Terorisme, Hazmat, dan Nubika
Terorisme dan Penanggulangan Medik Terorisme sekarang sudah menjadi perhatian dunia karena intensitas dan jumlah korbannya cukup signifikan. Ancaman terorisme hampir tak mengenal negara baik sebagai tempat kejadian serangannya maupun warganya yang menjadi sasaran pembunuhan di negara lain. Indonesia sendiri mengalami beberapa serangan terorisme dengan sasaran baik warga negara Indonesia maupun warga asing. Untuk menghadapi ancaman itu, pemerintah Indonesia mengelu- arkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemherantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Pada pertimbangannya (poin b) disebutkan bahwa unsur pendanaan merupakan salah satu faktor utama dalam setiap aksi terorisme sehingga upaya penanggulangan tindak pidana terorisme harus diikuti dengan upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap pendanaan terorisme. Dalam penjelasan undang-undang itu disebutkan bahwa tindak pidana terorisme merupakan kejahatan internasional
yang membahayakan keamanan dan
perdamaian dunia serta merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mengakibatkan hilangnya nyawa tanpa memandang korban, ketakutan masyarakat secara luas, dan kerugian harta benda sehingga berdampak luas terhadap pakan kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan hubungan internasional. Karena itu, tindakan terorisme adalah perang masa depan dengan memanfaatkan kekerasan, ancaman kekerasan, intimidasi, paksa, teror psikologis untuk tujuan politik, agama, ideologi dan mencapai kekacauan, dan histeri massal, sehingga sistem kesehatan dan pelayanan sipil tidak mampu melayani masyarakat. Karena banyak masyarakat (jiwa) menjadi korban, hal ini menjadi tantangan bagi bidang kesehatan masyarakat, rumah sakit, AGD 118, pemerintah dan masyarakat kota, kabupaten, provinsi, dan nasional untuk mengatasinya. Alat teror yang digunakan teroris bisa berupa:
1. Senjata 2. Peledak konvensional 3. Bahan beracun berupa gas, padat/partikel, atau cairan, dll 4. Bahan nuklir, biologi, kimia (Nubika - Hazmat) Dalam menghadapi akibat serangan teroris ini keberhasilan pelayanan sipil, AGD 118, dan UGD rumah sakit dapat dinilai dari: 1. Response time (waktu tanggap) yang singkat, kurang dari 10 menit. 2. Preventable death, korban dapat dicegah kematiannya sehingga angka kematian rendah. 3. Morbiditas rendah. 4. Angka infeksi rendah. 5. Mampu menanggulangi bencana dan korban massal. 6. Mampu melakukan triage di lapangan dan di UGD. 7. Mampu melakukan identifikasi korban yang meninggal.
Hazmat – Nubika Hazmat (hazardeous material) adalah materi atau bahan-bahan yang berbahaya, yang dapat menimbulkan bencana dan korban massal. Adapun nubika merupakan kependekan dari nuklir, biologi, dan kimia. Ini merupakan kelompok material yang bisa membahayakan jika digunakan tidak semestinya. Pencemaran material-material tersebut dapat terjadi pada: 1. Kecelakaan industri seperti kecelakaan di Bhopal, India (kimia, 1984), ledakan Pabrik Kimia Gresik, Surabaya (kimia, 2004), dan kecelakaan nuklir di Chernobyl, Ru- sia (nuklir, 1986).
2. Kecelakaan transportasi seperti mobil tangki yang mem- bawa bahan bakar yang terbalik di daerah perkemahan di Spanyol dan terjadi kebakaran yang menyebabkan kor ban massal dengan luka bakar (hazard dari zat kimia). Di Indonesia truk-truk tangki yang membawa bahan- bahan berbahaya belum dilengkapi stiker yang memberi informasi bahan yang dibawa, kode, nomor telepon produsen maupun antidotumnya dan di Indonesia belum ada pusat informasi mengenai bahan-bahan berbahanya ini. Namun di Google bisa didapat informasi mengenai ini dengan mengetik "WISER". Di sana didapat tanda- tanda keracunan zat apa dan apa antidotumnya. 3. Serangan reroris dengan anthrax (biologi) di Amerika Serikat dan serangan dengan gas sarin di Tokyo (hazard dari biologis). Hazmat, dilihat dari bentuk materialnya, terdiri dari tiga macam: 1. Padat, dapat berupa bedak, granula (butir-butir), kristal dan pelets (molten). Material tersebut dapat disimpan di dalam drum. 2. Cairan, yang dapat disimpan di dalam botol, drum atau tangki. 3. Gas, yang disimpan di dalam silinder. Semua drum, tangki, atau silinder tersebut harus diberi tanda sesuai International Classification System untuk hazmat. Hal ini sangat penting untuk keamanan, dan pencegahan terjadinya bencana. Untuk itu harus dilakukan:
Pemberian nama (tanda) pada tempat zat berbahaya tersebut waktu disimpan.
