MAKALAH ASUHAN NEONATUS DAN BALITA “Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita Berdasarkan Evidence Based” DOSEN : Tim Mata Kuliah
KELOMPOK : 14 Nurmawati Dagasina Nurdian Muhdar Sarniyanti M. Adam
POLTEKKES KEMENKES TERNATE PRODI D-IV KEBIDANAN 2017
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dari kelompok 14 dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul “Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita Berdasarkan Evidence Based” sesuai dengan yang dharapkan. Tugas ini kami susun agar dapat menuntaskan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Balita dan Anak Prasekolah. Shalawat serta salam kami hanturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita keluar dari zaman jahiliah menuju zaman yang terang benderang. Namun kami menyadari dalam penyusunan baik isi maupun penulisan dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan tugas kami ini yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca dalam memahami serta mengetahui Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita Berdasarkan Evidence Based.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I: PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN PENULISAN C. MANFAAT BAB II : PEMBAHASAN A. E B. B BAB III : PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan,persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa: 1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %. 2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 13 %. Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa: 1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan. 2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui. 3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). 5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi. 6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern. Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
B. TUJUAN Salah satu tujuan penulisan makalah ini yaitu, agar dapat menuntaskan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah dan agar dapat mengetahui asuhan neonatus, bayi dan balita berdasarkan evidence based
C. Manfaat Manfaat yang dapat di ambil yaitu sebagai berikut : 1. Tugas dapat terpenenuhi 2. Mengetahui asuhan neonatus, bayi dan balita berdasarkan evidence based
BAB II PEMBAHASAN A. EVIDENCE BASED MIDWIFERY (PRACTICE) EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional
dan
ilmiah
dasar
untuk
pertumbuhan
tubuh bidan berorientasi
akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka
kedua
atas
dan
mengeksploitasi
baru
kesempatan
untuk
kemajuan
akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidanbenar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih
B. ASUHAN BASED
NEONATUS,BAYI DAN BALITA BERDASARKAN EVIDENCE
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama pesalinan dan setelah bayi baru lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir. Semantara focus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu penggeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi (Prawirohardjo Sarwono, 2009) Evidence based medicine (EBM), suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada paradigma baru untuk mengambil keputusan medis.Asuhan bayi baru lahir dan balita berdasarkan Evidance Based merupakan suatu kegiatan asuhan yang dilakukan padabayi baru lahir dan balita berdasarkan pengambilan keputusan klinik yang telah ditetapkan oleh medis untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan. Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence-based), keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien (Prawirohardjo Sarwono, 2009) Dalam melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir yang berdasarkan Evidance based kita dapat melakukan tindakan yang diterapkan dengan mengikuti perkembangan dalam bidang kesehatan yang diantaranya meliputi : 1. Memulai Pemberian ASI Sejak Dini dan Ekslusif 2. Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita 3. Pemotongan Tali Pusat 4. Perawatan Tali Pusat 5. Rawat Gabung Hubungannya dengan kebijakan kesehatan adalah karena demam berpikir berbasis bukti ini menular juga ke konteks Public Health, yang kemudian dikenal sebagai Evidence Based Health (EBH). EBH adalah suatu metoda untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kebijakan dan program kesehatan (dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan bayi baru lahir dan balita) yang memiliki data untuk diuji efektivitasnya dan didasarkan pada behavior theory dan ecological model of health. 1. Baby Friendly Baby friendly atau Baby Friendly Initiative (inisiasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/ UNICEF pada tahun 1991 untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi dan kelanjutan menyusui. Untuk membantu dalam pelaksanaan inisiatif, alat dan bahan berbeda yang dikembangkan, diuji lapangan dan disediakan. Alat tambahan tersebut dikembangkan setelah itu, seperti pemantauan dan penilaian ulang alat. Sejak meluncurkan The Hospital Initiative Bayi ramah (BFHI) telah berkembang, dengan lebih dari 152 negara di seluruh dunia menerapkan inisiatif yang memiliki dampak yang terukur dan terbukti, meningkatkan kemungkinan bayi yang ASI eksklusif selama enam bulan pertama.
Pelaksanaan Baby Friendly dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Memulai memberian ASI secara dini dan eksklusif Yaitu pemberian ASI dimulai segera setelah bayi lahir, maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. 2. Melakukan pemotongan tali pusat Pemotongan tali pusat dilakukan dengan adanya penundaan selama 3 menit. 3. Melakukan perawatan tali pusat Perawatan tali pusat dilakukan dengan cara : Membiarkan tali pusat kerng sendiri Metode kasa kering
Metode kasa alkohol 70% Metode antiseptik dan kasa kering (Asrinah, dkk .2010) 4. Melakukan bounding attachment Merupakan suatu ikatan yang terjadi antra orang tua dan bayi baaru lahir yang meliputi pemberian kasih sayang, pencurahan perhatian yang saling tarik menarik. Keberhasilan dalam hubungan ikatan batin antara seorang bayi dan ibunya dapat mempengaruhi hubungan sepanjang masa dengan memberikan respon sensual antara ibu dan bayi pada kontak awal kelahiran yaitu: Sentuhan Kontak mata Bau badan Suara Irama kehidupan (Asrinah, dkk .2010) 5. Menjaga kehangatan bayi Cara mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi adalah: Mengeringkan tubuh bayi secara seksama Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat Selimuti atau tutup kepala bayi Jangan menimang bayi dalam keadaan tidak berpakaian Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam pasca persalinan Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi(Asrinah, dkk .2010). Program ini mendorong rumah sakit dan fasilitas bersalin yang menawarkan tingkat optimal perawatan untuk ibu dan bayi. Sebuah fasilitas Baby Friendly Hospital atau Maternity berfokus pada kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk memberikan bayi mereka awal kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang bayi mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai dan terus menyusui bayi mereka dan akan menerima penghargaan khusus karena telah melakukannya. Sejak awal program, lebih dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan program baby friendly. Negara-negara industri seperti Australia, Austria, Denmark, Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat telah resmi di tetapka sebagai rumah sakit sayang bayi. Dalam rangka mencapai program Baby Friendly Inisiative, semua provider rumah sakit dan fasilitas bersalin akan: a. Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui secara rutin dan dikomunikasikan kepada semua staf tenaga kesehatan. b. Melatih semua staf tenaga kesehatan dalam keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan ini. c. Member tahu semua ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusun. d. Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam waktu setengah jam kelahiran. e. Tampilkan pada ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan menyusui jika mereka harus dipisahkan dari bayi mereka. f. Berikan ASI pada bayi baru lahir, kecuali jika ada indikasi medis. g. Praktek rooming-in agar memungkinkan ibu dan bayi tetap bersama-sama h. Mendorong menyusui on demand i. Tidak memberikan dot kepada bayi menyusui
j. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu menghubungi mereka setelah pulang dari rumah sakit atau klinik. 2. Memulai Pemberian ASI Sejak Dini dan Ekslusif Inisiasi menyusu dini (Early initiation) adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli Utami, 2008). Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2009) Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir. Pemberian ASI dimulai segera setelah bayi lahir, maksimal setengah jam pertamasetelah persalinan. Hal ini merupakan titk awal yang peting apakah bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain hormonprolaktin, hormone prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta. Setengah jam pertama setelah persalinan,segera posisikan bayi untuk menghisap puting susu ibu secara benar.Isapan bayi ini akan memberi rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk memeras asi yang ada pada alveoli,lobus,serta duktus yang berisi asi yang di keluarkan melalui putting susu,keadaan ini akan memaksa hormone prolaktin untuk terus memproduksi ASI. Manfaat inisiasi menyusu dini: a. Mencegah hipotermia karena dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. b. Bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stres, pernapasan dan detak jantung lebih stabil, dikarenakan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi. c. Imunisasi Dini. Mengecap dan menjilati permukaan kulit ibu sebelum mulai mengisap puting adalah cara alami bayi mengumpulkan bakteri-bakteri baik yang ia perlukan untuk membangun sistem kekebalan tubuhnya. d. Mempererat hubungan ikatan ibu dan anak (Bonding Atthacment) karena 1 – 2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. e. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui. f. Sentuhan tangan bayi diputing susu dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. g. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi,. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini. h. Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah. (Roesli Utami, 2008).
i. j. k. l.
