TES OBYEKTIF
EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR FISIKA
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3
ELFRIDA BR. SITINJAK
( 4163121003 )
MUHAMMAD RIZKI AFIF BATUBARA
( 4161121016 )
OFRA LEWI BR HOMBING
( 4163121011 )
SINDY PUSPITA
( 4161121023 )
PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2018 i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelaesaikan tugas mata kuliah Evaluasi Proses Dan Hasil Belajar Fisika ini yang berjudul “MAKALAH ”. Penulis berterima kasih kepada Bapak dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Medan, 9 April 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………........................................
ii
DAFTAR ISI……………...………………………………………………………...
iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..…………..
4
Latar Belakang........……………...……..…………………………….…..
4
Rumusan Masalah…......………...……..…………………………….…..
4
Manfaat ……………………………………………………………….…..…..
4
BAB II PEMBAHASAN.......…..……….……....……………………………....
5
Pembahasan.............………...…..………….....……………....……….....
5
BAB III PENUTUP….....….........…..……………………………………………
13
Kesimpulan.....................…………...……………………………………...
13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
14
iii
BAB I
Pendahuluan Latar Belakang Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Untuk memperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan aturan-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation), kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi. Dalam kegiatan pengukuran ini diperlukan instrumeninstrumen berupa tes, salah satu bentuk tes tersebut adalah Tes Bentuk objektif. Dalam makalah/telaah ini akan dibahas mengenai salah satu jenis pengukuran tersebut, yaitu tes bentuk objektif yang didalamnya terdapat berbagai jenis butir soal yang masing-masing akan diurai secara lebih mendalam. Rumusan masalah 1. Apakah yang di maksud dengan tes obyektif 2. Apa saja kelemahan dan kelebihan tes obyektif 3. Bagaimana klasifikasi tes obyektif Tujuan 1. Mendeskripsikan pengertian tes obyektif 2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan tes obyektif 3. Mengetahui klasifikasi tes obyektif
4
BAB II PEMBAHASAN
Istilah tes diambil dari kata “testum” merupakan suatu pengertian dalam bahasa prancis kuno yang berarti “piring” untuk menyisihkan logam-logam mulia dan ada pula yang mengartikan tes itu sebagai sebuah piring dibuat dari tanah. Dan dalam bahasa Inggris tes ini ditulis dengan test yang ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu ditulis dengan tes, ujian atau percobaan, dan kemudian dalam bahasa Arab disebut Imtihan. Jadi tes itu merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu penilaian tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan standar yang telah ditetapkan. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. hal ini memang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (uraian). Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yag diajukan jauh lebih banyak dari tes uraian. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal. Tes objektif ini menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberi jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk begitu tinggi, seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, kemampuan pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
1. Tes obyektif bentuk benar-salah (true-false test) Sering dikenal dengan istilah tes obyektif bentuk benar-salah atau tes obyektif bentuk “ya-tidak” (yes-no test). Tes obyektif bentuk True-false merupakan salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam test hasil belajar berupa pernyataan (pernyataan dimana ada yang benar dan ada yang salah). Tugas testee adalah membubuhkan tanda tertentu atau mencoret huruf B apabila menurut mereka pernyataan itu benar, atau mencoret huruf S apabila menurut mereka pernyataan itu salah.
5
Jadi, tes obyektif bentuknya adalah kalimat atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawab, benar atau salah, dan testee diminta menentukan pendapat mereka mengenai penyataan tersebut dengan cara seperti yang telah ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal. Bentuk tes benar-salah ada 2 macam jika dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal, yaitu: a. Dengan pembetulan, yaitu siswa diminta untuk membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah b. Tanpa pemmbetulan, yaitu siswa hanya diminta melingkari/mencoret huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul Keunggulan tes obyektif bentuk benar-salah (true-false test)
a. Mudah dalam menyusun/pembuatannya mudah b. Dapat digunakan berulang kali c. Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertas/tempat karena biasanya pertanyaanpertanyaannya singkat saja d. Mampu mencakup bahan pelajaran yang luas e. Bagi testee, cara mengerjakannya mudah f. Bagi tester, cara mengkoreksinya juga mudah
Kelemahan tes obyektif bentuk benar-salah (true-false test) a. Mudah ditebak dan diduga b. Membuka peluang bagi testee untuk berspekulasi dalam memberikan jawaban c. Sifatnya terbatas, dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali, jadi lebih bersifat hafalan d. Umumnya tes obyektif jenis ini reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-butir soalnya dibuat dalam jumlah yang banyak sekali e. Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif ini tidak dapat dijawab dengan dua kemungkinan saja, yaitu betul atau salah
Petunjuk dalam menyusun true-false test: a. Tuliskan huruf B-S didepan masing-masing pernyataan, agar mudah bagi testee dalam memberikan jawaban, dan mudah juga bagi tester dalam mengoreksi b. Jumlah butir soal hendaknya antara 10-20 soal c. Jumlah butir soal yang jawabannya benar sebaiknya seimbang dengan butir soal yang jawabannya salah d. Urutan soal yang jawabannya benar dan yang jawabannya salah sebaiknya jangan ajeg, tetapi dibuat selang seling, agar adapt mencegah adanya spekulasi e. Butir-butir soal yang jawabannya benar sebaiknya tidak mempunya corak yang berbeda dari soal yang jawabannya salah 6
f. Hindari pernyataan yang susunan kalimatnya persis dalam bahan tes Cara Mengolah Skor a. Dengan denda S=R-W S = Skor yang diperoleh R = Right (jawaban yang benar) W = Wrong (jawaban yang salah) b. Tanpa denda S= R Hanya dihitung yang betul, untuk soal yang tidak dikerjakan bernilai 0 2. Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test) Sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban.[4] Ciri-ciri: a. Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban b. Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari pertanyaannya. Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut. Keunggulan tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test): a. Pembuatannya mudah b. Dapat dinilai dengan mudah, cepat, dan obyektif c. Apabila tes ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat dhilangkan d. Tes jenis ini berguna untuk menilai berbagai hal, seperti: 1) Antara problem dan penyelesaiannya 2) Antara teori dan penemunya 3) Antara sebab dan akibatnya 4) Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya 5) Antara istilah dan definisinya
7
a. b. c. d.
a. b.
c. d.
Kelemahan tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test): Cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat saja Karena mudah disusun, maka tes ini kadang dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu digunakan apabila pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain Tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi) Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk diujikan Petunjuk penyusunan Matching Test: Butir-butir soal yang dituangkan hendaknya tidak kurang dari 10 dan jangan lebih dari 15 (sekalipun tidak ada rumus/ketentuan yang pasti) Pada kelompok item sebaiknya ditambah sekitar 20% kemungkinan jawab. Hal ini dimaksudkan agar testee tidak terlalu mudah mencari jawabannya jika pasangan yang harus dipilih tinggal sedikit yang belum diisikan. Sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok soal maupun jawabannya berada pada satu halaman kertas (untuk memudahkan testee dalam mengerjakan) Petunjuk mengerjakan soal dibuat setegas dan seringkas mungkin Cara mengolah Skor S = R (hanya dihitung jawaban yang benar saja)
3. Tes obyektif bentuk Isian (Fill in test) Tes obyektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Katakata penting dalam cerita beberapa diantaranya dikosongkan, dan tugas testee adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan tersebut. Keunggulan tes obyektif bentuk Isian (Fill in test):
a. Cara penyusunannya mudah b. Masalah yang dujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya c. Berguna untuk mengungkap pengetahuan testee secara utuh mengenai suatu hal/bidang
a. b. c. d.
