ISLAMIC BANKING MODEL
THREE TIERS SYSTEM ON ISLAMIC BANKING FIRST TIER
f ISLAMIC BANK
BANKING
SECOND TIER
COMMERCIAL
PERSONAL ACCOUNT
MURABAHA, SALAM & ISTISHNA' DEPARTMENT
IJARA DEPARTMENT
INVESTMENT DEPOSIT
REAL ESTATE
REAL ESTATE
PERSONAL SERVICES
AUTOMOTIVES & VEHICLES
AUTOMOTIVES & VEHICLES
CONSTRUCTION MATERIALS & WORK MAINTENANCE & SPARE PARTS FURNITURE & ELECTRICAL APPLIANCES
THIRD TIER
CHARITY
INVESTMENT DEPARTMENT
ISLAMIC BANKING MODEL
THREE TIERS ON ISLAMIC BANKING
Ardiansyah Rakhmadi
(Tulisan ini adalah hasil observasi pribadi terhadap Kuwait Finance House)
ISLAMIC BANKING MODEL
PENDAHULUAN: MENGAPA BANK ISLAM BERBEDA? Istilah “Three Tiers Banking” dalam tulisan ini diadopsi dari tulisan yang dimuat di dailyexpress.com, 7 April 2009. Dalam tulisan tersebut, Professor Dr. M. Kabir Hassan, dari New Orleans University menyatakan bahwa Bank Islam akan berjalan kuat apabila sistem Three Tier Banking ini dijalankan. Ia menyatakan: “The first tier is to be like the conventional bank, where people put their money in the bank, and where the bank gives money to meet their type of transactions. The second tier is like a Mudaraba type of institution or Mudharaba Company, where people put their money and combine itu and try and develop different things. This model is very much applicable for SME financing, where a person has the idea but does not have the money (while) and another person has the capital. They combine using the Islamic principle. The third tier is like the venture capital or musyaraka, where big infrastructure projects financing (is involved).” Masih dalam makna yang sama, namun penulis mencoba untuk menarik definisi “three tier” ke dalam bentuk yang lebih utuh bagi lembaga Perbankan Islam, yaitu Bank sebagai lembaga penghimpun dana, Bank sebagai Mudharaba dan Musyaraka Company, serta Bank sebagai lembaga Baitul Mal. Sistem three tier ini tidak terdapat pada bank konvensional. Meskipun fungsi penyaluran dalam bank konvensional itu ada, namun bukan dalam bentuk bank sebagai mudharaba company yang memainkan fungsifungsi sektor riil seperti jual beli, sewa menyewa, dan kongsi. Bank hanya bertindak sebagai penyalur yang meminjamkan uang kepada pihak yang membutuhkan. Nama bank sebenarnya diambil dari bahasa Italia, dari asal kata banco yang berarti desk atau bangku. Istilah ini dipergunakan sejak masa renaissance (wikipedia). Secara tradisional, aktivitas perbankan bergerak diseputar penghimpunan dana dan penyalurannya melalui aktivitas pinjaman. Ketika istilah “bank” dipergunakan oleh lembaga keuangan Islam maka sebenarnya terjadi kerancuan dan elemenelemen yang saling bertolak belakang. Akar permasalahannya tidak terletak pada fungsi bank, karena lembaga keuangan Islam pun dapat memiliki fungsi yang sama dengan bank. Tetapi, letak akar permasalahannya terdapat pada cara kerja dari bank konvensional itu sendiri.
