Tgs Bu Ina Fix.docx

  • Uploaded by: SyarifahSalma
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tgs Bu Ina Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,963
  • Pages: 37
MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI ASUHAN KEPERAWATAN KANKER OVARIUM (CA OVARIUM)

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Sistem Reproduksi

Dosen Pengajar : Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep

Oleh : Kelompok : II Kelas B Makiah

1714201210044

Muhammad Irwannor Saputra

1714201210048

Muhammad Musarafi

1714201210049

Noor Maida

1714201210055

Rifky hidayat

1714201210063

Syarifah Salmah

1714201210072

Jean Fransisca Aurora

1714201210076

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS BANJARMASIN, 2018

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam penulis panjatkan, karena atas rahmat dan karunianya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung. Makalah ini berjudul “Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi ini. Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Keperawatan Sistem Reproduksi. Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami

sangat

mengharapkan kritik

dan

saran

yang membangun

demi

kesempurnaan makalah ini.Kami berharap tugas ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya profesi keperawatan.

Banjarmasin, April 2018 Kelompok II

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................

i

DAFTAR ISI ......................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang .........................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah ....................................................................

2

1.3

Tujuan Penulisan ......................................................................

2

BAB II LANDASAN TEORI 2.1

Pengertian ................................................................................

4

2.2

Anatomi Fisiologi ....................................................................

7

2.3

Penyebab Kanker Ovarium ......................................................

12

2.4

Tanda dan Gejala Kanker Ovarium ..........................................

13

2.5

Patofisiologi .............................................................................

13

2.6

Cara Mencegah Kanker Ovarium .............................................

16

2.7

Pemeriksaan Penunjang............................................................

16

2.8

Penatalaksanaan .......................................................................

17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1

Pengkajian ................................................................................

19

3.2

Diagnosa ...................................................................................

20

3.3

Intervensi ..................................................................................

21

3.4

Implementasi ............................................................................

27

3.5

Evaluasi ....................................................................................

29

BAB IV PENUTUP 4.1

Simpulan...................................................................................

31

4.2

Saran .........................................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

33

ii

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kanker ovarium menempati urutan ketujuh dari seluruh tumor ganas ginekologi di kalangan perempuan diseluruh dunia. Dilaporkan 224.747 kasus baru kanker ovarium dan 140.163 jumlah kematian kanker akibat kanker ovarium. Kanker ovarium menduduki urutan kelima dengan insidensi 6.2% dari jenis kanker yang dilaporkan (WHO, 2012).

Kanker ovarium termasuk satu dari sepeluh kanker yang paling sering diderita oleh wanita Indonesia. Menurut data dari Center For Disease Control And Prevention, kanker ovarium merupakan kanker ginekologi dengan tingkat five year survival rate terendah dari kanker ginekologi dunia, yaitu sebesar 43%. Hal ini disebabkan oleh gejala kasus yang tidak spesifik dan beragam, serta tidak tersedianya alat screening dengan spesifitas. Sensivitas, dan harga yang sesuai. Dua per tiga pasien saat ini terdiagnosis saat telah mencapai stadium III dan IV. Padahal apabila 75% kasus kanker ovarium terdeteksi pada stadium I atau II angka mortalitasnya diperkirakan akan turun sebanyak 50% (E-Jurnal Medika, 2017).

Prevalensi kurang gizi pada pasien ovarium dilaporkan lebih dari 67% sebagai akibat gangguan gizi pada pasien kanker ovarium. Rata-rata kelangsungan hidup pada pasien dengan status gizi yang baik adalah 20,5 bulan. Sementara dengan pasien status gizi yang sedang sampai buruk adalah 9,8 bulan. Penderita kanker ovarium dengan kadar serum albumin ≥3,6 g/dl mempunyai probalitas ketahanan hidup 5 tahun 23% dengan median ketahanan 23,3 bulan. Penderita dengan kadar serum albumin ≤3, g/dl mempunyai probalitas ketahanan hidup 5 tahun 10% dengan median ketahanan hidup 7,3 bulan.

1

Fenomena terjadinya kanker ovarium pada wanita baik pada usia subur maupun pada usia menopause sangat memprihatinkan. Gejala yang muncul kadang kala dianggap hal yang biasa atau kurang diperhatikan. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang gejala, pengobatan dan akibat yang ditimbulkan oleh kanker ovarium. Oleh karena diperlukannya peran perawat maternitas yang memberikan asuhan keperawatan secara holististik. Tanggung jawab dan peran yang penting dalam membantu mengatasi masalah pada wanita dengan kanker ovarium peran perawat maternitas tersebut antara lain memberikan dukungan, konseling yaitu mengarah dan memberikan alternative pemecahan masalah (Pilliteri, 2010)

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kanker ovarium? 1.2.2 Bagaimana anatomi fisiologi kanker ovarium? 1.2.3 Apa saja etiologi kanker ovarium? 1.2.4 Apa saja tanda dan gejala kanker ovarium? 1.2.5 Bagaimana patofisiologi kanker ovarium? 1.2.6 Bagaimana cara mencegah kanker ovarium? 1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang kanker ovarium? 1.2.8 Apa saja penatalaksanaan kanker ovarium? 1.2.9 Apa saja pengkajian yang dilakukan pada pasien kanker ovarium? 1.2.10 Apa saja diagnosa yang muncul pada pasien kanker ovarium? 1.2.11 Apa saja intervensi keperawatan pada pasien kanker ovarium?

1.3 Tujuan 1.3.1

Untuk mengetahui apa itu kanker ovarium

1.3.2

Untuk mengetahui anatomi fisiologi kanker ovarium

1.3.3

Untuk mengetahui apa saja etologi kanker ovarium

1.3.4

Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala kanker ovarium

1.3.5

Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi kanker ovarium

1.3.6

Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah kanker ovarium

1.3.7

Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang kanker ovarium

2

1.3.8

Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan kanker ovarium

1.3.9

Untuk mengetahui apa saja pengkajian yang dilakukan pada pasien kanker ovarium

1.3.10 Untuk mengetahui apa saja diagnosa yang muncul pada pasien kanker ovarium 1.3.11 Untuk mengetahui apa saja intervensi keperawatan pada pasien kanker ovarium

3

4

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995 dalam Nurarif dan Hardhi, 2015)

Kanker

ovarium merupakan

sebuah penyakit di

mana ovarium yang

dimiliki wanita memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum, kanker ovarium merupakan suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini bisa berkembang sangat cepat, bahkan, dari stadium awal hingga stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam satu tahun saja. Kanker ovarium merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor malignan di ovarium. Tumor malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol sehingga berpotensi menjadi kanker. Wikipedia Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh (Corwin, 2009)

Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10% terdapat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak dan tidak jelas pasti ganas (borderline malignancy atau carsinoma of low-maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kista sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel

4

ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

Gambar 2.1.1 Kanker Indung Telur (Ovarium)

Gambar 2.1.2 Ovarium Normal dan Tidak Normal

Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of Ginecologies and Obstetricians ) 1987 dalam Nurarif & Hardhi, 2015 adalah : 2.1.1 Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium 2.1.1.1 Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh. 2.1.1.2 Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak. 2.1.1.3 Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau

5

dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif. 2.1.2 Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul 2.1.2.1 Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba 2.1.2.2 Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya 2.1.2.3 Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif. 2.1.3 Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum. 2.1.3.1 Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal. 2.1.3.2 Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant

dipermukaan

peritoneum

dan

terbukti

secara

mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif. 2.1.3.3 Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif. 2.1.4 Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.

6

Gambar 2.1.3 Stadium Kanker Ovarium

2.2 Anatomi Fisiologi Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksterna dan organ interna. Organ interna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita, serta sebagai tempat implantasi; dapat dikatakan organ interna berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin. 2.2.1 Organ Internal 2.2.1.1 Vagina Vagina

merupakan

saluran

fibromuskuler

elastis

yang

membentang ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina mempunyai panjang kurang lebih 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran keluar dari uterus, dilalui sekresi uterus, dan kotoran menstruasi, sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat persalinan. Dinding vagina terdiri atas empat lapisan : Lapisan epitel gepeng berlapis : pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan akan merembes melalui epitel untuk memberikan kelembaban, Jaringan kolektif areoler yang dipasok pembuluh dengan baik, Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan sirkuler, Lapisan luar jaringan ikat

7

fibrosa berwarna putih. Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempa servik menuju kedalam kubah vagina terbentuk sebuah selokan melingkar yang mengelilingi servik. Fernik ini terbagi menjadi empat bagian: fornik posterior, anterior dan dua buah fernik latera.

2.2.1.2 Uterus Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul antara kandung kemih di anterior dan rectum posterior. Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram atau lebih. Uterus terdiri atas: a. Fundus Uteri, merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopi berinsersi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat di perkirakan dengan perabaan fundus uteri. b. Korpus Uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan

mukosa.

Mempunyai

fungsi

utama

sebagai

perkembangan janin. c. Servik Uteri, Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak di bawah isthmus. Servik memiliki serabut otot polos namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan secret yang kental dan lengket dari kanalis servikalis. Jika saluran kelenjar servik tersumbat

8

dapat

berbentuk

kista,

retensi

berdiameter

beberapa

millimeter yang disebut sebagai folikel nabothian. Secara histology, uterus terdiri atas : a. Endometrium di korpus uteri dan endoservik di servik uteri, merupakan bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil. Endometrium terdiri atas epitel kubik,kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkelukkeluk. Ukuran endometrium bervariasi yaitu 0,5 mm hingga 5 mm. Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar yang di dalamnya banyak

terdapat

pembuluh

darah.

Epitel

permukaan

endometrium terdiri dari satu lapisan sel kolumner tinggi, bersilia dan tersusun rapat. Kelenjar uterus berbentuk tubuler merupakan invaginasi dari epitel, kelenjar ini menghasilkan cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga uterus tetap lembab. b. Miometrium, Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar uterus dan terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan banyak serabut elastin didalamnya. Banyaknya serabut otot pada uterus sedikit demi sedikit berkurang kearah kaudal, sehingga pada servik otot hanya merupakan 10% dari massa jaringan. Selama masa

kehamilan

miometrium

terutama

sangat

melalui

membesar,

proses

namun

hipertrofi,

tidak

terjadi

visceral,

Uterus

perubahan yang berarti pada otot servik. c. Lapisan

serosa,

yakni

peritoneum

sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan

ikat

dan

ligamentum

Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah:

9

yang

menyokongnya.

a. Ligamentum kardial sinistra at dextra (mackenrodt), yaitu ligamentum yang terpenting mencegah suplay uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari servik dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteri uteria. b. Ligamentum Sakro Uterinum Sinitra at Dextra, Yaitu ligamentum yang menahan uterus agar tidak banyak bergerak, berjalan dari servik bagian belakang, kiri dan kanan, kearah os sacrum kiri dan kanan. c. Ligamentum

Rotundum

Sinistra

at

Dextra,

Yaitu

ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan. d. Ligamentum Latum Sinistra at Dextra, Yaitu ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. Di bagian dorsal ligamentum ini di temukan indung telur (ovarium sinistra at dextra). e. Ligamentum Infudibula Pelvicum, Yaitu ligamentum yang menahan tuba falopi berjalan dari arah infidibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya terdapat urat-urat saraf, saluransaluran limfe, arteri dan vena ovarica. Istmus adalah bagian uterus antara servik dan korpus uteri diliputi oleh peritoneum visceral yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di daerah plika.

2.2.1.3 Vesiaka uteria. Uterus diberi darah oleh arteri uterine sinistra at dextra yang terdiri dari istmus asenden dan desenden. Pembuluh darah yang lain yang memperdarahi uterus adalah arteri ovarica sinistra at dextra. Inversasi uterus terdiri atas system saraf simpatis,

10

parasimpatis dan serebrospinal. Yang dari system parasimpatis ini berada dalam panggul di sebelah kiri dan kanan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2, 3, dan 4. Dan selanjutnya memasuki pleksus frankenhauser. Yang dari system simpatis masuk ke dalam rongga panggul sebagai pleksus hipogastrikus melalui biforkasio aorta dan promontorium terus ke bawah dan menuju pleksus frankenhauser. Serabut saraf tersebut memberi inervasi pada miometrium dan endometrium. Kedua system simpatik dan prasimpatik mengandung unsur sensorik dan motorik. Simpatik menimbulkan

kontraksi

parasimpatik

mencegah

dan

vasokonstriksi

kontraksi

dan

sedangkan menimbulkan

vasodilatasi.

2.2.1.4 Tuba Falopi Tuba falopi marupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu tempat di dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba falopi antara 8-14 cm, tuba tertutup oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membrane mukosa. Tuba falopi terdiri atas Pars interstisialis (bagian yang terdapat di dinding uterus), Pars Ismika (merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya), Pars Ampularis (bagian yang terbentuk agak lebar, tempat konsepsi terjadi), Pars Infudibulum (bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan kemudian menyalurkan ke dalam tuba).

2.2.1.5 Ovarium Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-

11

kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel. Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum, Memproduksi hormone estrogen, Memproduksi hormone progesterone. Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovarium ini hanya terdapat pada wanita, letaknya di dalam pelvis di kiri kanan uterus, membentuk,

mengembang

serta

melepaskan

ovum

dan

menimbulkan sifat-sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar, timbulnya siklus menstruasi. Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium disebut medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf, bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikelfolikel yaitu kantongkantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi ovum.

2.3 Etiologi Kanker Ovarium Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor genetik 2.3.1 Faktor lingkungan Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker. 2.3.2 Faktor endokrin Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara, menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi

12

pengganti estrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium 2.3.3 Faktor genetik Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium.

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium yaitu : 2.3.1 Diet tinggi lemak 2.3.2 Merokok 2.3.3 Alkohol 2.3.4 Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium 2.3.5 Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium 2.3.6 Wanita yang memiliki anak > 35 tahun 2.3.7 Kontrasepsi oral 2.3.8 Menstruasi dini 2.3.9 Wanita diatas usia 50 – 75 tahun (Nurarif dan Hardhi, 2015)

2.4 Tanda dan Gejala Kanker Ovarium Manifestasi klinis terutama berupa rasa tidak enak perut bawah atau tenesmus, pada stadium awal dapat timbul asites; dengan cepat kanker tumbuh melampaui kavum pelvis hingga ke abdomen hingga teraba massa; haid tidak teratur, dapat timbul perdarahan per vagina. Tanda & Gejala pada pasien Kanker Ovarium, Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa : 2.4.1 Haid tidak teratur 2.4.2 Ketegangan menstrual yang terus meningkat 2.4.3 Menoragia

13

2.4.4 Nyeri tekan pada payudara 2.4.5 Menopause dini 2.4.6 Rasa tidak nyaman pada abdomen 2.4.7 Dyspepsia 2.4.8 Tekanan pada pelvis 2.4.9 Sering berkemih 2.4.10 Flatulenes 2.4.11 Rasa begah setelah makan makanan kecil 2.4.12 Lingkar abdomen yang terus meningkat (Smeltzer, 2001 dalam Corwin, 2009)

2.5 Patofisiologi Penyebab dari kanker ovarium belum diketahui secara pasti tetapi resiko kanker ovarium meningkat disebabkan oleh mutagen, makanan, wanita madul, primipara tua >45 tahun dan genetik, kemudian yang menyebabkan induksi stroma dan menimbulkan kista. Kista dapat merangsang hormone estrogen meningkat sehingga terjadi proliferasi kista. Proliferasi kista dapat muncul karena 3 hal, yaitu : terapi radiasi, maligna dan metatase jaringan sekitar. Terapi radiasi menimbulkan efek samping keruskan sel sekitar, rambut rontok, penurunan hemotopoetik, anemia, penurunan produksi eritrostit yang kemudian menyebabkan penurunan motilitas usus dan terjadi penurunan peristaltic usus dan memunculkan masalah keperawatan konstipasi, status kesehatan menurun yang menyebabkan koping individu tidak efektif dan memunculkan masalah keperawatan gangguan citra tubuh dan ansietas dan terjadi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer serta resiko perdarahan. Maligna dapat menyebabkan pembesaran massa dan terjadi kompresi serabut saraf sehingga memunculkan masalah keperawatan nyeri dan Metatase jaringan sekitar dapat menurunkan fungsi organ sehingga masalah keperawatan yang muncul adalah ketidakefektifan pola seksualitas.

14

Pathway Mutagen, makanan, wanita mandul, primipara tua >45 thn, genetik

Inkusi epitel stroma

Kista

Rangsangan hormone estrogen meningkat

Proliferasi kista

Terapi radiasi

Maligna

Efek samping

Pembesaran massa

Kerusakan sel sekitar, rambut rontok, penurunan hemotopoetik, anemia, penurunan produksi eritrosti

Penurunan motilitas usus

Peristaltic menurun

Metatase jar sekitar

Kompresi serabut saraf

Penurunan fungsi organ

Ketidakefektifa n pola seksualitas

Nyeri

Status kesehatan menurun

Koping individu tidak efektif

Gangguan citra tubuh

Konstipasi Ansietas

(Nurarif dan Hardhi, 2015)

15

Ketidakefektifa n perfusi jaringan perifer Resiko perdarahan

2.6 Solusi Mencegah Kanker Ovarium 2.6.1 Menghentikan ovulasi. ovulasi dapat memicu terjadinya kanker apabila sel-sel yang pada mulanya berfungsi untuk memperbaiki sel-sel yang rusak setelah proses ovulasi mengalami kelainan. Oleh karena itu, hal-hal yang dapat menghentikan ovulasi seperti melahirkan dan menyusui, penggunaan KB, dan operasi sterilisasi atau hysterectomy (pengangkatan rahim), dapat mencegah munculnya kanker ovarium. 2.6.2 Pola hidup. Pola hidup adalah cara yang tidak hanya digunakan untuk mencegah kanker rahim, namun juga penyakit lainnya. Untuk kanker rahim, obesitas merupakan salah satu faktor pemicunya. Sehingga, pola hidup sehat dengan olahraga secara teratur, mengkonsumsi makanan bergizi, serta melakukan diet sehat akan dapat mengurangi resiko anda terkena kanker ovarium. 2.6.3 regular check-up. Gen penyebab kanker ovarium dapat menurun, beberapa tes seperti tes darah dan USG transvagina untuk mendiagnosa kanker ovarium secara lebih akurat. Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik. (Gondo, 2011)

2.7 Pemeriksaan Penunjang 2.7.1 Pemeriksaan darah lengkap 2.7.2 Pemeriksaan kimia darah 2.7.3 Serum HCG 2.7.4 Alfa fetoprotein 2.7.5 Analisa air kemih 2.7.6 Pemeriksaan saluran pencernaan 2.7.7 Laparatomi 2.7.8 CT scan atau MRI perut 2.7.9 Pemeriksaan panggul

16

2.7.10 USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan gembar dari bagain dalam tubuh 2.7.11 Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian 2.7.12 CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan kanker ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah mereka. (Nurarif dan Hardhi, 2015)

2.8 Penatalaksanaan Medis 2.8.1 Pembedahan Penatalaksanaan pertama tumor ovarium adalah pembedahan. Tindakan pembedahan selain bertujuan untuk diagnosis (jinak/ganas, jenis sel tumor), juga bertujuan untuk terapi yaitu pengangkatan tumor dan juga penetapan stadium (surgical staging). Prosedur pembedahan pada tumor ovarium yang curiga ada keganasan yaitu sebagai berikut: 2.8.1.1 Insisi mediana 2.8.1.2 Sitologi cairan peritoneum atau bilasan rongga peritoneum 2.8.1.3 Eksplorasi

rongga

peritoneum,

biopsi

daerah

yang

mencurigakan 2.8.1.4 Salpingooovorektomi (potong beku) 2.8.1.5 Salpingooovorektomi kontralateral 2.8.1.6 Histerektomi totalis 2.8.1.7 Omentektomi infrakolika 2.8.1.8 Limfadenektomi pelvik kiri-kanan dan para-aorta 2.8.1.9 Biopsi

peritoneum

(paravesikal,

parakolika

kiri-kanan,

subdiafraghma, kavum douglas dan daerah perlengkapan tumor) 2.8.1.10 Eksisi lesi tumor-tumor metastasis

17

2.8.2 Kemoterapi Kemoterapi kombinasi diperlukan untuk stadium I C atau lebih dengan kombinasi dasar cisplatin dan taxan sebagai kemoterapi primer. Radioterapi hanya diberikan pada jenis disgerminoma dan penderita tidak lagi menginginkan anak. Regimen kemoterapi tergantung jenis histologi tumor. Tabel regimen kemoterapi: Jenis Histologi Golongan epitel

Regimen Kemoterapi CP

Cis-platinum/carboplatin, cyclophospamide

CAP Cis-platinum/carboplatin, adriamycin,cyclophospamide TC

Taxane paclitaxel/docetaxel, Cis-platinum/carboplatin

TG

Paclitaxel, gemcitabine

Golongan germinal-

PVB Cis-platinum/carboplatin, vinblastine, bleomycin

stromal

BEP

Cis-platinum/carboplatin, etoposide, bleomycin

VAC Vincristine, adriamycin, cyclophospamide

(Nurarif dan Hardhi, 2015)

18

19

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Pengkajian yang dilakukan meliputi : 3.1 Identitas pasien 3.2 Status kesehatan saat ini, yang meliputi : Alasan kunjungan/keluhan utama, faktor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, upaya yang telah dilakukan 3.3 Riwayat Keperawatan, meliputi : 3.3.1

Riwayat obstetrik : riwayat menstruasi (menarche, banyaknya, HPHT, Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu)

3.3.2

Riwayat keluarga berencana : apakah melaksanakan KB, Jenis kontrasepsi

yang

digunakan,

sejak

kapan

menggunakan

kontrasepsi, masalah yang terjadi 3.3.3

Riwayat kesehatan : penyakit yang pernah dialami ibu, pengobatan yang didapat, riwayat penyakit keluarga

3.3.4

Riwayat lingkungan : kebersihan, faktor lingkungan yang membahayakan

3.3.5

Aspek psikososial : persepsi ibu tentang keluhan/penyakitnya

3.4 Kebutuhan dasar Khusus 3.4.1

Pola nutrisi : kaji frekuensi makan, nafsu makan, jenis makanan rumah, makanan yang tidak disukai

3.4.2

Pola eliminasi : kaji pola BAK (frekuensi, warna, keluhan saat BAK), pola BAB (frekuensi, warna, keluhan saat BAB)

3.4.3

Pola personal hygiene : kaji oral hygiene, kebersihan rambut, kebersihan tubuh

3.4.4

Pola istirahat dan tidur : Kaji lama tidur, kebiasaan sebelum tidur, keluhan saat tidur

3.4.5

Pola aktivitas dan latihan

3.4.6

Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

3.5 Pemeriksaan fisik

19

Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan darah, respirasi, berat badan 3.5.1

Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata, konjungtiva, sclera, pupil, akomodasi.

3.5.2

Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus,dll.

3.5.3

Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan

3.5.4

Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae

3.5.5

Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan

3.5.6

Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi jantung, sakit dada

3.5.7

Abdomen : kaji adanya asites

3.5.8

Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis

3.5.9

Ekstremitas : kaji turgor kulit

3.6 Data penunjang 3.6.1

Laboratorium

3.6.2

USG

3.6.3

Rontgen

3.6.4

Terapi yang didapat

(Corwin, 2009)

3.2 Diagnosa Keperawatan 3.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis 3.2.2 Ketidakefektifan

perfusi

jaringan

perifer

berhubungan

dengan

penurunan produksi darah (anemia) 3.2.3 Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya 3.2.4 Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan volume darah (anemia, trombositipeni dan kemoterapi) 3.2.5 Ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan struktur, fungsi organ, penyakit atau terapi medis

20

3.2.6 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, terapi penyakit kanker (terapi radiasi) 3.2.7 Konstipasi

berhubungan

dengan

penurunan

motilitas

traktus

gastrointestinal

3.3 Intervensi NO 1

Diagnosa Keperawatan Nyeri akut b.d penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis BK : Subjektif  Mengungkapka n secara verbal atau melaporkan [nyeri] dengan isyarat Objektif  Posisi untuk menghindari nyeri  Perubahan tonus otot  Respons autonomik  Perubahan selera makan  Perilaku distraksi  Perilaku ekspresif  Wajah topeng [nyeri]  Perilaku menjaga atau sikap melindungi  Fokus menyempit  Bukti nyeri yang dapat diamati  Berfokus pada diri sendiri  Gangguan tidur

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi dan Rasional

NOC :  pain lavel  pain control  comport lavel KH :  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyerti, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,mencari bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri  Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC Pain Management  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi R: Mengetahui kondisi nyeri pasien  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan R: Mengetahui tingkat kenyamanan pasien  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan R: Agar pasien termotivasi dengan adanya dukungan yang baik  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan R: Tingkat lingkungan yang tidak nyaman berpengaruh terhadap kualitas nyeri yang di rasakan  Kurangi faktor presipitasi nyeri R: Hindari factor yang menyebabkan nyeri bertambah  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Rasional : Mengidentifikasi skala dan perkembangan nyeri.  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin R: Hal ini membuat pasien lebih rileks dan dapat

21

2

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan produksi darah (anemia) BK : Subjektif  Perubahan sensai Objektif  Perubahan karakteristik kulit  Bruit  Perubahan tekanan darah pada ekstremitas  Klaudikasi  Kelambatan penyembuhan  Nadi arteri lemah  Edema  Tanda Homan positif  Kulit pucat saat elevasi  Diskolorasi kulit  Perubahan suhu

NOC :  Circulation status  Tissue Perfusion : cerebral KH : Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :  Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan  Tidak ada ortostatik hipertensi  Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) Mendemonstrasikan, kemampuan kognitif yang ditandai dengan :  Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan  Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi  Memproses informasi  Membuat keputusan dengan

22

membantu mengurangi nyeri  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri R: Untuk mengurangi rasa nyeri hingga menghilangkan nyeri  Tingkatkan istirahat R: Kebutuhan dasar membuat rasa nyaman terhadap tubuh  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur R: Mengetahui agar pasien dan keluarga mengerti informasi tentang nyeri  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali R: Mengetahui keadaan umum pasien NIC : Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul R: mengetahui bagian tubuh mana yang lebih peka terhadap rangsangan  lnstruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi R: Menghindar terjadinya komplikasi  Gunakan sarung tangan untuk proteksi R: Agar terhindar dari factor resiko  Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung R: Agar mengurangi terjadinya cidera  Monitor kemampuan BAB R: Mengerahui intake dan output  Kolaborasi pemberian analgetik R: Mempercepat penyembuhan

kulit  Nadi atau teraba

3

lemah tidak

Ansietas b.d stress akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaann ya BK :  Perilaku  Affektif  Fisiologis  Simpatik  Parasimpatik  Kognitif

benar Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik tidak ada gerakan gerakan involunter

NOC :  Anxiety self-control  Anxiety level  Coping KH :  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas.  Vital sign dalam batas normal.  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivfitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

23

 Monitor adanya tromboplebitis R: Mengetahui ada tidak tanda dan gejala tromboplebitis  Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi R: Untuk memecahkan suatu masalah dan mencapai hasil yang baik NIC Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)  Gunakan pendekatan yang menenangkan R: Agar pasien merasa tenang  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien R: Agar pasien termotivasi  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur R: Agar pasien dapat memahami suatu prosedur yang dilakukan  Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress R: Agar dapat memahami pasien situasi pasien yang membuat stress  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut R: Agar pasien tidak terjadi ansietas yang begitu berat  Dorong keluarga untuk menemani anak R: Agar anak tidak merasa takut  Lakukan back / neck rub R:  Dengarkan dengan penuh perhatian R: Agar pasien merasa nyaman jika ungkapan pasien di dengarkan dengan baik  Identifikasi tingkat kecemasan R: Agar dapat bisa dicegah yang membuat ansietas menjadi berat  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

4

5

Resiko perdarahan b.d penurunan volume darah (anemia, tromositopeni, kemotrapi) Faktor Risiko :  Aneurisme  Sirkumsisi  Defisiensi pengetahuan  Koagulapati intravaskuler diseminata  Riwayat jatuh  Gangguan gastrointestinal  Gangguan hati  Koagulapati inheren  Komplikasi pascapartum  Komplikasi terkait kehamilan  Trauma  Efek samping terkait terapi Ketitakefektifan pola sexsualitas b.d perubahan struktur, fungsi organ, penyakit atau terapi medis BK : Subjektif  Perubahan dalam mencapai

NOC :  Blood lose severity  Blood koagulation KH :  Tidak ada hematuria dan hematemesis  Kehilangan darah yang terlihat  Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole  Tidak ada perdarahan pervagina  Tidak ada distensi abdominal

NOC :  Citra tubuh  Penampilan peran  Harga diri  Identitas seksual KH :  Meminta informasi yang dibutuhkan tentang seksualitas  Mendiskusikan keluhan

24

R: Agar pasien dapat menghindar dari situasi yang membuat cemas  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi R: Agar pasien tenang dan nyaman  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi R: Agar pasien merasa lega  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan R: Mengurangi cemas hingga menghilangkan cemas NIC : Bleeding precautions  Monitor ketat tanda-tanda perdarahan R: Agar menghinari terjadi syock  Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah terjadìnya perdarahan R: Mengetahui keadaan umum pasien  Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT, PTT, trombosit R: Mengetahui ada tidak terjadi penyakit lanjutan  Monitor TTV ortostatik R: Mengetahui keadaan umum pasien  Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif R: Mencegah terjadinya perdarahan yang berlebihan  Atur kemungkinan transfusi R: Mencegah terjadi anemia ataupun syock  Persiapan untuk transfusi R: Meningkatkan ke stabilan kondisin pasien NIC : Peningkatan citra tubuh  Tingkatkan persepsi sadar dan persepsi bawah sadar serta sikap pasien terhadap tubuhnya R: Agar stimulus pasien cepat terangsang Peningkatan peran  Banttu pasien, orang terdekat, atau keluarga untuk

6

persepsi peran seks  Perubahan pada hubungan dengan orang terdekat  Konflik yang melibatkan nilai  Melaporkan perubahan pada aktivitas atau perilaku seksual  Melaporkan kesulitan pada aktivitas atau perilaku seksual  Melaporkan keterbatasan pada aktivitas atau perilaku seksual Gangguan citra tubuh b.d pembedahan, terapi penyakit kanker (terapi radiasi) BK : Subjektif  Perasaan negatif tentang tubuh  Rasa takut terhadap penolakan atau reaksi dari orang lain Objektif  Perubahan aktual pada struktur atau fungsi  Kehilangan bagian tubuh  Tidak melihat pada bagian tubuh  Perubahan dalam keterlibatan sosial

tentang seksualitas  Mengungkapkan kepuasan seksualitas

meningkatkan hubungan dengan mengklarifikasi dan menambah perilaku peran tertentu. R: Agar pasien dapat teralatih dalam melakukan tugasnya sedikit-demi sedikit Peningkatan harga diri  Bantu pasien meningkatkan penilaian pribadi tentang harga diri R: Agar pasien tetap percaya diri Penyluhan seksualitas  Bantu individu memahami dimensi fisik dan psikologis pertumbuhan dan perkembangan seksual R: Agar pasien dapat memahami tentang seksualitas

NOC :  Body image  Self esteem KH :  Body image positif  Mampu mengidentifikasi kekuatan personal  Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh  Mempertahankan interaksi sosial

NIC : Body image enhancement  Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya R: Mengetahui tingkat stimulus pasien  Monitor frekuensi mengkritik dirinya R: Mengetahui ada tidaknya perkembangan dirinya  Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit R: Agar pasien dapat memahami tentang perawatan pasca bedah  Dorong klien mengungkapkan perasaannya R: Untuk membuat pasien merasa lebih lega  Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu R: Untuk melatih pasien tanpa menggunakan alat bantu  Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil R: Agar perasaan pasien

25

7

Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastrointestinal BK : Subjektif  Indigesti  Nyeri saat defekasi  Perasaan penuh atau tekanan pada rektum Objektif  Perubahan pada suara abdomen  Perubahan pada pola defekasi  Penurunan volume feses  Distensi abdomen  Bising usus hipoaktif dan hiperaktif  Tidak mampu mengeluarkan feses

NOC :  Bowl Elimination  Hidration KH :  Pola BAB dalam batas normal  Feses lunak  Cairan dan serat adekuat  Aktivitas adekuat

(Nurarif dan Hardhi, 2015)

26

menjadi senang ketika sekelompok orang menemaninya NIC : Constapation/Impaction Management  Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi R: Mengetahui penyebab konstipasi  Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis R: Mengetahui tanda dan gejala ruptu bowel/peritonitis  Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien R: Agar pasien dapat memahaminya  Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising usus R: Agar mengetahui kondisi pasien mengenai peristaltic usus  Kolaborasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap R: Kolaborasi dengan tim medis lain untuk memberikan obat  Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi R: Agar pasen mengetahui penyebab konstipasi  Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama R: Agar pasien mengetahui dampak dari menggunakan laxative  Kolaborasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan R: Agar pasien tidak terjadi konstipasi yang berat  Dorong peningkatan aktivitas yang optimal R: Agar peristaltic meningkat  Sediakan privacy dan keamanan selama BAB R: Agar pasien tidak malu

3.4 Implementasi NO 1

Diagnosa

Implementasi

Keperawatan Nyeri

akut

penekanan

b.d



perut

bagian

bawah

akibat

kanker

metastasis

Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi,

karakteristik,

durasi,

frekuensi,

kualitas dan faktor presipitasi 

Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan



Membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan



Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti

suhu

ruangan,

pencahayaan

dan

kebisingan 

Mengurangi faktor presipitasi nyeri



Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi



Mengajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin



Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri



Meningkatkan istirahat



Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur



Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

2

Ketidakefektifan

Peripheral Sensation Management

perfusi

jaringan

(Manajemen sensasi perifer)

perifer

b.d

penurunan produksi (anemia)

 Memonitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul

darah

 Memonitor adanya paretese  Menginstruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi  Menggunakan sarung tangan untuk proteksi  Membatasi gerakan pada kepala, leher dan punggung  Memonitor kemampuan BAB  Berkolaborasi pemberian analgetik  Memonitor adanya tromboplebitis  Berdiskusi menganai penyebab perubahan sensasi

27

3

Ansietas

b.d

stress

akibat

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)  Menggunakan pendekatan yang menenangkan  Menyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku

kurangnya pengetahuan

pasien

tentang penyakit dan

 Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

penatalaksanaann

 Memahami prespektif pasien terhadap situasi stress

ya

 Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut  Mendorong keluarga untuk menemani anak  Melakukan back / neck rub  Mendengarkan dengan penuh perhatian  Mengidentifikasi tingkat kecemasan  Membantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan  Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi  Menginstruksikan

pasien

menggunakan

teknik

relaksasi  Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan 4

Resiko

Bleeding precautions

perdarahan

b.d

 Mencatat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah

penurunan volume

 Memonitor ketat tanda-tanda perdarahan

darah

terjadìnya perdarahan  Memonitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT,

(anemia, tromositopeni,

PTT, trombosit  Memonitor TTV ortostatik

kemotrapi)

 Mempertahankan bed rest selama perdarahan aktif  Berkolaborasi dalam pemberian produk  Mengatur kemungkinan transfusi  Mempersiapan untuk transfusi 5

Ketitakefektifan

Peningkatan citra tubuh

pola

sexsualitas

 Meningkatkan persepsi sadar dan persepsi bawah sadar

b.d

perubahan

struktur, organ,

fungsi penyakit

atau terapi medis

serta sikap pasien terhadap tubuhnya Peningkatan peran  Membantu pasien, orang terdekat, atau keluarga untuk meningkatkan hubungan dengan mengklarifikasi dan

28

menambah perilaku peran tertentu. Peningkatan harga diri  Membantu pasien meningkatkan penilaian pribadi tentang harga diri Penyluhan seksualitas  Membantu individu memahami dimensi fisik dan psikologis pertumbuhan dan perkembangan seksual 6

Gangguan

citra

tubuh

b.d

pembedahan, terapi

 Mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya

penyakit

kanker

Body image enhancement

(terapi

radiasi)

 Memonitor frekuensi mengkritik dirinya  Menjelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit  Mendorong klien mengungkapkan perasaannya  Mengidentifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu  Memfasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

7

Konstipasi

b.d

 Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan

penurunan motilitas

Constapation/Impaction Management

traktus

gastrointestinal

konstipasi  Memonitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis  Menjelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien  Mengkonsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising usus  Berkolaborasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap  Menjelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi  Menjelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama  Berkolaborasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan  Mendorong peningkatan aktivitas yang optimal  Menyediakan privacy dan keamanan selama BAB

29

3.5 Evaluasi No.

Diagnosa

Evaluasi

Keperawatan 1.

Nyeri

b.d  Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya

akut

penekanan

perut

menurun

bagian

bawah  Pasien melaporkan nyeri sudah terkontrol maksimal

akibat

kanker

metastasis

dengan pengaruh atau efek samping minimal  TTV pasien dalam batas normal  Ekspresi wajah tidak meringis  Pasien tampak tenang (tidak gelisah)  Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dandistraksi dengan tepat sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri .

2.

Ketidakefektifan

 Pasien mengatakan adanya perubahan sensa

perfusi jaringan

 Tidak ada perubahan karakteristik kulit

perifer b.d

 Tidak ada bruit

penurunan

 Tidak ada perubahan tekanan darah pada ekstremitas

produksi darah

 Tidak ada klaudikasi

(anemia)

 Nadi arteri tidak lemah  Tidak ada edema  Tanda Homan positif  Kulit tidak pucat saat elevasi  Tidak ada diskolorasi kulit  Tidak ada perubahan suhu kulit  Nadi teraba

3.

Ansietas b.d stress  Pasien mengerti tentang penyakit yang di alaminya akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit

4.

 Pasien dapat berpartisipasi selama proses perawatan dan pengobatan  Pasien mendemonstrasikan pengetahuan tentang faktor

dan

resiko dihubungkan dengan kanker ovarium ,tanda dan

penatalaksanaann

gejala yang membutuhkan evaluasi perawatan kesehatan

ya

dan tindakan deteksi untuk menentukan kanker ovarium.

Resiko

 Tidak ada aneurisme

perdarahan b.d

 Tidak ada sirkumsisi

30

penurunan

 Tidak ada defisiensi pengetahuan

volume darah

 Tidak ada koagulapati intravaskuler diseminata

(anemia,

 Tidak ada riwayat jatuh

tromositopeni,

 Tidak ada gangguan gastrointestinal

kemotrapi)

 Tidak ada gangguan hati

Ketidak efektifan

 Tidak ada koagulapati inheren  Tidak ada komplikasi pascapartum  Tidak ada komplikasi terkait kehamilan  Tidak ada trauma  Tidak ada efek samping terkait terapi

5.

pola sexsualitas b.d perubahan struktur, fungsi organ, penyakit atau terapi medis

6.

Gangguan citra tubuh b.d

 Pasien dapat memahami tentang perubahan stuktur dan fungsi seksual

 Pasien dapat mengidentifikasi kepuasan/ praktik seksual yang diterima dan beberapa alternative cara mengekspresikan keinginan seksual

 Pasien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya

pembedahan,

 Pasien dapat menerima staus kesehatannya

terapi penyakit

 Pasien dapat menerapkan koping yang adaptif

kanker (terapi radiasi)

7.

Konstipasi b.d

 Tidak terjadi konstipasi

penurunan

 Peristaltik usus normal(5-33 kali per menit )

motilitas traktus

 Pasien akan menunjukan pola climinasi biasanya

gastrointestinal

31

32

BAB 4 PENUTUP

4.1 Simpulan Kanker indung telur atau kista sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksterna dan organ interna. Organ interna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita, serta sebagai tempat implantasi; dapat dikatakan organ interna berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin. Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor genetik Manifestasi klinis terutama berupa rasa tidak enak perut bawah atau tenesmus, pada stadium awal dapat timbul asites; dengan cepat kanker tumbuh melampaui kavum pelvis hingga ke abdomen hingga teraba massa; haid tidak teratur, dapat timbul perdarahan per vagina. Solusi mencegah kanker ovarium dengan menghentikan ovulasi, merubah pola hidup dan regular check-up. Pemeriksaan pada pasien dengan kanker ovarium adalah pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kimia darah, serum HCG, alfa fetoprotein dan analisa air kemih Penatalaksaan pada pasien kanker ovarium dapat berupa penatalaksanaan medis. Asuhan kepawatan yang diberikan pada pasien dengan kanker ovarium dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

32

4.2 Saran 4.2.1 Bagi pihak rumah sakit Rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan mutu yang lebih baik dalam memberikan pelayanan kesehatan. 4.2.2 Bagi pihak institusi pendidikan Pengelola institusi pendidikan diharapkan peduli terhadap bahaya kanker ovarium dengan cara mengadakan pendidikan kesehatan mengenai penyakit kanker ovarium untuk pencegahan penyakit kanker ovarium, menyediakan media informasi untuk promosi kesehatan mengenai kanker ovarium dan lingkungan bebas asap rokok baik poster, banner yang dipasang. 4.2.3 Kepada klien atau keluarga Diharapkan lebih memperhatikan kondisi fisik dan psikis pasien agar pasien tidak terlalu terganggu ataupun cemas tehadap penyakit yang dialaminya. 4.2.4 Bagi mahasiswa Mahasiswa memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, sehingga dapat memberikan layanan keperawatan yang meliputi semua aspek biopsikososial dan spiritual, serta sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam penerapan ilmu yang telah didapat.

33

DAFTAR PUSTAKA Corwin. (2009). Askeb Ca. Ovarium. Jakarta: PT Bina Pustaka

Gondo, Harry K. (2011). Terapi Terkini untuk Kanker Ovarium. Fakultas Kedokteran Udayana-RS. Sanglah. Denpasar, Bali.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Auhan Keperawatan Berdasarkan Diagosa Medis Nanda Nic Noc. Jogjakarta: Mediaction Publishing

Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

34

Related Documents

Tgs Bu Ina Fix.docx
November 2019 15
Tgs Bu Dian Audit.docx
June 2020 17
Kebijakan K3 Tgs Bu Evi.docx
November 2019 19
Ina
November 2019 24
Tgs
May 2020 26
Tgs
June 2020 20

More Documents from ""

Dops Perawatan Luka.docx
December 2019 40
Dhf 2.xlsx
November 2019 33
Restrain Spo.docx
December 2019 38
Satuan Acara Penyuluhan
August 2019 61