PROPOSAL TERAPI BERMAIN BERNYANYI DAN MENARI DI RUANG ABIMANYU RSUD SANJIWANI GIANYAR TANGGAL 29 MARET 2019
OLEH: KELOMPOK 3
1. MEINDHA NURRINTAN
(P07120017083)
2. NI KADEK SRI DAMAYANTI
(P07120017086)
3. I GEDE DWI YASA SUGIHARTA
(P07120017091)
4. NI KADEK ASRI YASTITI
(P07120017095)
5. NI PUTU SUKMA PRATIWI
(P07120017100)
6. LUH GEDE YUNIASTI WIDHIASIH JORAREIS
(P07120017108)
7. NI MADE NILA WARSIKI
(P07120017113)
8. I KADEK SURYA MAHARDIKA
(P07120017118)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKNIK KESEHATAN DENPASAR PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019
PROPOSAL TERAPI BERMAIN PLASTISIN PADA ANAK USIA < 3 TAHUN DI RUANG ABIMANYU RSUD SANJIWANI GIANYAR PADA TANGGAL 29 MARET 2019 A. Latar Belakang Anak yang masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman trauma pada anak, yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini dengan orang tua, kehilangan control dan perlakuan akibat tindakan invasive yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya pada anak akan menimbulkan berbagai reaksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tindakan tidak kooperatif terhadap aktivitas sehari-hari serta menolak tindakan keperawatan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani merupakan rumah sakit rujukan yang memfasilitasi pemeriksaan lebih modern dan beragam jenisnya yang juga merupakan penyebab stress bagi anak-anak yang berada di rumah sakit, orang tua atau pengasuh anak yang mendampinginya untuk dilakukan pemeriksaan. Dalam hal ini rumah sakit juga memfasilitasi dan berupaya kearah yang positif sehingga anak mersa lebih nyaman, dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, begitu juga orang tua atau pengasuh yang medampingi anak. Upaya yang dilakukan adalah meminimalkan pengaruh negative hospitalisasi yaitu melakukan kegiatan “Play Theraphy Program”. Manfaat play therahy program dalam penanganan anak yang dirawat di rumah sakit maka akan memudahkan anak menyatakan rasa kecemasan dan ketakutan lewat permainan, mempercepat proses adaptasi, anak mudah diajak bekerja sama dengan metode pendekatan proses keperawatan di rumah sakit. Karena pentingnya manfaat terapi bermain dalam penanganan anak yang mengalami hospitalisasi maka dalam hal ini perawat melaksanakan program terapi bermain pada anakanak yang sedang dirawat di Ruang Abimanyu RSUD Sanjiwani Denpasar.
B. Konsep Terapi Bermain 1. Pengertian Terapi Bermain Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Thompson dan Henderson, 2007). Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam, 2005). International Assosiation for Play Theraphy dalam Mashito (2017) menyebutkan bahwa terapi bermain adalah penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk memantapkan proses interpersonal dimana terapis bermain menggunakan kekuatan teraupetik permainan untuk membantu konseling mencegah atau menyelesaikan kesulitankesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat
melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (Alimul, 2009) Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Sudono, 2000). 2. Macam-macam terapi bermain a) Bermain aktif Bermain aktif adalah bermain dengan kegembiraan yang timbul dari apa yang dilakukan anak itu sendiri. Kebanyakan anak melakukan berbagai bentuk bermain aktif, tetapi banyaknya waktu yang digunakan dan banyaknya kegembiraan yang akan diperoleh dari setiap permainan sangat bervariasi. Berbagai bentuk bermain aktif yang popular dikalangan anak adalah: 1) Bermain Bebas dan Spontan merupakan bentuk bermain aktif yang merupakan wadah untuk melakukan apa, kapan, dan bagaimana mereka ingin melakukannya.
