Terapi Igd Anak.docx

  • Uploaded by: Muhammad Luthfi Taufik
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Terapi Igd Anak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,066
  • Pages: 32
Jenis Cairan Maintens sesuai Usia • 0-2 hari: D10/D5 • 3 hari-3 tahun: D5 ¼ NS • 3-5 Tahun: D5 ½ NS • >5 Tahun: D5 NS Jumlah Kebutuhan Maintenans • 0-2 hari D5/D10 60 – 80 cc/kgbb/hari • Hari ke-3 – 1 tahun 80 – 120 cc/kgbb/hari • 1 tahun – 12 tahun  Halliday-Segar 100 ml/kgBB/24 jam untuk 10 kg pertama; 50 ml/kgBB/24 jam untuk 10 kg kedua; 25 ml/kgBB/jam untuk penambahan BB setelahnya. Cairan Maintenas BBLR

PULMONOLOGI Asma Bronkhial Eksaserbasi Akut Kriteria diagnosis: 1)batuk dan atau wheezing berulang,2) respons baik terhadap bronkodilator, 3) hiperinflasi dada, 4)ekspirasi memanjang dengan suara wheezing yang dapat didengar. Asma Ringan: Bila sekali nebu respon komplit • IGD: Nebulisasi, Obs 4-6 jam • Pulang: SABA: bisa MDI/oral ( bila sesak) + Steroid oral jangka pendek (3-5 hari) Asma Sedang: Bila 2-3 x nebu respon parsial • Ranap, O2, nebulisasi, metilprednisolon 0,5-1 mg/kgBB/hari 3-5 hari Asma Berat: 3 x nebu tidak ada respon • Ranap, O2, akses IV, cairan IV, foto toraks, Steroid IV 0,5-1 mg/kgBB/hari, nebu/1-2 jam bila membaik 8-12 jam kemudian nebu/4-6 jam, aminofilin 6-8 mg/kgBB (1/2 dosis bila sudah dapat aminofilin <4 jam) dalam NS 20 menit  rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam, bila ancaman gagal napas  ICU, pulangkan bila stabil 24 jam

Pneumonia • Bayi dan anak berusia 2 bulan–5 tahun: 1) Pneumonia berat, bilA ada tanda sesak napas (retraksi)  Harus dirawat dan diberikan antibiotik, 2) Pneumonia , bila tidak ada sesak napas (retraksi) dan hanya ada napas cepat dengan laju napas: >50 x/menit (2 bulan–1 tahun), >40 x/menit (>1–5 tahun)  Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral, 3) Bukan pneumonia, bila tidak ada napas cepat dan sesak napas • Bayi < 2 bulan: 1) Pneumonia, bila ada napas cepat (>60 x/menit) atau sesak napas (retraksi)  Harus dirawat dan diberikan antibiotik, 2) Bukan pneumonia, bila tidak ada napas cepat atau sesak napas  Tidak perlu dirawat. • O2 bila sesak atau saturasi <90% • Suction bila banyak secret • IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak • Beri ampisilin vial 1 gr (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM/6 jam) ATAU seftriakson vial 1 gr (50 mg/kgBB IM atau IV/12 jam) Bila gejala/klinis berat: kombinasi ampisilin-gentamisin. Dosis gentamisin (80mg/2ml) 57,5 mg/kgBB/24 jam • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Inj. Ondansetron (4 mg/2ml) 2-3 x 0,15-0,2 mg/kgBB • Inj. Ranitidin (50 mg/2ml) 2 x 1mg/kgBB • Nebu ventolin/combivent / 8 jam Bronkhiolitis • O2 bila sesak atau saturasi <90% • Suction bila banyak secret • IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak • Beri ampisilin vial 1 gr (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam). Alternatif seftriakson vial 1 gr (50 mg/kgBB IM atau IV dua kali sehari) Bila gejala/klinis berat: kombinasi ampisilin-gentamisin. Dosis gentamisin (80mg/2ml) 57,5 mg/kgBB/24 jam • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Inj. Ondansetron (4 mg/2ml) 2-3 x 0,15-0,2 mg/kgBB • Inj. Ranitidin (50 mg/2ml) 2 x 1mg/kgBB • Nebu ventolin/combivent / 8 jam • Pertimbangkan KS  Inj. Dexa (5mg/ml) 0,15-0,6 mg/kgBB Single Dose

Croup

Croup ringan ditandai dengan: 1) demam, 2) suara serak, 3) batuk menggonggong, 4) stridor yang hanya terdengar jika anak gelisah.  Bila ringan  ASI, asupan makanan, Dexamethasone PO 0,15-0,6 mg/kgBB dosis tunggal, Rajal Croup berat ditandai dengan: 1) Stridor terdengar walaupun anak tenang, 2) Napas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. • O2 bila sesak atau saturasi <90% • Suction bila banyak secret. Hindari manipulasi berlebihan yg bikin anak gelisah. Intubasi bila berat • Nebulisasi epinefrin 1/1000 2 ml • Inj. Dexamethasone 0,6 mg/kgBB IM/IV/PO Single Dose dilanjutkan MP 1 mg/kgBB PO • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Inj. Ondansetron (4 mg/2ml) 2-3 x 0,15-0,2 mg/kgBB • ASI atau asupan makanan Difteri Periksa hidung dan tenggorokan anak, terlihat warna keabuan pada selaputnya, yang sulit dilepaskan. • • •

• • •

Rawat isolasi O2 bila sesak atau saturasi <90% ADS laryngitis/faringitis <48 jam = 20-40 RIBU unit IM/IV Rinofaringitis = 40-60 ribu unit IM/IV Bentuk berat, bull neck = 80-100 ribu unit IM/IV Jangan lupa skin test Antibiotik: Penisilin prokain dengan dosis 50 000 unit/kgBB secara IM setiap hari selama 14 hari Alt: Eritromisin 10-12,5 mg/kgBB/6 jam, maks 2 g/hari PO selama 14 hari Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam Pencegahan: Imunisasi + Eritromisin dosis sama 7-10 hari

Pertusis Kriteria diagnosis: 1) Batuk paroksismal whoop saat inspirasi atau napas berhenti atau sianosis, sering disertai muntah, 2) Perdarahan subkonjungtiva, 3) Anak tidak atau belum lengkap diimunisasi terhadap pertusis • • • • • •

Jalan napas (suction/pompa ventilasi) O2 bila sianosis/apneu Eritromisin oral tab 500 mg, kaps 250 mg, syr 200 mg/5ml (12.5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama 10-14 hari atau Azitromisin tab 500 mg, syr 125 mg/5 ml (30 cc) 10 mg/kgbb/24 jam selama 5 hari Antitusif bila batuk sangat mengganggu Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam Nutrisi

