Terjemahan Psikolinguistik Bab 10 (10.1-10.3).docx

  • Uploaded by: mida yostya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Terjemahan Psikolinguistik Bab 10 (10.1-10.3).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,179
  • Pages: 18
10 Penggunaan Psikolinguistik pada Tes, Pembelajaran, dan Terapi

10.0 Pengenalan 10.0.1 Dari mana Metode Ujian dan Pembelajaran yang Dilakukan Klinik dan Ruang Kelas Berasal? 10.0.2 Tes Psikometrik dan Bahasa: Dua Kriteria Dasar untuk Tes yang Baik. 10.1 Apa Artinya Terlihat “Secara Psikolinguistik” pada Tes Bahasa? 10.1.1 Penyelesaian Masalah Seseorang pada Tes Bahasa yang Lazim. 10.1.2 Yang Dapat Kita Pelajari dari Tugas Berulang di Klinik dan Ruang Kelas 10.1.3 Psikolinguistik dan Ejaan: Suatu Pandangan yang Melelahkan pada Perincian 10.2 Tes Afasia: Uji Klinis dan Masalah-Masalahnya 10.2.1 Secuil Sejarah Psikolinguistik dan Pengujian. 10.2.2 Seperti Apa Tes Afasia, dan Mengapa? 10.2.3 Kami Telah Menggunakan Model Kami Untuk Menganalisa Beberapa Tugas Tes Afasia 390 10.2.4 Penglasifikasian Afasia: Skor dan Profil 10.2.5 Permasalahan-Permasalahan Bahasa Bukan Hanya Permasalahan Bahasa: Kemampuan Fungsi Eksekutif dan Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Kesalahan Bahasa 10.2.6 Kemampuan Bahasa dan Kemampuan Komunikasi Bukanlah Hal yang Sama.

10.0 Pengenalan Bab ini fokus pada evaluasi dan ujian dengan menganalisis proses psikolinguistik untuk dua tugas ujian yang umumnya berupa pengulangan dan ejaan. Analisis ini akan membuat kita paham mengapa soal mudah bisa menjadi sulit untuk orang yang memiliki permasalahan berbahasa atau tidak memahami bahasa yang digunakan saat ujian.

10.0.1 dari mana metode ujian dan pembelajaran yang dilakukan klinik dan ruang kelas berasal? Metode pembelajaran yang dilakukan di klinik dan ruang kelas berasal dari pengalaman pribadi, bukti-bukti ahli patologi wicara bahasa, teori, dan praktisi pertimbangan yang lebih senior. Menjadi dokter linguistik ataupun guru bahasa profesional memiliki beban pekerjaan yang tidak memberi waktu untuk berpikir kreatif, sehingga perlu mengambil risiko untuk mencoba ide baru. Rachel Carson dan Atul Gawande merupakan tokoh yang menjadi panutan untuk menjadi lebih kritis dan mau berinovasi. Teori-teori yang ada terkadang tidak membantu dala menghadapi kesulitan di lapangan, apalagi permasalahan tersebut sangat krusial. Untuk itu, kita didorong untuk melakukan temuan agar mendapatkan metode yang lebih baik. Di bab ini, akan dijelaskan beberapa metode ujian dan pengajaran yang standar yang sering digunakan di klinik bahasa dan ruang kelas. Setelah mempelajarinya, kamu diharapkan dapan menjadi inovator, peneliti, dan panutan untuk anggota baru di dunia kerjamu. Di bab ini pula akan dijelaskan mengenai psikometrik, oleh karena itu diterapkan segala macam ujian, termasuk ujian keefektifan klinis dan metode pengajaran pada pengingkatan kemampuan berbahasa.

10.0.2 Psikometrik dan Ujian Bahasa: Dua Kriteria Dasar untuk Tes yang Baik. Psikometrik adalah bidang untuk mencari tahu bagaimana merancang tes perilaku sehingga memenuhi dua kriteria dasar. Kriteria yang pertama adalah harus reliabel. Uji reliabilitas berarti bahwa jika seseorang mengambil tes dua kali, dia akan mendapatkan skor yang benarbenar sama tiap waktu. Uji reliabilitas dapat mengukur batas kemampuan seseorang. Kriteria kedua adalah VALIDITAS, jauh lebih sulit untuk dicapai. Sebuah tes valid jak membrikan skor atau profil skor yang merupakan tolak ukur yang baik dari kemampuanmu untuk melakukan beberapa tugas di kehidupan sebenarnya yang berguna atau untuk mencapai beberapa tujuan yang penting sepseti lulus dari perguruan tinggi. Skor pada tes bahasa harus mampu menjadi tolak ukur yang tepat untuk memprediksi kemampuan berbahasa. Namun, meskipun kamu dapat mengerjakan tes dengan baik bukan berarti kamu dapat melakukan keterampilan yang sama di dunia kerja. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti tekanan kerja dan pembawaan diri. Salah satu masalah abadi dari semua jenis pengujian bahasa adalah betapa sulitnya membuat materi yang valid dalam arti dapat memprediksi perfforma kerja di dunia nyata karena kamu perlu melibatkan keterampilan nonbahasa(akal, kesabaran, kesadaran).

10.1 Apa Artinya Terlihat “Secara Psikolinguistik” pada Tes Bahasa? 10.1.1 Penyelesaian Masalah Seseorang pada Tes Bahasa yang Lazim. Tes bahasa pertama yang kita ambil mungkin tes ejaan, atau mungkin melingkari jawaban yang benar di buku tugas yang memiliki pilihan gkamu pertanyaan tentang gambar. Kemudian, kita harus membaca paragraf dan jawaban dari pertanyaan tentang itu, mengartikan kata-kata, dan menulis esai dan eksplasnasi. Pada pembelajaran bahasa kedua, banyak kegiatan yang membuat murid merasa aneh dan bodoh secara bersamaan karena halhal yang dilakukan mirip anak sekolah dasar. Langkah besar dalam membantu menyelesakanpermasalahan bahasa seseorang dapat ditempuh dengan dua langkah utama, yaitu analisis tugas dan analisis kesalahan. Analisis tugas bukanlah hal yang menyenangkan, namun penting untuk menentukan apa yang harus dilakukan pada tantangan yang sebenarnya.

10.1.2 apa yang dapat kita pelajari dari pengulangan tugas di klinik dan ruang kelas? Di bab 7 sudah dianalisis tuntutan psikolinguistik untuk meniru apa yang baru saja didengar balita dan mencoba mengulangi apa yang telah dikatakan orang lain. Kami melihat bahwa meniru apa yang dikatakan orang lain bergantung pada proses top-down, dan hampir mustahil untuk mengulangi sesuatu yang berbeda dengan lebih dari satu cara. Karena tata bahasa yang dapat diulangi secara akurat itu sudah ada dalam ZONE PROXIMAL DEVELOPMENT (ZPD) Kita gunakan analisis tersebut untuk diterapkan pada contoh klinis bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Contoh dari bahasa Jepang itu nyata, terdapat seorang anak dengan kelainan perkembangan bahasa, namun kasus ini dapat diterapkan pada pelajar bahasa kedua atau orang dewasa penderita afasia. Seorang dokter di klinik meminta pada seorang anak,panggil saja Dylan untuk mengulangi kalimat He made grandpa laugh. Dylan merespon: Grandpa laughed. Dapat diasumsikan bahwa Dylan memperhatikan dan benar-benar mencoba. Ini disebut KONSTRUKSI KAUSATIF. A membuat B melakukan sesuatu sangat sulit baginya – ini di luar ZPD. Tapi apa yang Dylan telah dapatkan itu tepat – apa yang dia tahu? Kalimat dilan Grandpa laughed menunjukkan bahawa Dylan tahu yang tertawa adalah kakek, dan kejadiannya telah berlalu. Kata kerja made cukup menunjukkan penanda waktu yang cukup. Namun Dylan tahu bahwa kakek adalah subjek, meskipun yang dimaksud dokter subjeknya bukanlah kakek. Sehingga kita tahu bahwa Dylan tidak mampu menghasilkan kalimat konstruksi kausatif di kalimat ini. Masalah yang menimpa Dylan bukan pada artikulasi, ataupun memori (karena ia dapat mengingat urutan kata kakek – tertawa). Jadi masalah utamanya adalah sintaksisnya Dylan.