Anak-anak terus bermain selama kegiatan itu menimbulkan kegembiraan dan kemudian berhenti bila perhatian dan kegembiraan dari permainan itu berkurang. Terdapat tiga alasan berkurangnya minat anak dalam bermain bebas dan spontan. Pertama, kebanyakan permainan itu bersifat menyendiri, anak berkurang minatnya pada saat timbul keinginan mempunyai teman. Kedua, karena kegembiraan dari jenis bermain ini terutama timbul dari eksplorasi, ketika rasa ingin tahu mereka telah terpenuhi dengan apa yang tersedia. Ketiga, karena cepatnya pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. 2) Permainan Drama adalah bentuk bermain aktif di masa anak-anak, melalui prilaku dan bahasa yang jelas, berhubungan dengan materi atau situasi seolah-olah hal itu mempunyai atribut yang lain ketimbang yang sebenarnya. Jenis bermain ini dapat bersifat reproduktif atau produktif yang bentuknya sering disebut kreatif. Dalam permainan drama reproduktif dan produktif, anak sendiri yang memainkan peran penting, menirukan karakter yang dikaguminya dalam kehidupan nyata atau dalam media massa, atau ingin menyerupainya. 3) Bermain Konstruktif adalah bentuk bermain dimana anak-anak menggunakan bahan untuk membuat sesuatu yang bukan untuk tujuan yang bermanfaat melainkan lebih ditujukan bagi kegembiraannya yang diperolehnya dari membuatnya. Kebanyakan bermain konstruktif adalah reproduktif, dimana anak mereproduksi objek yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari atau dalam media massa ke dalam bentuk konstruksinya, misalnya kue dari tanah liat untuk mewakili kue yang dilihatnya di rumah atau kemah Indian seperti dilihatnya dalam buku atau melalui layar televisi. 4) Musik merupakan bermain aktif atau pasif, bergantung bagaimana penggunaannya. Musik dapat berbentuk reproduktif atau produktif. Apabila anak memproduksi kata-kata dan nada yang dihasilkan orang lain atau jika mereka berdansa mengiringi irama musik seperti yang telah diajarkan, bentuknya reproduktif. Sebaliknya bila menyusun sendiri kata-kata sebuah lagu atau menghasilkan nada untuk kata-kata yang ditulis orang lain, atau melakukan langkah dansa baru untuk menyertai musik, bentuknya menjadi produktif dan karenanya merupakan bentuk kreativitas.
Menyanyi merupakan bentuk paling umum dari ekspresi musical karena tidak membutuhkan latihan teknis. 5) Mengumpulkan adalah kegiatan bermainn yang umum di kalangan anak-anak dari semua latar belakang semua ras, agama dan sosioekonomis. Biasanya dimulai pada tahun-tahun prasekolah, yakni pada anak usia 3 tahun. Pada mulanya anak mengumpulkan segala sesuatu yang menarik perhatiaannya, tanpa mempersoalkan kegunaannya. Sejak anak memasuki sekolah hingga mencapai masa puber, mengumpulkan benda yang menarik perhatiannya pada saat itu atau yang serupa dengan benda yang dikumpulkan temannya merupakan salah satu bentuk bermain yang terpopuler bagi anak laki-laki dan perempuan. Kegiatan ini memiliki rasa bangga karena memiliki koleksi yang lebih banyak ketimbang temannya, dan mereka sering terlibat dalam musim tukar-menukar atau barter yang panjang. 6) Mengeksplorasi seperti halnya bayi yang memperoleh kegenbiraan besar dari mengeksplorasi apa saja yang baru atau berbeda, demikian pula halnya dengan anak yang lebih besar. Akan tetapi, permaianan eksplorasi anak yang lebih besar berbeda dari kegiatan eksplorasi bayi yang sifatnya bebas dan spontan. 7) Permainan dan Olah Raga adalah perlombaan dengan serangkaian peraturan, yang dilakukan sebagai hiburan atau taruhan. Bettelheim menjelaskan mereka merupakan kegiatan yang dicirikan oleh peraturan yang disetujui dan mempunyai persyaratan dan peraturan yang diadakan oleh luar untuk memanfaatkan kegiatan tersebut dengan cara yang diinginkan, dan tidak untuk kesenangan yang diperolehnya. Istilah olah raga biasanya dikaitkan dengan pertandingan antar tim yang sangat terorganisasi, misalnya sepak bola, atau bola basket dll. b) Bermain Pasif Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini: 1) Kesehatan anak menurun. 