Tuberkulosis Skor TB>6 dengan diantaranya ada gejala  Diagnosis TB tegak

Tatalaksana 4RHZ/2RH

 <5 tahun: kontak (+), tuberkulin (-)  INH 3 bulan kontak (+), tuberkulin (+), gejala (-)  INH 6 bulan  >5 tahun: HIV(+), tuberkulin/kontak (+)  INH 6 bulan HIV (-), tuberkulin/kontak (+)  Observasi Profilaksis Isoniazid 10 mg/kg BB KARDIOLOGI Gagal Jantung • Oksigen • Tirah baring, posisi setengah duduk. Sedasi kadang diperlukan: fenobarbital 2-3 mg/kg/dosis tiap 8 jam selama 1-2 hari • Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit • Restriksi garam jangan terlalu ketat, pada anak garam <0.5 g/hari • Timbang berat badan tiap hari • Hilangkan faktor yang memperberat: atasi demam, anemia, infeksi jika ada • Diuretik: furosemid 0,5-1 mg/kg/12 jam + spironolakton dosis sama dengan furosemid • Vasodilator: captopril 0,1-1 mg/kg/8 jam (maks 50 mg/pemberian) • Inotropik: digoksin, dobutamin, dopamine Syok Hipovolemik • O2 bila sesak • Posisi kaki lebih tinggi • Kateter urin untuk monitor UO • Atasi penyebab; misal kontrol pendarahan



IVFD NS/RL/Asering guyur 20 ml/kgBB dalam waktu 20 menit. Dapat diulangi hingga maks 30 ml/kgBB.Target TD dan HR sesuai usia, akral hangat, CRT <2detik, UO normal (1 ml/kgBB/jam pada anak; 2 ml/kgBB/jam pada bayi).

Syok Kardiogenik • Fluid challenge 5-10 ml/kgBB; perlahan-lahan cek TD dan nadi bila respon • Dosis Dobutamin 1-20 ug/kgBB/menit (inotropik)  syok kardiogenik • Dosis Dopamin 5-20 ug/kgBB/menit (vasopresor dan inotropik)  syok kardiogenik • Dosis NE 0,05-2 ug/kgBB/menit (vasopresor)  syok septik • Sediaan NE (4 mg/4ml atau vascon, 8mg/8ml atau levosol), Dopamin (200 mg/5ml), dobutamin (250 mg/5 ml) • Kateter urin untuk monitor UO Syok Anafilaktik • Primary Survey  Panggil bantuan (monitor, oksigen, infus, set emergensi) • Posisi tredelenburg (kaki lebih tinggi) • Epinefrin SC (Dewasa=0,5 ml, anak 6-12=0,3 ml, anak <6=0,15 ml). Ulangi tiap 3-5 menit • IV Fluid challenge (anak-anak 20 cc/kgBB) • Difenhidramin 2ml/kgBB (ampul 10 mg/ml atau vial 150 mg/10ml) • Dexamethason 0,2 mg/kgBB (ampul 10 mg) atau Inj. Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB • Kateter urin untuk monitor UO

GINJAL HIPERTENSI GNAPS • Oksigen • Tatalaksana kegawatan: edema paru, sesak, gagal jantung, gagal ginjal • Restriksi garam jangan terlalu ketat, pada anak garam <0.5 g/hari • Timbang berat badan tiap hari • Diuretik: furosemid 0,5-1 mg/kg/12 jam + spironolakton 2-3 mg/kgbb/hari • Antihipertensi: captopril 0,1-1 mg/kg/8 jam (maks 50 mg/pemberian)



Antibiotik: amoksisilin 15 mg/kgBB/ 8 jam selama 10 hari atau eritromisin 10 mg/kgBB/8 jam selama 10 hari

Sindrom Nefrotik • Tirah baring bila edema anasarka • Diet protein normal (1,5-2 g/kgbb/hari) • Diet Rendah Garam • Balans cairan negative (Urin tampung) • Hitang lingkar perut, berat badan per hari • Prednison 60 mg/m2LPT/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maks 80 mg) selama 4 minggu diikuti 40 mg/m2LPT/2 hari (alternating dose) atau 2/3 dosis awal (maks 60 mg) selama 8 minggu • Furosemid 1-2 mg/kgbb/hari + spironolakton 2-3 mg/kgbb/hari • Antihipertensi: captopril 0,1-1 mg/kg/8 jam (maks 50 mg/pemberian) • Pemberian albumin 20-25% dengan dosis 1 g/kgbb selama 2-4 jam diakhiri dengan furosemid intravena 1-2 mg/kgbb bila edema refrakter, syok, atau kadar albumin ≤1 gram/dL. Bila kadar albumin darah 1-2 gr/dl, albumin 0,5 g/kgBB selama 2-4 jam Hipertensi Anak • Definisi: Hipertensi stadium I didefinisikan bila tekanan darah sistolik dan atau diastolic lebih dari persentil ke-95 sampai persentil ke-99 ditambah 5 mmHg, sedangkan hipertensi stadium 2 bila tekanan darah lebih dari persentil ke-99 ditambah 5 mmHg. • Anak > 6 tahun, krisis hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥180 mmHg dan atau diastolik ≥120 mmHg, atau telah timbul gejala gagal jantung, ensefalopati, gagal ginjal, maupun retinopati • Anak < 6 tahun, tekanan darah 50% di atas persentil ke-95 • Pengobatan HT non krisis: furosemid + kaptopril • Pengobatan HT krisis: Nifedipin oral diberikan dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali, dinaikkan 0,1 mg/kgBB/kali (dosis maksimal 10 mg/kali) setiap 5 menit pada 15 menit pertama, kemudian setiap 15 menit pada 1 jam pertama, selanjutnya setiap 30 menit sampai tercapai tekanan darah yang stabil. Furosemid diberikan dengan dosis 1 mg/kgBB/kali, 2 kali sehari; bila tensi tidak turun diberi kaptopril 0,3 mg/kgBB/kali, 2-3 kali perhari. Gagal Ginjal Akut/Acute on CKD • O2 bila sesak • Posisi semifowler bila sesak • Balans cairan negatif • Diet rendah protein, rendah garam • Venflon • Kateter urin • Inj. Furosemid 2x 1-2 mg/kgBB IV • Inj. Ranitidin 2 X 1 mg/kgBB mg IV • Bila muntah Inj. Ondansetron 2 x 0,1-0,2 mg/kgBB • Natrium Bikarbonat 1-2 mEq/kgBB/hari • Calc 50 mg/kgBB/hari

• • •

Anti hipertensi: Captopril 0,1-1 mg/kg/8 jam (maks 50 mg/pemberian) Tangani penyakit penyebab, anemia (Transfusi dilakukan bila kadar hemoglobin < 6g/dL sebanyak 5-10 ml/kgBB), elektrolit imbalance, komorbiditas lainnya Pro HD Cito

Hiponatremia (<135 mmol/l) • Rapidly developed  severe symptoms seperti Cerebral edema : lethargy, irritabel, coma, seizure • Slowly developed  no symptoms Penyebab:

• •

• • •

Hiponatermia euvolemik  penambahan natrium via infus NaCl 3% Koreksi cepat bila Na < 120 mEq/L sampai kadar 125 mEq/L dalam 4 jam dengan NaCl 3% Rumus koreksi: 0,6 x BBI x (135-Na) Praktis: NaCl 3% 4-6 cc/kgBB dalam 4 jam Koreksi lambat bila Na > 125 mmol/L sampai kadar normal dalam 24 – 48 jam Praktis: NaCl 3% yang diberikan = 2 x A ml dlm 24 jam Hiponatremia hipovolemia: penambahan volume intravaskular dengan salin normal (NaCl 0,9%). Hiponatremia hipervolemia: biasanya tidak berat dan membaik bila penyakit utamanya diobati.

