan irama jantung serta mengidentifikasi adanya getaran (thrilling), heaving dan tapping saat perabaan. Pulsasi apeks yang melebar teraba seperti menggelombang disebut dengan apical heaving. Keadaan ini menandakan adanya peningkatan beban sistolik ventrikel kiri dapat
akibat dari stenosis aorta, ataupun insufisiensi katup aorta. Pulsasi apeks kembar (double apical impulse) terdapat pada aneurisma apikal atau pada kardiomiopati hipertrofi obstruktif. Getar jantung (Cardiac thrill) menandakan adanya arus turbulensi aliran darah biasanya ditemukan pada kelainan katup atau penyakit jantung bawaan. Getar sistolik (systolic Thrill), timbul pada fase sistolik dan teraba bertepatan dengan terabanya impuls apikal. Getar diastolik (diastolic Thrill), timbul pada fase diastolik dan teraba sesudah impuls apikal. Selain melakukan pemeriksaan pada iktus kordis, penilaian pulsasi pada ventrikel kanan juga dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kelainan pada katup dan pembesaran dari ventrikel itu sendiri. Perabaan dilakukan pada parasternum kiri dan area epigastrik. Pada area sela iga III/IV medial dari impuls apikal dekat garis sternal kiri, normalnya tidak terdapat pulsasi. Adanya pulsasi di daerah ini kemungkinan disebabkan kelebihan beban pada sistolik kanan misalkan pada stenosis pulmonal atau hipertensi pulmonal. Pulsasi yang kuat di sekitar daerah epigastrium di bawah prosesus xyphoideus menunjukkan kemungkinan adanya hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan. Pulsasi abnormal di atas iga ke ke III kanan menunjukkan kemungkinan adanya aneurisma aorta asendens. Pulsasi sistolik pada interkostal II sebelah kiri pada batas sternum menunjukkan adanya dilatasi arteri pulmonal. Perkusi Perkusi jantung dilakukan untuk menentukan batas-batas jantung. Pada sebagian besar kasus, hanya dengan palpasi iktus kordis saja sudah dapat diestimasikan ukuran dari jantung. Ketika iktus kordis tidak dapat dirasakan dengan palpasi, perkusi masih dapat mencari lokasi tersebut. Auskultasi Auskultasi bunyi jantung dan murmur merupakan pemeriksaan fisik yang penting dan dapat mengarahkan langsung ke beberapa diagnosis klinis. Selama melakukan pemeriksaan, diperlukan konsentrasi untuk mengidentifikasi setiap siklus jantung dan bunyi yang akan didengar pada sistol dan diastole.
Gambar 3. Lokasi Auskultasi
Bunyi Jantung Bunyi Jantung S1 S2 Split S2
Bunyi jantung tambahan di sistolik Bunyi jantung tambahan di diastolik Murmur sistolik dan diastolik
Guide to Auscultation Periksa dengan seksama intensitas bunyi jantung dan apakah ada splitting. Normal splitting dapat dideteksi sepanjang lower left sternal border. Periksa intensitas bunyi jantung Dengarkan bunyi splitting di sela iga kedua dan ketiga sisi kiri. Minta pasien untuk bernapas perlahan-lahan dan lebih dalam dari normal. Apakah bunyi jantung S2 split menjadi 2 komponen sebagaimana normalnya? Jika tidak, minta pasien untuk: (1) bernapas lebih dalam lagi ; (2) duduk tegak. Kemudian didengarkan lagi. Dinding jantung yang menebal dapat menyebabkan komponen S1 tidak terdengar. Width of split. Seberapa lebar split tersebut? Apakah lebarnya normal? Timing of split. Saat siklus respirasi apakah dapat terdengar split? Secara normal, split dapat terdengar pada akhir inspirasi. Apakah split menghilang saat ekspirasi? Secara normal, split akan menghilang saat ekspirasi. Jika tidak, periksa pasien dengan posisi duduk tegak. Intensity of A2 and P2. Bandingkan intensitas dari kedua komponen A2 dan P2. Biasanya A2 akan terdengar lebih kuat. Apakah terdengar bunyi ejeksi sistolik atau sistolik kilk? Catat lokasi, waktu, intensitas dan pitch nya, serta efek dari respirasi terhadap bunyi tersebut. Apakah terdengar S3, S4 atau opening snap? Catat lokasi, waktu, intensitas, pitch, dan efek dari respirasi terhadap bunyi tersebut (bunyi S3 atau S4 normal ditemukan pada atlet) Murmur dapat dibedakan dengan bunyi jantung dengan durasinya yang lebih panjang
Murmur Jantung JIka ditemukan murmur, harus dapat diidentifikasi hal-hal berikut: 1. Waktu Pertama kali harus diidentifikasi apakah murmur tersebut adala sistolik murmur (antara S1 dan S2) atau diastolik murmur (antara S2 dan S1). Palpasi denyut arteri karotis sambil mengauskultasi untuk mempermudah menentukan murmur tersebut. Murmur yang muncul bersamaan dengan denyut karotis adalah murmur sistolik.
Midsistolik mumur. Dapat terdengar jeda singkat antara murmur dan bunyi jantung.
Pansistolik (holosistolik) murmur. Tidak ada jeda antara murmur dan bunyi jantung.
Biasanya berhubungan dengan aliran darah yang melewati katup semilunar (aortic dan pulmonic). Contoh: Aortik stenosis, pulmonary stenosis
Biasanya berhubungan dengan regurgitan (aliran balik) yang terjadi pada katup atrioventrikular. Contoh: regurgitasi katup mitral, regurgitasi katup trikuspid, VSD
Late sistolik murmur. Dimulai pada mid- atau late- sistolik dan persisten meningkat hingga S2. Ini adalah murmur yang terjadi biasanya pada prolapse katup mitral, namun tidak selalu ada. Biasanya diawali dengan sistolik klik.
Early diastolic murmur. Dimulai langsung setelah bunyi jantung tanpa jeda, kemudian menghilang perlahan sebelum S1.
Middiastolik murmur. Dimulai sesaat setelah S2. Terkadang dapat terdengar seperti yang diilustrasikan namun dapat melebar menjadi latediastolik murmur.
Biasanya berhubungan dengan regurgitas yang mengalir melalui katup semilunar yang inkompeten. Contoh: Regurgitasi katup aorta, regurgitasi katup pulmonal.
Biasanya merupakan efek turbulen dari aliran di katup atrioventrikular.
Late diastolic (presistolik). murmur. Dimulai late- di diastolic dan berlanjut hingga S1.
Continuous murmur. Dimulai di sistolik dan berlanjut tanpa berhenti di S2. Biasanya terjadi pada kasus Patent Ductus Arteriosus (PDA).
To-and-Fro Murmur. Terjadi pada Regurgitasi dan stenosis katup aorta atau pulmonal.
2.
Bentuk Bentuk dari konfigurasi murmur diidentifikasi dari intensitasnya dari waktu ke waktu.
Crescendo murmur
Decrescendo murmur
Crescendo-decrescendo murmur
Plateau murmur
3.
Lokasi dengan intensitas maksimal Harus dapat diitentifikasi lokasi dimana murmur berasal.
4.
Radiasi atau transmisi dari lokasi dengan intensitas maksimal Eksplorasi daerah sekitar murmur dan cari di lokasi lain dimana masih dapat terdengar murmur tersebut.
5.
Intensitas Intensitas murmur biasanya dilaporkan dengan system grading:
Sistolik murmur Grade 1/6 (atau I/VI) Grade 2/6 (atau II/VI) Grade 3/6 (atau III/VI) Grade 4/6 (atau IV/VI) Grade 5/6 (atau V/VI) Grade 6/6 (atau VI/VI)
Hampir tidak terdengar (biasanya mahasiswa kedokteran sulit mengidentifikasinya) Terdengar halus tapi dengan segera dapat terdengar Tapat terdengar dengan mudah Dapat terdengar dengan mudah ditambah dengan adanya thrill yang dapat dipalpasi Terdengar sangat kuat; bahkan saat sebagian stetoskop baru menyentuh dinding dada Terdengar tanpa menggunakan stetoskop
Diastolik murmur Grade 1/4 (atau I/IV) Grade 2/4 (atau II/IV) Grade 3/4 (atau III/IV) Grade 4/4 (atau IV/IV)
Hampir tidak terdengar Terdengar halus tapi dengan segera dapat terdengar Tapat terdengar dengan mudah Terdengar dangat kuat
6.
Pitch Merupakan frekuensi dari murmur, dikategorikan dengan high, medium atau low. Murmur dengan frekuensi tinggi biasanya disebabkan karena adanya gradient tekanan yang tinggi antar chambers (misalkan stenosis aorta). Terbaik didengarkan dengan sisi diafragma stetoskop. Murmur dengan frekuensi rendah biasanya gradient tekanan antar chambers lebih rendah (misalkan pada mitral stenosis). Terbaik didengarkan dengan menggunakan sisi bell dari stetoskop.
7.
Kualitas Dideskripsikan dengan blowing, harsh, rumbling, dan musical.
Rujukan: 1. 2. 3. 4. 5.
Bickley LS and Szilagyi PG: Bates’ guide to physical examination and history taking, edisi 9, 2007, Lippincott Williams and Wilkins Constant, Jules: Essentials of Bedside Cardiology, second edition, 2003, Humana Press, New Jersey Bonow, et al: Braunwald’s heart disease. Ninth edition, 2012, Saunders Elsevier Swartz MH: Textbook of Physical Diagnosis: history and examination, edisi 5, 2006, Saunders Elsevier Lilly, Leonard: Pathophysiology of Heart Disease, Fifth Edition, 2011, Lippincott Williams and Wilkins
1. 2.
3.
4.
PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN ANKLE BRACHIAL INDEX Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Judul Keterampilan Pendahuluan
Pemeriksaan Ankle Brachial Index Pemeriksaan ankle brachial index adalah pemeriksaan vaskular perifer untuk menilai kualitas perfusi ke ujung kaki secara kasar. Pemeriksaan bed site ini bertujuan untuk menyaring penyakit pembuluh darah tepi pada daerah kaki. Pemeriksaan ini diindikasikan pada pasien diabetes melitus yang dicurigai mengalami gangguan pembuluh darah tepi atau pasien non diabetes dengan keluhan mengarah pada kelainan pembuluh darah tepi kaki. Tidak ada kontra indikasi mutlak untuk dilakukan pemeriksaan ini, hanya saja bisa terjadi kesulitan melakukannya jika terdapat luka atau lesi di permukaan kulit di lokasi pemeriksaan. Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti tutorial ini mahasiswa diharapkan Keterampilan mampu melakukan: 1. Perabaan arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior dan arteri brakhialis 2. Mampu memeriksa tekanan sistolik di semua arteri di lokasi pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop dan doppler 3. Mampu menghitung nilai ABI secara benar, kemudian mengklasifikasikannya Metode Pembelajaran 1. Kuliah introduksi 2. Tutorial/latihan a. Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. b. Tutor melakukan demonstrasi pemeriksaan fisik ankle-‐brachial index (ABI) selama 15 menit. c. Setiap mahasiswa berlatih melakukan pemeriksaan ABI @ 15 menit d. Dengan menggunakan daftar tilik, mahasiswa lain dan tutor memperhatikan dan menilai pemeriksaan yang berlangsung e. Semua cheklist pemeriksaan fisik ankle-‐ brachial index (ABI) dikumpulkan kepada KKD-‐1 2015/2016
1
5.
Alat dan bahan yang 1. diperlukan 2. 3. 4. 5. 6. 7.
6.
Rujukan
7. 8. 9.
Daftar Tilik PJ Keterampilan PJ KKD keterampilan ini
tutor f. Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit & menutup pertemuan pertama USG Doppler dengan probe perifer 8 MHz ( jika tidak ada dopler dapat digunakan stetoskop ) Manset pengukur tekanan darah portable Gel/jelly untuk USG Sarung tangan nonsteril sesuai ukuran Pembungkus ulkus (jika diperlukan) Bahan desinfektan Tissue
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. “Pedoman Penatalaksanaan Kaki Diabetes.” 2011. Terlampir dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, K-‐EMD, FINASIM untuk dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, K-‐EMD, FINASIM
KKD-‐1 2015/2016
2
Daftar Tilik Judul Keterampilan : Pemeriksaan Ankle Brachial Index Nama Tutor : _____________________________ Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment No. 1
2
3 4
5