2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya. 4) Tidak mempunyai teman bermain. Hiburan merupakan bentuk bermain pasif, tempat anak memperoleh kegembiraan dengan usaha yang minimum dari kegiatan orang lain. Bentuk hiburan yang paling umum di kalangan anak adalah sebagai berikut: Membaca sebagai kesenangan tidak merupakan bentuk hiburan yang populer, dan anak-anak meneruskan kegembiraan dibacakan, seperti ketika mereka masih kecil. Jauh sebelum anak mampu membaca dan sebelum mereka mampu mengerti arti setiap kata kecuali yang sederhana, mereka ingin dibacakan. Sampai mereka dapat membaca dengan usaha minimum dan bagi kebanyakan anak hal ini tidak terjadi sebelum kelas tiga atau empat. Membaca Komik merupakan cerita kartun yang unsur ceritanya kurang penting ketimbang gambarnya. Kebanyakan komik yang dicetak sekarang berkaitan dengan petualangan ketimbang komedi dan daya tariknya timbul dari aspek emosional. 3. Fungsi Bermain Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan
intelektual,
perkembangan
social,
perkembangan
kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi. a) Perkembangan Sensoris – Motorik Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus. b) Perkembangan Intelektual Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya. c) Perkembangan Social Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga. d) Perkembangan Kreativitas Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang. e) Perkembangan Kesadaran Diri Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain f) Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah. 4. Prinsip Bermain di Rumah Sakit Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada beberapa prinsip permainan pada anak di rumah sakit. Pertama, permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat. Kedua, permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan (Supartini, 2004). Ketiga, permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari (Wong, et al, 2009). Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak
walaupun sedang dirawat di rumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anak. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diiniasi oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai mengevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya (Wong, et al, 2009). 5. Klasifikasi Bermain a) Berdasarkan isi permainana. 1) Sosial Affective PlayInti Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain. 2) Sense of Pleasure Play Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak. Misalnya, bermain dengan pasir. 3) Skill Play Permainan ini meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda kecil, anak akan terampil bermain sepeda. 4) Games atau Permainan Jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Misalnya, ular tangga, puzzle 5) Unoccupied Behaviour Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, memainkan kursi, meja atau apa yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada disekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak tampak senang dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut. 6) Dramatic Play Dalam
permainan
ini
anak
memainkan
peran
sebagai
orang
lain
melalui permainannya. Misalnya, anak memerankan sebagai ibu guru, ayahnya atau ibunya
b) Ditinjau dari karakter 1) Social anlooker play Anak hanya akan mengamati temannya yang sedang bermain tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. 2) Solitary play Pada pemainan ini anak tampak berada dalam kelompok permaian, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya yang berbeda denga n teman yang lain, tidak ada kerja sama atau komunikasi dengan teman sepermainannya. 3) Paralel play Anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara anak satu dengan anak yang lain tidak terjadi kontak. Biasanya permainan ini dilakukan pada usia toddler. 4) Associative play Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak yangla in tetapi tidak terorganisir, tidak ada pemimpin dan tujuan permainan tidak jelas.Misalnya, bermain boneka atau masak-masakan. 5) Cooperative play Aturan permaian dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Misalnya, bermain sepak bola. C. Konsep Bernyanyi dan Menari 1. Pengertian Bernyanyi adalah merupakan kegiatan dimana kita mengeluarkan suara secara beraturan dan berirama baik diiringi oleh iringan musik ataupun tanpa iringan musik. Bernyanyi berbeda dengan berbicara bernyanyi memerlukan teknik-teknik tertentu sedangkan berbicara tanpa perlu menggunakan teknik tertentu. Bagi anak kegiatan bernyanyi adalah kegiatan yang menyenangkan bagi mereka, dan pengalaman bernyanyi ini memberikan kepuasan kepadanya. Bernyanyi juga merupakan alat bagi anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. (Jamalus, 1988:46) Menari adalah ungkapan persaaan atau ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak yang ritmis dan indah. Menari berarti memainkan tari (menggerak-gerakkan