Hipernatremia (>145 mmol/L) • Rumus banyak cairan





Choice of fluid replacement ▪ Hyper Na + volume overload : D5% D/W ▪ Hyper Na + euvolemia : 5% D/W or 0,45% saline ▪ Hyper Na + hypovolemia : 0.45% or 0.225% saline Bila hemodinamik tidak stabil gunakan NS sampai volume intravaskuler terkoreksi, ganti D5½S atau D5¼S setelah stabil

Hipokalemia (<3,5 mmol/L) • Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 2-5 mEq / kg / hari dalam dosis yang terbagi 3 (1 tablet kalium 600 mg berisi Kalium 8 mEq) • Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan dosis: Koreksi cepat  (3,5 - kadar K terukur) x BB (kg) x 0,4 + 1/3 x BB dalam 4 jam pertama dilanjutkan koreksi lambat  2 x BB x 5/6 = 5/3 x BB (dalam 20 jam) • Sediaan KCl flacon = 25 mEq/25ml

Hiperkalemia • Kalsium glukonat (10%) 0,5-1 ml/kg IV drip selama 5-15 menit diencerkan dengan aquadest 1:1, hentikan bila nadi < 100x/menit  stabilisasi miokard • Beri dekstrose 25% atau dekstrose 50% 2 ml/kg (0.5-1.0 g/kg) + 0.1 unit reguler insulin/kg IV (selama 10-15 menit)  redistribusi kalium dengan memasukkan kalium ke intrasel • Beri b2-agonist secara inhalasi Hipokalsemia • Ca glukonas 5-10% (sediaan 1000mg/10ml): 1-2 cc/kg/x • Anak : bolus pelan-pelan • Bayi : ditambahkan dalam cairan infus, diberikan dalam 24 jam

ENDOKRIN Hipoglikemia • Bila GD <45 mg/dl pada anak dengan kondisi nutrisi baik atau < 54 mg/dl pada anak dengan gizi buruk. o Bila tidak sadar  Segera berikan bolus D10 IV, 5 ml/kgBB, Periksa kembali glukosa darah setelah 30 menit. Jika masih rendah, ulangi lagi pemberian 5 ml/kg larutan glukosa 10% o Bila sadar  berikan larutan gula pasir 10% (1 sendok teh) melalui NGT sebanyak 50 ml (3,5 sendok makan) • • • • • Cek gula darah ½-1 jam kemudian • Setelah gula darah normal  beri anak makan. Jika anak tidak bisa diberi makan karena ada risiko aspirasi, berikan susu atau larutan gula dengan NGT (untuk membuat larutan gula, larutkan 4 sendok teh gula (20 gram) ke dalam 200 ml air matang • Bila tetap hipoglikemia. Berikan Infus glukosa 6 – 7 ml/kgBB/jam (10-12 mg/kgBB/menit) Hipoglikemia Neonatus • Hipoglikemia adalah kondisi bayi dengan kadar glukosa darah <45 mg/dL • Bolus: D10 2 cc/kg dan diberikan melalui IV selama 5 menit dan diulang sesuai keperluan • Maintenans D10 6-8 mg/kgBB/menit (3-5 ml/kgBB/jam) untuk mencapai gula darah maksimal, dapat dinaikkan 2 mg/kgBB/menit sampai maksimal 10-12 mg/kgBB/menit (6-7ml/kgBB/jam) • Periksa ulang kadar glukosa setelah 20-30 menit dan setiap jam sampai stabil.



Ketika pemberian minum telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa bedside sudah normal maka infus dapat diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24-48 jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya hipoglikemia.

Ketoasidosis Diabetik • Puasa • Apabila terjadi syok, atasi syok terlebih dahulu dengan memberikan cairan NaCl 0,9% 20 mL/kg dalam 1 jam sampai syok teratasi. Resusitasi cairan selanjutnya diberikan secara perlahan dalam 36-48 jam.

• • • • • • •

Apabila Hipernatremia  gunakan cairan Nacl 0,45% Apabila kadar gula darah sudah turun mencapai <250 mg/dl cairan diganti dengan D51/2NS. Setelah syok teratasi, rapid (regular) insulin secara intravena dengan dosis insulin antara 0,05 – 0,1 U/kgBB/jam. Target penurunan tidak lebih cepat dari 75 – 100 mg/dL/jam Insulin intravena dihentikan dan asupan per oral dimulai apabila GDS <200 Selanjutnya insulin regular diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 - 1 U/kgBB/hari dibagi 4 dosis Kalium diberikan sejak awal resusitasi cairan kecuali pada anuria. Dosis K = 5 mEq/kgBB per hari diberikan dengan kekuatan larutan 20–40 mEq/L Cek GDS/jam bila GDS >200 dan GDS /2 jam bila GDS <200 dan semakin jarang bila GDS stabil.

NEUROLOGI Tatalaksana Kejang Akut: • O2 • Posisi recovery • Akses IV • Cek GDS cito • Bila tidak sadar NGT/jaga jalan napas (suction)/mika-miki tiap 2 jam/posisi miring, intubasi bila perlu • Berikan Diazepam per rectal <10 kg 5 mg, > 10 kg 10 mg, maks 2x interval 5 menit • Bila gagal pada diazepam PR ke-2 atau akses IV telah terpasang  IV: 0,3-0,5 mg/kgBB/x pemberian (Maks 10 mg/pemberian); Kec 2 mg/menit). Interval pemberian 5 menit. Dapat diulang maks 2 x • Bila gagal diazepam IV  berikan fenitoin IV 20 mg/kgBB dilarutkan dalam NS diberikan perlahan (kec. 1 mg/kg/menit atau total waktu 20 menit). Mis. bila dilarutkan dlm 100 cc NS, maka kecepatan 100 tpm makro. Bila belum teratasi berikan sekali lagi dengan ½ dosis pertama (10 mg/kgBB). Dosis total bolus maks 30 mg/kgBB.



Bila gagal fenitoin  fenobarbital IV: 20 mg /kgBB, bolus dengan kec. 1 mg/kgBB/menit. Bila kejang (+), ulangi setengah dosis awal (10 mg/kgBB) dengan pasien sudah diventilasi dan masuk ICU (Ingat ES depresi napas dan tensi!).

Tatalaksana Peningkatan TIK • Gejala  Sakit kepala sering bertambah pada waktu bangun pagi, batuk, bersin, mengedan, --perubahan posisi kepala tiba-tiba (pada proses lesi desak ruang) kemudian meningkat secara progresif  Muntah tanpa disertai rasa mual, proyektil  Penurunan kesadaran  Gejala/defisit neurologis/perubahan perilaku • Posisi head up 15-30 derajat • Oksigen • Jaga jalan napas  intubasi bila perlu • Sedasi untuk menenangkan pasien • Cek GDS  pertahankan stabil • Edema sitotoksik (hipoksia, iskemik, keracunan, metabolic, sindrom reye, cedera kepala, ICH)  manitol loading 0,5 – 1 gram/kg; maintenans 0,25-0,5 gr/kg/4-6 jam atau furosemid 1 mg/kg/12 jam • Edema vasogenik (tumor, infeksi/inflamasi)  steroid deksametason dosis 0,1-0,2 mg/kg tiap 6 jam diberikan 15-30 menit sebelum atau pada saat pemberian antibiotik • Edema interstisial (hidrosefalus)  steroid

Kejang Demam • O2 • Posisi recovery; jaga jalan napas (suction) • Akses IV • Cek GDS cito • Tatalaksana Kejang Akut • IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Maintenans: Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam atau diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu tubuh > 38,50 C • Tangani penyebab demam • Indikasi ranap: 1) kejang pertama seumur hidup, 2) KDK, 3) demam sangat tinggi dengan tanda infeksi bakteri serius, 4) usia <6 bulan, 5) terdapat defisit neurologis • DD: meningitis, epilepsi, ggn. Metabolik/elektrolit • KDK: 1. Kejang lama (>15 menit) 2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial 3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.

