LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT THYPOID FEVER
Disusun Oleh ; Lidia Ihda Ghafiro NIS : 1081/436.076
PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SMK NEGERI 4 BONDOWOSO 2018/2019 1
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugera kepada saya untuk dapat menyusun materi tentang Laporan Pendahuluan ”Typhoid Fever” Laporan Pendahuluan ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media elektronik berupa Internet dan media cetak. Penyusun berharap materi ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah pengetahuan atau wawasan mengenai Tyhpoid. Penyusun sadar materi ini belumlah sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna. Bondowoso, 18 Februari 2019
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...........................................................................
i
DAFTAR ISI .........................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN ...............................................................
4
1.
Latar Belakang Masalah................................................
4
2.
Tujuan............................................................................
5
3.
Manfaat .........................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka 1 Pengertian...................................................................... 2 Etiologi .......................................................................... 3 Tanda Dan Gejala................... ...................................... 4 Patofisiologi.................................................................. 5 Pemeriksaan Diagnostik ............................................... 6 Penatalaksanaan Medis .................................................. 8 Prognosis...................................................................... 9 Komplikasi ....................................................................... B. Asuhan Keperawatan 1 Pengkajian......................................................................... 2 Pemeriksaan Fisik............................................................. 3 Diagnosa Keperawatan...................................................... 4 Perencanaan....................................................................... C. Implementasi D. Evaluasi
7 7 8 9 10 10 11 11 12 12 13 13
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN A) Latar Belakang Typhoid Fever adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
saluran
pencernaan
dan
gangguan
kesadaran.
Sumber
penularan
penyakit typhoid fever dapat melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh salmonella
typhi. Salmonella
typhi dapat
menyebar
melalui
tangan
penderita, lalat dan serangga lain. Infeksi dapat terjadi secara langsung maupun tidak secara langsung salmonella thypi. Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang. Demam tifoid atau typhoid fever endemik di Indonesia. Penyakit ini terpencar-pencar disuatu daerah dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang yang tinggal dalam satu rumah. Di Indonesia typhoid fever dapat ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak. Di daerah endemik pencemaran terjadi melalui air yang tercemar oleh salmonela typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier merupakan sumber penularan tersering di daerah nonendemik. Penyakit typhoid fever banyak menyerang pada anak usia 12-13 tahun (70% – 80%), pada usia 30-40 tahun (10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%). Angka kesakitan typhoid feveryang tertinggi terdapat pada golongan umur 3-19 tahun, suatu golongan masyarakat yang terdiri dari anakanak usia sekolah. Penyakit ini termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang (Parry et al 2002). Sedikitnya ada 16 juta kasus baru TF (Typhoid Fever) yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Komplikasi TF yang paling mematikan yaitu perforasi ileum dan pendarahan usus.
4
B)
Tujuan
(1)
Tujuan umum Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia khususnya masalah kebutuhan Gangguan Rasa nyaman “Tyhpoid”.
(2)
Tujuan khusus (1)
Mampu melakukan pengkajian Gangguan Rasa nyaman“Thypoid”
(2).
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Gangguan Rasa nyaman “Thypoid”
(3).
Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan Gangguan Rasa Nyman “Thypoid”
(4).
Mampu melakukan implementasi keperawatan Gangguan Rasa Aman “Thypoid” sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.
(5)
Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan Gangguan Rasa nyaman “Thyphoid”
C) Manfaat 1) Bagi Profesi perawat Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medical bedah khususnya dengan kasus Thypoid.
5
2)
Klien Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien
tentang cara menangani, merawat, dan mencegah kasus Thypoid. 3)
Keluarga Memberikan pengetahuan serta masukan kepada kelurga
tentang cara menangani, merawat, mencegah kekambuhan dan
berkomunikasi kepada anggota keluarga yang
mengalami kasus Thypoid. 4)
Penulis Untuk menambah referensi dan kemampuan
mengaplikasikan asuhan keperawatan medika bedah khususnya pada klien dengan kasus Thypoid.