Kelemahan tes obyektif bentuk Isian (Fill in test): Karena tertuang dalam bntuk rangkaian cerita, maka test jenis ini umumya banyak memakan tempat Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja Terbuka peluang bagi testee untuk tebak terka Kurang komprehensif, sebab hanya dapat mngungkap sebagian saja dari bahan yang semestinya diteskan
8
Petunjuk menyusun butir-butir item tes Fill in: a.Sebaiknya jawaban yang harus diisikan ditulis pada lembar jawaban tersendiri/tempat yang terpisah b. Ungkapan cerita hendaknya disusun secara ringkas dan padat c. Usahakan butir-butir item yang disajikan tidak hanya mrngungkap pengetahuan atau pengenalan, tetapi dapat mengungkap taraf kompetensi yang lebih mendalam lagi Cara Mengolah Skor S= R (sama dengan bentuk matching)
4. Tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test) Sering dikenal dengan istilah tes melengkapi atau menyempurnakan. Ciricirinya: a. Terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan b. Bagian-bagian yang dihilangkan itu diisi dengan titik-titik (…..) c. Titik-titik itu harus dilengkapi/diisi/disempurnakan oleh testee dengan jawaban Jadi, tes obyektif bentuk completion ini mirip sekali dengan tes obyektif bentuk fill in. Perbedaannya ialah, pada tes obyektif bentuk fill in, bahan yang diujikan itu merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes obyektif bentuk completion tidak harus seperti itu. Dengan kata lain, butir-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain. Keunggulan tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test):
a. Tes model ini mudah dalam penyusunannya b. Jika dibandingkan dengan tes obyektif bentuk fill in, tes obyektif jenis ini lebih menghemat tempat c. Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam, maka persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes model ini d. Tes ini dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja
Kelemahan tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test): a. Pada umunya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini untuk mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja b. Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk diujikan c. Karena pembuatannya mudah, maka tester sering menjadi kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat-kalimat soalnya Petunjuk penyusunan tes jenis ini pada dasarnya sama dengan tes bentuk Fill in. Cara Mengolah Skor S= R (sama dengan bentuk matching)
9
5. Tes obyektif bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test) Multiple choice test terdiri atas suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau dengan kata lain, multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative (option). Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar (sebagai kunci jawaban) dan beberapa pengecoh (distractor). Sampai saat ini multiple Choice item dapat dibedakan menjadi delapan model, yakni: a. Model melengkapi lima pilihan Terdiri atas kalimat pokok yang berupa pernyataan yang belum lengkap, disertai oleh 5 kemungkinan jawaban yang dapat melengkapi jawaban tersebut. Tugas testee adalah memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawaban yang menurut keyakinan testee paling tepat (=merupakan jawaban yang benar) b. Model melengkapi berganda Soal jenis ini pada dasarnya sama dengan multiple choice model melengkapi lima pilihan, yaitu terdiri atas pernyataan yang belum lengkap, disertai beberapa kemungkinan jawaban. Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan jawaban betul bisa satu, dua, tiga, atau empat. c.
Model asosiasi dengan empat atau lima pilihan Terdiri dari empat atau lima istilah/pengertian, yang diberi tanda huruf abjad didepannya, dan diikuti beberapa pernyataan yang diberi nomor urut didepannya. Dari setiap pernyataan tersebut, testee diminta memilih salah satu istilah/pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee paling tepat.
d. Model analisis hubungan antar hal Terdiri atas satu kalimat pernyataan yang diikuti oleh kalimat keterangan. Yang ditanyakan kepada testee adalah, apakah pernyataan tersebut betul, dan apakah keterangan tersebut juga betul, testee harus memikirkan, apakah pernyataan tersebut disebabkan oleh keterangan yang diberikan, ataukah pernyataan tersebut tidak disebabkan oleh keterangan tesebut? e.
Model analisis kasus Pada butir soal jenis ini, seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut, testee ditanya mengenai berbagai hal dan kunci-kunci jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut.
10
f.
Model Hubungan Dinamik Model tes jenis ini menuntut testee untuk memiliki bekal pengertian/pemahaman tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungn dinamik. Model tes ini lebih cocok diterapkan pada kelompok mata pelajaran eksak, seperti: Biologi, kimia, Fisika, dsb.
g. Model Hal Kecuali Pada model tes jenis ini, kolom sebelah kiri dicantumkan 3 macam gejala/kategori (A, B, atau C), sedangkan pada kolom sebelah kanan ada 5 hal/keadaan (1, 2, 3, 4, 5), dimana empat diantaranya cocok dengan satu hal yang berada disebelah kiri. Jawaban yang dikehendaki oleh tester adalah, agar testee menentukan hal berabjad mana yang dipandang cocok dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan yang tidak cocok dengan hal/keadaan itu. Jadi, testee diminta untuk memberikan dua buah jawaban, yaitu 1 huruf abjad dan 1 nomor. h. Model pemakaian diagram, grafik, peta, atau gambar Pada tes obyektif model ini, terdapat gambar/diagram/peta/grafik yang diberi tanda huruf abjad A, B, C, dan sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang hl-hal tertentu yang berkaitan dengan tanda-tanda tersebut.
Keunggulan tes Pilihan Ganda: a. Sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup atau mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik b. Memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih obyektif c. Lebih mudah dan cepat dalam mengoreksi d. Memberi kemungkinan orang lain untuk ditugasi/dimintai bantuan mengoreksi hasil tes tersebut e. Butir soal pada tes obyektif jauh lebih mudah dianalisis f. Sangat tepat untuk ujian yang peserta banyak sedangkan hasilnya harus segera seperti ujian akhir nasional maupun ujian sekolah.
Kelemahan tes bentuk Pilihan Ganda:
a. Menyusun butir tes obyektif tidak semudah menyusun tes uraian b. Umumnya kurang dapat mengukur proses berpikir yang lebih tinggi atau mendalam c. Terbuka bagi testee untuk bermain spekulasi
11
a. b.
c.
d.
e. f. g. h.
Petunjuk Penyusunan Tes Pilihan Ganda: Untuk dapat menyusun soal tes obyektif yang bermutu tinggi, pembuat soal tes harus membiasakan diri sering berlatih Disamping mengungkap aspek ingatan, juga dapat mengungkap aspek yng lebih mendalam, maka dalam merancang soal, hendaknya tester menggunakan Tabel Spesifikasi Soal/kisi-kisi soal/blue print Dalam menyusun butir-butir soal soal tes obyektif diusahakan sungguh-sungguh agar tidak ada butir soal yang menimbulkan penafsiran ganda/rancu dalam pemberian jawabannya Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif, bahasa atau istilah-istilah yang dipergunakan hendaknya cukup sederhana, ringkas, jelas, dan mudah dipahami oleh testee Hendaknya diberikan pedoman atau petunjuknya secara jelas dan tegas, sehingga testee dapat bekerja sesuai dengan petunjuk atau perintah yang telah ditentukan Kunci jawaban harus tidak bias diperdebatkan lagi. Tidak boleh diberikan “clues” secara tidak langsung seperti panjang pendeknya alternative-alternatif, penggunaan kata-kata khusus. Soal-soal manapun alternative tidak boleh diambil secara kata demi kata dari buku sehingga ada kemungkinan siswa menjawab benar bukan karena ia menguasai bahannya akan tetapi karena bunyi kalimatnya yang sangat familier
12
BAB III PENUTUP Kesimpulan
:
Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif, yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada pasangan masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. Adapun jenis-jenisnya meliputi bentuk tes benar-salah (true-false), menjodohkan (matching test), bentuk isian (Fill in), bentuk melengkapi (completion), dan bentuk pilihan ganda (Multiple Choice Item Test). Dalam bentuk tes pilihan ganda sendiri terdapat beberapa model, antara lain model melengkapi lima pilihan, melengkapi berganda, model asosiasi empat atau lima pilihan, model analisis hubungan antar hal, model analisis kasus, model hubungan dinamik, model hal kecuali, dan model pemakaian diagram, grafik, peta, atau gambar. Dari jenisjenis soal diatas, masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan yang saling melengkapi satu sama lain.
13
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2012. Tes Prestasi : Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Sudijono,
Anas.
1996. Pengantar
Evaluasi
Pendidikan.
Jakarta:
Rajagrafindo Persada Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Putro, S, Eko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
14