Ensefalitis • O2 bila sesak atau saturasi <90% • Bila tidak sadar NGT/jaga jalan napas (suction)/mika-miki tiap 2 jam/posisi miring, intubasi bila perlu • Cek GDS cito • Akses IV • Bila kejang akut: Tatalaksana kejang akut • IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Inj. Ranitidin (50 mg/2ml) 2 x 1mg/kgBB • Maintenans/profilaksis kejang: fenitoin atau fenobarbital 12-24 jam pasca bolus 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis • Dosis tinggi metil-prednisolon 15 mg/kg/hari dibagi setiap 6 jam selama 3 – 5 hari atau deksametason dosis 0,1-0,2 mg/kg tiap 6 jam dan dilanjutkan prednison oral 1 – 2 mg/kg/hari selama 7 – 10 hari • Bila TIK masih meningkat kuat (edema massif): manitol loading 0,5 – 1 gram/kg; maintenans 0,25-0,5 gr/kg/4-6 jam atau furosemid 1 mg/kg/12 jam. Meningitis Bakterialis • O2 bila saturasi <90% • Bila tidak sadar NGT/jaga jalan napas (suction)/mika-miki tiap 2 jam/posisi miring, intubasi bila perlu • Cek GDS cito • Akses IV • Bila kejang akut: Tatalaksana kejang akut • IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Inj. Ranitidin (50 mg/2ml) 2 x 1mg/kgBB • Maintenans/profilaksis kejang: fenitoin atau fenobarbital 12-24 jam pasca bolus 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis • Antibiotik selama 10-14 hari Usia1-3 bulan : Kombinasi Ampisilin 50-100 mg/kgBB/6 jam (Maks 0,5-1 gr/pemberian) + sefotaksim 50-75 mg/kgBB/6 jam (Maks 2-3 gr/pemberian), ATAU AB tunggal Seftriakson 50 mg/kgBB/12 jam (Maks 2 gr/pemberian) Usia > 3 bulan : AB tunggal Sefotaksim 50-75 mg/kgBB/6 jam (Maks 2-3 gr/pemberian), ATAU AB tunggal Seftriakson 50 mg/kgBB/12 jam (Maks 2 gr/pemberian) ATAU AB kombinasi Ampisislin 50-100 mg/kgBB/6 jam + kloramfenikol 25 mg/kgBB/6 jam (Maks 0,5-1 gr/pemberian) • Adanya peningkatan tekanan intrakranial yang tinggi dapat diberikan deksametason dosis 0,1-0,2 mg/kg tiap 6 jam diberikan 15-30 menit sebelum atau pada saat pemberian antibiotik. Maintenans Prednison diberikan dengan dosis 0,33-0,66 mg/kg/8 jam Meningitis Tuberkulosis • O2 bila saturasi <90%

• • • • • • • • • •

Suction bila banyak secret; jaga jalan napas, intubasi bila perlu Cek GDS cito Akses IV Bila kejang akut: Tatalaksana kejang akut IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam Inj. Ranitidin (50 mg/2ml) 2 x 1mg/kgBB Maintenans/profilaksis kejang: fenitoin atau fenobarbital 12-24 jam pasca bolus 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis Adanya peningkatan tekanan intrakranial yang tinggi dapat diberikan deksametason dosis 0,1-0,2 mg/kg tiap 6 jam. Maintenans Prednison diberikan dengan dosis 0,33-0,66 mg/kg/8 jam selama 6–8 minggu Obat Anti Tuberkulosis selama 9-12 bulan

Tetanus Neonatorum • Rawat isolasi, ruang rawat tenang dan kedap cahaya • Oksigen bila perlu • Jaga jalan napas (suction)/mika-miki tiap 2 jam/posisi miring, intubasi bila perlu • Pasang OGT • IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Berikan diazepam 10 mg/kg/hari secara IV dalam 24 jam atau dengan bolus IV setiap 36 jam, maksimum 40 mg/kg/hari. Bila tidak bisa terpasang IV maka diazepam oral atau

• • •

rectal dengan dosis yang sama Setelah 5-7 hari, dosis diazepam dapat dikurangi secara bertahap 5-10 mg/hari Stop diazepam bila RR <30x/menit Human tetanus immunoglobulin 500-5000 U IM atau antitoksin tetanus (equine serum) 5000-20000 U IM. TT di tempat berbeda sebelum pulang. Metronidazol 7,5 mg/kgBB/6 jam selama 7-10 hari. Lini ke-2 Sefotaksim 50-75 mg/kgBB/6 jam (Maks 2-3 gr/pemberian)

APCD • Bayi kecil (usia 1-6 bulan) yang sebelumnya sehat, tiba-tiba tampak pucat, malas minum, lemah, banyak tidur; tidak dapat vitamin K; kejang fokal; Peningkatan tekanan intracranial • O2 bila sesak atau saturasi <90% • Jaga jalan napas (suction)/mika-miki tiap 2 jam/posisi miring, intubasi bila perlu • Pasang OGT • Cek GDS cito • Bila kejang akut: Tatalaksana kejang akut • IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak • Vitamin K1 1 mg IM selama 3 hari berturut-turut. • Transfusi Fresh Frozen Plasma 10-15 ml/kgBB • Transfusi Packed Red Cel sesuai kadar hemoglobin.



Tatalaksana kejang dan peningkatan tekanan intrakranial. Manitol 0,5–1 gram/kgBB/kali maintenans 0,25-0,5 gr/kg/4-6 jam atau furosemid 1 mg/kgBB/12 jam dapat diberikan untuk menurunkan tekanan intrakranial.

INFEKSI Campak (dengan atau tanpa komplikasi) • Rawat isolasi • IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Bila diare  tangani rehidrasi dengan bagan diare • Inj. Ondansetron (4 mg/2ml) 2-3 x 0,15-0,2 mg/kgBB • Inj. Ranitidin (50 mg/2ml) 2 x 1mg/kgBB • Tangani komplikasi misalkan kejang, sesak, diare • Pasang NGT bila sulit makan (penurunan kesadaran, luka mulut) • Vit. A bila gizi baik dan belum vit A 1x; bila gizi buruk atau campak komplikasi 3 x H-1, H-2, H-14 • Salep kloramfenikol 2-3 x sehari 7 hari • Oral hygiene; Bila sariawan Gentian violet 1% encerkan 2-4x  berikan di mulut Demam Tifoid • IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Kloramfenikol (Susp. 125 mg/5ml, kaps 250, 500 mg) PO/IV 15-25 mg/kgBB/8 jam (Maks 4 x 500 gr) 10-14 hari ATAU Kotrimoksazol (Syr 240 mg/5ml 60 cc, tab 480,960 mg) PO 24mg/kgBB/12 jam (Maks TMP 480-960 mg/pemberian) 10 hari ATAU Seftriakson (Vial 1 gr) IV 50 mg/kgBB/12 jam (Maks 2 gr/pemberian) 5-7 hari ATAU Sefiksim (Syr 100 mg/5ml 30 cc, Tab 100, 200 mg) PO 5-10 mg/kgBB/12 jam (Maks 200 mg/pemberian) 10 hari • Inj. Ondansetron (4 mg/2ml) 2-3 x 0,15-0,2 mg/kgBB • Inj. Ranitidin (50 mg/2ml) 2 x 1mg/kgBB Hepatitis Akut • IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Inj. Ondansetron (4 mg/2ml) 2-3 x 0,15-0,2 mg/kgBB • Inj. Ranitidin (50 mg/2ml) 2 x 1mg/kgBB • Cek ulang OT/PT Infeksi Saluran Kemih • Neonatus sampai usia 2 bulan, gejalanya menyerupai gejala sepsis Pada bayi, gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik, atau anoreksia. Pada anak besar, gejalanya lebih khas • Pada pemeriksaan urinalisis dapat ditemukan proteinuria, leukosituria (leukosit > 5/LPB), hematuria (eritrosit > 5/LPB). • Ranap bila gejala sistemik atau pada bayi

• • • • • •

IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam Inj. Ondansetron (4 mg/2ml) 2-3 x 0,15-0,2 mg/kgBB Inj. Ranitidin (50 mg/2ml) 2 x 1mg/kgBB Antibiotik: Ampisilin 25-50 mg/kgBB/6 jam atau Sefotaksim 25-50 mg/kgBB/8 jam atau Seftriakson 25-50 mg/kgBB/12 jam Tangani konstipasi

Dengue Hemorrhagic Fever Tanpa Tanda Syok • IVFD Ringer Asetat atau RL 3-7 ml/kg/jam selama 48 jam. Trik (tiap 6 jam 1,5-3-5-7-75-3-1,5 atau tiap 12 jam 3-6-6-3 atau tiap 24 jam 4,5-4,5) Setelah 36-48 jam stop IV • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • TTV dan diuresis/6 jam • DL/12-24 jam.

Dengue Shock Syndrome • Oksigen 2-4 lpm. • Kateter urin, cek UO (minimal 1cc/kgBB/jam). • IVFD guyur Ringer Asetat atau RL 10-20 ml/kgBB secepatnya (<30 menit) lakukan maksimal 2x (total maks loading 30-40 ml/kgBB) bila gagal koloid/dekstran/FPP 10-20 ml/kgBB/jam (maks 30 ml/kgBB/24 jam), bila gagal transfuse PRC 10 ml/kgBB dalam 3-4 jam. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/1-2 jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam. Trik (tiap 6 jam 8-4-2-1) Pemberian cairan selama 36-48 jam, observasi TTV dan diuresis/jam, DL/4-6 jam • Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • TTV dan diuresis/6 jam • DL/12-24 jam.

Setelah 36-48 jam  stop IV Malaria • Malaria berat: Hiperparasitemia, bila >5% eritrosit dihinggapi parasit, Malaria serebral, Anemia berat, kadar hemoglobin <7 g/dl, Perdarahan atau koagulasi intravaskular diseminata, Ikterus, kadar bilirubin serum >50 mg/dl, Hipoglikemia, Gagal ginjal, kadar kreatinin serum >3 g/dl dan diuresis <400 ml/24jam, Hiperpireksia, Edem paru, Syok, hipotensi, gangguan asam basa • Oksigen 2-4 lpm. • Cek GDS cito, DL, Ur, Cr, SGOT, SGPT, bilirubin, Urinalisis, elektrolit, AGD • Kateter urin, cek UO (minimal 1cc/kgBB/jam). • Bila syok, guyur Ringer Asetat atau RL 10-20 ml/kgBB secepatnya (<30 menit) lakukan maksimal 2x (total maks loading 30-40 ml/kgBB) malaria • Transfusi darah pack red cell 10 ml/kgbb atau whole blood 20 ml/kgbb dalam 3-4 jam. apabila anemia dengan Hb <7,1g/dl atau gagal guyur • IVFD maintetnans sesuai usia bila tidak ada syok atau dehidrasi • Anti malaria: Artesunat: 2,4 mg/kgBB, diikuti 1,2 mg/kgBB pada jam-12, jam-24, dan tiap hari hingga pasien sadar dan membaik ATAU Artemeter3,2 mg/kgBB, diikuti 24 jam kemudian 1,6 mg/kgBB tiap hari hingga pasien sadar dan membaik ATAU Kina Via IV: Infus 10 mg/kgBB/8 jam (dilarutkan dalam 5-10ml/kgBB NS atau D5) diberikan selama 4-6 jam. Via IM: 10 mgkgBB/8 jam • Antipiretik: Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam • Catatan: maksimal pemberian Kina 3 hari

Sepsis Neonatal Faktor Risiko  BBLR dan prematur  KPD lebih 18 jam  Ibu demam>38*C ,infeksi,choriomnionitis,inf. sal kemih, IMS, komplikasi obtetri,kolonisasi vagina GBS  Resusitasi saat lahir,bayi fetal distress,trauma lahir,resusitasi dg intubasi.  Prosedur invasive  Tindakan pencegahan infeksi kurang baik Gejala  KU: Letargis atau tidak sadar, tonus melemah, Penurunan aktivitas /gerakan  Feeding: Tidak dapat minum, Tidak dapat melekat pada payudara ibu, Tidak mau menetek  Suhu: > 37,7 C (atau akral teraba hangat) atau < 35,5C (atau akral teraba dingin)  Respirasi: Laju nafas > 60 kali per menit, Distres napas (a.l: Retraksi dada yang dalam, Cuping hidung kembang kempis, Merintih)  Kardio: takikardia  Neurologi: Ubun ubun besar membonjol, Kejang  Metabolik: hipoglikemia, hiperglikemia  Ikterus  Tanda lokal: Kemerahan di sekitar umbilikus yang melebar ke kulit Klasifikasi  Sepsis onset awal (ada yang bilang < 72 jam, 5 hari (Gomella), 7 hari): Gejala berat,dominan gejala respiratory. Mendapat kuman dr plora vagina, tranplasenta, KPD  Sepsis onset lambat (ada yang bilang >72 jam, 5 hari (Gomella), 7 hari): Hub dg infeksi nosokomial, gejala lebih lambat,kearah CNS DD  Dominan gejala pernapasan: asfiksia neonatorum, pneumonia kongenital, aspirasi mekonium  Dominan CNS: pend. Intracranial, meningitis  Dominan pencernaan seperti ggn makan, BAB darah: NEC, obstruksi pencernaan  Lain:lain: infeksi herpes simpleks diseminata Diagnosis  Kultur darah (darah tepi sebanyak 1-2 ml): gold standard  Hitung leukosit (optimal 4-6 hingga 12 jam post partum): Total jumlah Leukosit normal = 6.000 /L-30.000/L, Hitung neutrophil absolute normal = 7800–14,400, neutrofil imatur terhadap total neutrofil /IT Ratio <0,16. INGAT PADA SEPSIS HITUNG LEUKOSIT BISA NORMAL  Lain2: CRP, Prokalsitonin Tatalaksana  AB: Ampisilin 50 mg/kg setiap 12 jam (bila meningitis 100 mg/kg setiap 12 jam) + Gentamisin 5 mg/kg sekali sehari, selama sekurangnya 10 hari, jika tidak membaik dalam 2-

3 hari, ganti ampisilin dengan sefalosporin generasi ke-3 (sefotaksim 50 mg/kg setiap 8 jam; bila meningitis 50 mg/kg setiap 6 jam)sedangkan gentamisin diteruskan

 Perawatan support: 1) respirasi (oksigen 0,5 lpm via nasal prong bila saturasi <90%  target 92-95%), 2) suhu 36,5-37,5 (dengan incubator/radiant warmer/metode kangguru), 3) kontrol kejang, 4) cairan, 5) kontrol gula darah  Lihat Perawatan Neonatus Bermasalah GASTROENTEROHEPATOLOGI Diare Cair Akut

• • • • •

• • • •

Rehidrasi dengan RL atau Ringer Asetat sesuai rumus di gambar Apabila telah terehidrasi  maintenans IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak ASI dilanjutkan Zinc (Tab 20 mg, Syr 10 mg/5ml 100 ml)1 x 2 Cth (>6 bulan), 1 x 1 Cth (<6 bulan) atau 1x1 tab (>6 bulan), 1 x ½ tab (<6 bulan) 10 hari Antibiotik bila 1) leukositosos, 2) analisis feses >8 Leu/LPB. Kotrimoksazol (Syr 240 mg/5ml 60 cc, tab 480,960 mg) PO 24mg/kgBB/12 jam 5-7 hari ATAU Seftriakson (Vial 1 gr) IV 50 mg/kgBB/12 jam (Maks 2 gr/pemberian) 3-5 hari ATAU Sefiksim (Syr 100 mg/5ml 30 cc, Tab 100, 200 mg) PO 5-10 mg/kgBB/12 jam (Maks 200 mg/pemberian) 5-7 hari Antiamuba bila ada amuba Metronidazol (Inf 500 mg/100 ml, syr 125 mg/5ml 60 cc, Tab 250,500 mg) PO/IV 10-15 mg/kgBB/8 jam PO (Maks 3 x 500-750 mg) selama 10 hari Inj. Ondansetron (4 mg/2ml) 2-3 x 0,15-0,2 mg/kgBB Inj. Ranitidin (50 mg/2ml) 2 x 1mg/kgBB Inf. PCT (1000mg/100 ml) 3 x 10-15 mg/kgBB k/p demam

Konstipasi • Evakuasi awal: Mineral oil (parafin liquid) 15-30 ml/tahun umur (maksimum 240 ml sehari); obat per rectum dapat menggunakan enema fosfat hipertonik (1-6 x 3 ml/kg BB), enema garam fisiologis (600-1000 ml) atau 120 ml mineral oil. Pada bayi digunakan supositoria/enema gliserin 2-5 ml. • Maintenans: Laktulosa (larutan 70%) dapat diberikan dengan dosis 2x0,5-1,5 ml/kgBB. Sorbitol (larutan 70%) diberikan dengan dosis 2x0,5-1,5 ml/kgBB. Mineral oil (parafin

liquid) diberikan dengan dosis 2x0,5-1,5 ml/kgBB, tetapi tidak dianjurkan untuk anak dibawah 1 tahun. Obstruksi Intestinal • Pemasangan --naso-gastric tube (NGT) • Bedah dilakukan jika dengan NGT tidak membantu dan ada tanda tanda kematian -jaringan. • Pemberian cairan yang adekuat intravena • Monitor --output urin dengan kateter HEMATOLOGI ADB • Profilaksis dosis 1-2 mg/kgBB syrup besi (15 mg/5 ml 100 cc): <1 tahun 1x1/2 Cth, >1 tahun 1 Cth, > 5 tahun 1,5 Cth, >12 tahun 2 Cth • Bila ADB tanpa komplikasi 1-2 mg/kgBB/8 jam selama 2-3 bulan. • Indikasi transfusi Hb < 5 g/dl atau dengan tanda klinis berat (dehidrasi, syok, penurunan kesadaran, gagal jantung, pernapasan kussmaull). • Berikan packed red cells (10 ml/kgBB), jika tersedia, selama 3–4 jam. Jika tidak tersedia, berikan darah utuh segar (fresh whole blood) 20 ml/kgBB selama 3–4 jam. • Beri furosemid 1mg/kgBB IV saat awal transfusi darah pada anak yang sirkulasi darahnya normal. • Perhatikan ada tanda gagal jantung. Jika ada bukti kelebihan cairan karena transfusi darah, berikan furosemid intravena (1–2 mg/kgBB) hingga jumlah maksimal 20 mg/kgBB. Hiperleukositosis • Hidrasi dengan cairan NaCl 0,9%:D5% dengan perbandingan dengan 3:1 atau 1½ kali kebutuhan rumatan • Alkalinisasi dengan pemberian natrium bikarbonat 25-50 mEq/500 mL yang bertujuan untuk mempertahankan pH urin 7,5. • Allopurinol 3,33 mg/kg/8 jam • Cek DL, AGD, elektrolit (natrium,kalium, klorida, kalsium, fosfat, magnesium), fungsi ginjal, dan urinalisis (pH dan berat jenis urin) • Transfusi trombosit diberikan bila trombosit <20.000/ul • Pemberian transfusi PRC dapat meningkatkan viskositas darah sehingga transfusi diberikan bila terjadi gangguan oksigenisasi jaringan atau Hb <6,0 g/dL dengan target Hb 8,0 g/dL. • Pemantauan secara ketat: TTV dan Balans diuresis ketat ITP • • •

Umumnya trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah infeksi virus, atau bakteri -(infeksi saluran napas atas, saluran cerna), bisa juga terjadi setelah vaksinasi Pada umumnya bentuk perdarahannya ialah purpura pada kulit dan mukosa (hidung, -gusi, saluran cerna dan traktus urogenital) Ranap bila: 1) Trombosit <20.000 sel/mm3, 2) pendarahan berat, 3) pendarahan intracranial, 4) usia <3 tahun





Pengobatan dengan kortikosteroid diberikan bila: 1) Perdarahan mukosa dengan jumlah trombosit <20.000/ μL, 2) Perdarahan ringan dengan jumlah trombosit <10.000/ μL. (Prednison tablet, dosis 1-2 mg/kgBB/hari selama 1-2 minggu lalu evaluasi. Bila responsif, dosis diturunkan pelahan-lahan sampai kadar trombosit stabil). Pemberian suspensi trombosit dilakukan bila 1) Trombosit <20.000/ μL dengan perdarahan mukosa berulang (epistaksis), 2) Perdarahan berat/kecurigaan pendarahan intracranial, 3) menjalani operasi, dengan jumlah trombosit <150.000/ μL