ISLAMIC BANKING MODEL
Jika diibaratkan bangunan maka sebenarnya antara lembaga keuangan Islam dan bank konvensional merupakan dua buah bangunan yang berbeda. Dua buah bangunan yang berbeda boleh jadi mempunyai beberapa kesamaan pada beberapa fungsi, namun tentunya bukan merupakan bangunan yang sama. Antara Bank Islam dan konvensional samasama memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan. Tetapi cara kerja antara keduanya berbeda jauh. Perbedaan pertama, terletak pada tidak adanya instrumen bunga pada Bank Islam dalam hal penghimpunan dana. Dalam penghimpunan dana Bank Islam menggunakan pola mudharabah atau lebih dikenal sebagai pola bagi hasil. Sehingga yang disepakati antara bank dan nasabah penghimpunan dana adalah nisbah atau porsi bagi hasil yang dihitung berdasarkan pendapatan bank setiap bulannya. Dengan demikian, Bank Islam tidak mengenal istilah “negative spread”. Perbedaan kedua, bank konvensional dalam menyalurkan dananya hanya menggunakan instrumen bunga. Apapun jenis produk yang disediakan, dasar perhitungannya tetap menggunakan bunga. Bank Islam, dalam menyalurkan dananya menggunakan pola pendekatan sektor riil, seperti jual beli, sewa menyewa, dan kongsi. Perbedaan inilah yang menyebabkan adanya perbedaan yang mendasar pada kerangka bangunan bank Islam dan konvensional. Dan untuk dapat berjalan sesuai dengan kerangka yang benar, maka Bank Islam harus dapat menerapkan konsep three tier dengan kaffah. Salah satu Bank Islam yang telah berhasil menerapkan konsep three tier pada tahapan yang lebih maju dibandingkan dengan BankBank Islam yang lain adalah Kuwait Finance House.
ISLAMIC BANKING MODEL
THREE TIER SYSTEM ON ISLAMIC BANKING Bangunan Bank Islam mempunyai tiga tingkatan utama. Tingkatan pertama, Bank bertindak sebagai “Bank”, dalam arti berfungsi sebagai lembaga penghimpun dana. Pada tingkatan ini, bank (mudharib) menggunakan pola kerja bagi hasil dengan nasabah penyimpan (shahibul maal). Tingkatan kedua, Bank berlaku sebagai mudharaba company, dimana bank (mudharib) mengelola harta shahibul mal dengan melakukan kegiatankegiatan bisnis sektor riil seperti perdagangan, leasing, dan perkongsian dengan pihak lain. Dalam tingkatan ini, Bank memiliki divisidivisi atau bagianbagian khusus untuk menangani seluruh kegiatan bisnisnya. Misal, untuk melakukan kegiatan murabahah, maka Bank Islam dituntut untuk memiliki jaringanjaringan supplier dan bagian yang melakukan fungsi pembelian barang. Sehingga akad murabahah yang dilakukan akan berjalan dengan sempurna. Tanpa adanya dukungan infrastruktur yang baik, maka Bank Islam dikhawatirkan hanya akan terjatuh pada transaksitransaksi semu yang berakibat pada pola bisnis yang tidak berbeda dengan Bank Konvensional. AUTOMALL ALA KFH
Kuwait Finance House mendirikan Auto Mall bagi para nasabahnya untuk mendukung kegiatan murabahah di bidang automotive. Dan bukan hanya melayani untuk mobilmobil baru saja, namun KFH melayani pula pembelian mobilmobil “second”. Lebih dari itu, KFH menyediakan after sales service hingga ke spare part untuk kepuasan nasabahnya. Lihat www.KFH.com
Tingkatan kedua ini memiliki posisi yang sangat penting, mengingat dalam tingkatan inilah keuntungan Bank Islam dihasilkan. Sehingga bagi Bank Islam benarbenar ditekankan untuk tidak hanya sekedar membuat produk, namun perlu diperhatikan pula infrastruktur yang akan membuat produk tersebut benarbenar sesuai dengan prinsip syariah. Dukungan dari pemerintah turut memberikan andil yang besar dalam menjadikan Bank Islam
ISLAMIC BANKING MODEL
tersebut benarbenar sesuai dengan ketentuan syariah. Contohnya kebijakan pemerintah tentang kebijakan pajak berganda yang masih diberlakukan. Hal ini menyebabkan Bank Islam enggan untuk melakukan pembelian barang dalam arti sebenarnya pada proses pelaksanaan murabahah. Padahal pembelian barang tersebut mutlak harus dilakukan untuk kesempurnaan akad. Tingkatan ketiga, Bank sebagai pengelola Baitul Mal. Fungsi Baitul Mal ini dapat difokuskan untuk penyaluran danadana dengan skim qardul hasan, termasuk pada pengelolaan dana dana zakat. Skim qardul hasan bisa digunakan untuk memberikan beasiswa kepada para mahasiswa, guru, maupun dosen. Demikian pula skim ini dapat diarahkan untuk halhal yang dapat memberikan kemashlahatan yang besar bagi umat.