6
BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN Tifus abdominalis (demam tifoid, enterik fever) merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Kapita Selekta Jilid 2) Tifoid fever merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan
kesadaran (L.R. Laurents, 1995)
penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. 2. ETIOLOGI Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Typhi yang merupakan kuman negatif, bergerak dengan rambut getar dan tidak menghasilkan spora. Salmonella Thposa mempunyai tiga macam antigen yaitu : - Antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarido) berasal dari tubuh kuman. Antigen O menunjukkan bila seseorang belum pernah menderita / baru pertama kai terjangkit. - Antigen H (flabela kuman) ini menunjukkan bila seseorang sudah pernah terjangkit / kekambuhan ulang. - Antigen Vi ( terletak pada kapsul anti kuman yang mempunyai struktur kimia protein ). (IPD, Jilid I, Edisi 3, 1996, 437)
7
3. KLASIFIKASI (Menurut WHO 2003), ada 3 macam klasifikasi demam Tifoid dengan perbedaan gejala klinis: 1.
Demam tifoid akut non komplikasi Demam tifoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya resespot pada dada, abdomen dan punggung.
2.
Demam tifoid dengan komplikasi Pada demam tifoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi, susu dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
3.
Keadaan karier Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien. Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi di feses (WHO, 2003)
4. TANDA DAN GEJALA - Perasaan yang tidak enak - Lesu - Nyeri kepala - Pusing - Mual dan muntah - Anoreksia - Nyeri otot - Batuk
8
4. PATOFISIOLOGI Basil Salmonella. Typhi Host carier
Makan/minum Vektor (lalat,kecoa dll) Yang terkontaminasi Tertelan Lambung
Inflamasi (radang) Sel darah putih mengalir melalui pembuluh darah
Usus mempengaruhi nretologi usus timbul berbagai Gx intestinal
sebagian kuman dihancurkan oleh HCL lambung
infeksi kelenjar limfe - ikut aliran limfa - ikut aliran darah
neutrofil dan Monasit mempagosit M. O muntah
Keseluruhan tubuh/ sistenik
Timbul ulkus
Peasam lambung
Pendarahan usus timbul
timbul gejala - Mual,
- Anoreksia
anemia
Kurangnya Keb. Cairan tubuh
Perforasi usus Ductus Toracicus
M.O melepas makanan Phyrogen
Intake in adekuat Kurang Keb cairan
Me Hipotalamus Ke sel point
Peritonitis Nyeri
Kebutuhan cairan kurang
Peningkatan suhu tubuh
Cardiovakuler
Sirkulasi porball (hati dan usus)
Darah
RES (limpa dan hati)
Kurang kebutuhan nutrisi
kuman berkembang biak (tergantung jumlah, virulensi, imun)
Paru
Hepar dan Ginjal Kandung kemih
tulang
Neuropsikiatri
9
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan Laboratorium : a. Darah tepi Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosisinofilia pada permulaan sakit. b. Sumsum tulang Berupa hiperaktif RES dengan adanya sel mokrofog, sedangkan sistem eritropoesir, granulopoesis dan trombopoesis. c. Biakan empedu Basil Salmonela thyphii ditemukan dalam darah penderita yang biasanya dalam minggu pertama sakit. Lebih sering ditemukan dalam urin dan feses. d. Widal Bila terjadi aglutinasi diperlukan zat anti terhadap antigen O, titer O yang bernilai 1/200 atau lebih. (FKUI, 1992). 6. PENATALAKSANAAN 1)
Perawatan .
Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih selama 14 hari.
Posisi tubuh harus di ubah (kurang lebih 2 jam selang
seling) untuk mencegah dekubitus. 2)
Mobilisasi sesuai kondisi. Diet.
Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakitnya (mula-mula air-lunak-makanan biasa).
Makanan mengandung cukup cairan, TKTP.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak cukup
serat (rendah relulosa), tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. 3)
Obat
10
Anti mikroba -
Kloramfenikol (hari bebas panas)
-
Ampicilin atau Amoxillin MG (hasil bebas panas)
-
Co-trimoxazole
(kombinasi
Trimetropim
dan
sulkametokasole).
Obat-obat symtomatik. -
Antipiretik.
-
Kartikosteroid
-
Supportif
-
Penenang
7. PROGNOSIS ( Kemungkinan Akhir Penyakit ) Umumnya prognosisi tifus abdoninalis pada anak baik, asal pasien cepat berobat. Mortalitas pada pasien yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi tidak baik bila terdapat gambaran klinik yang berat seperti : b. Demam tinggi (Hiper pireksia) c. Kesadaran sangat menurun (sopor, koma, delirium) d. Terdapat komplikasi yang berat, misal : dehidrasi purforasi dan asidosis. 8. KOMPLIKASI 1. Pada usus halus : Umumnya terjadi, tetapi bila terjadi sering fatal -
Perdarahan usus
-
Perforasi usus
-
Peritonitis
2. Komplikasi diluar usus : Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis yaitu meniningitis, kolesistitis, ensefalipati dan lain-lain. Terjadi karena ifeksi sekunder yaitu bronko pneumonia.