Demam Neutropenia • Demam neutropenia adalah suatu sindrom yang didefinisikan sebagai demam ≥38,3°C pada satu kali pengukuran; atau >38°C selama >1 jam pada pasien keganasan dengan neutropenia (ANC <500/μL; atau <1000/μL tetapi diperkirakan akan turun menjadi <500/μL dalam waktu 48 jam). • Timbul karena pengobatan untuk keganasan (kemoterapi dan/atau radioterapi) • Oksigen bila sesak • Tangani syok bila syok dengan cairan dan obat inotropik • Kateter urin untuk monitor UO • Antibiotik monoterapi tunggal intravena (pilih salah satu): cefepim, ceftazidim, -imipenem, meropenem, piperracillin • Antibiotik kombinasi intravena (aminoglikosid + penicillin antipseudomonas --+ beta lactam-inhibitor, atau ditambah sefalosporin (cefepim, ceftazidim). Transfusi PRC • 1) Pada keadaan kehilangan darah akut >15% dari total volume darah, 2) konsentrasi -Hb <7 g/dl • Hampir semua anak-anak mentoleransi dosis 5-10 mL/kg. Dosis neonatus adalah 10-15 mL/kg. • Lama pemberian PRC minimum 2 jam dan maksimum 4 jam • Transfusi PRC 3 ml/kg akan menaikkan HB 1 g/dL Transfusi Thrombocyte concentrate • Pemberian TC dilakukan apabila jumlah trombosit berkisar 20.000-50.000/μL dan pemberiannya dilakukan sesuai golongan darah ABO. • Satu unit trombosit (30-50 mL) yang berasal dari 450 mL WB berisi trombosit 60 x 109/L

• •

Pemberian satu unit TC per 10 kg BB akan menaikkan jumlah trombosit sebanyak 5.00010.000 /μL. Lama transfusi untuk satu unit TC adalah 5-15 menit, maksimum pemberian dilakukan tidak boleh lebih dari 4 jam

NEONATOLOGI RESUSITASI NEONATUS

Keterangan: • • • •

Bila bayi bugar (semua kriteria terpenuhi: ketuban jernih, aterm, tonus baik, langsung nangis kuat)  rawat rutin: hangatkan, jalan napas, keringkan, nilai warna Bila bayi tidak bugar, masuk alur resusitasi neonatus Lakukan di 30 detik pertama a.l. hangatkan (tempatkan di bawah lampu), posisi+ jalan napas (suction orofaring dan nasal dengan bulb atau selang suction -60- (-80) mmHg), keringkan dan stimulus taktil (gosok punggung/pukul telapak kaki) Per 30 detik, evaluasi HR. Jangan terpaku APGAR, kejar dan monitor HR

• • • • •

• • • •

Jika ketuban tercampur mekonium, diperlukan tindakan tambahan dalam membersihkan jalan napas. Jika bayi tidak bugar lakukan pengisapan dari mulut dan trakea terlebih dahulu menggunakan suction 12-14 Fr atau ETT 3,5-4. Jika bayi dapat menangis dan HR >100 x/menit namun nampak sulit bernapas atau sianosis  berikan O2 0,5 lpm kemudian pasang CPAP Sebelum VTP diberikan pastikan posisi kepala dalam keadaan setengah tengadah. Sungkup ukuran 1 untuk bayi berat normal, ukuran 0 untuk bayi berat lahir rendah (BBLR). Sungkup harus menutupi hidung dan mulut, Kecepatan 20-30 kali/30 detik. Evaluasi pertama HR<100x/menit termasuk bila <60 x/menit  VTP Evaluasi kedua bila HR<100x/menit  VTP, intubasi bila berlu, bila <60x/menit  kompresi

Kompresi dilakukan dengan dua ibu jari atau jari tengah_telunjuk / tengah_manis. Lokasi kompresi sedikit di atas sifoid. Berikan topangan pada belakang bayi dan tekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior dada. Epinefrin  Persiapan: 1 mL cairan 1:10 000 (semprit yang lebih besar diperlukan untuk pemberian melalui pipa endotrakea). Dosis pemberian melalui vena umbilikalis (dianjurkan) : 0.1-0.3 mL/kgBB. Jika sesudah 10 menit resusitasi yang benar, bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi. Orang tua perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan, jelaskan keadaan bayi.

PENANGANAN NEONATUS BUGAR • Jaga bayi tetap hangat. Cegah hipotermia dengan mengeringkan air ketuban bayi, ruangan bersalin 25 C, ganti kain basah dengan kering, letakkan bayi di dada ibu (skin to skin), jangan mandikan bayi segera, pakai pakaian dan topi bayi. • Bila hipotermia <35,5 C metode kangguru atau lampu 60 watt 60 cm. • Isap lendir dari mulut dan hidung ( hanya jika perlu ) • Keringkan • Pemantauan tanda bahaya • Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit* setelah lahir • Lakukan Inisiasi Menyusu Dini. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Selimuti ibu dan bayi. Lakukan paling sedikit satu jam. Setelahnya rawat gabung. • Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini • Beri salep mata antibiotika pada kedua mata. • Menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1% atau kloramfenikol 0,25%

• •



Pemeriksaan fisis. Meliputi pemberian identitas, timbang bayi (turun pada minggu pertama dan kembali ke BBL saat minggu kedua. penurunan bayi aterm 5-10%, preterm 10-15%), LK (33-37 cm), PB (48-52 cm), skor ballard, tonus & aktivitas, kulit, pola dan frekuensi napas, denyut jantung, suhu aksilla (36,5-37,5), Raba dan inspeksi kepala, lihat secret mata, lihat mulut (sumbing), lihat dan raba perut dan tali pusat, lihat dan raba punggung dan tulang belakang (NTD), ekstremitas (morfologi, posisi dan pergerakan), lihat lubang anus, lihat dan raba kelamin dan minta peragakan menyusui. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di paha kanan anteroleteral, kira-kira 12 jam setelah pemberian vitamin K1

Tanda Bahaya dan Waspada Bayi Baru Lahir dan Bayi Muda            

Tidak bisa menyusu atau minum atau memuntahkan semua Kejang Mengantuk atau tidak sadar Frekuensi napas < 30 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15 detik) Frekuensi napas > 60 kali/menit Merintih Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat Sianosis sentral. Hipotermia (<35,5 C) Ikterus berat (sampai telapak tangan dan kaki) Nanah yg banyak pada mata Kemerahan yang meluas hingga dinding perut

TATALAKSANA NEONATUS BERMASALAH: • Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal (0,5 lpm) jika bayi muda mengalami sianosis atau distres pernapasan berat. • Beri VTP dengan balon dan sungkup, dengan oksigen 100% (atau udara ruangan jika oksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat (< 20 kali/menit). • Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika glukosa < 45 mg/dL koreksi segera dengan bolus D 10% (2 ml/kg BB) IV selama 5 menit, diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan 68 mg/kg BB/menit (atau 80-100 ml/kgBB/hari) harus dimulai untuk mempertahankan glukosa plasma >45 mg/dl. Jika tidak mendapat akses IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung. • Beri fenobarbital jika terjadi kejang. • Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri berat. Jika tidak membaik dalam 2-3 hari, ganti ampisilin dengan sefalosporin generasi ke-3 (sefotaksim) sedangkan gentamisin diteruskan. • Suhu: 1) bayi stabil >1800 gram  di crib dengan topi dan selimut, 2) bayi stabil <1800 gram  closed incubator, 3) bayi tidak stabil >1800 gram  radiant warmer dengan kontrol otomatis, 4) bayi tidak stabil <1800 gram  radiant warmer dengan kontrol otomatis • Maintenans kebutuhan cairan neonatus aterm normal/sakit:



 Hari 1: D5/D10 60 – 80 cc/kgbb/hari (6-7 mg/kgBB/menit glukosa / 3-5 ml/kgBB/jam glukosa)  UO 1-2 ml/kgBB/jam  Hari 2: D5-1/4NS atau campuran yg dibuat (Dx : NS = 4 : 1 ) 80 – 120 cc/kgbb/hari  UO 2-3 ml/kgBB/jam  Maksimal bisa 150 cc/kgbb/hari.  Beri cairan lebih banyak jika bayi ditempatkan di bawah pemancar panas (1.5 kali)  Bayi aterm tak perlu tambahan cairan saat fototerapi  Bayi yang berumur lebih dari 3 hari perlu natrium  JANGAN menggunakan cairan glukosa IV tanpa natrium  Bila oral saja kebutuhan bisa mencapai 180 ml/kgBB/hari. Maintenans kebutuhan cairan neonatus preterm normal/sakit:  Hari 1-3: D5 >1500 gram: 60-80 ml/kgBB/hari, D5 1000-1500 gram: 80-100 ml/kgBB/hari, D5 <1000 gram: 100-120 ml/kgBB/hari (bila di incubator tanpa humidifier atau radiant warmer) atau hanya 50-100 ml/kgBB/hari (bila di incubator dengan humidified)  Hari 3-7: Jenis cairan N5 (D5-1/4NS ) atau campuran yg dibuat. Monitor cairan dengan 1) penurunan BB (10-15% pada bayi preterm, 5-10% pada bayi aterm), 2) urin output (1-3 ml/kgBB/jam) , 3) tanda-tanda edema  Beri cairan lebih banyak jika bayi ditempatkan di bawah pemancar panas (1.5 kali)  Beri cairan lebih banyak jika bayi di fototerapi (tambahkan 10-20 ml/kgBB)  Bayi yang berumur lebih dari 3 hari perlu natrium  JANGAN menggunakan cairan glukosa IV tanpa natrium

TATALAKSANA KEJANG PADA NEONATUS • O2

• • • • • • •

• •

Posisi recovery; jaga jalan napas (suction) Akses IV Cek GDS cito Jaga kehangatan Nutrisi bertahap, diutamakan ASI. IVFD sesuai cairan dan kebutuhan anak Fenobarbital 20 mg/kgBB intravena (IV) dalam waktu 10-15 menit, jika kejang tidak -berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kgBB sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena, dapat diberikan intramuskular (IM) dengan dosis ditingkatkan 10-15%. Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kgBB IV dalam larutan garam --fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgBB/menit Maintenans/profilaksis kejang: fenitoin atau fenobarbital 12-24 jam pasca bolus 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis

LAIN-LAIN Luka Bakar • Indikasi Ranap menurut WHO:  >10% Anak-anak  Luka bakar apapun pada usia yang sangat muda  Luka bakar derajat 3 dengan luas berapapun  Lokasi luka bakar di wajah, tangan, kaki, perineum  Luka bakar melingkar  Luka bakar inhalasi  Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya • Cek lengkap: DL, GDS, Ur, Cr, SGOT, SGPT, Ul, elektrolit, albumin, bila perlu AGD

2,5 2,5

• •









Telapak tangan pasien dianggap 1% ABCDE Airway  Intubasi Breathing: trauma inhalasi  Oksigen Circulation: terapi pergantian cairan  akses IV dan monitor UO (pasang kateter) Disability: sindrom kompartemen Exposure: luas luka bakar dan derajat luka bakar (10% anak  luka bakar serius) Berikan Analgetik, antiemetic, H2RA (PCT/morfin, ondansetron, ranitidin) Dosis: Parasetamol oral (10–15 mg/kgBB setiap 6 jam) atau analgesik narkotik IV (IM menyakitkan), seperti morfin sulfat (0.05–0,1 mg/kg BB IV setiap 2–4 jam) jika sangat sakit Debridement:bula dan jaringan nekrotik/kulit mati  setelah debridement bersihkan dan gentle scrubbing luka bakar dengan cairan klorhexidin 0,25% (2,5g/liter) atau cetrimide 0,1% (1g/liter) atau antiseptic berbasis air lainnya (jangan gunakan antiseptic berbasis alcohol). Bila tidak ada antiseptic  Normal saline Setelah debridement dan antiseptic  oleskan antibiotik topikal/antiseptik (ada beberapa pilihan bergantung ketersediaan obat: peraknitrat, perak-sulfadiazin, gentian violet, povidon) Antiseptik pilihan adalah perak-sulfadiazin karena dapat menembus bagian kulit yang sudah mati. Bersihkan dan balut luka setiap hari. Tutup luka bakar dengan sufratulle lalu balut dengan kassa tebal. Luka bakar yang kecil atau sulit ditutup dapat dibiarkan terbuka asalkan dijaga agar tetap kering dan bersih..



Resusitasi cairan dengan Ringer laktat dengan glukosa 5%, larutan garam normal dengan glukosa 5%, atau setengah garam normal dengan glukosa 5%. 24 jam pertama: hitung kebutuhan cairan dengan menambahkan cairan dari kebutuhan cairan rumatan dan kebutuhan cairan resusitasi (4 ml/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar) o Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama, dan sisanya 16 jam berikutnya. Contoh: untuk pasien dengan berat badan 20 kg dengan luka bakar 25% Total cairan dalam waktu 24 jam pertama = (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar = 1440 ml + 2000 ml = 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama) 24 jam kedua: berikan ½ hingga ¾ cairan yang diperlukan selama hari pertama Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah dan jumlah air seni)

• • • • •

Inj. Antibiotik spectrum luas misalnya Ampisilin 25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM/6 jam + gentamisin (80mg/2ml) 7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari Ganti perban 1-2 x/hari Inj. ATS atau Tetagam + TT bila status imunisasi/booster kurang Nutrisi TKTP  Anak dengan luka bakar luas membutuhkan 1.5 kali kalori normal dan 2-3 kali kebutuhan protein normal. Berikan vitamin dan suplemen zat besi.

INTUBASI ANAK

Related Documents

Terapi Igd Anak.docx
April 2020 9
Terapi
June 2020 40
Terapi Olahraga.docx
May 2020 21
Terapi Obat.docx
October 2019 33
Resume Igd 1.docx
April 2020 9
Seminar Igd Riska.docx
October 2019 19

More Documents from "Riska Wildawati"

Osce5.pptx
April 2020 8
Terapi Igd Anak.docx
April 2020 9
Imunisasi.docx
April 2020 6
Proposal Pi 1.docx
June 2020 5
Alat Dan Bahan.docx
November 2019 16