ISLAMIC BANKING MODEL
MEMBANGUN SECOND TIER SECARA BERKESINAMBUNGAN Bagaimana membangun second tier dalam Bank Islam? Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk di Indonesia, membangun second tier, tidaklah mudah. Hal ini disebabkan banyaknya regulasi yang belum memberikan dukungan sepenuhnya kepada Bank Islam. Misalkan, di timur tengah, Bank Islam diperbolehkan memiliki perusahaanperusahaan yang bergerak di sektor non keuangan untuk mendukung kegiatan bisnis yang dilakukan. Keterbatasanketerbatasan tersebut tentunya tidak seharusnya membuat Bank Islam di Indonesia hanya sekedar menunggu dan mengharap perubahanperubahan yang tidak pasti akan datang. Akan lebih baik jika Bank Islam di Indonesia berbuat sesuatu sesuai dengan kemampuan dan melakukan penyempurnaanpenyempurnaan yang dianggap tidak melanggar ketentuanketentuan perbankan. Tahap pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengaktifkan kegiatan sektor riil oleh Bank. Pada akad murabahah dan ijarah, Bank dapat membeli barang tersebut secara langsung dari supplier. Dengan demikian penggunaan akad wakalah dapat diminimalisir. Meskipun, untuk aktiva murabahah seperti mobil dan rumah, dari aspek legalitas tidak perlu diatasnamakan Bank terlebih dahulu, sebelum dilakukan penjualan kepada nasabah. Untuk fasilitas murabahah, Bank diharuskan untuk mengaktifkan fungsifungsi yang terdapat pada perusahaan retail, seperti fungsi pembelian dan fungsi penerimaan barang. Fungsi pembelian akan bertanggung jawab terhadap pembelian barang sesuai dengan pengajuan nasabah, melakukan pengecekan terhadap harga barang, penentuan supplier, dan mengeluarkan order pembelian kepada supplier. Fungsi penerimaan akan bertanggung jawab terhadap pemeriksaan kualitas barang yang diterima dan pengembalian barang murabahah apabila terdapat cacat. Fungsifungsi ini bisa ditangani oleh satu bagian atau lebih, tergantung dari volume bisnis yang ada. Untuk fasilitas ijarah, diperlukan adanya fungsi pemeliharaan aktiva ijarah. Fungsi ini dibutuhkan pula untuk menangani aktiva ijarah jika terdapat aktiva ijarah yang telah selesai masa sewanya. Karena pada tahap ini, Bank dapat mengajukan opsi menghibahkan barang kepada nasabah atau menjual. Pada saat nasabah menolak untuk melakukan pembelian, maka fungsi pemeliharaan dapat menjual aktiva tersebut secara langsung pada pihak lain atau bekerjasama dengan balai lelang untuk melakukan pelelangan atas aktiva ijarah.
ISLAMIC BANKING MODEL
KUWAIT FINANCE HOUSE ORGANIZES MARKETING FESTIVAL FOR MURABAHA PRODUCTS AND SERVICES 03/25/2008.Kuwait Finance House (KFH)
Tahap kedua, Bank Islam diharuskan untuk membangun jaringan dan bekerjasama dengan para supplier, sehingga tercipta satu jaringan bisnis yang memungkinkan Bank untuk melakukan transaksitransaksi muamalah dengan nasabahnasabahnya secara mudah.
has organized a marketing festival for its Tahap ketiga adalah dengan membangun Murabaha products and services that will divisidivisi khusus dibawah Bank untuk last for 3 months. mendukung pengadaan akad murabahah, ijarah, salam, istishna', dan musyarakah antara The assistant General Manager for Bank dan nasabahnya. Contoh, Kuwait Commercial Sector Ahmed Mohammed Finance House mempunyai Murabaha Al Khaled said the festival comes to Department untuk mengelola transaksi serve KFH's clients by offering them murabahah dengan para nasabahnya. benefits and servicers on all products of Murabaha department, like construction materials, furniture, electrical appliances, kitchens, used and commercial cars and their accessories, boats, and spare parts. He added that KFH works with more than 4.000 suppliers in the domestic market. (www. ameinfo.com)