11
B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Pengkajian merupakan tahapan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data dan analisa sehingga dapat diketahui masalahmasalah yang dihadapi Kx (Nasrul Effendy, 1995 : 18). a. Identitas klien Meliputi biodata : Nama, umur, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, alamat, nomor register, nama ayah / ibu, pekerjaan ayah / ibu. b. Keluhan utama Keluhan utama tipoid adalah panas sudah 4 hari yang tidak turun menurun, batuk pilek, dan sisertai muntah, penurunan kesadaran. c. Riwayat penyakit sekarang Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman Salmonella Typhi kedalam tubuh. d. Riwayat penyakit dahulu Adanya penyakit yang menular / menurun yang dialami Kx sebelumnya. Apakah sebelumnya pernah sakit demam tipoid ? e. Riwayat penyakit keluarga Apakah keluarga atau pernah menderita demam thypoid dan penyakit keturunan atau menular lain, seperti : Hipertensi, DM, TBC dan lain-lain. f. Riwayat Imunisasi BCG, DPT, DT, Polio, Campak, Hepatitis 2. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38-410C, muka pucat. Tingkat kesadaran Didapat terjadi penurunan kesadaran (apatis)
12
Sistem respirasi Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam. Sistem kardiovaskuler Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relative, hemoglobin rendah. Sistem integumen Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam. Sistem gastrointestinal Bibir kering, mukosa mulut kering, lidah kotor, mual, muntah. Sistem muskuluskeletal Klien lemah, terasa lelah tapi tidak ada kelainan. 3. DIAGNOSA KEPERAWATAN Merupakan suatu pernyataan dari masalah Px yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah Px dapat ditanggulangi atau dikurangi (Lismidar, 1990). 1. Peningkatan
suhu
tubuh
sehubungan
dengan
infeksi
kuman
Salmonella Tyhpi. 2. Gangguan kebutuhan nutrisi / cairan dan elektrolit sehubungan dengan kurangnya masuknya nutrisi / cairan. 3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh. 4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit Tipoid. 5. Terjadinya kenaikan suhu tubuh sehubungan dengan infeksi 6. Gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan perubahan pola makan. 4.
PERENCANAAN Diagnosa I : Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi. Tujuan : Suhu tubuh turun sampai normal dalam waktu 2 x 24 jam.
13
Kriteria Hasil : -
Suhu tubuh normal (36 – 37oC)
-
Tidak ada keluhan normal panas
-
Px tidak haus
Rencana Tindakan : Terangkan pada Px / kerluarga tentang hubungan panas dengan penyakitnya. Ukur suhu tubuh / gejala vital tiap 3 jam. Berikan kompres dingin pada tempat yang tepat (daerah lipatan tubuh). Anjurkan memakan baju tipis yang menyerap keringat. Berikan minuman air putih 2 – 3 liter perhari. Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian obat terapi. Diagnosa II : Gangguan pemenuhan nutisi berhubungan dengan perubahan pola makan. Tujuan : Kebutuhan terpenuhi dan Px mampu menyesuaikan diri dengan makanan yang akan diberikan 1 x 30 menit. Kriteria Hasil : -
Porsi makan habis
-
Keluhan makan tidak ada
-
Berat badan meningkat
-
Px tiak mual dan muntah
Rencana Tindakan : Terangkan pada Px tentang kegunaan makan dan hubungan dengan penyakit Beri makan sesuai dengan selera Px asal tidak tinggi serat Berikan makan porsi kecil tapi sering Berikan posisi tirah baring yang baik Berikan obat sesuai dengan advis dokter Kolaborasi dengan tim medis
14
C. IMPLEMENTASI Pelaksanaan merupakan pengalaman dari perwujudan rencana tindakan yang meliputi kegiatan yaitu validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan
rencana
keperawatan,
memberikan
asuhan
keperawatan dan pengumpulan data (Lismidar, 1990). D. EVALUASI Merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dan kegiatan yang terus menerus dan disengaja melibatkan klien, perawat, dokter yang bertujuan untuk menilai apakah masalah tersebut teratasi, teratasi sebagian atau timbul masalah baru (Lismidar, 1990).
15
DAFTAR PUSTAKA 1. Doenges Marlyn E, 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta. 2. Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta. 3. Masjoer A, dkk, 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, FKUI, Jakarta. 4. Syamsu Hidayat, R. Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC. 5. Lismidar, dkk (1995). Proses Keperawatan, Jakarta, Universitas Indonesia. 6. Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokterab, EGC, Jakarta.
16