Dilakukan pemeliharaan, perawatan, dan pengawasan yang tepat.
Diperhatikan cara transportasinya.
Diperhatikan cara penyimpanannya
Pemberian label yang digunakan harus jelas dan dimengerti. Formatnya bisa berupa: 1. UKTHIS (United Kingdom Transport Hazard Informa- tion System) atau
2. ADR (European Transport System) Tanda (label) tersebut berisi informasi:
Hazchem Scale, yaitu skala yang memberikan informasi tentang skala (derajat) dari hazard tersebut, dan number/code (kode dan nomor).
Nama bahan disertai kode sesuai dengan UN No Code
Peringatan tentang bahaya dari hazmat tersebut sesuai dengan UN Hazard Warning Label.
Nomor telepon dari lembaga atau ahli (personel) spesialis untuk meminta nasihat sehubungan dengan hazmat tersebut.
Keterangan yang jelas dari pabrik produsennya disertai dengan simbol dan alamat pabrik.
Sistem klasifikasi internasional dari bahan-bahan berbahaya (hazmat) tersebut mengikuti aturan dari International Classification System for Hazardeous Materia, yaitu: Class 1 Bahan yang mudah meledak. Kelas ini dibagi lagi dalam subgrup (divisi) untuk identifikasi dan tipe bahan yang mudah meledak: Divisi 1.1: Bahan peledak dengan massa ledakan besar Divisi 1.2: Bahan peledak dengan kemampuan ledakan yang proyektil Divisi 1.3: Bahan peledak yang mampu menyebab bakaran Divisi 1.4: Bahan peledak dengan kemampuan ledakan yang tidak signifikan Divisi 1.5: Bahan peledak dengan ledakan yang insensitif Divisi 1.6: Bahan peledak dengan ledakan yang sangat insensitif Class 2 Semua material gas:
Divisi 2.1: Gas mudah terbakar Divisi 2.2: Gas tidak dapat terbakar Divisi 2.3: Gas beracun Divisi 2.4: Gas yang bersifat korosif Class 3 Ini adalah kelas yang berupa cairan yang mudah terbakar: Divisi 3.1: Cairan dengan titik terbakar di bawah-18 dera- jat Celsius. Divisi 3.2: Cairan dengan titik terbakar antara -18 - 23 de- rajat Celsius. Divisi 3.3: Cairan dengan titik terbakar 25-61 derajat Cel- sius Class 4 Bahan padat yang dapat terbakar, berupa material yang dapat terbakar secara spontan dan material yang berbahaya apabila basah: Divisi 4.1: Material padat yang dapat terbakar Divisi 4.2: Material yang dapat terbakar secara spontan. Divisi 4.3: Material yang berbahaya apabila basah. Class 5 Material yang termasuk kategori ini adalah oxydisers atau organic peroxides. Dapat membantu terjadinya kebakaran atau kerusakan pada struktur sel: Divisi 5.1: Gas oxydisers Divisi 5.2: Gas organic peroxides Class 6 Material ini beracun atau menyebabkan infeksi: Divisi 6.1: Racun Divisi 6.2: Material yang mengandung bahan-bahan infeksius (biologis)
Class 7 Material radioaktif Class 8 Material korosif Class 9 Bahan-bahan berbahaya lainnya
Hazchem Scale berisi: 1. Informasi tentang cara-cara untuk mengatasi pencemaran nya. 2. Tanda "E" adalah tanda apakah dalam keadaan terjadinya pencemaran oleh bahan tersebut cukup apabila penduduk harus tinggal dalam rumah atau harus dievakuasi. Tanda ini sangat penting sebagai informasi bagi pihak kepolisian. 3. Tanda "V" menunjukkan sifat materialnya yang dapat meledak. 4. Hazchem scale sangat penting untuk dimengerti oleh tenaga kesehatan baik paramedik maupun dokter.
Hazchem scale juga memberikan informasi tentang cara membersihkannya. I. Cara yang dianjurkan: 1. Jets (semprot) 2. Fogging 3. Foam 4. Dry agent
II. Diperlukan perlindungan bagi para petugas (Personal Protection Equipment PPE): 1. Pakaian pelindung (PPE) seluruh tubuh dengan alat bernapas 2. Alat bernapas dan sarung tangan III. Informasi tambahan yang diperlukan adalah tentang: 1. Bahaya ledakan 2. Informasi apakah penduduk perlu dievakuasi 3. Informasi tentang cara mengamankannya: