Terapi Bermain Pada Anak Di Ruang Anggrek.docx

  • Uploaded by: IMBAR SISWANTO
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Terapi Bermain Pada Anak Di Ruang Anggrek.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,780
  • Pages: 19
TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI RUANG ANGGREK RSUD dr.SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

Di susun untuk memenuhi Tugas Stase anak Oleh:

1. Hermina kamama (2018131016) 2. Imbar seswanto

(2018131005)

3. Sri Ruwaidah B.P (2018131025 ) 4. Wahyuni satria

(2018131022)

5. Wemi E.T

(2018131023)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA TA.2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan anugerah-Nya penyusun dapat menyelesaikan “Laporan Kegiatan Terapi Bermain Menyusun Puzzel dan Mewarnai Gambar” pada anak usia 2-5 tahun di Ruang Bermain Ruang Bermain Anggrek RSUD Soehadi Prijonegoro sragen sesuai dengan

waktu

yang

telah

ditentukan.

Laporan

ini

dibuat

sebagai

pertanggungjawaban untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Anak pada Program Studi Profesi Ners yang diberikan oleh Universitas Sahid Surakarta. Selama proses penyusunan laporan ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Sragen 6 Maret 2019

Penyusun

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ................................................................................. 1 B. Tujuan ............................................................................................. 2 C. Sasaran ............................................................................................. 2 BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Bermain....................................................................3 B. Konsep Dasar Preschool..................................................................10 BAB III PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN A. Tujuan .............................................................................................. 12 B. Jenis kegiatan .................................................................................. 12 C. Kegiatan pelaksanaan ...................................................................... 14 D. Evaluasi yang diharapkan ................................................................ 15 DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Anak yang masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman traumatik pada anak, yakni ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi. Stres ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol dan perlakuan tubuh akibat tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya pada anak akan menimbulkan berbagai reaksi seperti menolak untuk makan, menangis, teriak, memukul, mengamuk, menyepak, tidak kooperatif terhadap aktifitas sehari-hari serta menolak tindakan keperawatan yang diberikan. RSUD Soehadi Prijonegoro sragen merupakan rumah sakit rujukan yang memfasilitasi pemeriksaan anak lebih modern dan beragam jenisnya juga merupakan penyebab stress bagi anak. Dalam hal ini rumah sakit juga memfasilitasi dan berupaya ke arah positif sehingga anak merasa nyaman dan dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, begitu juga orang tua/pengasuh yang mendampingi anak dengan berprinsip pada Atraumatic Care. Upaya yang dilakukan adalah meminimalkan pengaruh negatif dari hospitalisasi yaitu melakukan kegiatan "Play Therapy Program atau terapi bermain". Manfaat Play Therapy Program dalam penanganan anak yang dirawat di rumah sakit adalah memudahkan anak menyatakan rasa kecemasan dan ketakutan lewat permainan, mempercepat proses adaptasi di rumah sakit, anak dapat berkumpul dengan teman sebayanya di rumah sakit sehingga tidak merasa terisolir, anak mudah diajak bekerja sama dengan metode pendekatan proses keperawatan di rumah sakit dengan menggunakan komunikasi yang mudah dimengerti oleh orang tua dan anak. Karena pentingnya manfaat Play Therapy Program dalam penanganan anak sakit maka perawat harus mampu melaksanakan penerapan terapi bermain ini yaitu salah satunya pada anak usia 2-5 tahun.

4

B. Tujuan Setelah dilakukan terapi bermain, diharapkan: 1. Anak dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress 2. Anak merasa senang karena dapat mengekspresikan perasaannya 3. Anak tidak merasa jenuh selama proses hospitalisasi

C. Sasaran Sasaran dalam terapi bermain ini adalah anak usia 2-5 tahun yang dirawat di rumah sakit, sudak kooperatif, dan kondisi anak sudah memungkinkan untuk diajak bermain.

5

BAB II TINAJUAN TEORI A. Konsep Dasar Bermain 1. Pengertian a. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2010). b. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Sudono, 2011). 2. Fungsi Bermain Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorismotorik,

perkembangan

perkembangan

intelektual,

kreativitas,

perkembangan

perkembangan

kesadaran

social, diri,

perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. a. Perkembangan Sensoris – Motorik Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus. b. Perkembangan Intelektual Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan

6

sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobilmobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya. c. Perkembangan Social Perkembangan

social

ditandai

dengan

kemampuan

berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga. d. Perkembangan Kreativitas Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.

7

e. Perkembangan Kesadaran Diri Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain f. Perkembangan Moral Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab

terhadap

tindakan

serta

barang

yang

dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah

8

g. Bermain Sebagai Terapi Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.

3. Tujuan Bermain a.

Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan

b. Mengekspresika perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya c. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat dirumah sakit. 4. Klasifikasi Bermain a. Berdasarkan isi permainan

1) Social affective play Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari

9

hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah “Cilukba”, berbicara sambil tersenyum dan tertawa, atau sekadar

memberikan

tangan

pada

bayi

untuk

menggenggamnya, tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan mengoceh. 2) Sense of pleasure play Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga susah dihentikan. 3) Skill play Sesuai

dengan

sebutannya,

permainan

ini

akan

meningkatkan ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang bendabenda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.

10

4) Games atau permainan Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lainlain. 5) Unoccupied behaviour Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,

tertawa,

jinjit-jinjit,

bungkuk-bungkuk,

memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut . 6) Dramatic play Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .

b. Berdasarkan Karakter Social

1) Onlooker play Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut

11

berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya. 2) Solitary play Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya. 3) Parallel play Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler. 4) Associative play Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan bermain masak-masakan. 5) Cooperative play Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak

yang

memimpin

permainan

mengatur

dan

mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak

12

yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.

B. Konsep Dasar Preschool 1. Anak usia Preschool ( >3 tahun sampai 6 tahun) Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan social dengan temannya semakin meningkat. Oleh kerena itu jenis permainan yang sesuai adalah “associative play, dramatic play dan skill play”. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill paly) banyak dipilih anak usia prasekolah. 2. Reaksi Hospitalisasi a. Sering bertanya b. Menangis perlahan c. Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan d. Kehilangan kontrol e. Pembatasan aktivitas

Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat.

13

BAB III PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN Topik

: Terapi bermain

Sub topik

: Mewarnai gambar dan merangkai puzzle

Waktu

: 14 Maret (35 menit)

Sasaran

: Anak usia 2-5 tahun

Tempat

: Ruang Bermain Anggrek RSUD Soehadi Prijonegoro sragen

A. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional umum Setelah diajak bermain 1x35 menit anak dapat mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan diharapkan dampak hospitalisasi anak berkurang sehingga mempercepat proses kesembuhan anak. 2. Tujuan Instruksional khusus Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak diharapkan : a. Melatih motorik kasar dan halus b. Mengembangkan kecerdasan mengenal warna c. Merangsang daya imajinasi d. Menumbuhkan kreativitas dan kepercayaan diri anak e. Menyalurkan perasaan anak B. JENIS KEGIATAN 1. Jenis program bermain Mewarnai gambar dengan pensil warna/spidol/crayon pada kertas gambar yang telah tersedia dan merangkai puzzle 2. Karakteristik bermain a. Melatih motorik halus b. Merangsang daya imajinasi dan kreativitas

14

c. Melatih kesabaran dan ketelitian 3. Karakteristik peserta a. Usia 2-5 tahun b. Jumlah peserta minimal 3 orang dan maksimal 5 orang dan boleh didampingi orangtua. c. Keadaan umum mulai membaik d. Anak dapat duduk e. Peserta kooperatif 4. Metode : demonstrasi 5. Alat-alat yang digunakan a. Kertas dengan gambar b. Pensil warna/spidol/crayon c. Puzzle 6. Struktur Organisasi : Leader

: wemi e.t

Co. leader

: imbar seswanto

Fasilitator

: hermina kamama Wahyuni satria

Observer

: sri ruwaidah bp

7. Uraian Tugas a. Leader : 1) Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain 2) Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai 3) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok 4) Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan 5) Mampu memimpin acara dari awal sampai akhir. b. Co Leader Membantu leader dalam mengorganisasi anggota c. Fasilitator : 1) Memfasilitasi anak yang kurang aktif 2) Membantu anak bila anak mengalami kesulitan

15

3) Mempersiapkan alat dan tempat permainan 4) Mempertahankan kehadiran anak d. Observer : 1) Mengobservasi jalannya / proses kegiatan 2) Mencatat perilaku verbal dan nonverbal anak selama kegiatan berlangsung. 3) Memantau

kelancaran

acara

dan

perkembangan

serta

karakteristik anak C. KEGIATAN PELAKSANAAN No

Tahap

Rincian kegiatan

Respon Peserta

Waktu

1

Persiapan

1. Menyiapkan

Bersiap-siap

5

ruangan

menit

2. Menyiapkan alat 3. Menyiapkan peserta 2

Pembukaan

1. Mengucapkan

1. Menjawab

salam

salam

2. Memperkenalkan masing-masing anggota

an diri dan

masing-masing peserta 3. Mengenalkan peserta yang satu dengan pesrta yang lainnya 4. Menjelaskan maksud dan tujuan dari permainan

16

2. Memperkenalk

5 menit

3

Kegiatan

1. Membagikan kertas Melakukan

terapi 20

yang berisi gambar bermain

menit

untuk diwarnai dan puzzle. 2. Mengajak

dan

memotivasi

klien

(anak)

untuk

merangkai

puzzel

dan memilih warna untuk

mewarnai

gambar

yang

tersedia. 3. Memulai

untuk

merangkai puzzel (4 tahun)

dan

mewarnai

gambar

dengan warna yang disukai (5 tahun) 4. Memberi semangat dan

pujian

pada

anak selama proses permainan. 4

Penutup

1. Menanyakan perasaan

1. Menjawab anak

setelah bermain

2. Mendengarkan

2. Mengevaluasi terapi bermain yang telah dilakukan 3. Memberikan reward pada

anak

karyanya

17

pertanyaan

atas

5 menit

4. Menutup acara

D. EVALUASI YANG DIHARAPKAN 1. Evaluasi Struktur a. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai b. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan c. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan d. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi bermain dilakukan 1 hari sebelumnya dan pagi hari sebelum kegiatan dilaksanakan. 2. Evaluasi Proses a. Leader memandu terapi bermain dari awal hingga akhir kegiatan b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung c. Anak aktif selama proses bermain berlangsung d. Anak mau merangkai puzzle (4 tahun) dan mewarnai hingga selesai (5 tahun) dengan baik didampingi oleh fasilitator dan orang tua. e. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain. f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiwa tercapai dengan baik. g. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya masingmasing. 3. Evaluasi Hasil a. Anak mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir. b. Anak ikut berpartisipasi aktif dalam terapi bermain dan dapat menyelesaikan proses permainan hingga selesai

18

DAFTAR PUSTAKA -

Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika

-

Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain Anak Usian Dini. Jakarta: Kencana

19

Related Documents


More Documents from "Leoni Aura"