4. Diskusi Ghana adalah salah satu negara yang endemis dengan hepatitis B dan pengawasan konstan sangat penting untuk membangun prevalensi penyakit ini, hal Ini menginformasikan penelitian retrospektif berbasis rumah sakit saat ini tentang sero-positivity dari HBsAg di antara donor darah di Rumah Sakit Kota Kintampo, Ghana. Studi tersebut mengungkapkan bahwa tingkat sero-prevalensi HBsAg saat ini di antara donor darah di kotamadya adalah 9,6% (Tabel 1). Endemisitas infeksi HBV telah tergolong tinggi (> 8%), menengah (2% - 7%) dan prevalensi rendah (<2%). Tingkat prevalensi yang tercatat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kotamadya memiliki prevalensi HBsAg sero yang cukup tinggi, terutama di kalangan pendonor darah. Meski tren menurun Dari prevalensi yang diamati dalam penelitian ini, tidak ada dampak signifikan terhadap endemisitas HBV pada area belajar. Di daerah endemisitas HBV tinggi, penularan virus sebagian besar melalui rute vertikal atau diperoleh pada usia pra-sekolah [21]. Hal ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk meningkatkan upaya yang bertujuan mengurangi penularan ibu ke anak virus di kotamadya. Tahun yang tidak signifikan pada tahun pengurangan praTabel 1. Sero-positif tahunan dan keseluruhan prevalensi hepatitis Antigen permukaan B di antara donor darah di Kota Kintampo RSUD. SAMPEL TAHUN LAYAR WANITA N (%) PRIA N (%) HBV POSITIF N (%) 2010 1093 50 (4.6) 1043 (95.4) 120 (11.0) 2011 1188 52 (4.4) 1136 (95.6) 114 (9.6) 2012 1121 62 (5.5) 1059 (94.5) 92 (8.2) Total 3402 164 (4.8) 3238 (95.2) 327 (9.6) Tabel 2. Distribusi jender seropositif antigen permukaan hepatitis B di antara donor darah di Rumah Sakit Kota Kintampo. PREVALENSI GENDER n / N (%) FEMALE 14/164 (8.5) PRIA 313/3238 (9.7) TOTAL 327/3402 (9.6) Gambar 1. Distribusi usia prevalensi serologis antigen hepatitis B di antara donor darah di Rumah Sakit Kotamadya Kintampo. W. Walana dkk. 67
Namun, valensi memang mendukung kemungkinan transmisi virus secara horisontal terutama di kalangan seksual kelompok usia aktif [22]. Mengefektifkan data prevalensi ke dalam berbagai kelompok usia, penelitian tersebut menunjukkan bahwa efek usia pada prevalensi HBV di antara populasi yang diteliti. Prevalensi tertinggi terlihat di antara para donor di kelompok umur <20 tahun (Gambar 1). Ini sesuai dengan studi serupa dimana prevalensi HBsAg lebih tinggi diamati pada individu berusia antara 11 sampai 20 tahun [23]. Khan dan rekan-rekannya lebih jauh menetapkan bahwa orang yang lebih muda dan lebih tua kurang sering terinfeksi HBV [23]. Mayoritas donor yang memiliki HBsAg positif kurang dari 40 tahun, sebuah temuan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Castolo et al. dan Alam dkk. [24] [25]. Selain Faktanya kelompok usia ini sering terlibat dalam donor darah dan karenanya jumlah mereka dapat mempengaruhi prevalensi, Paparan konstan mereka terhadap masyarakat tidak dapat diabaikan karena mereka memiliki interaksi yang lebih besar rekan mereka, sehingga predisposisi mereka untuk tertular penyakit. Mengelompokkan data prevalensi ke dalam jenis kelamin, prevalensi yang tidak signifikan lebih tinggi diamati pada laki-laki (9,7%) dibandingkan dengan betina (8,5%). Ada laporan tentang variasi besar dalam partisipasi gender dalam donor darah latihan [26] [27]. Umumnya, laki-laki menyumbangkan darah lebih sering daripada wanita, terutama di negara-negara berkembang [28]. Alasannya dikaitkan dengan pengaruh sosio-kultural dan percaya [29] - [31]. Namun, menggembirakan lebih banyak perempuan untuk berpartisipasi dalam donor darah akan sangat bermanfaat karena mereka merupakan mayoritas populasi. 5. Kesimpulan Faktanya kelompok usia ini sering terlibat dalam donor darah dan karenanya jumlah mereka dapat mempengaruhi prevalensi, Prevalensi HBsAg pada kelompok donor darah di Rumah Sakit Kintampo relatif tinggi yaitu 9,6%. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang serius tentang kualitas dan keamanan transfusi darah di Kintampo. Dalam pengelompokkan data prevalensi menuurut jenis kelamin, dapat disimpulkan bahwa pada laki-laki persentasenya 9,7% dibandingkan dengan perempuan yang hanya 8,5%. Selain bergantung pada jenis kelamin dari penelitian tersebut juga ditemukan bahwa infeksi HBV bergantung pada usia individu. Usia kurang dari 40 tahun
menyumbang darah paling banyak, tetapi mereka adalah kelompok yang lebih mungkin terinfeksi HBV.
Frekuensi HBsAg positif pada uji saring darah sebesar 3,61% dari jumlah donor darah di UTDC PMI Padang periode Januari-Desember 2012. Hasil penelitian menunjukan persentase darah donor dengan HBsAg positif sebesar 3,61%. Pendonor laki-laki dengan HBsAg positif sebesar 93,22%, perempuan 6,78%. Frekuensi HBsAg positif lebih banyak pada donor laki-laki dibanding donor perempuan. Hasil HBsAg positif terbanyak terdapat pada kelompok usia dibawah 30 tahun sebesar 39,01%. Sebagian besar darah donor yang mengandung HBsAg positif terdapat pada kelompok umur di bawah 30 tahun. Sebagian besar dari donor yang mengandung HBsAg positif terdapat pada kelompok umur <30 tahun.