Perkembangan psikomotorik lebih cepat. Menunjang perkembangan koknitif Mencegah perdarahan pada ibu Mengurangi risiko terkena kanker payudara dan ovarium. (Dewi Cendika & Indarwati, 2010)
Tahapan inisiasi menyusu dini adalah : 1. Tahap pertama disebut istirahat siaga (rest/quite alert stage). Dalam waktu 30 menit, biasanya bayi hanya terdiam. Tapi jangan menganggap proses menyusu dini gagal bila setelah 30 menit sang bayi tetap diam. Bayi jangan diambil, paling tidak 1 jam melekat. 2. Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan menghisap pada mulutnya. Pada menit ke 30 sampai 40 ini bayi memasukkan tangannya ke mulut. 3. Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air liur. Namun air liur yang menetes dari mulut bayi itu jangan dibersihkan. Bau ini yang dicium bayi. Bayi juga mencium bau air ketuban di tangannya yang baunya sama dengan bau puting susu ibunya. Jadi bayi mencari baunya. 4. Tahap keempat, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya. Kaki mungilnya menghentak guna membantu tubuhnya bermanuver mencari puting susu. Khusus tahap keempat, ibu juga merasakan manfaatnya. Hentakan bayi di perut bagian rahim membantu proses persalinan selesai, hentakan itu membantu ibu mengeluarkan ari-ari. 5. Pada tahap kelima, bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri yang masuk lewat mulut akan menjadi bakteri baik di pencernaan bayi. Jadi biarkan si bayi melakukan kegiatan itu. 6. Tahap terakhir adalah saat bayi menemukan puting susu ibunya. Bayi akan menyusu untuk pertama kalinya. "Proses sampai bisa menyusu bervariasi. Ada yang sampai 1 jam. (Roesli Utami, 2008) Penghambat pelaksanaan IMD: 1. Bayi kedinginan-tidak benar Berdasarkan hasil pnelitian Dr.Niels Bergman (2005), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1° C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1° C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2° C untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal. 2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit seta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. 3. Tenaga kesehatan kurang tersedia Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk manjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu. 4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini. 5. Ibu harus dijahit Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu. 6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore harus segera diberikan setelah lahir Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi. 7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur Menunda memandikan pada bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai. 8. Bayi kurang siaga Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk Bonding. 9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal) Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu. 10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda. (Roesli Utami, 2008). Dengan memberi pengganti ASI setelah bayi lahir berarti akan menekan pengeluaran ASI, dengan tidak adanya rangsangan pada putting susu berarti membiarakan kadar hormon oksitosin turun secara perlahan dalam peredaran darah sehingga ASI dalam lobus tidak terperas yang mengakibatkan hormon prolaktin akan turun dan hilang dari peredaran darah. Keadaan ini akan menyebabkan ASI yang keluar sedikit,dan berhenti sebelum bayi umur 6 bulan,hal ini sangat merugikan bayi. Dengan keluarnya ASI prolaktin terangsang untuk segera memproduksi ASI,semakin bayi sering menyusu semakin banyak ASI yang di keluarkan,dan akan makin banyak ASI yang keluar. Semakin tinggi kadar oksitosin pada peredaran darah merangsang prolaktin untuk terus memproduksi ASI. Dengan memberikan ASI pada bayi dalam waktu kurang dari setengah jam pasca persalinan berarti sudah memberikan 5 keuntungan: a. Bayi mendapatkan terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat kelelahan selama proses persalinan karena bayi harus melewati pintu atas panggul, panggul dalam, dasar panggul,dan panggul luar yang membuat stress. Dengan menemukan putting susu ibu bayi mendapatkan ketenangan kembali, pelican ibu membuat bayi mendapatkan rasa aman atau nyaman seperti di dalam
rahim ibu. Hal ini merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologos bayi karena ia mendapatkan modal pertama pembentukan kepercayaan diri terhadap lingkungan. b. Tertanamnya kepercayaan akan lingkungan Berarti ibu sudah membangun dasar kepercayaan (psikologis) yang akan terus berkembang pada masa dewasa yaitu kepercayaan dan ketenengan dalam menghadapi tiap permasalahan (gelisah/sakit dirasakan akan ada akhirnya ) dan akan diperoleh kenyamanan kembali. c. Kadar hormon prolaktin Kadar hormon prolaktin tidak sempat turun dalam peredaran darah ibu sehingga kolostrum untuk hari pertama akan lebih cepat keluar, bayi tidak gelisah ataupun rewel. Dengan demikian, untuk hari selanjutnya ASI dapat dipertahankan. d. Dengan isapan bayi yang benar Dengan isapan bayi yang benar oksitosin akan keluar lebih banyak, hal ini menguntungkan karena otot polos rahim akan terus berkontraksi, artinya rahim akan berkontraksi lebih kuat e. Oleh karena kontraksi yang baik Oleh karena kontraksi yang baik dari hasil kerja hormon oksitosin, proses involusio akan lebih cepat terjadi, dengan cepatnya proses involusio, lika bekas persalinan cepat menutup. Alat reproduksi antara lain uterus, vagina akan segera kembali normal dan kemungkinan terjadinya infeksi pascapostpartum. Tatalaksana inisiasi menyusu dini: 1.
Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri yang tinggi dan membutuhkan dukungan yang kuat dari sang suami dan keluarga, jadi akan membantu
ibu
apabila
saat
inisiasi
menyusu
dini
suami
atau
keluarga
mendampinginya. 2. Obat-obatan kimiawi, seperti pijat, aroma therapi, bergerak, hypnobirthing dan lain sebagainya coba untuk dihindari. 3. Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena dia yang akan menjalaninya. 4. Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan kulit bayi. 5. Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin contact, selimuti keduanya dan andai memungkinkan dan dianggap perlu beri si bayi topi. 6. Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke puting ibunya. 7. Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu (pre-feeding) yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan lebih, diantaranya: a. Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan. b. Memasukan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau mengelurkan suara. c. Bergerak ke arah payudara.
d. Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran. e. Menyentuh puting susu dengan tangannya. f. Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting) melekat dengan mulut terbuka lebar. g. Biarkan bayi dalam posisi skin to skin contact sampai proses menyusu pertama selesai. h. Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan seperti oprasi, berikan kesempatan skin to skin contact. i. Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah menyusu awal. Tunda prosedur yang invasif seperti suntikan vit K dan menetes mata bayi. j. Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi. Andaikan bayi dipisahkan dari ibunya, yang terjadi kemudian ibu tidak bisa merespon bayinya dengan cepat sehingga mempunyai potensi untuk diberikan susu formula, jadi akan lebih membantu apabila bayi tetapi bersama ibunya selama 24 jam dan selalu hindari makanan atau minuman pre-laktal. Setelah pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), selanjutnya bayi diberikan ASI secara eksklusif. Yang dimaksud dengan pemberian ASI secara eksklusif di sini adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0 - 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, baru ia mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat terus diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih. ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM di masa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini. Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena ASI merupakan nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
3. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir Dengan Kontak Kulit Ke Kulit a. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka sehingga mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan. Pada saat bayi baru lahir dan masuk kedalam suhu ruangan menyebabkan tubuh bayi cepat mendingin pada saat air ketuban menguap dari tubuhnya.Luas tubuh bayi berbanding lurusdengan lingkungan yang dingin pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya (Rochmah, dkk, 2012).
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapatt di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh hingga 100%. Lemak coklat ini tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin (Asrinah, dkk . 2010). Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra uterin, bayi harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga bayi tetap hangat adalah: Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah sangat penting untuk menjaga bayi tetap sehat Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih, bila perlu bayi memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki Yakinkan bayi menggunakan baju dan diselimuti Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah menjangkau bayinya Apabila bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi menggunakan pakaian yang hangat dan diselimuti Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak kulit ke kulit, atau ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang Jaga ruangan tetap hangat (Kemenkes RI, 2010) Menurut Asrinah, dkk (2010) setiap bayi yang lahir memiliki sistem pengendalian suhu yang belum matang. Ketika lahir, bayi berada dalam suhu lebih rendah daripada di dalam kandungan dan keadaan basah. Cara mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi adalah: Mengeringkan tubuh bayi secara seksama Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat Selimuti atau tutup kepala bayi Jangan menimang bayi dalam keadaan tidak berpakaian Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam pasca persalinan Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi Jika bayi kedinginan dia akan mulai mengalami hipotermi. Hipoglikemi disebabkan oleh: Pusat pengaturan suhu tbuh bayi belum berfungsi sempurna Permukaan tubuh bayi relative lebih luas Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas Bayi belum mampu mangatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak kedinginan (Asrinah, dkk .2010). Gejala hipotermi : Bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI, merintih Pernapasan megap-megap, lambat, denyut jantung menurun Timbul sklerema: kulit mengeras berwarna kemerahan terutama di bagian punggung, tungkai dan lengan Muka bayi berwarna merah terang Hipotermi menyebabkan perubahan metabolism tubuh yang berakibat kegagalan fungsi jantung, perdarahan pada paru-paru, ikterus dan kematian(Asrinah, dkk .2010).
Mekanisme terjadinya hipotermi karena penurunan suhu tubuh yang terjadi melalui: Radiasi: panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, missal: bayi diletakkan di tempat yang dingin Evaporasi: cairan atau air ketuban yang membashi kulit bayi menguap, missal: bayi tidak langsung dikeringkan dari air ketuban Konduksi: pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi kontak langsung dengan permukaan yang lebih dingin, missal: popok yang basah tidak langsung diganti Konveksi: hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara di sekeliling bayi, missal: bayi diletakkan di dekat pintu atau jendela terbuka (Asrinah, dkk .2010).
b. Kontak Kulit Ke Kulit Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. Kemudian selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya bu menggunakan pakaian longgar berkancing depan (Sarwono, 2010). Kontak kulit bayi dengan ibu dengan perawatan metode kangguru dapat mepertahankan suhu bayi dan mencegah bayi kedinginan/ hipotermi. Keuntungan cara perawatan bayi dengan metode ini selain bisa memberikan kehangatan, bayi juga akan lebih sering menetek, banyak tidur, tidak rewel dan kenaikan berat badan bayi lebih cepat. Ibu pun akan merasa lebih dekat dengan bayi, bahkan ibu bisa tetap beraktivitas sambil menggendong bayinya. Cara melakukannya: Gunakan tutup kepala karena 25% panas hilang pada bayi baru lahir adalah melalui kepala. Dekap bayi diantara payudara ibu dengan posisi bayi telungkup dan posisi kaki seperti kodok serta kepala menoleh ke satu sisi. Metode kangguru bisa dilakukan dalam posisi ibu tidur dan istirahat Metode ini dapat dilakukan pada ibu, bapak atau anggota keluarga yang dewasa lainnya. Kontak kulit ke kulit sangat berguna untuk memberi bayi kesempatan dalam menemukan puting ibunya, sebelum memulai proses menyusui untuk pertama kalinya. Inilah kunci dari inisiasi menyusui dini yang akan sangat berpengaruh dalam proses ASI Eksklusif selama 6 bulan setelahnya.