Namun setidaknya ada tiga alasan sintaksis mengapa Dylan gagal meghasilkan sebuah konstruksi. Dan itu harus dicari penyebabnya dan apa yang dibutuhkan agar dapat berhasil. Pertama, Dylan mungkin tidak memahami konstruksi sebab-akibat yang menyebabkan Dylan tidak memahami siapa yang membuat kakek tertawa. Hal ini dapat dicek dengan gambar tes pemahaman. Kedua, Dylan mungkin sudah paham ada orang yang menyebabkan kakek tertawa, namun belum dapat menghasilkan konstruksi sebab-akibat. Dalam hal ini dokter tidak perlu bekerja pada proses pemahaman, fokuslah pada yang dihasilkan. Ketiga, masalah yang mungkin adalah PRAGMATIK saat situasi tes, karena dokter menggunakan kata dia yang tidak bisa dirujuk ketika tes berlangsung, sehingga Dylan tidak memiliki referensi siap dia. menggunakan kata ganti ketika pendengarmu tidak dapat mengetahui siapa yang dimaksud bukan sesuatu yang adil dalam percakapan. Dalam pemahaman Dylan, kakek tertawa sendiri. (lihat TINGKATAN PESAN di bab 5) Sekarang mari kita ikuti logika produksi sesuai dengan hipotesis ketiga tentang pemahaman Dylan memahami kalimat dokter. Ketika tiba gilirannya untuk mengucapkan kalimat itu, gambaran mentalnya di Tingkat Pesan (tingkat produksi yang paling mungkin diingatnya) tidak memiliki orang lain tanpa nama itu di dalamnya. Tanpa orang itu, satu-satunya peserta dalam suasana di Tingkatan Pesan harus Kakek. Jadi hubungan kausatif tidak akan muncul pada Tingkat Fungsional produksinya; dalam struktur suasana, Agen adalah Kakek dan tertawa adalah suasana. Itu, pada gilirannya, berarti bahwa konstruksi kausatif - bahkan jika Dylan tahu bagaimana mengatakannya – pikirannya tidak akan terangsang di Tingkat Posisi: Grandpa akan menjadi subjek dan laugh (telah terjadi) akan menjadi kata kerja. Untuk mengecek hipotesis ketiga, dokter perlu menceritakan sebuah kisah yang menggambarkan seseorang yang membuat kakek tertawa, dan lihat apakah Dylan dapat mengonstruksi dengan baik atau tidak. Jika iya, dia tidak perlu mempelajari konstruksi penyebabnya. Namun Dylan harus belajar memahami konteks yang cocok dengan kalimat yang dikeluarkannya secara tiba-tiba. Ini cerita versi Jepang. Bahasa jepang biasanya mengabaikan subjek. Jadi kalimat bahasa Jepang yang sesuai dengan He made Grandpa laugh tidak memiliki kata ganti subjek; kalimat yang akan diberikan oleh dokter Jepang yaitu akan benar-benar diterjemahkan ada sesorang tak bernama yang telah membuat kekek tertawa. Bahasa Jepang memiliki keterangan waktu lampau yang inflektif dengan akhiran --ta atau -da yang tidak jauh berbeda dari Inggris dengan lampau --t atau --d atau - əd. Grandpa laughs adalah Ojiisan warau, dan Grandpa laughed adalah Ojiisan waratta. Bentuk yang lebih lengkap dari kalimat ini, menandai Kakek secara eksplisit sebagai subjek, akan memiliki kata fungsi ga sebagai penandaan-kasus postposisi setelah Ojiisan. Bahasa Jepang juga sering menandai kata benda objek, dengan menempatkan kata fungsi o setelahnya (jadi o adalah penandaan-kasus posposisi yang lain). Orang Jepang memiliki cara yang rapi dalam membuat kata kerja kausatif. Alih-alih menggunakan konstruksi dengan dua kata kerja, make dan laugh, seperti yang kita lakukan, bahasa Jepang menempatkan akhiran kausatif (dalam hal ini, bentuknya adalah –asa) pada

kata kerja tertawa antara batang kata kerja dan akhiran –ta, dan itu membuat Kakek objek dari kata kerja baru ini, seperti ini: Ojiisan o warawasatta. Itu adalah kalimat asli dokter Jepang. He made Grandpa laugh. Ada lagi anak, sebut saja Kenji berkata lagi pada dokter, bagaimanapun Ojiisan ga waratta: Grandpa laughed. Dua morfem yang membuat kalimat kausatif dokter hilang: tidak ada –asa di kata kerja, dan ada postposisi subjek ga alih-alih objek postposisi o setelah Ojiisan (Kakek). Jadi ga Kenji menandai Kakek sebagai subjek kalimat, karena dia agen kata kerja telah tertawa. Alasan mengapa Kenji hanya mengatakan Ojiisan ga waratta ketika dia seharusnya meniru Ojiisan o warawasatta identik dengan alasan contoh bahasa Inggris yang kami karang. Mungkin Kenji tidak mengerti arti dari bentuk sebab-akibat; mungkin dia memahaminya tetapi tidak bisa memproduksinya; atau mungkin dia akan dapat memahami dan memproduksinya jika dia mendengar kalimat dalam sebuah cerita atau melihat gambar yang mengatakan kepadanya siapa yang membuat Kakek tertawa, tetapi kalimat itu sendiri tidak cukup baginya untuk membayangkan keberadaan orang yang tidak disebutkan ini. Jadi dapat kita lihat bahwa sesorang yang tidak dapat meniru kalimat dengan tepat (tidak ada kata yang sulit), sesuatu dalam kalimat itu mungkin berada di luar tata bahasa seseorang. Tes bahasa secara umum dirancang untuk memberikan skor yang reliabel (dan mungkin valid). Tetapi mereka tidak dirancang untuk mencari tahu level atau level pemrosesan mana yang mengalami gangguan, jadi tidak ada satu pun tugas tes yang dapat memberi tahu aspek pemrosesan bahasa apa yang menyebabkan masalah klien atau siswa. Setiap atau semua proses itu bisa terlibat dalam kesalahan tertentu. Demikian pula, banyak pelajar tidak yakin tentang banyak aspek dari bahasa baru mereka, dari pragmatik hingga pengucapan

10.1.3 Psikolinguistik dan Ejaan: Detail Yang Rumit Ejaan cukup sulit bagi kebanyakan orang dengan keterbatasan bahasa, dan kamu akan tahu alasannya. Lakukan lebih banyak pemikiran sendiri - apa yang disebut buku teks pedagogi melakukan lebih banyak "pemrosesan aktif." Pemahaman Tes ejaan yang pernah kita lakukan di sekolah, pertama, harus menahami kata yang diucapkan guru, yang disebut dengan kata target. Proses itu dimulai dengan mendengarkan dan memperhatikan bunyi yang masuk dengan cukup baik sehingga dapat mulai mengaktifkan fonem yang tepat. Suara-suara itu juga mengirimkan beberapa aktivasi ke yang serupa, dan mulai membangkitkan kata-kata yang terdengar mirip dengan target. Jika perhatian kita terfokus dengan benar, kata-kata yang tidak diinginkan tidak pernah berhasil mencapai kesadaran; namun, suara-suara itu mungkin sudah mulai mengaktifkan artinya, dan / atau huruf-huruf dalam ejaan mereka - mungkin termasuk beberapa surat yang tidak termasuk dalam kata yang seharusnya Anda ejaan. Huruf-huruf yang diaktifkan lainnya mungkin mempengaruhi apa yang kita tulis beberapa detik kemudian, jika perhatian buruk atau jika ragu-ragu di antara kemungkinan ejaan.