Keterampilan Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin Persiapkan peralatan dan cucilah tangan sebelum memulai prosedur. Gunakanlah sarung tangan yang bersih sesuai ukuran tangan. Tempatkan manset pengukur tekanan darah yang sesuai di lengan kanan Lakukan palpasi pulsasi arteri brakialis dan oleskan jelly di atas area tersebut Nyalakan alat USG doppler dan letakkan probe doppler dengan sudut 45-‐60 derajat arah aliran darah; gerakkan perlahan diatas jelly dengan gerakan memutar sampai suara pulsasi terdengar paling jelas
KKD-‐1 2015/2016
MHS 1
MHS 2
Hari/Tanggal Kelompok
MHS 3
MHS 4
MHS 5
: _______________________________ : _______________________________
MHS 6
MHS 7
MHS 8
MHS 9
MHS 10
3
6
7
8
9
Kembangkan manset tekanan darah sampai suara pulsasi menghilang dan naikkan 10-‐20 mmHg dari tekanan saat suara pulsasi menghilang; jangan kembangkan manset sampai melewati 300 mmHg Turunkan tekanan manset perlahan (2 mm/detik) sampai suara pulsasi artrei kembali terdengar. Catat tekanan darah saat suara pulsasi arteri tersebut terdengar. Setelah suara arteri terdengar sepenuhnya, kendurkan manset sepenuhnya. Ulang langkah 3 – 7 pada lengan yang lain dan tekanan sistolik lengan tertinggi digunakan untuk menghitung ABI Jika terdapat luka / ulkus di kaki, ukurlah tekanan pada tungkai yang sehat lebih dulu; tempatkan manset pengukur tekanan darah 2 cm diatas malleolus lateral. Lindungi / tutuplah luka / ulkus yang dapat mengkontaminasi manset
KKD-‐1 2015/2016
4
10
11
12
13
14
Palpasi dan temukan pulsasi arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior Dengan metode yang sama di langkah 5-‐ 7, palpasi arteri dorsalis pedis dan tentukan lokasinya; berikan jelly diatasnya dan dengan menggunakan doppler tentukan tekanan sistolik arteri dorsalis pedis; jangan mengembangkan manset lebih dari 300 mmHg Dengan manset berada di posisi yang sama pada kaki yang sama, palpasi dan tentukan lokasi arteri tibialis posterior; berikan jelly diatasnya dan dengan menggunakan doppler tentukan tekanan sistolik arteri tibialis posterior Catatlah tekanan sistolik yang lebih tinggi dari 2 pulsasi kaki tersebut untuk penghitungan ABI di tungkai tersebut Bersihkan jelly dari kaki
KKD-‐1 2015/2016
5
15
16
17
Ulang langkah 9-‐14 pada kaki yang lain dan catat tekanan sistolik yang lebih tinggi dari 2 pulsasi kaki tersebut untuk penghitungan ABI di tungkai tersebut Cuci tangan setelah prosedur selesai. Bersihkan dan desinfeksi Doppler dan probe dengan desinfektan atau cairan pembersih sesuai dengan instruksi manufaktur alat Hitung ABI kaki kanan dan kiri dengan membagi tekanan sistolik ankle yang paling tinggi dari tiap kaki dengan tekanan sistolik brakial yang paling tinggi dari lengan
*beri tanda "v" bila mahasiswa melakukan; beri tanda "x " bila mahasiswa tidak melakukan
KKD-‐1 2015/2016
Tanda Tangan Tutor
(Nama Jelas dan Lengkap)
6
Prosedur Pengukuran Ankle – Brachial Index (ABI) Cuff Size
Upper Arm Circumference at Midpoint Centimetres
~ Inches
Small
22 - 26cm
8.6 - 10.2in
Adult
27 - 34cm
10.6 - 13.4in
Large Adult
35 - 44cm
13.8 - 17.3in
Adult Thigh
45 - 52cm
17.7 - 20.5in
Untuk mengukur tekanan di lengan atau kaki, manset yang digunakan setidaknya 1.2 x diameter dari tungkai Interpretasi: 1. ABI antara 0.91 – 1.4 adalah normal 2. ABI diatas 1.4 menunjukkan arteri dengan kalsifikasi (arterial stiffness / uncompressible vessel) 3. ABI 0.41 – 0.9 menunjukkan penyakit arteri perifer ringan sampai berat 4. ABI 0.4 atau kurang menunjukkan iskemi tungkai yang kritis (critical limb ischemia)
KKD-‐1 2015/2016
PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMASANGAN SADAPAN ELEKTROKARDIOGRAFI Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. 2.
3.
4.
Judul Keterampilan Pendahuluan
Pemasangan Sadapan Elektrokardiografi Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) merupakan salah satu pemeriksaan untuk melihat aktivitas listrik jantung. Pemeriksaan ini digunakan sebagai pemeriksaan skrining dan pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis kelainan jantung, sehingga penting untuk dikuasai oleh mahasiswa kedokteran. Sasaran Pembelajaran 1. Mampu melakukan pemasangan sadapan EKG Keterampilan pada orang normal 2. Menyiapkan PS untuk pemeriksaan EKG 3. Memasang elektroda dan kabel penghubung PS untuk pencatatan 12 sadapan rutin EKG 4. Menerapkan perilaku profesional Metode Pembelajaran 1. Sebelum KKD: a. Mahasiswa WAJIB mempelajari penuntun dan video simulasi pemasangan sadapan EKG yang diunggah melalui SCeLE b. Salah satu tutor akan memberikan kuliah pengantar mengenai pemasangan dan pembacaan EKG 2. KKD EKG 1 : a. PS Standar (PS) dalam pemeriksaan ini adalah mahasiswa dalam satu kelompok secara bergantian, diatur oleh kelompok masing-‐masing b. Setiap mahasiswa WAJIB mengenakan pakaian dengan kancing di depan (kemeja) c. Seorang mahasiswa ditunjuk untuk melakukan pemasangan sadapan EKG d. Mahasiswa melakukan langkah-‐langkah pemasangan sadapan EKG dengan bimbingan tutor. Tutor menunjukkan kekurangan dan kesalahan serta melakukan perbaikan dalam pemasangan sadapan EKG e. Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat f. Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan pemasangan sadapan EKG minimal 1 (satu) kali 3. KKD EKG 2: KKD-‐1 2015/2016
1
a. Setiap mahasiswa melakukan pemasangan sadapan EKG, tutor mengisi daftar tilik yang tersedia b. Tutor menilai daftar tilik untuk menetapkan bahwa mahasiswa mampu melakukan pemasangan sadapan EKG dengan baik dan benar c. Tutor menandatangani buku log mahasiswa yang mampu melakukan pemasangan sadapan EKG dengan baik benar Alat dan bahan yang 1. Elektroda lempeng untuk pergelangan kaki diperlukan dan tangan 2. Elektroda isap (suction electrode) 3. Kabel penghubung PS dan kabel penghubung tanah (grounding) 4. Gel elektrolit 5. Kapas dan alkohol 6. Tempat tidur 7. Tempat sampah 8. Cairan antiseptik pencuci tangan (hand rub) Rujukan • Bickley LS, Szilagyi PG. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking, 11th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2013. • Departemen Fisiologi Kedokteran FKUI. Pedoman pemeriksaan elektrokardiografi. Jakarta: FKUI. • Ganong WF. Review of Medical Physiology, 22nd ed. New York: McGraw-‐Hill. 2005. • Pappano AJ, Wier WG. Cardiovascular Physiology: Mosby Physiology Monograph Series, 10th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier. 2013. Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Sophie Yolanda, MBiomed PJ KKD untuk dr. Nora Sutarina, SpKO keterampilan ini
5.
6.
7. 8. 9.
KKD-‐1 2015/2016
2
Daftar Tilik Judul Keterampilan : Pemasangan Sadapan Elektrokardiografi Nama Tutor : __________________________________ Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment No. Keterampilan 1. Menyapa PS, membina hubungan, menjelaskan prosedur, meminta persetujuan PS, menginstruksikan PS berbaring di tempat tidur dengan telanjang dada 2. Cuci tangan sesuai panduan WHO 3. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol di: • Kedua pergelangan tangan pada bagian yang datar • Kedua pergelengan kaki pada bagian yang datar • Bagian dada tempat pemasangan elektroda prekordial 4. Membubuhkan gel elektrolit pada keenam elektroda hisap dan keempat elektroda lempeng ATAU pada kulit dada dan kedua pergelangan tangan dan kaki yang telah dibersihkan 5. Memasang elektroda lempeng pada pergelangan tangan dan kaki dengan baik, pada bagian yang telah dibersihkan dan diberi jelly
KKD-‐1 2015/2016
Hari/Tanggal Kelompok
: _______________________________ : _______________________________
MHS 1
MHS 2
MHS 3
MHS 4
MHS 5
MHS 6
MHS 7
MHS 8
MHS 9
MHS 10
3
6. Menentukan lokasi tempat pemasangan elektroda prekordial yang tepat di dada sambil memasang elektroda prekordial pada: • V1 – sela iga IV garis sternal kanan • V2 – sela iga IV garis sternal kiri • V3 – antara V2 dan V4 • V4 – sela iga V garis midklavikula kiri • V5 – perpotongan garis horizontal melalui V4 – garis aksila anterior • V6 – perpotongan garis horizontal melalui V4 – garis aksila media 7. Menghubungkan kabel penghubung PS dengan elektroda pergelangan tangan dan kaki yang sesuai: • Kabel merah – lengan kanan • Kabel kuning – lengan kiri • Kabel hijau – tungkai kiri • Kabel hitam – tungkai kanan 8. Menghubungkan kabel penghubung PS dengan elektroda isap prekordial yang sesuai 9. Membersihkan kembali dada OP
*beri tanda "v" bila mahasiswa melakukan; beri tanda "x" bila mahasiswa tidak melakukan Tanda Tangan Tutor (Nama Jelas dan Lengkap)
KKD-‐1 2015/2016
4
PENUNTUN ELEKTROKARDIOGRAFI
MODUL KETRAMPILAN KLINIS DASAR-1
Semester 3 Medical Sciences KKD-1 2015/2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 2015/2016
ELEKTROKARDIOGRAFI TATA KERJA I.
PERSIAPAN PASIEN
1. 2. 3. 4.
Sapalah pasien dan lakukan rapporting sebelum anda memulai pemeriksaan. Jelaskan pada pasien apa yang akan anda lakukan. Suruh pasien bertelanjang dada, kemudian berbaring dengan tenang di tempat tidur. Bersihkan kulit dada dan kedua pergelangan tangan dan kaki yang datar dengan kapas alkohol. P-EKG.1.
Mengapa kulit harus dibersihkan dengan alkohol?
5. Bubuhkan gel elektrolit pada ke-6 elektroda isap dan ke-4 elektroda pergelangan ATAU pada kulit dada dan ke-2 pergelangan tangan dan kaki yang datar. P-EKG.2.
Mengapa elektroda atau lokasi pemasangan elektroda harus dibubuhi gel elektrolit?
6. Pasang elektroda lempeng dan isap tersebut pada permukaan kulit yang telah dibersihkan dan dibubuhi gel elektrolit tadi. (Lihat lokasi pemasangan elektroda isap pada Gambar 2) 7. Hubungkan kabel penghubung pasien dengan elektroda lempeng sebagai berikut: a. Kabel RA (right arm, merah) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan kanan b. Kabel LA (left arm, kuning) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan lengan kiri c. Kabel LL (left leg, hijau) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kiri d. Kabel RL (right leg, hitam) dihubungkan dengan elektroda di pergelangan kaki kanan e. Kabel C (chest) untuk sementara dibiarkan dulu
KKD-1 2015/2016
Gambar 1. Elektrokardiograf Keterangan: 1 = kabel penghubung tanah (grounding) 2, 3 = kabel penghubung pasien dengan elektroda lempeng 4 = kabel penghubung pasien dengan elektroda isap 5 = elektroda isap 6 = elektroda untuk pergelangan tangan dan kaki 8. Hubungkan kabel C dengan elektroda isap pada tempat-tempat yang sesuai pada orang percobaan.
KKD-1 2015/2016
Gambar 2. Tempat elektroda hisap pada sadapan prekordial dan gambaran EKG (Sumber: WF Ganong, Rev. of Medical Physiology page 533, 23rd ed, 2010) Keterangan: V1 : Ruang interkostal IV garis sternal kanan V2 : Ruang interkostal IV garis sternal kiri V3 : Pertengahan garis lurus yang menghubungkan V2 dan V4 V4 : Ruang interkostal V kiri di garis medioklavikuler V5 : Titik potong garis aksila anterior kiri dengan garis mendatar dari V4 V6 : Titik potong garis aksila kiri tengah dengan garis mendatar dari V4 dan V5
KKD-1 2015/2016
II.
PENCATATAN EKG
1.
Sebelum melakukan pencatatan EKG, tetapkan kecepatan catat alat dan lakukan peneraan kepekaan alat. P-EKG.4.
2.
3.
Dengan menekan tombol yang sesuai, catat secara berturut-turut: a. Sadapan standard Einthoven: I, II dan III b. Sadapan augmented extremity leads: aVR, aVL, dan aVF. c. Sadapan precordial: V1 sampai dengan V6. Catat sekurang-kurangnya 4 siklus jantung untuk tiap sadapan. Setelah selesai pencatatan sadapan prekordial, alat EKG ditera kembali. P-EKG.5.
4.
6. 7. 8.
Mengapa alat harus ditera kembali?
Pastikan bahwa gambaran EKG yang diperoleh telah memenuhi persyaratan teknis. P-EKG.6.
5.
Untuk pemeriksaan EKG rutin berapakah kecepatan catat dan kepekaan alat yang digunakan?
