Malang tak dapat ditolak. Seorang warga Surabaya ditetapkan sebagai tersangka oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim gara-gara mengomentari berita di sebuah media online tentang dugaan penggelapan uang Rp4,7 triliun di Gereja Bethany Surabaya yang linknya dibagi ke Facebook. Johan Yan nama warga tersebut sebelumnya telah meminta maaf dan menghapus komentar yang ia berikan di Facebook, namun ia tetap dijadikan tersangka oleh kepolisan. Menurut pihak kepolisian Johan disangka melanggar Pasal 27 Ayat 3 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pasal 27 Ayat 3 melarang siapapun untuk menyebarkan informasi online yang punya muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Tentu saja rujukan yang diambil polisi adalah UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang memagari aktifitas pengguna internet pada umumnya. Bila kita lihat, kasus ini sepele dan mungkin jauh dari pencemaran nama baik. Menurut Johan sendiri, komentar yang ia berikan waktu itu sekadar status saja dan tidak bermaksud menjelekkan. Namun kemudian pihak gereja melaporkan hal tersebut ke pihak kepolisian. Satu hal yang sangat penting dari kejadian ini adalah bahwa pengguna Facebook harus hati-hati, bukan hanya ketika membuat status, tetapi juga ketika berkomentar. Pasal 27 UU ITE yang diduga pasal karet bisa saja dikenakan jika ada pihak yang merasa dirugikan oleh status atau komentar pengguna di Facebook.
Gara-Gara UU ITE, Nulis Status di FB akhirnya di-Polda-kan Seorang pengguna akun jejaring sosial Facebook di Surabaya, Johan Yan dituntut 6 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar lantaran komentarnya di laman jejaring sosial tersebut. Johan Yan mengaku dirinya menjadi “facebookers” sejak 2008, tetapi akhirnya menghadapi masalah besar yang tidak sanggup dipecahkannya. “Saya hanya facebookers yang komentar tentang link media online, tapi saya di-Polda-kan sebagai tersangka,” katanya dalam sebuah surat terbuka. Menurut dia, ada sekitar 10 media daring (dalam jaringan internet) yang memuat berita yang dikomentarinya itu, di antaranya surabaya pagi.com, kompas.com, beritajatim.com, berita5.com dan detik.com, termasuk media cetak Jawa Pos dan Radar Surabaya.
Namun, kata pendiri sebuah perusahaan motivasi itu, pihak pengurus Gereja Bethany Surabaya juga memintanya untuk menghapusnya, maka dirinya pun langsung menghapusnya dari facebook pada akhir Februari 2015. Ia juga sudah meminta maaf sebanyak 5 kali di Facebook. Johan diduga melakukan pelanggaran tindak pidana dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan atau pencemaran nama baik, sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (1) juncto pasal 27 ayat (3) UU Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ITE).