Ketika gelombang suara fonem pertama dari kata yang didiktekan membawa fonem itu ke ambang aktivasi di otak, dalam sekitar dua persepuluh detik, fonem yang diaktifkan itu mulai mengirim aktivasi ke semua kata dalam ingatan. Jika melihat bibir guru bergerak, informasi visual itu juga mengirim aktivasi ke pengetahuan tersimpan tentang suara-suara bahasa Inggris, dan melanjutkan ke semua fonem yang relevan. Ketika lebih banyak bunyi kata mengaktifkan fonem mereka di atas ambangnya, kata-kata dalam leksikon mental yang berisi semua fonem yang diaktifkan itu mendapatkan aktivasi paling total dan semakin mendekati ambangnya sendiri. Kata-kata yang paling sering ada di kepala mulai benar-benar mendapatkan di atas ambang batas, karena mereka memiliki tingkat aktivasi lebih tinggi daripada yang lain. Setelah titik tertentu - mungkin jauh sebelum kata berakhir - kata target akan menjadi satu-satunya bentuk kata dalam pikiran Kamu yang cocok dengan semua fonem yang masuk, dan itu akan mulai menghambat kata-kata lain yang hanya cocok dengan beberapa fonem itu. Ketika bentuk kata ini mencapai ambangnya, itu juga mengirim aktivasi kembali ke fonem yang ada di dalamnya. Aktivasi interaktif ini - jenis proses yang sama yang menghasilkan efek superioritas kata untuk mengenali huruf-huruf tertulis –membantu merasa lebih yakin bahwa telah mendengar suara-suara ini dan mengenali kata itu. Ketika bentuk kata target mencapai ambang aktivasi, dan dikirim ke lemma - informasi tersimpan mengenai apa artinya dan bagaimana itu dapat digunakan dalam membuat frase dan kalimat. Ketika lemma itu diaktifkan di atas ambang batas, kemudian mengirim aktivasi ke konsep di balik makna kata; kamu mulai memahaminya. Dan konsepnya, ketika sudah mencapai ambangnya, mengirimkan aktivasi ke banyak ingatan yang terkait dengan kata target. Jika kata target memiliki beberapa arti, beberapa lemma akan terangsang oleh suaranya. Dalam hal itu, tentu saja, guru seharusnya menggunakan kata target dalam frasa atau kalimat. Konteks itu harus berhasil mengirimkan aktivasi ekstra ke konsep yang diinginkannya, dan menghambat yang lain. Jika kamu tidak dapat mendengar dengan baik atau tidak tahu kata target, menggunakan suara yang sering muncul dan merangsang pendengaran, salah satu kata yang memiliki suara yang sama mungkin sangat aktif sehingga kamu mengira kamu mendengarnya, padahal bukan kata target. Menulis Ejaan Bagaimana mulai mengeja bahasa target? Bahkan sebelum Kamu memahami sepenuhnya, karena kita telah mempelajari korespondensi fonem-grafem, fonem-fonem itu mulai mengaktifkan huruf-huruf yang terkait (grapheme). Grapheme, pada gilirannya, mengaktifkan memori yang tersimpan dari pola gerakan berbagai bentuk surat ("grafik"): huruf besar dan huruf kecil cetak dan skrip, ditambah memori visual seperti apa bentuknya. Dengan asumsi mengikuti tes dalam bahasa Inggris, sebagian besar bunyi vokal dan beberapa bunyi konsonan mengaktifkan beberapa huruf dan set huruf. Misalnya, jika kata target adalah pheasant [‘fEznt], grapheme F dan PH keduanya mendapatkan aktivasi dari fonem pertama / f /, dan kombinasi E dan EA mendapat aktivasi dari vokal / E / pertama. Suku kata kedua,

yang baru saja diucapkan / nt / (kecuali guru berbicara sangat tegas), bisa dieja NT, ANT, INT, ENT, atau UNT. Bagaimana menempatkan huruf yang benar? Dengan kata lain, bagaimana otak mengatur berbagai kemungkinan huruf dan urutan huruf diaktifkan ditempatkan dengan benar, sehingga tidak menulis FESINT atau FEZENT? Frekuensi-dalam-konteks membantu: misalnya, INT dan UNT biasanya mengeja suku kata [nt] pada awal kata, bukan di akhir, jadi mendengar [fEznt] tidak mengirim banyak aktivasi ke otak. Dan NT, yang mengeja suku kata [nt] jika Kamu menulisnya N’T, terkait hanya dengan kontraksi seperti DOESN’T. Sebenarnya, mungkin tidak ada hambatan karena kita tahu bahwa [‘fEznt] bukan kontraksi. Jadi, satu-satunya cara mengeja suku kata kedua dari kata ini adalah antara ANT dan THT. Dan sejauh ini mengetahui korespondensi grafem-fonem dapat membantu mencari tahu bagaimana mengeja [fEznt]. 402 Jika memulai menulis ejaan dengan huruf yang salah dan tidak membuat kata yang pernah dilihat sebelumnya, yang ditulis tampak aneh: FEZENT?? "Tampak aneh" berarti memori visual mengambil alih, sebagaimana mestinya untuk kata ini pada saat ini. Jika cukup sering melihat kata pheasant, kita akan membentuk beberapa ingatan tentang huruf apa yang ada di dalamnya dan dalam urutan apa, sehingga ketika kata lemma mencapai ambang batas, itu akan mengirim aktivasi ke seluruh memori visual: pheasant. Konsep burung, yang seharusnya diaktifkan ketika guru mengucapkan kata, membantu agar lemma tetap aktif. Karena PH bukan cara yang biasa untuk mengeja suara F, akan benar-benar terlihat bahwa pheasant tidak dieja dengan F ketika mempelajari kata itu. Pilihan ENT/ANT mendapat bantuan dalam arah ANT karena ada dua kata umum yang berima dengan pheasant dan memiliki ejaan yang sama: peasant (petani) dan pleasant (menyenangkan). Karena keduanya memiliki suara yang sangat mirip, mereka akan agak terangsang oleh suara pheasant. Ejaan mereka akan memberi aktivasi ANT. Sayangnya, present akan memberikan dorongan untuk pengejaan ENT di kompetisi. Hal semacam itu banyak terjadi dalam bahasa Inggris.