Persyaratan teknis apakah yang harus dipenuhi?
Tuliskan identitas pasien (nama, usia) dan tanggal pencatatan EKG pada kertas hasil EKG. Lepaskan elektroda isap dan lempeng dari tubuh pasien. Bersihkan lokasi pemasangan elektroda dengan kapas alkohol. Rapikan kembali alat EKG yang telah digunakan.
KKD-1 2015/2016
JAWABAN PERTANYAAN
P-EKG.1.
Untuk menghilangkan lapisan lemak yang dapat menghambat hantaran arus.
P-EKG.2.
Untuk memudahkan hantaran arus listrik antara kulit dengan elektroda. P-EKG.3. Hal apa yang harus diperhatikan pada saat membubuhkan gel langsung pada kulit dada?
P-EKG.3.
Pembubuhan gel pada kulit dada tempat perlekatan elektroda isap jangan sampai sambung-menyambung antar elektroda prekordial.
P-EKG.4.
Kecepatan catat: 1 mm = 0,04 detik (25 mm/detik). Kepekaan alat: 1 mV = 10 mm.
P-EKG.5.
Untuk mengetahui bahwa kepekaan alat selama digunakan tidak berubah.
P-EKG.6.
Syarat teknis yang harus dipenuhi ialah: a. Stabilitas alat; bila alat stabil, garis dasar yang bersifat isoelektris tercatat lurus mendatar. b. Pencatatan bebas dari interferensi, sehingga EKG tercatat bersih tanpa ada getaran-getaran. Bila ada getaran-getaran, perhatikan grounding alat. c. Kestabilan kepekaan alat; kepekaan alat pada permulaan dan pada akhir pencatatan harus sama
KKD-1 2015/2016
Figure 1. Electrocardiograph
BCS-‐2 2015/2016
Gambar 2. Location of the precordial electrodes and ECG recordings Note: V1 : The 4th intercostal space at the right sternal line V2 : The 4th intercostals space at the left sternal line V3 : In the middle of V2 and V4 V4 : The 5th intercostals space at the left midclavicular line V5 : The point where a horizontal line through V4 crosses the left anterior axillary line V6 : The point where a horizontal line through V4 and V5 crosses the left midaxillary line
BCS-‐2 2015/2016
1. 2.
3.
PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI-‐2 (TORAKS) Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Judul Keterampilan Pendahuluan
Pemeriksaan Radiologi-‐2 (Toraks) Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang sering dibutuhkan untuk membantu menegakkan diagnosis. Agar dapat menghasilkan pencitraan yang diinginkan maka perlu komunikasi yang baik antara dokter yang mengelola pasien dengan petugas radiologi. Membuat permintaan pemeriksaan radiologi yang benar harus dimiliki oleh seorang dokter. Keperluan pemeriksaan sangat disesuaikan dengan keadaan pasien dan ketersediaan sarana. Sasaran Pembelajaran 1. Tujuan Umum Keterampilan Setelah menyelesaikan praktikum keterampilan ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan teori termasuk indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan radiologis, kemampuan menulis permintaan pemeriksaan radiologis, serta mampu memilih pemeriksaan modalitas radiologis yang paling tepat guna untuk membantu menegakkan diagnosis 2. Tujuan Khusus A. Radiologi 1 Setelah menyelesaikan praktikum keterampilan radiologi 1, mahasiswa diharapkan mampu menentukan indikasi, kontra indikasi, mengetahui prinsip dan prosedur pemeriksaan dengan tanpa atau dengan kontras, mengetahui jenis pemeriksaan berdasarkan gambar yang dihasilkan modalitas radiologis, serta prinsip proteksi radiasi dan kontras media pada modalitas radiologi : 1. Dasar-‐dasar Sinar X 2. Radiologi torak B. Radiologi 2 Setelah menyelesaikan praktikum ketrampilan radiologi 2, mahasiswa diharapkan mampu menuliskan permintaan radiologi konvensional sesuai dengan kebutuhan untuk penegakkan diagnosis berdasarkan modalitas radiologi:
KKD-‐1 2015/2016
1
4.
Metode Pembelajaran
KKD-‐1 2015/2016
1. Muskuloskeletal 2. Toraks 3. Muskuloskeletal 4. Traktus gastrointestinal 5. Traktus urinarius 1. Penjelasan oleh tutor untuk Radiologi 1 dalam waktu 60 menit pada sesi pertama adalah : 1.1. Menjelaskan indikasi, kontraindikasi, prinsip serta prosedur pemeriksaan radiologi tanpa dan dengan kontras pada : 1.1.1. X-‐ray toraks, muskuloskeletal, traktus urinarius dan traktus gastrointestinal (15 menit) 1.2. Mengetahui prinsip dan komplikasi yang dapat terjadi akibat : 1.2.1. Radiasi sinar pengion dan bagaimana proteksinya (5 menit) 2. Penjelasan oleh tutor untuk Radiologi 2 dalam waktu 60 menit pada sesi pertama adalah : 2.1. Mensimulasikan cara menulis permintaan radiologi, pembacaan dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan radiologi konvensional (20 menit) pada : 2.1.1. X-‐ray toraks : tuberkulosis paru dewasa dan anak, pneumotoraks, efusi pleura, edema paru. 2.1.2. Muskuloskeletal, : fraktur tulang 2.2. Setiap mahasiswa berlatih membaca dan menginterpretasi hasil pemeriksaan radiologi konvensional 2.3. Tutor dan mahasiswa memberikan umpan balik 2.4. Tutor memberikan kesimpulan dan menutup Sebelum pertemuan Radiologi 1 dan Radiologi 2 sesi kedua, mahasiswa belajar mandiri 3. Setiap mahasiswa menunjukan ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan radiologi 1 dan radiologi 2 dalam waktu 120 menit sesi kedua adalah : 2
3.1.
5.
6. 7. 8. 9.
Dengan menggunakan daftar tilik, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai proses yang berlangsung yaitu mampu membuat permintaan pemeriksaan radiologi dan interpretasi penjelasan prinsip serta alasan pemeriksaan radiologi tersebut : 3.1.1. X-‐ray toraks : tuberkulosis paru dewasa dan anak, pneumotoraks, efusi pleura, edema paru. 3.1.2. Muskuloskeletal, : osteomielitis, osteosarkoma, fraktur tulang *Keterangan: untuk semester 3 sasaran pembelajaran dibatasi hanya yang tercetak tebal. Alat dan bahan yang -‐ Contoh hasil pemeriksaan radiologi torak dan diperlukan muskuloskeletal -‐ Lampu baca radiologi -‐ Laptop Rujukan Buku Ajar Radiologi FKUI Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Damayanti Sekarsari, Sp.Rad PJ KKD untuk dr. Nora Sutarina, SpKO keterampilan ini
KKD-‐1 2015/2016
3
Daftar Tilik Judul Keterampilan : Pemeriksaan Radiologi-‐2 (Toraks) Nama Tutor : __________________________________ Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment No. Keterampilan MHS 1 MHS 2 MHS 3 Modalitas Radiologi 1 S Sinar X : indikasi dan kontraindikasi 2 Cara pembuatan permintaan radiologi: a. Nama b. Umur c. Klinis d. Alamat dan no telp pasien e. Nama dokter dan no telp dokter Permintaan radiologi yang diminta serta posisi Pemeriksaan Radiologi 1 Toraks : Radioanatomi : menyebutkan organ –organ pada foto thorak yaitu jantung , paru, vaskuler, trakhea, bronkhus utama, hilus, sinus kostofrenikus, diafragma, KKD-‐1 2015/2016
Hari/Tanggal Kelompok
: _______________________________ : _______________________________
MHS 4
MHS 5
MHS 6
MHS 7
MHS 8
MHS 9
MHS 10
4
tulang dan jaringan lunak Dasar-‐dasar pembacaan thorak foto: jantung, CTR, trachea, kedua hilus, corakan bronkovaskuler, sinus kostofrenikus, diafragma, tulang dan jaringan lunak Pengenalan radiolusen dan radioopak: udara-‐radiolusen, cairan –radioopak, infiltrat, cavitas, fibrosis 2 Tulang Radioanatomi: menyebutkan organ-‐organ pada foto tulang, sendi, jaringan lunak Dasar-‐dasar pembacaan foto tulang : alignment, densitas tulang, celah sendi, kelainan tulang, jaringan lunak Menyebutkan jenis-‐jenis fraktur di tulang panjang *beri tanda "v" bila mahasiswa melakukan; beri tanda "x" bila mahasiswa tidak melakukan Tanda Tangan Tutor ________________________ (Nama Jelas dan Lengkap)
KKD-‐1 2015/2016
5
NRM Nama Jenis Kelamin Tanggal lahir
: : : :