4. Komponen Metode Kanguru Pada awalnya metode kanguru ini terdiri dari 3 komponen yaitu : a. Posisi kanguru Yaitu bayi prematur yang telah memenuhi kriteria untuk dirawat dengan metode diletakkan dengan posisi vertikal di antara kedua payudara ibu. Bayi hanya mengenakan popok dan penutup kepala, sehingga di harapkan sebanyak mungkin akan terjadi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi. Posisi ini dipertahankan baik ibu dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun berbaring sehingga di harapkan terjadi kontak langsung yang terus menerus selama 24 jam atau beberapa jam dalam sehari. b. Nutrisi kanguru Makanan yang terbaik untuk bayi prematur adalah ASI. Pemberian ASI bisa secara langsung kalau bayi sudah siap. Cara lain untuk ASI yang diperas bisa diberikan dengan gelas, sendok, spuit bilamana bayi belum siap menghisap. c. Dukungan kanguru Dengan metode ini diharapkan rasa cemas ibu akan berkurang dan tumbuh rasa percaya diri ibu. Untuk itu di perlukan dukungan dari keluarga, masyarakat sekitarnya, dan yang sangat penting dari petugas kesehatan. Dukungan di sini bisa dalam bentuk dukungan emosi, fisik,danpendidikan. d. Pemulangan Selama masih dalam perawatan, ibu diperkenalkan dengan metode kanguru dengan harapan dia paham dan mau melakukan perawatan bayi dengan metode ini. Bayi yang di rawat dengan metode kanguru akan pulang lebih awal dan biaya yang di keluarkan lebih rendah serta beban tugas kesehatan menjadi lebih ringan ( Perinasia, 2003, hlm. 2-3 ). 1) Manfaat Metode Kanguru Adapun manfaat dalam metode kanguru, bagi bayi yaitu : suhu tubuh stabil ( 36,5-37 ˚ C), detak jantung janin relatif stabil sekitar 140-160/menit, tidur lebih lelap, kenaikan berat badan lebih cepat, jarang timbul infeksi yang serius, dan bayi di perlakukan lebih manusiawi; bagi ibu : berkurangnya stres, merasa lebih percaya diri, mampu merawat bayi kecil, merasa diberdayakan dalam perawatan bayinya, terjalinnya ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayi, meningkatkan pemberian ASI; bagi petugas kesehatan : kebutuhan tenaga dan peralatan bisa lebih ditekankan, bayi bisa di pulangkan lebih awal, biaya perawatan lebih murah, beban petugas dalam merawat bayi menjadi lebih ringan. 2) Waktu untuk Memulai Metode Kanguru Metode kanguru bisa dimulai apabila ibu dan bayi sudah merasa cukup sehat. Pada bayi normal metode ini bisa dimulai segera setelah pemotongan tali pusat dan perawatan tali pusat. Untuk bayi prematur yang sering terjadi komplikasi maka sebaiknya ditunda sampai kondisi bayi stabil. Jadi saat yang tepat untuk memulai metode ini sangat individual tergantung umur kehamilan, berat lahir, umur postnatal, beratnya penyakit yang diderita bayi dan kondisi ibu. WHO (2002) membuat pedoman berdasarkan berat badan dan umur kehamilan yaitu : bayi dengan berat 1800 gram atau lebih, dengan umur kehamilan > 30-34 minggu, perlu dilakukan perawatan khusus terlebih dahulu setelah kondisi bayi membaik maka bisa dilakukan metode kanguru. Berat badan 1200-1799 gram, dengan umur kehamilan 28-32 minggu harus dirujuk sebelum lahir dan perlu waktu seminggu atau lebih untuk bisa memulai metode ini. Berat badan < 1200 gram, umur kehamilan < 30 minggu membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk memulai metode ini ( Perinasia, 2003, hlm.4 ).
3) Lamanya metode kanguru Dilakukan Berdasarkan lamanya metode ini dilakukan metode kanguru dibagi menjadi intermiten dan kontinyu. Intermiten maksudnya bayi yang masih memerlukan perawatan konvensional (Inkubator) dikeluarkan dari inkubator untuk beberapa saat dirawat dengan metode kanguru, setelah itu kembali lagi ke inkubator. Usahakan pada awalnya jangan kurang dari 60 menit dengan posisi kanguru, kalau kurang akan menggangu waktu istirahat bayi dan bayi akan stres. Kontinyu berarti dilakukan berangsur-angsur sampai 24 jam. Bayi dikeluarkan dari gendongan bila akan mengganti popok, perawatan tali pusat atau perlu pemeriksaan dokter, dan jika ibu akan mandi. Selama lepas dari ibu, bayi dibungkus rapat agar tidak kedinginan atau bisa diserahkan pada suami, nenek, atau saudara yang lain. Metode kanguru ini dilakukan sampai bayi sudah tidak menginginkannya lagi. Ini ditandai dengan bayi menjadi gelisah, rewel, selalu bergerak saat berada dalam posisi kanguru. Biasanya ini terjadi setelah bayi mencapai berat badan 2500 gram atau umur kehamilan 40 minggu (Perinasia, 2003, hlm.5). 4) Persiapan yang diperlukan untuk melakukan metode kanguru Persiapan yang dilakukan untuk melakukan metode kanguru menyangkut 3 hal, yaitu : a. Ibu dan Bayi Kondisi dan keberadaan ibu setelah melahirkan merupakan persyaratan utama. Harus ada pengganti ibu yang secara fisik dan mental sehat, mampu dan mau melakukan perawatan metode kanguru. Bayi setelah melewati masa krisis dan dalam keadaan yang stabil sudah bisa dirawat oleh ibunya dengan metode kanguru. Pakaian ibu dan bayi tidak memerlukan pakaian yang khusus, Hanya ibu harus mengenakan baju yang terbuka didepan. Untuk bayinya hanya popok dan penutup kepala. Agar posisi bayi tetap melekat ke dada ibu, diiluar baju ibu bisa diikat dengan kain panjang dan jangan terlalu menekan perut ibu agar bayi bisa bernafas. b. Tempat atau Instansi Metode kanguru bisa dilakukan pada tempat pelayanan persalinan di tingkat paling bawah (rumah bersalin, Polindes, Puskesmas dengan perawatan) sampai rumah sakit rujukan. Harus ada kebijakan tertulis di tingkat nasional, daerah, dan institusi yang bersangkutan dari pimpinan yang menyatakan metode kanguru sebagai salah satu metode alternatif bagi perawatan bayi prematur. Perlu dilakukan evaluasi atas pelaksanaan metode ini. c. Dukungan Lingkungan Untuk keberhasilan metode ini diperlukan dukungan dari petugas selama masih berada di rumah sakit. Di rumah dukungan pihak keluarga sangat diperlukan termasuk agar ibu diberi kesempatan untuk banyak istirahat, tidur yang cukup, aktivitasnya hanya yang berkaitan dengan bayinya. ( Perinasia, 2003, hlm.5 ). 5) Petunjuk Pelaksanaan Metode Kanguru Petunjuk pelaksanaan metode kanguru ini yaitu : setelah mencuci tangan ibu mengenakan baju kanguru atau baju biasa yang terbuka didepan, bayi diletakkan tegak diantara kedua payudara ibu, kepala bayi dipalingkan ke arah kiri atau kanan, sehingga bayi mendengar detak jantung ibunya, leher bayi dalam posisi ekstensi,
kenakan kancing baju ibu, agar posisi ibu tidak berubah gunakan kain panjang yang melilit tubuh ibu (usahakan tidak menekan perut bayi). Posisi ini dipertahankan terus baik ibu dalam posisi duduk, berdiri maupun berbaring. Bila ibu berbaring hendaknya tempat tidur di bagian hulu ditopang dengan bantal sehingga posisi kepala bayi lebih tinggi dari badannya. Ini diperlukan agar bayi tidak muntah. ( Perinasia, 2003). 5. Pemotongan Tali Pusat Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinmond, S. et al. (1993) menunjukkan bahwa pada bayi prematur, ketika pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 30 menit atau lebih, maka bayi akan: Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk tranfusi darah Terbukti sedikit mengalami gangguan pernapasan Hasil tes menunjukkan tingginya level oksigen Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viabel dibandingkan dengan bayi yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir Mengurangi resiko perdarahan pada kala III persalinan Menunjukkan jumlah hematokrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih baik. Pada manajemen aktif kala tiga, tali pusat segera dijepit dan dipotong setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan intervensi manajemen aktif yang lain. Pada manajemen menunggu, penjepitan tali pusat biasanya dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. Menurut Pritchart, Macdonald dan Gant (1991) dengan meletakkan bayi baru lahir lebih rendah atau sejajar vulva selama 3 menit sebelum tali pusat dijepit dan dipotong dapat mengalirkan darah 80 ml ke sirkulasi darah bayi baru lahir. Dengan melakukan penundaan pemotongan tali pusat pada bayi lahir prematur atau berat lahir rendah dan bila sebelumnya terjadi gawat janin dapat mencegah kadar Hb yang rendah pada masa neonatal dini.Berkurangnya aliran darah mengakibatkan kadar hematokrit dan haemoglbin lebih rendah pada bayi baru lahir dan dapat manimbulkan anemia zat besi pada pertumbuhan bayi (Sodikin, 2009). Dalam jurnal ilmiah yang dilakukan oleh George Marcom Morley (2007) dikatakan bahwa seluruh proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah kelahiran, dan pada saat bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah muda, menandakan prosesnya sudah komplit. Menjepit dan memotong tali pusat pada saat proses sedang berlangsung, dari sirkulasi oksigen janin menjadi sistem sirkulasi bayi sangat menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa menyebabkan penyakit serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa saat talipusat dilakukan pengekleman, pulse rate dan cardiac out put berkurang 50% karena 50% dari vena yang kembali ke jantung telah dimatikan (clamped off). Banyak sekali akibat yang tidak menguntungkan pada pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir dan dalam penelitian ini dikatakan resiko untuk terjadinya brain injury, cerebral palsy, asfiksia, autis, kejadian bayi kuning bahkan anemia pada bayi sangatlah banyak. Oleh harena itu penundaan pemotongan tali pusat merupakan suatu tindakan yang sangat penting, karena untuk mengubah sirkulasi oksigen dari plasenta ke sirkulasi paru-paru membutuhkan waktu. Karena di masa transisi ini sangat penting dilakukan penundaan pemotongan tali pusat karena akan menguntungkan bagi bayi dan menguraingi resiko trauma (Sodikin, 2009). Mencermati dari hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi
ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa pemotongan tali pusat dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat betapa besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun kematian yang dapat terjadi.(Sodikin, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eillen K. Hutton (2007) bahwa dengan penundaan pemotongan tali pusat dapat: Peningkatan kadar hematokrit dalam darah Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah Penurunan angka Anemia pada bayi Penurunan resiko jaudice/ bayi kuning Mencermati dari hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa pemotongan tali pusat dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat betapa besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun kematian yang dapat terjadi.
6. Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat merupakan upaya untuk mencegah infeksi tali pusat yang sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang terpenting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat tali pusat. Pada bayi normal dipotong sampai denyut nadi tak teraba pada tali pusat, sedangkan pada bayi resiko tinggi dipotong secepat mungkin, agar dapat dilakukan resusitasi.Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di perut bayi, akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar. (Sodikin, 2009) a. Cara Perawatan Tali Pusat Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sipsis oleh karena itu ada beberapa cara mengenai perawatan tali pusat yaitu: Membiarkan tali pusat kering sendiri Membiarkan tali pusat mengering dengan sendirinya dan hanya membersihkan setiap hari tidak menyebabkan infeksi, hal yang penting adalah tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi (Sodikin, 2009). Metode kasa kering Salah satu yang disarankan oleh WHO dalam merawat tali pusat adalah dengan menggunakan pembalut kassa bersih yang sering diganti (Sodikin, 2009). Metode kasa alkohol 70% Tali pusat dirawat dan dijaga kebersihanya dengan menggenakan alkohol 70% , paling sedikit dua kali sehari setiap empat jam dan lebih sering lagi jika tampak basah atau lengket (Sodikin, 2009)
Metode antiseptik dan kasa kering Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodine 10% serta dibalut kasa steril,pembalut tersebut diganti setiap hari dan setiap tali basah atau kotor (Saifuddin, 2009) b. Prinsip Perawatan Tali Pusat Jangan membungkus atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat. Mengusapkan alkohol ataupun betadin masih diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembab. c. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir yang dilakukan setiap hari untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan perabaan, pembauan, dan pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi dengan suasana bermain dan kasih sayang akan memicu kecerdasan anak. Waktu yang ideal untuk stimulasi adalah saat bayi bangun tidur/ tidak mengantuk, tenang, siap bermain dan sehat. Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada bayi dan balita adalah untuk membantu anak mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan optimal atau sesuai yang diharapkan. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih dan sayang, bermain dengan anak, berbahagia bersama. Stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan dan mencakup empat bidang kemampuan berkembang. Stimulasi dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak, stimulasi dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan atau hukuman atau arah bila anak tidak dapat melakukannya dan member pujian bila anak berhasil (Suherman.2010).
Berikut adalah tahapan perkembangan dan stimulasi bagi kesehatan anak: a. Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi 0-3 bulan Bergaul dan mandiri. Ajaklah bayi anda berbicara dengan lembut dibuai, dipeluk, dinyanyikan lagu dan lain-lain. Bicara, Bahasa dan Kecerdasan.Ajaklah bayi anda berbicara, mendengarkan bebagai suara (suara burung, radio, dan lain-lain). Gerak Kasar. Lihat bayi anda mengangkat kepala pada posisi telungkup dan memperhatikan benda bergerak. Gerak halus. Latih bayi anda menggenggam benda kecil. b. Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi 3-6 bulan Bergaul dan mandiri Latih bayi anda mencari sumber suara Bicara, bahasa dan kecerdasan Latih bayi anda menirukan suara atau bunyi atau kata. Gerak kasar Latih bayi anda menyangga leher dengan kuat.
c.
d.
e.
f.
g.
Gerak halus Latih bayi anda meraup benda kecil Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi 6-9 bulan Gerak kasar Latih anak berjalan dengan berpegangan tangan. Gerak halus Latih anak memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah Bicara, bahasa dan kecerdasan Latih anak menirukn kata-kata Bergaul dan mandiri ajak anak bermain dan mandiri Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 9-12 bulan Gerak kasar Latih anak berjalan sendiri Gerak halus Ajak anak menggelindingkan bola. Gelindingkan bola kearah anak dan minta agar ia menggelindingkannya kembali Bicara, bahasa dan kecerdasan Latih anak menirukan kata-kata. Kenalkan dengan kata-kata baru sambil menunjukkan gambarnya Bergaul dan mandiri Ajak anak mengikuti kegiatan keluarga, misalnya makan bersama Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 12-18 bulan Gerak kasar Latih anak naik turun tangga Gerak halus Bermain dengan anak melompat dan menangkap bola besar kemudian bola kecil Bicara, bahasa dan kecerdasan Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama-nama bagian tubuh Bergaul dan bicara Beri kesempatan pada anak untuk melepas pakaian sendiri Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 18-24 bulan Gerak kasar Latih anak berdiri dengan satu kaki Gerak halus Ajari anak menggambar bulatan, garis segitiga dan gambar wajah Bicara, bahasa dan kecerdasan Latih anak mengikuti perintah sederhana Bergaul dan mandiri Latih anak agar mau ditinggalkan untuk sementara waktu Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 2-3 tahun Gerak kasar Latih anak melompat dengan satu kaki Gerak halus Ajak anak bemain menyusun dan menumpuk balok Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak mengenal bentuk dan warna Bergaul dan mandiri Latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkan sendiri h. Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 3-4 tahun Gerak kasar Latih anak melompat dengan satu kaki Gerak halus Latih anak menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar Bicara, bahasa dan kecrdasan Latih anak mengenal bentuk dan warna Bergaul dan mandiri Latih anak mengenal sopan santun, berterimakasih, mecium tangan dan lainlain i. Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 4-5 tahun Gerak kasar Beri kesempatan anak melakukan permainan yang memerlukan ketangkasan dan kelincahan Gerak halus Bantu anak belajar menggambar Bicara, bahasa dan kecerdasan Bantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue atau kertas Bergaul dan mandiri Latih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga j. Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 5-6 tahun Gerak kasar Latih anak naik sepeda Gerak halus Latih anak kreatif membuat sesuatu dari lilin atau tanah liat Bicara, bahasa dan kecerdasan Latih anak mengenal waktu hari, minggu dan bulan Bergaul dan mandiri Latih anak untuk bercakap-cakap, bergaul dengan teman sebaya.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama pesalinan dan setelah bayi baru lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir. Semantara focus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu penggeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi B. SARAN Dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur yang benar yang mendasari setiap praktek sehingga terhindar dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA Dewi Cendika dkk. 2010. Panduan Pintar Hamil & Melahirkan, Jakarta : Wahyu Media Kemenkes RI, 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta. EGC. Medika. Roesli Utami.2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Pustaka Bunda. Jakarta Nanny Lia Dewi, Vivian,DKK. 2010. Asuhan Bayi dan Balita. Jakarta; Salemba Prawirohardjo Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sarwono, 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Sodikin.2009.Buku Saku Perawatan Tali Pusat.Jakarta:EGC Davies, Lorna dan Julie Richard. 2011. “Masa Peralihan Ibu dan Bayi Baru Lahir : Adaptasi dengan Kehidupan Ekstrauteri”dalam Lorna Davies & Sharon McDonald (ed.),Pemeriksaan Kesehatan Bayi Pendekatan Multidimensi (Cet. I). Jakarta : EGC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal (Cet. I). Jakarta: Dinkes RI. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Semarang: Dinkes. Handayani, Sri dan Setyo Retno Wulandari. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas (Cet. I). Yogyakarta: Gosyen Publishing. Ningrum, Ema Wahyu dan Johariyah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir (Cet. I). Jakarta: Trans Info Media. Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik, dan Kemanfaatan-Kemanfaatannya (Cet. II). Yogyakarta: DIVA Press. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (Cet. IV). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sudarti dan Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan (Cet. I). Yogyakarta: Nuha Medika. Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita (Cet. I). Yogyakarta: Nuha Medika. Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan (Cet. I). Yogyakarta: Pustaka Rihama. http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/06/evidence-based-pada-asuhan-neonatus.html http://shukmawatiayu.blogspot.co.id/2014/05/asuhan-bayi-baru-lahir-berdasarkan.html