Homonim Mari kita lihat masalah yang berbeda: Misalkan kata target memiliki homonim, seperti steak dan stake (pancang); bagaimana cara pengaktifannya? Guru akan menjelaskan maksudnya dengan menggunakannya dalam frasa atau kalimat (a nice juicy [steik]), tetapi lemma dan konsep kata non-target stake masih akan aktif, karena mereka mendapatkan aktivasi suara dari kata, yang ada di memori kerja. Karena steak homonim dan stake memiliki ejaan yang berbeda, ejaan akan mengatur kinerja otak. Kata targetnya adalah steak, dan konsep nice juicy aktif di pikiran. Karena Kamu tahu bahwa stake artinya tongkat atau sejumlah uang yang dimasukkan seseorang ke dalam perjanjian berisiko, ejaan yang salah stake, meskipun itu diaktifkan karena juga memiliki bunyi [steik],

tidak akan mengirim aktivasi apa pun ke lemma dari kata sasaran steak. Ejaan STEAK yang tepat, di sisi lain, akan mengirim aktivasi ke lemma steak yang sudah aktif, dan ke konsep yang sudah aktif, dan mereka akan mengirim aktivasi kembali ke ejaan STEAK, sehingga STEAK harus memenangkan persaingan. Jika otak tidak dapat bertahan pada semantik kata target sampai selesai menulisnya, otak tidak mampu melawan serangan homonimnya. Tidak dapat memegang konsep untuk kata target mungkin menjadi sumber utama kesalahan pengejaan pada penderita afasia, gangguan atensi, atau cedera otak traumatis - dan jika mereka memiliki afasia, mereka mungkin juga mengalami kesulitan untuk mengingat bunyi kata, membuat segalanya menjadi lebih buruk.

Mengurutkan Huruf dengan Tepat Seperti contoh homonim STAKE/STEAK membuat jelas, huruf-huruf dalam kata harus keluar dalam urutan yang benar. Jika salah satu huruf yang muncul menjelang akhir kata katakanlah K - terjadi untuk mengalahkan pesaingnya dan mencapai ambang aktivasi awal, itu harus disimpan dalam penyangga (disebut buffer graphemic) sampai semua huruf-huruf yang datang sebelum itu sudah menetap. Bunyi kata membantu untuk mendapatkan dan menyimpan huruf-huruf di buffer graphemik dalam urutan yang benar: Ini akan menjaga S sebelum T, dan K setelah setidaknya salah satu huruf vokal. Untuk banyak kata, suara bahkan lebih dapat diandalkan dalam mendapatkan urutan yang benar: Jika dapat mencocokkan huruf dengan suara, bahkan secara kasar, kamu tidak akan pernah menulis WAS untuk SAW, atau KALE untuk LAKE. Ingat dari bagian tentang disleksia pada Bab 8 (bagian 8.8.1) bahwa alasan yang paling mungkin bahwa orangorang dengan disleksia mendapatkan surat-surat dengan urutan yang salah adalah karena mereka tidak memiliki aktivasi fonologis yang baik, mulai dari huruf hingga suara dan/atau dari suara ke huruf, jadi tidak ada apa-apa selain memori visual mereka untuk membantu mereka mendapatkan dan menjaga huruf-huruf tetap berada di dalam urutan yang benar. 404 Huruf ganda Jika kata tersebut memiliki huruf ganda, misalnya tomorrow, kesalahan pengetikan seperti TOMMOROW atau TOMOOROW (yang terkadang juga muncul sebagai kesalahan pengejaan penderita afasia) memberi tahu kami satu hal tentang bagaimana otak kita menangani pengejaan: Huruf ganda/dobel tidak seperti jenis huruf lain. "Penggandaan" adalah properti yang memiliki semacam otonomi - otak tahu bahwa kata tersebut memiliki huruf ganda di dalamnya secara terpisah tahu huruf mana yang ganda. Di bawah tekanan, "ganda" dapat dihubungkan dan kemudian diaktifkan oleh huruf yang salah sementara mereka semua berkeliaran di buffer graphemik; bagaimana kesalahan seperti TOMMOROW terjadi.

Tahap akhir ejaan melibatkan huruf-huruf dalam buffer graphemik yang mengaktifkan memori gerak tentang cara membuat huruf besar atau kecil, dan memori visual tentang bagaimana seharusnya terlihat - atau, jika mengetik, memori motor yang dibutuhkan jari untuk pindah ke tombol mana. Jika tangan kanan lumpuh, seperti yang sering terjadi pada orang dengan afasia yang tidak parah, maka harus menulis dengan tangan kiri, yang memiliki sedikit atau tidak ada "memori gerak" untuk menulis dan harus membuat huruf dengan semacam gambar yang dipandu secara visual. Kelumpuhan tangan kanan adalah beban tambahan bagi banyak orang yang mengalami cedera otak yang memengaruhi bahasa mereka, karena bagian otak yang mengendalikan gerakan halus tangan kanan sangat dekat dengan area yang terlibat dalam pemrosesan bahasa dan aktivitas kognitif terkait. Ejaan dalam L2 Jika tes ejaan dalam bahasa kedua (atau ketiga atau ke-N), maka pikiran memiliki sejumlah besar kinerja otak tambahan. yang harus diselesaikan dengan benar agar mampu mengeja kata. Setiap bahasa tertulis memiliki set korespondensi grafem-fonem sendiri, sehingga setiap sistem ortografi setidaknya sedikit berbeda dari yang lain. Hubungan grafem-fonem untuk vokal mungkin perbedaan di seluruh bahasa (dan lintas dialek dalam bahasa). Bahkan huruf yang paling dapat diandalkan dari semuanya, M (atau huruf yang sesuai dengan M dalam alfabet lain, seperti bahasa Yunani μ), tidak selalu diucapkan /m/. Di akhir kata dalam bahasa Portugis, itu hanya sinyal bahwa vokal sebelum dinasalisasikan - menurunkan velum, tetapi tidak menutup bibir ketika melihat M dalam Bom dia! (Selamat siang, cara yang biasa untuk menyapa). 405 Jadi, jika bahasa Inggris adalah bahasa kedua yang menggunakan alfabet dan mendengar suara atau suku kata dalam tes ejaan, aturan grafem-fonem dari bahasa alfabet pertama akan diaktifkan oleh suara-suara itu, dan mereka akan bersaing dengan aturan yang telah dipelajari (atau sedang mencoba belajar) untuk bahasa Inggris. Jika bahasa pertama adalah bahasa Prancis, misalnya, kata white - mungkin diucapkan [wajt] - akan membangkitkan urutan huruf seperti OUAITE, karena bahasa Prancis tidak memiliki huruf W, dan tulisan /t/ yang sebenarnya diucapkan di bagian akhir kata Prancis biasanya memiliki E yang ditulis setelahnya, seperti pada petite. Jika bahasa pertama adalah Spanyol, kata bunyi yang sama harus membangkitkan GUAI(T?) Dan JUAI(T?); Bahasa Spanyol juga tidak memiliki huruf W, dan bunyi terdekat dieja seperti yang telah diperlihatkan. Tanda tanya pada huruf T ada di sana karena bahasa Spanyol jarang memiliki huruf T akhir atau suara akhir /t/, jadi hanya memahami bahasa Spanyol, mungkin tidak memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dengan bagian kata bahasa Inggris itu. Jika bisa bahasa Prancis atau Spanyol dan mengeja kata bahasa Inggris dengan benar, WHITE, dan kemudian memeriksa apa yang ditulis, akan memiliki lebih banyak kompetisi di otak, karena huruf I akan membangkitkan suara vokal yang salah dalam pikiran - akan dingucapkan huruf I dengan suara /i/ dalam salah satu dari bahasa tersebut, sehingga akan

terlihat salah untuk bunyi /aj/. Di sisi lain, H diam seharusnya hanya menyebabkan masalah kecil mengingat bahwa itu ada di sana. Masalah itu sudah tidak asing lagi bagi, karena H selalu diam dalam bahasa Prancis dan Spanyol. Jadi: jika Kamu seorang guru bahasa kedua, memikirkan masalah-masalah ini akan membantu Kamu memahami dari mana asal mula ejaan siswa, dan untuk merancang strategi pengajaran eksplisit untuk membantu pengetahuan baru mereka tentang Bahasa Inggris bersaing dengan sukses dengan pengetahuan mereka tentang mengeja di bahasa awal mereka.

10.2 Pengujian Afasia: Pengujian Klinis dan Masalahnya 10.2.1 Sejarah kecil Psikolinguistik dan Pengujian Lebih dari lima puluh tahun yang lalu, Illinois Test of Psycholinguistic Ability (ITPA) dipublikasikan. Pengujian tersebut didasarkan pada ide-ide yang sangat sederhana dari sekolah psikologi behavioris, yang berbicara tentang koneksi seperti yang kita lakukan, tetapi yang tidak berurusan dengan - pada kenyataannya, tidak percaya - seluruh gagasan bahwa orang memiliki pikiran. 406 Behavioris, yang memulai pekerjaan mereka jauh sebelum komputer elektronik ditemukan, telah memodelkan saluran mereka pada rantai refleks - pada dasarnya, reaksi spontan. Peneliti otak pada zaman itu, mencoba menjelaskan perilaku yang lebih rumit, melengkapi saluran mekanis behavioris dari refleks ujung ke ujung dengan "pusat" di otak yang seharusnya melakukan proses seperti membaca dan berbicara; dengan kata lain, model otak behavioris cukup banyak memperlakukan membaca, berbicara, dan proses kognitif kompleks lainnya sebagai misteri yang tidak bisa ditembus. Kita sekarang tahu bahwa kegiatan seperti membaca dan berbicara itu rumit; bukan proses tunggal yang dapat dilakukan dalam satu potongan jaringan otak. Sebagai gantinya, mereka memiliki beberapa langkah dan membutuhkan input dan regulasi dari banyak bagian otak kita. Dan berbicara lagi tentang manusia (dan hewan) yang memiliki pikiran, karena kita tahu sekarang, dari 50 tahun penelitian otak terakhir, bahwa otak kita melakukan banyak pekerjaan - pemrosesan informasi - yang tidak selalu menghasilkan langsung perilaku yang terlihat. Sebagai contoh, kita membentuk gambaran mental, dan kita dapat membayangkan mengucapkan kata-kata tanpa benar-benar mengucapkan dan mengartikulasikannya. Dan dengan peralatan saat ini, para peneliti dapat melihat perubahan dalam gelombang otak yang memberikan bukti yang dapat diamati bahwa peristiwa mental yang tak terlihat itu benarbenar terjadi. Bukti dari slip lidah (Bab 3 dan 4), percobaan (Bab 5), dan aphasia (Bab 6), serta dari studi pencitraan otak fungsional, telah mengkonfirmasi gagasan bahwa otak adalah tempat yang penuh gejolak. Penuh dengan aktivasi dan penghambatan yang mengalir ke segala arah, dengan sinyal dari berbagai sumber menggabungkan dan bersaing. Dan kita tahu bahwa otak

kita tidak beroperasi seperti rantai refleks - untuk satu hal karena mereka dapat mengatur perhatian kita sehingga kita tidak terganggu oleh informasi yang saat ini tidak relevan yang mungkin berguna nanti. Informasi baru yang datang dari indera kita diintegrasikan dengan pemrosesan top-down yang telah dibentuk oleh pengalaman masa lalu kita; sebagai hasilnya, bahkan dalam apa yang kita anggap sebagai persepsi murni, ingatan memengaruhi apa yang kita lihat dan dengar. Semua tindakan dan interaksi ini - sedikit yang dapat kita sadari dan sejumlah besar yang terjadi tanpa sadar - adalah apa yang membentuk pikiran kita. Otak kita tidak memiliki saluran berdinding keras; sangat besar, jaringan terus berubah. 407 Bagaimana pengujian berubah untuk mengikuti pemahaman terkini tentang bagaimana pikiran kita bekerja? Sebagian besar belum; inovasi utama adalah dalam pengujian perhatian dan kemampuan kognitif berbasis komputer lainnya. Tidak mudah untuk mengetahui bagaimana memodifikasi tugas yang digunakan peneliti di laboratorium mereka sehingga mereka dapat digunakan di klinik. Meskipun banyak orang bekerja menuju tujuan itu, yang dapat kita lakukan sementara itu adalah bekerja pada bagaimana menafsirkan informasi yang kita dapatkan dari tes yang ada. Dan itu dimulai dengan melihat tugas-tugas tes dan jenis kesalahan yang dilakukan orang, dan menanyakan bagaimana kesalahan itu bisa terjadi, seperti yang kita lakukan pada slip lidah (dalam Bab 3 dan 4), kesalahan bahasa lainnya (kebanyakan di Bab 6) , dan dengan beberapa jenis kesalahan ejaan sekarang (bagian 10.1.2). Di bagian ini (10.2), kami akan menambahkan beberapa diskusi lebih lanjut tentang bahasa tertulis, tes afasia, dan faktor non-bahasa yang memengaruhi kinerja tes. 10.2.2 Seperti Apa Tes Afasia (dan Mengapa) Pertama, harus menetapkan bahwa pasien memiliki afasia. Di Amerika Serikat hingga akhir 1960-an, beberapa orang yang menderita afasia wernicke parah (afasia lancar dengan gangguan pemahaman parah) - jenis afasia yang membuat mereka berbicara dengan kalimat yang tidak dapat dipahami dan merusak pemahaman mereka tentang semua modalitas bahasa - dikunci di rumah sakit jiwa, karena begitu sedikit psikiater dan psikolog telah dilatih mendiagnosis banding antara gangguan bahasa dan gangguan pikiran atau emosi, dan mereka tampaknya bahkan tidak berpikir untuk berkonsultasi dengan ahli patologi wicara-bahasa. Untuk memastikan diagnosis yang benar, ahli patologi wicara-bahasa bekerja dengan ahli saraf dan juga dengan ahli neuropsikologi terlatih, para profesional yang tahu cara menguji bidang kognisi lain yang mungkin terlibat dalam kasus membingungkan. Misalnya, penyakit Alzheimer dan demensia lain mungkin harus disingkirkan, atau seseorang bisa menderita aphasia dan demensia. 408 Kedua, tes afasia seharusnya mengklasifikasikan afasia, jika mungkin, dengan salah satu jenis label yang kami perkenalkan di akhir Bab 6 (afasia Broca, afasia Wernicke, dan sebagainya), atau dengan label yang serupa, karena seluruh budaya medis/perbaikan diatur berdasarkan klasifikasi.

Ketiga, tes afasia harus memberi dokter gambaran kuat tentang kekuatan dan kelemahan pasien mereka, sehingga mereka memiliki beberapa gagasan tentang bagaimana mulai bekerja dengan pasien. Ini juga perlu memberikan gambaran tentang kemampuan pasien secara keseluruhan untuk menggunakan bahasa, sehingga mereka dan keluarga mereka dapat membuat keputusan praktis tentang apa yang dapat dilakukan pasien dan dapat bertanggung jawab. Persyaratan terakhir adalah yang ekonomis. Dokter harus dapat memeriksa afasia dalam waktu singkat dengan alat pengujian yang sangat sederhana. (Banyak tes pensil-kertas yang dilakukan tidak memiliki padanan terkomputerisasi.) Tes aphasia tipikal sampel empat modalitas dasar komunikasi dalam masyarakat kita: berbicara (atau isyarat, jika klien tuli), memahami bahasa lisan (atau isyarat), membaca, dan menulis. Tetapi ini tidak berarti bahwa dokter dan penelitian afasiolog masih menggunakan model input-to-output sederhana dari ITPA. Kami melihat setiap modalitas untuk membantu mengklasifikasikan afasia dan juga untuk mencari cara terbaik bagi klien untuk berkomunikasi. Kita juga perlu melihat setiap modalitas untuk memastikan bahwa orang yang berada di seberang meja sebenarnya menderita afasia. Bagaimana memastikan bahwa masalah komunikasi klien adalah afasia? Cidera otak yang cukup parah hingga menyebabkan gangguan bahasa mungkin telah memengaruhi beberapa kemampuan lain. Ini mungkin mempengaruhi seberapa baik klien Kamu dapat mengontrol pergerakan artikulator mereka (bibir, berbagai bagian lidah, velum), lipatan vokal, dan tangan. Aphasia juga sering disertai dengan apraksia - kesulitan dalam membangkitkan pola motorik yang diperlukan untuk tindakan. Karena aphasia sering disertai dengan masalah gerak dan rangsangan motorik ini, Kamu harus mencari tahu apakah masalah motorik nonbahasa itu sebenarnya semua salah klien, atau apakah ada afasia juga. 409 Tes afasia dirancang untuk membandingkan kinerja bahasa di empat modalitas komunikasi dasar, dan perbandingan itu akan memberi informasi yang dibutuhkan untuk memutuskan apakah masalah komunikasi klien benar-benar masalah pemrosesan bahasa atau lebih ringan. Inilah alasannya: Jika klien Kamu dapat menggunakan salah satu modalitas produksi mereka - ucapan (atau tanda) atau penulisan - tanpa kesulitan, maka pemrosesan produksi bahasa harus bekerja dalam modalitas itu untuk semua level, Level Fungsional yang membangkitkan konstruksi dan lemma, dan level yang lebih rendah dari bentuk kata yang membangkitkan dan memasukkan suara (atau gerakan tangan) atau huruf ke dalam urutan yang benar. Jadi proses produksi berjalan salah hanya untuk langkah-langkah yang terjadi setelah modalitas lisan (tertulis dan berisyarat) telah berpisah dalam perjalanan mereka ke saluran suara klien Kamu dan ke tangan tulisan mereka masing-masing. Dalam hal itu, apa yang salah dengan modalitas produksi mana pun yang tidak berfungsi secara normal terlalu enteng untuk disebut masalah pemrosesan bahasa, dan itu berarti bahwa itu bukan afasia. (Sekadar pengingat: Sudah umum untuk memiliki masalah aphasia dan masalah produksi yang dangkal seperti disartria atau apraksia bicara.)

Demikian pula, jika klien mengalami masalah dengan salah satu modalitas pemahaman mereka (memahami bahasa lisan atau membaca) tetapi tidak dengan yang lain, maka proses pemahaman bahasa harus bekerja pada semua tingkat pemrosesan untuk modalitas yang baik. Jadi masalah dalam modalitas yang bermasalah harus hanya pada tahap pemrosesan input awal, sebelum input tertulis dan lisan mulai menggunakan proses pemahaman yang sama. Apa itu tahap awal?: untuk input tertulis, mengidentifikasi grafem dan meminta membangkitkan kata-kata (melalui korespondensi grafem-fonem, memori visual untuk morfem, dan memori visual seluruh kata); untuk masukan lisan, mengidentifikasi fonem dan meminta membangkitkan kata-kata. Atau mungkin, jika klien dapat memahami bahasa lisan tetapi tidak dapat membaca (memiliki ALEXIA), ada keterputusan antara bagian-bagian otak yang memproses input visual dan bagian-bagian otak yang memproses bahasa. 410 Satu contoh lagi, untuk memperjelas hal ini: Jika klien tidak memiliki masalah dalam pemahaman dan dalam salah satu modalitas produksi mereka, tetapi apakah ada masalah dengan modalitas produksi yang lain, apakah itu afasia? Misalkan orang yang bersamamu memiliki masalah dalam memproduksi bahasa Inggris lisan, tetapi mereka dapat membaca, dapat memahami bahasa Inggris lisan, dan dapat menulis kalimat bahasa Inggris yang relevan, masuk akal, dan tata bahasa. Dalam hal ini, masalah mereka dalam berbicara terjadi sangat terlambat, setelah lemma dan konstruksi telah diambil dan diintegrasikan ke dalam Tingkat Posisi. Itu harus hanya beberapa tahap terakhir dari produksi bahasa lisan yang mengalami gangguan: pengkodean atau artikulasi fonologis (atau fonasi). Dalam diskusi tentang disleksia, telah tercatat bahwa ejaan yang andal tampaknya membutuhkan dukungan dari fonologi; jadi jika klien Kamu memiliki ejaan yang bagus - huruf yang benar dan dalam urutan yang benar - fonologinya mungkin juga bagus. Dalam hal itu, masalah produksi mereka hanya dengan pemrosesan ucapan, bukan dengan pemrosesan bahasa output. Mereka memiliki disartria, disfonia, atau apraksia bicara, tetapi mereka bukan afasia. Singkatnya: Jika cedera otak hanya memengaruhi tahap artikulasi terakhir, yang terjadi setelah pengambilan dan pengorganisasian bunyi yang diperlukan untuk menghasilkan kata, itu adalah gangguan bicara; itu bukan afasia. Jika seseorang yang melek huruf hanya memiliki gangguan bicara, mereka dapat menggunakan tulisan untuk berkomunikasi secara normal. Mendengar orang yang benar-benar menderita afasia memiliki masalah dengan setidaknya dua dari empat modalitas yang telah dipertimbangkan: pemahaman bahasa lisan, pemahaman bahasa tertulis, produksi bahasa lisan, dan produksi bahasa tertulis. (Untuk pengguna bahasa isyarat, logikanya sama: Afasia nyata akan menghasilkan gangguan dalam produksi tkamu atau pemahaman (atau keduanya) . 411 10.2.3 Kami telah menggunakan Model kami untuk Menganalisis Beberapa Tugas Tes Afasia Tes afasia khas memiliki beberapa jenis produksi bahasa dan tugas pemahaman (termasuk pengulangan), beberapa tugas membaca, dan sedikit penulisan. Jika kita menggabungkan ini

semua, kita mendapatkan gambaran umum dari pemrosesan bahasa afasia: Orang dengan afasia memiliki masalah dengan mengaktifkan bentuk, struktur dan/atau makna linguistik, dan/atau masalah dengan menyelesaikan persaingan antara kemungkinan makna yang dibangkitkan oleh apa yang mereka mendengar atau membaca, atau di antara pesan yang mungkin, struktur sintaksis, kata lemmas, dan bentuk kata yang muncul dari apa yang ingin mereka katakan atau tulis. Jika melihat kesalahan individu, mungkin dapat mengetahui proses mana yang bekerja dengan cukup baik dan mana yang tidak. Tidak banyak membantu kami dalam menetapkan orang ke dalam kategori diagnostik atau dengan mencari tahu bagaimana memberikan nilai numerik untuk seberapa baik kinerja seseorang. Tes afasia seharusnya melakukan pekerjaan itu juga. Bagaimana melakukannya? 10.2.4 Mengklasifikasikan Afasia: Skor dan Profil Terlepas dari apakah Kamu merasa nyaman dengan sistem Boston (atau sistem lain mana pun) untuk mengklasifikasikan afasia menjadi sindrom, perbedaan mengejutkan antara orang yang berbeda dengan afasia perlu dijelaskan dan dievaluasi. Kita perlu menangani pada jenis tugas bahasa apa yang baik dan buruk pada setiap klien, apakah mereka menjadi lebih baik pada tugas-tugas yang sulit bagi mereka, dan apakah perawatan tertentu telah membantu atau tidak. Sistem klasifikasi bergantung pada membandingkan kemampuan klien pada tugas yang mengukur kemampuan mereka dalam tujuh bidang utama: artikulasi, kefasihan/panjang frasa, pengulangan, pencarian kata, pemahaman kata-kata, menghasilkan kata-kata yang dihubungkan ke frasa dan kalimat, dan memahami sintaksis. Untuk membandingkan kemampuan seseorang dalam tugas-tugas yang berbeda ini, lembar skor tes sering menyertakan bagan profil afasia dan/atau prosedur untuk memperoleh kategori diagnostik dari bentuk profil itu atau nilai relatif dari nilai tes. Profil skor tes, dan mungkin penilaian tentang kemampuan komunikasi klien Anda, juga digunakan untuk memberikan peringkat keparahan scara keseluruhan, yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran kasar tentang seberapa baik orang tersebut dapat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Beberapa tes, seperti Boston Diagnostic Aphasia Examinatiom (BDAE), juga meminta menggambarkan kemampuan komunikasi bahasa klien pada skala impresionistik - yang ternyata, luar biasa, mudah dilakukan dengan andal hanya dengan periode singkat pelatihan klinis. Namun, kata hati-hati: Seberapa baik seseorang dapat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam menanggapi tugas-tugas tes bukanlah prediksi yang baik tentang seberapa baik mereka dapat berkomunikasi ketika mereka memiliki kebebasan untuk menggabungkan bahasa mereka dengan gerakan, pantomim, dan menggambar. Juga tidak memberi tahu seberapa baik yang akan mereka lakukan jika mereka memiliki mitra percakapan yang kooperatif dan terampil alih-alih seorang penguji yang simpatik tetapi tidak diizinkan (selama ujian) untuk membantu mereka dengan menyarankan kata-kata yang mungkin mereka cari, atau dengan bertanya kepada mereka apakah yang mereka maksudkan benar-benar A atau benar-benar B. 413

Tugas Tes Pemahaman Orang bahasa yang seharusnya dievaluasi mungkin memiliki masalah produksi bahasa dan apraksia, sehingga tes pemahaman harus bekerja terlepas dari seberapa baik klien Kamu dapat berbicara atau apakah mereka dapat melakukan sesuatu. Sebagian besar tes pemahaman meminta klien untuk merespons baik dengan menunjuk ke gambar atau dengan menjawab "ya" atau "tidak." Mengangguk dan menggeleng selalu diterima sebagai pengganti kata-kata, dan kadang-kadang lebih jelas jika mengarahkan klien untuk tersenyum menunjukkan "ya" dan wajah cemberut karena "tidak". Yang penting adalah bisa mendapatkan respons yang andal - yang di bawah kendali klien. Jika kerusakan otak mereka sangat parah sehingga mereka tidak dapat mengontrol otot otomatis mereka untuk memberikan tanggapan ya / tidak dengan berkedip mata, tindakan respons otak yang diadaptasi dari studi eksperimental afasia dapat menunjukkan apakah mereka memiliki pemahaman tentang bahasa lisan, tetapi itu di luar prosedur standar. Kamu mungkin mulai dengan memeriksa apakah klien Kamu dapat memahami satu kata ketika ada sedikit persaingan - misalnya, untuk menunjuk ke suatu objek ("tunjukkan padaku pohon") dalam empat atau enam gambar objek, ke suatu tindakan/acara ("Perlihatkan padaku 'jatuh'") dalam susunan empat atau enam gambar aksi, dan juga dengan kategori seperti angka, huruf, dan warna. Secara tradisional juga meminta klien untuk menunjuk ke berbagai bagian tubuh mereka ("tunjukkan padaku lutut; dagu; siku kiri ") dan untuk lakukan sedikit urutan tindakan ("arahkan ke langit-langit dan kemudian ke lantai"). Akhirnya, Kamu melihat pemahaman bahasa yang lebih kompleks, yang Kamu lakukan dengan membaca cerita-cerita kecil dengan lantang kepada klien Kamu dan kemudian mengajukan beberapa pertanyaan tentang cerita yang dapat dijawab “ya” atau “tidak.” Tidak satu pun dari tugas-tugas ini yang secara psikologis mengungkapkan, karena ada berbagai macam alasan mengapa klien dapat memberikan jawaban yang salah kepada mereka. Tetapi tes klinis dasar tidak mendiagnosis dalam arti memberi tahu di mana kesalahan pemrosesan klien. Apa yang mereka dirancang untuk lakukan adalah memungkinkan untuk membandingkan skor klien pada setiap jenis tugas (pemahaman lisan, penamaan, pengulangan, deskripsi gambar, percakapan, dan sebagainya) dengan ratusan orang lain yang memiliki afasia, karena itu adalah profil perbandingan.

Tugas Uji Produksi Pengujian produksi sering menggunakan beberapa kata dan frasa yang sama sebagai pengujian pemahaman, yang mengurangi jumlah bahan stimulus yang dibutuhkan dalam peralatan test. Kali ini, menunjuk ke warna, objek, dan sebagainya, dan meminta klien untuk menamainya. (Sebenarnya, lakukan pengujian produksi sebelum pengujian pemahaman, sehingga klien tidak mendapatkan dorongan dari hanya setelah mendengar kata-kata yang mereka butuhkan.) Kamu dapat mulai dengan satu kata, dengan percakapan, atau dengan bertanya klien untuk menggambarkan gambar yang kompleks seperti Pencurian Cookie (lihat

Gambar 6–1). Kamu juga akan menguji pengulangan kata dan kalimat pendek.baik daripada rata-rata pada satu tes, lebih buruk pada yang lain - yang memberikan label diagnostik. 414 Dalam subtes produksi, akhirnya dapat melakukan lebih dari sekadar mencatat apakah jawabannya benar atau salah dan berapa lama klien merespons. Sekarang akan mulai mengklasifikasikan kesalahan dan menjelaskan kualitas narasi klien, karena beberapa sindrom aphasia yang berbeda memiliki berbagai jenis masalah produksi. Apakah kesalahan itu hanya “tidak ada tanggapan,” kata-kata yang berhubungan secara semantik (paraphasia semantik), bentuk-bentuk yang berhubungan secara fonologis, baik kata-kata atau bukan kata-kata (paraphasia fonologis / fonemik), atau upaya kikuk (disartri) secara fonetis pada apa yang tampaknya menjadi target fonologis yang tepat? Dalam ucapan yang terhubung (percakapan dan deskripsi gambar), dapatkah klien terus berbicara dalam kalimat yang terdengar halus? Jika mereka tidak menggunakan kata-kata atau menggunakan kata-kata yang salah, apakah kata-kata bermasalah itu cenderung berupa kata-kata atau fungsi yang puas? Tugas Tes Lainnya dapat juga kita uji bahasa tertulis klien. Biasanya dengan terlebih dahulu meminta mereka untuk menuliskan nama mereka dan beberapa huruf alfabet; jika mereka dapat melakukannya, lanjutkan dan mencoba menulis nama-nama beberapa objek dan warna dalam gambar uji. Ketika telah menyelesaikan semua subtes yang dapat dilakukan klien, masukkan skor pada bagan; pola kekuatan dan kelemahan yang dihasilkan adalah profil afasia mereka. Jika profil klien tentang tingkat bicara, jumlah bicara, kemampuan pengulangan, skor pemahaman, dan jenis kesalahan cocok dengan sindrom seperti salah satu dari tujuh sindrom "Boston" klasik. Kamu telah mencapai tujuan mengklasifikasikan afasia sebagai salah satu afasia yang lancar (anomik, Wernicke, konduksi, sensorik transkortikal) atau salah satu afasia nonfluen (Afasia Broca, afasia campuran/global, motor transkortikal). Seperti yang kami katakan, ggunakan juga skor subtest plus tayangan tentang pola bicara klien untuk mendapatkan peringkat keseluruhan dari seberapa parah masalah bahasa mereka. 415 Dalam proses penilaian tes, kumpulkan jenis informasi yang diutuhkan untuk mulai melihat masalah klien secara psikolinguistik: telah mulai diklasifikasikan kesalahan produksi mereka. Dalam latihan untuk bab ini, akan didapatkan kesempatan untuk memikirkan apa yang bisa dikatakan kesalahan itu tentang masalah bahasa klien. Namun, peringatan: Memahami sumber kesalahan tidak memberi tahu jenis terapi apa yang akan membantu. Saat ini, hal utama yang bisa dilakukan adalah memberi tahu jenis terapi apa yang mungkin tidak membantu. Tapi klinik penelitian besar terus mencoba ide-ide baru, dan ada banyak kemajuan, terutama karena terapi berbasis komputer baru memungkinkan klien untuk berlatih latihan bahasa mereka selama berjam-jam sehari jika mereka memiliki kekuatan dan ambisi. Kita tahu sekarang bahwa mempelajari kembali bahasa membutuhkan pelatihan koneksi saraf baru di otak, dan bahwa ini membutuhkan latihan yang intensif dan ekstensif dan banyak keberanian.

10.2.5 Masalah Bahasa bukan Hanya Masalah Bahasa: Kemampuan Fungsi Eksekutif dan Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Kesalahan Bahasa Tetap pada tugas adalah salah satu dari keluarga keterampilan kontrol diri yang disebut neuropsikolog fungsi eksekutif. Keterampilan fungsi eksekutif lainnya adalah mampu menunda tindakan sampai sinyal, atau sampai yakin Kamu benar (kontrol eksekutif lemah pada anak-anak yang tidak memiliki cukup kontrol diri untuk mengangkat tangan mereka dan menunggu guru memanggil pada mereka: itu disebut impulsif). Laporan ahli saraf harus memberi tahu tentang fungsi eksekutif klien, atau kamu bisa mendapatkan pelatihan untuk melakukan beberapa fungsi eksekutif dasar menguji sendiri. Fungsi eksekutif lainnya termasuk mampu merencanakan dan melakukan serangkaian tindakan berbeda dan mampu beralih dari melakukan satu hal ke hal lain ketika perlu mengubah jenis respons yang dibuat (misalnya, untuk mengubah gaya bicara ketika Kamu lihat bahwa Kamu tidak dipahami). Jika fungsi eksekutif sangat buruk, kamu dapat terus melakukan hal yang sama berulang kali ketika tidak sesuai lagi - ini disebut perserverasi. Orang dengan cedera pada bagian lobus frontal dapat bertahan banyak untuk mengisi tanggapan yang tidak dapat mereka hasilkan. Sebagai contoh, jika mereka memiliki kesulitan yang parah mengaktifkan nama-nama objek pada tes dan mereka juga memiliki kecenderungan untuk bertahan, mereka mungkin muncul dengan satu nama dan kemudian memberikan nama yang sama atau versi yang kacau itu ke setengah lusin berikutnya barang. Dalam latihan untuk bagian ini akan mendapatkan kesempatan untuk menganalisis ketekunan dalam hal menyebarkan aktivasi. Masalah fungsi eksekutif bukan satu-satunya yang mungkin menyulitkan klien untuk mengkompensasi afasia mereka. Kesulitan memvisualisasikan tindakan atau objek dapat secara serius mengganggu kemampuan klien untuk menggunakan gambar, pantomim, atau gerakan untuk mengisi kata-kata yang hilang; masalah artikulasi dapat menyulitkan mereka untuk mengucapkan sepatah kata pada diri mereka sendiri dengan cukup jelas untuk membantu mengingat ejaannya. Dan seperti yang sudah kami katakan atau tersirat, masalah motorik, masalah penglihatan, dan masalah pendengaran dapat membuat masalah komunikasi semakin buruk. 416 10.2.6 Kemampuan Bahasa dan Kemampuan Komunikasi bukanlah Hal yang Sama Kemampuan komunikasi seseorang mungkin sedikit lebih buruk daripada yang diharapkan dari kinerja mereka pada tes kemampuan bahasa, karena sistem kognitif lain - terutama fungsi eksekutif - harus bekerja untuk orang-orang untuk benar-benar memahami apa yang orang lain maksudkan dan untuk menilai apakah orang lain telah memahami mereka. Sisi baiknya, beberapa orang dengan afasia sedang dan disartrik, ucapan sulit, seperti Shirley adalah komunikator yang sangat efektif. Mereka memiliki fungsi eksekutif yang baik, banyak kecerdasan, dan melengkapi upaya mereka dalam berbicara dan menulis dengan mode komunikasi nonverbal: pantomim, gerakan, dan mungkin menggambar. Mereka sering dapat

menunjukkan huruf pertama atau dua kata yang mereka cari, yang sangat membantu dalam membantu Kamu menebak apa kata itu. Mereka memiliki pemahaman yang cukup baik tentang apa yang mereka dengar jika tidak ada terlalu banyak kebisingan latar belakang atau percakapan, dan jika Kamu berbicara agak lambat dan tidak mengubah topik pembicaraan tanpa peringatan. Mereka dapat berpegang pada topik yang ingin mereka bicarakan, dan mereka mengawasi kita dengan cermat untuk mencoba mencari tahu apakah kita benar-benar memahami apa yang mereka coba katakan atau hanya mengangguk-angguk sambil berusaha untuk disetujui. Shirley, 80 tahun, tinggi 4 kaki 8 inci, dan di kursi roda, menangkap seorang profesor neurologi yang bermaksud baik "baru saja mengangguk" ketika dia mewawancarainya di depan audiensi mahasiswa kedokteran, dan memarahinya karena ada ; Saya tidak berpikir dia mencobanya lagi. Lagipula, ketika seseorang hanya mengangguk pada Kamu tanpa benar-benar mengerti, mereka memperlakukan makna dari apa yang Kamu katakan sebagai tidak penting; jika Kamu berusaha keras untuk menjelaskan sesuatu kepada mereka, itu cukup menyebalkan. Ini terjadi dalam situasi komunikasi bahasa kedua sepanjang waktu, dan sulit untuk dihadapi.

Soal 1. Untuk mencari tahu bagaimana merancang tes perilaku sehingga memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, kita perlu menggunakan teori... a. psikomotorik b. psikometrik* c. psikomotor d. psikolinguistik 2. Untuk memastikan diagnosis penderita afasia, setidaknya dibutuhkan tiga tenaga ahli untuk menanganinya, kecuali... a. ahli patologi wicara-bahasa b. ahli saraf c. ahli ontologi* d. ahli neuropsikologi terlatih

Penjelasan: 1. Psikometrik adalah bidang untuk mencari tahu bagaimana merancang tes perilaku sehingga memenuhi dua kriteria dasar. Kriteria yang pertama adalah harus reliabel. Kriteria kedua adalah valid. 2. Untuk memastikan diagnosis yang benar, ahli patologi wicara-bahasa bekerja dengan ahli saraf dan juga dengan ahli neuropsikologi terlatih, para profesional yang tahu cara menguji bidang kognisi lain yang mungkin terlibat dalam kasus membingungkan.

Related Documents


More Documents from ""