tubuh dengan irama). Menari merupkan keterampilan khusus, bahkan bakat itu menentukan kualitas tarinya. Namun, demikian bukan berarti bahwa seseorang yang kurang berbakat tidak mempunyai peluang untuk menjadi penari yang berkulitas. Karena semua ketrampilan bisa dipelajari, dilatih, dan dibiasakan. 2. Tujuan a. Tujuan Umum Setelah dilakukan permainan, diharapkan pada anak dapat mengembangkan mental dan kreativitasnya melalui pengalaman, dapat beradaptasi efektif terhadap stress, serta dapat meningkatkan optimalisasi kemampuan diri. b. Tujuan Khusus Setelah bermain anak diharapkan: 1) Dapat mengembangkan social, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar. 2) Dapat beradaptasi dengan stress dalam diri 3) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi 4) Kooperatif perawatan dan pengobatan 5) Memfasilitasi anak untuk mengekpresikan perasaannya 6) Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak 7) Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat 8) Menigkatkan kreatifitas bermain 3. Waktu Kegiatan Hari/Tanggal : Jumat, 29 Maret 2019 Pukul
: 10.00 – 10.30 WITA
Tempat
: Ruang Abimanyu RSUD Sanjiwani Gianyar
4. Sasaran a. Anak usia < 3 tahun yang dirawat di Ruang Abimanyu RSUD Sanjiwani Gianyar Jumlah peserta minimal 3 orang anak dan didampingi oleh orang tua b. Keadaan umum mulai membaik c. Pasien dapat duduk d. Pasien kooperatif
5. Metode Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung dengan menggunakan iringan musik. Setiap anak akan bernyanyi dan menari bersama, kemudian leader memimpin jalannya permainan dengan menginstruksikan pada anak-anak untuk bernyanyi dan menari bersama. Fasilitator ikut berperan dalam pendampingan anak ketika bernyanyi sambil menari, kemudian, observer menilai jalannya permainan. 6. Media Media yang digunakan adalah musik 7. Pengorganisasian a. Leader Tugas
b. Co Leader Tugas
c. Fasilitator
: Ni Kadek Sri Damayanti :-
Membuat proposal
-
Membuka jalan bermain
-
Menjelaskan tujuan
-
Memperkenalkan perangkat
: Ni Made Nila Warsiki :-
Menjelaskan alur pelaksanaan bermain
-
Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai
-
Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
: Luh Gede Yuniasti Widhiasih Jorareis Meindha Nurrintan Ni Putu Sukma Pratiwi I Kadek Surya Mahardika Ni Kadek Asri Yastiti
Tugas
: - Memfasilitasi anak yang kurang aktif. -
Berperan sebagai role model bagi anak selama kegiatan berlangsung.
d. Observer Tugas
-
Membantu anak bila anak mengalami kesulitan.
-
Mempersiapkan alat dan tempat bermain.
: I Gede Dwi Yasa Sugiharta : - Mengobservasi jalannya atau proses kegiatan
-
Mencatat perilaku verbal nonverbal anak selama kegiatan berlangsung.
-
Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta Karakteristik anak.
8. Rencana Kegiatan a. Rencana Kegiatan No Waktu 1 10 menit
2
15 menit
Terapi Mengatur posisi Pembukaan: a. Co-Leader membuka dan mengucapkan salam b. Memperkenalkan diri terapis c. Memperkenalkan pembimbing d. Memperkenalkan anak satu persatu dan anak saling berkenalan dengan temannya e. Kontrak waktu dengan anak f. Mempersilahkan Leader
Kegiatan Bermain: a. Leader menjelaskan cara permainan b. Membagikan permainan c. Leader, co-leader, dan Fasilitator memotivasi anak
Anak
Menjawab salam
Mendengarkan Mendengarkan Mendengarkan dan saling berkenalan
Mendengarkan Mendengarkan
Mendengarkan Menerima permainan Bermain
Bermain
Ket
Fasilitator mengobservasi anak e. Menanyakan perasaan anak Penutup: a. Leader menghentikan permainan b. Menanyakan perasaan anak c. Memperlihatkan hasil permainan d. Membagikan souvenir/kenangkenangan pada semua anak yang bermain e. Menanyakan perasaan anak f. Co-leader menutup acara g. Mengucapkan salam d.
3
5 menit
Mengungkapkan perasaan
Selesai bermain Mengungkapkan perasaan Menunjukkan permainan Senang
hasil
Mengungkapkan perasaan Mendengarkan Menjawab salam
b. Alur permainan 1) Leader membagikan alat peraga sesuai dengan tema nyanyian 2) Minta anak untuk mengikuti arahan fasilitator dalam gerakan tarian sambil bernyanyi 3) Berikan waktu 15 menit untuk bermain dengan bentuk bernyanyi dan menari
9. Posisi Tempat Bermain O
L
C
F
F
F
F
Keterangan : a.
b.
c.
d.
L
C
O
F
: Leader
: Co-Leader
: Observer
: Fasilitator
e.
: Anak
f.
: Orang Tua
10. Evaluasi 1. Evaluasi Struktur
Sarana yang sudah disiapkan sebelum acara di mulai yaitu music sebagai panduan anak untuk bernyanyi dan menari
Media yang akan dipakai sudah disiapkan 1 hari sebelum proses pelaksanaan kegiatan dilaksanankan.
Struktur peran sudah ditentukan yaitu Ni Kadek Sri Damayanti sebagai Leader, Ni Made Nila Warsiki sebagai Co-Leader, I Gede Dwi Yasa Sugiharta Sebagai Observer, Luh Gede Yuniasti Widhiasih Jorareis, Meindha Nurrintan, Ni Kadek Asri Yastiti, Ni Putu Sukma Pratiwi, I Kadek Surya Mahardika sebagai Fasilitator.
Kontrak waktu dengan keluarga sudah dilakukan satu hari sebelum terapi bermain yaitu tanggal 28 Maret 2019.
2. Evaluasi Proses
Leader sudah memandu jalannya permainan dari permainan dimulai hingga selesai.
Anak-anak dapat merespon dengan baik apa yang diberikan leader saat bermain.
Anak-Anak dapat mengikuti nyanyian dan gerakan yang dicontohkan
Kegiatan bernyanyi dan menari dapat berjalan dengan lancar.
Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan perannya.
3. Evaluasi Hasil
Jangka Pendek Anak mampu mengikuti kegiatan terapi bermain serta tidak adanya anak yang menangis ataupun ingin meninggalkan kegiatan terapi bermain sebelum selesai.
Jangka Panjang Anak dapat meningkatkan kreatifitas, imajinasi dan keterampilannya dalam merangkai gerakan dan bernyanyi
LAMPIRAN
NAMA ANAK
EVALUASI
EVALUASI NON
VERBAL
VERBAL
HASIL
DAFTAR NAMA PESERTA TERAPI BERMAIN
NO
NAMA PESERTA
UMUR
DAFTAR PUSTAKA
Alimul. 2009. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Mashito.
2017.
Pengertian
Terapi
Bermain.
Termuat
dalam:
digilib.uinsby.ac.id/15165/8/Bab%202.pdf diakses pada tanggal 14 Mei 2018 Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayidan Anak (Perawat dan Bidan) Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. Purnajaya, H. 2014. Proposal Terapi Bermain pada Anak. [online]. Termuat dalam: https://www.academia.edu/6573544/PROPOSALTERAPI-BERMAIN-ANAK. diakses pada tanggal 14 Mei 2018. Sudono. 2000. Sumber BElajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC Thompson and Henderson. 2007. Counseling Children. Seventh Edition. Belmont: Thompson Coporation. Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC