LAPORAN TERAPI BERMAIN (PUZEEL & MEWARNAI) PADA ANAK DI RUANGAN PERAWATAN DAHLIA RS. TK II PELAMONIA MAKASSAR
OLEH : NS0618128
MUSDALIFA, S.KEP
NS0618160
RISKI AMELIA UKKAS, S.KEP
NS0618170
SANTI SYARIF, S.KEP
NS0618167
SAFTAHUL RAHMA, S.KEP
NS0618126
MUJAHIDIN ABDURAHMAN, S.KEP
CI LAHAN
CI INSTITUSI
(........................................................)
(.........................................................)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2019 KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Bongkar pasang dan mewarnai pada Anak Usia Preschool di Rumah Sakit “ Makalah ini berisikan tentang preplaining terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak usia perschool di rumah sakit. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain puzzle dan mewarnai. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Makassar, 27 Maret 2019
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009). Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang ahli saraf bernamaIan Robertson, puzzel dapat meningkatkan kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010) Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit M. Djamil Padang diruangan anak kronis dan akut di dapatkan jumlah anak usia toddler (3-5 tahun) sebanyak 15 orang anak. Anak-anak pada dapat memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu dengan bongkar pasang yang bisa melatih kecerdasan otak anak dan berpikir
secara logis untuk menyelesaikan gambar yang bisa menjadi sesuatu yang menarik seperi binatang atau orang. Anak-anak sangat suka memberi warna melalui berbagai media baik saat menggambar atau meletakkan warna saat mengisi bidang-bidang gambar yang harus diberi pewarna (Pamadhi dan Evan Sukardi S, 2011). Mewarnai pada anak usia dini bertujuan untuk melatih keterampilan, kerapian serta kesabaran (Pamadhi dan Sukardi, 2011). Keterampilan diperoleh dari kemampuan anak untuk mengolah tangan yang dilakukan secara berulangulang sehingga semakin lama anak bisa mengendalikan serta mengarahkan sesuai yang dikehendaki. Kerapian dilihat dari bagaimana anak memberi warna pada tempat-tempat yang telah ditentukan semakin lama anak akan semakin terampil untuk menggoreskan media pewarnanya karena sudah terbiasa. Kesabaran diperoleh melalui kegiatan memilih dan menentukan komposisi yang tepat sesuai pendapatnya seberapa banyak warna yang digunakan untuk menentukan komposisi warnanya. Usaha yang dilakukan secara terus-menerus akan melatih kesabaran anak. Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat. 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu: a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawat. c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan d. Beradaptasi dengan lingkungan e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Bermain (puzzel & mewarnai) Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000). Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. Mewarnai secara harfiah adalah membubuhkan warna atau cat pada suatu gambar. Mewarnai adalah sebuah ketrampilan yang disukai oleh anak.Dan sejauh ini, telah menjadi media bagi mereka untuk memungkinkan segala imajinasi dan inspirasi tentang segala hal yang mungkin pernah disentuh atau mereka alami. Dengan demikian, tidaklah mengherankan apabila banyak orang tua, senantiasa berusaha untuk memberikan rangsangan bagi buah hatinya untuk mewarnai sejak usia sedini mungkin (Muhammad, 2009). B. Tujuan Bermain puzzel & mewarnai Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif. C. Fungsi Bermain Puzzel dan mewarnai Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorismotorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. 1. Perkembangan Sensoris – Motorik Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus. 2. Perkembangan Intelektual Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya. 3. Perkembangan Social Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga. 4. Perkembangan Kreativitas Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang. 5. Perkembangan Kesadaran Diri Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain. 6.
Perkembangan Moral Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturanaturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain
anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah. D. Katagori Bermain Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan
yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain. 1. Bermain aktif a. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play) Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocokngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar. b. Bermain konstruksi (construction play) Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. Dll. c. Bermain drama (dramatik play) Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya. d. Bermain bola, tali, dan sebagainya.
2. Bermain pasif Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contohnya: b. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah c. Mendengarkan cerita atau musik E.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan 1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. 3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. 4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
F.
Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia 1. Usia 0 – 12 bulan Tujuannya adalah : a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam. b. Melatih kerjasama mata dan tangan. c. Melatih kerjasama mata dan telinga. d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan. e. Melatih mengenal sumber asal suara. f. Melatih kepekaan perabaan. g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang. Alat permainan yang dianjurkan : a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang. b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka. c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang. d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka. Usia 13 – 24 bulan Tujuannya adalah : a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara. b. Memperkenalkan sumber suara. c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik. d. Melatih imajinasinya. e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik Alat permainan yang dianjurkan: a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya. b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik. c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna. Usia 37- 72 bulan Tujuannya adalah: a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak. b. Mengembangkan keterampilan berbahasa. c. Melatih motorik halus dan kasar. d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna). e. Melatih kerjasama mata dan tangan. f. Melatih daya imajinansi. g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. Alat permainan yang dianjurkan : a. Alat-alat untuk menggambar. b. Lilin yang dapat dibentuk c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar. e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda. f. Bola. Usia 5- 10 tahun Tujuannya adalah : a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan. b. Mengembangkan kemampuan berbahasa. c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara). e. Membedakan benda dengan permukaan. f. Menumbuhkan sportivitas. g. Mengembangkan kepercayaan diri. h. Mengembangkan kreativitas. i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll). j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar. k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya. l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam. m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong. Alat permainan yang dianjurkan : a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll. b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah. G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain 1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan 2. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu 3. Jenis kelamin 4. Lingkungan lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan à senang dapat menggunakan 6. Intelegensia dan status sosial ekonomi H. Tahap Perkembangan Bermain 1.
Tahap eksplorasi Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2.
Tahap permainan Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3.
Tahap bermain sungguhan Anak sudah ikut dalam permainan
4.
Tahap melamun Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
I. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit 1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana 2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis 3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien 4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien 5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak 6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan Hambatan Yang Mungkin Muncul 1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia 2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan 3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan. J. Antisipasi hambatan 1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama 2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain 3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan 4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan 5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
K. Cara Bermain Puzzel 1. Sediakan kertas puzzel bergambar 2. Bongkar kertas pazzel tersebut 3. Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing 4. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu 5. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya 6. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm kertas puzzel di bongkar L. Cara Bermain mewarnai gambar 1. Anak diminta untuk memilih gambar yang ingin diwarnai yang sudah tersedia. 2. Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai gambar dengan warna yang disukai. 3. Setelah selesai mewarnai gambar, anak dibantu untuk melubangi bagian atas kertas gambar. 4. Dipasang benang sepanjang ± 10 cm pada bagian atas yang dilubangi 5. Gantungkan hasil mewarnai gambar di dekat tempat tidur anak 6. Memberikan reward pada anak atas hasil karyanya
BAB III SAP TERAPI BERMAIN
Pokok Bahasan
: Terapi Bermain Pada Anak Di Ruangan Dahlia
Sub Pokok Bahasan
: Terapi Barmain Anak Usia - 6 tahun
Tujuan
: Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari / Tanggal
:Jum’at, 29 Maret 2019
Jam / Durasi
: Pkl. 14.00
Tempat Bermain
: RS. TK II PELAMONIA MAKASSAR
Peserta
: Untuk kegiatan ini peserta yang di pilih adalah pasien di
Ruang anak Baji Minasa yang memenuhi kriteria : 1. Anak usia 2– 6 tahun 2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik 3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga 4. Pasien kooperatif Peserta terdiri dari : Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 4 orang didampingi keluarga Target : 4 orang Sarana dan Media Sarana: a. Ruangan tempat bermain b. Tikar untuk duduk Media: Gambar yang belum disusun gambar yang belum di warnai. Pengorganisasian Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 1 orang observer dengan susunan sebagai berikut: Leader
: Riski Amerlia Ukkas
Co leader : Musdalifa Observer
: Mujahidin Abdurahman
Fasilitator
: Santi Syarif & Saftahul Rahma
Pembagian Tugas : 1. Peran Leader a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberimotivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan 2. Peran Co Leader a. Mengidentifikasi issue pentingdalam proses b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada session atau kelompok yang akan datang d. Memprediksi respon anggota kelompok pada session berikutnya 3. Peran Fasilitator a. Mempertahankan kehadiran peserta b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok 4. Peran Observer a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy d. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
Setting Tempat Keterangan = Pembimbing
= Peserta
= Observer
= Fasilitator
= Co Leader
= Leader
= orang tua
Susunan Kegiatan No Waktu
Terapy
1
Pembukaan :
5 menit
Co-Leader
Anak
membuka
dan Menjawab salam
mengucapkan salam
Mendengarkan
Memperkenalkan diri terap
Mendengarkan
Memperkenalkan pembimbing
Mendengarkan dan saling
Memperkenalkan anak satu persatu berkenalan dan anak saling berkenalan dengan Mendengarkan temannya
Mendengarkan
Kontrak waktu dengan anak Mempersilahkan Leader 2
20 menit
Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara permainan
Mendengarkan
Menanyakan pada anak, anak mau Menjawabpertanyaan bermain atau tidak Menbagikan permainan
Menerima permainan
Leader, co-leader dan Fasilitator Bermain memotivasi anak
Bermain
Fasilitator mengobservasi anak
Mengungkapkan perasaan
Menanyakan perasaan anak 3
5 menit
Penutup :
Ket
Leader Menghentikan permainan
Selesai bermain
Menanyakan perasaan anak
Mengungkapkan perasaan
Menyampaikan hasil permainan
Mendengarkan
Memberikan hadiah pada anak yang Senang cepat
menyelesaikan
gambarnya Senang
dan bagus Membagikan souvenir / kenang- Mengungkapkan perasaan kenangan pada semua anak yang Mendengarkan bermain
Menjawab salam
Menanyakan perasaan anak 7.
Co-leader menutup acara
8.
Mengucapkan salam
Evaluasi 1. Evaluasi struktur yang diharapkan a. Alat-alat yang digunakan lengkap b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana 2. Evaluasi proses yang diharapkan a. Terapi dapat berjalan dengan lancar b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugas 3. Evaluasi hasil yang diharapkan a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar yang diwarnai, kemudian digantung b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik c. Anak merasa senang d. Anak tidak takut lagi dengan perawat e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, Salah satunya adalah puzzrl. Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010). Kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. Berdasarkan pernyataan tersebut maka kegiatan mewarnai merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk anak. Menyenangkan yang dimaksud di sini terletak pada proses memilih warna yang digunakan untuk mewarnai bidang gambar kosong. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sumanto (2005: 65) bahwa kreativitas yang dapat dikembangkan pada kegiatan mewarnai bagi anak TK adalah adanya kebebasan untuk memilih dan mengkombinasikan unsur warna pada obyek yang diwarnainya sesuai keinginan anak. B. Saran 1. Orang tua Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan. 3. Mahasiswa Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Supartini, Yupi. (2004). KonsepDasarKeperawatanAnak. Jakarta: EGC. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Supartini, Yupi. (2004). KonsepDasarKeperawatanAnak. Jakarta: EGC. http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html