1. Hypodhermic Needle Theory Teori jarum hipodermik memiliki dasar prinsip, yaitu stimulus-respons dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. McQuail (1994 : 234) menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah : a). Pesan (stimulus) ; b). Penerima (receiver) ; dan c). Efek (respon). Teori jarum hipodermik memandang bahwa sebuah pemberitaan media massa diibaratkan sebagai obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah audience, yang kemudian audience akan bereaksi seperti yang diharapkan (Burhan Bungin, 2014 : 281) Contoh kasus : a. Pada tahun 2016, film Ada Apa dengan Cinta 2 (AADC2) dirilis. Berbagai media menayangkan trailer dan membahas film beserta para aktornya yang setiap hari memenuhi layar kaca dari film ini dan semakin melesatlah jumlah penontonnya dari hari ke hari selama satu bulan tayang di bioskop seluruh Indonesia film ini telah ditonton sebanyak 3,6 juta orang jumlah ini belum dikalkulasikan dengan jumlah penonton di Brunei Darussalam dan Malaysia. b. Slogan yang ditayangkan terus-menerus di dalam iklan dapat menjadi doktrin terhadap penonton untuk berpikir sama dengan yang diinginkan pengiklan dan turut melakukan atau memilih mereka. c. Bahasa-bahasa gaul yang ada di sinteron remaja menjadi bahasa kekinian yang banyak diikuti oleh remaja/masyarakat saat ini. 2. Cultivation Theory George Gerbner melakukan riset terhadap persepsi penonton tv terhadap tayangan tv yang mereka tonton. Setelah dua dekade melakukan riset George terhadap tayangan kekerasan tv, mengelompokkan khalayak berdasarkan intensitas menonton, mengumpulkan persepsi penonton tv mengenai kekerasan yang akan mereka hadapi di dunia nyata. Pada tahun 1969, George menyebut efek tv sebagai kultivasi (berasal dari kata “cultivate” yang berarti menanam). Teori kultivasi adalah teori yang memperkirakan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pengertian, dan kepercayaan, mengenai dunia sebagai hasil dari mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang (Morissan, 2014 : 519). Contoh kasus : a. Pada tahun 2008, di masa anime Naruto banyak disukai oleh anakanak dan ditonton setiap hari oleh mereka. Anime tersebut menyajikan adegan-adegan perkelahian yang tidak disensor sehingga menyebabkan anak-anak yang menonton tanpa pengawasan mudah untuk menirunya. Anime ini menyebabkan kecenderungan anarkis pada jiwa anak-anak
tersebut dan di daerah Jawa terjadilah kasus perkelahian anak-anak yang meniru gaya-gaya perkelahian dari anime Naruto dan menyebabkan seorang anak menjadi korban dari anime tersebut sehingga anime tersebut dihentikan tayangannya. b. Semakin banyak pemberitaan media tentang kekerasan dan kejahatan terhadap perempuan bukannya berkurang justru semakin banyak terjadi peristiwa yang sama. Ada kecenderungan imitasi perilaku yang didapat dari sebuah tayangan yang tidak baik. c. Karena ada pemberitaan tentang kamera tersembunyi yang dipasang di toilet umum oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab maka, perempuan sering merasa ketakutan apabila menggunakan toilet umum. 3. Cultural Imperialism Theory Teori ini pertama kali ditemukan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Teori imperialisme budaya menyatakan bahhwa negara Barat mendominasi media di seluruh dunia. Hal ini berarti, media massa negara Barat mendominasi media massa di dunia ketiga. Alasannya, media Barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media dunia ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi media dunia ketiga, sehingga mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat media tersebut. Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi proses peniruan media negara berkembang dari negara maju, saat itulah terjadi penghancuran budaya asli di negara ketiga. Negara Barat memproduksi banyak media dan produk lainnya yang berhubungan dengan banyak bidang yang mengakibatkan adanya peniruan dari negara-negara lainnya. Contoh kasus : a. Pada tahun 2009, dunia dihebohkan oleh pengumuman dari suku Maya yang hidup di daratan Amerika bahwa tahun 2012 akan terjadinya kiamat dunia. Ramalan ini membuat negara Barat (Amerika) memproduksi sebuah film yang sangat fenomenal, yaitu film 2012 film ini menyajikan keadaan bumi yang sudah memberi tanda-tanda kerusakan dan kehancuran, dan hanya negara Amerika saja yang mampu membuat kapal yang mengangkut banyak orang untuk diselamatkan tetapi hanya orang-orang berkelas tinggi dan bisa membeli tiket kapal saja yang bisa menaikinya. b. Seringkali media menayangkan tayangan-tayangan fashion dari luar negeri yang sudah memiliki brand ternama dan terkenal yang jelas memiliki harga selangit. Hal ini menimbulkan kecenderungan konsumtif penonton untuk mengikuti style fashion mereka dengan yang ada di media.
c. Amerika seringkali menghasilkan film-film yang luar biasa dan kadang di luar akal sehat kita mereka bisa menghasilkan film-film tersebut. Efek yang ditimbulkan adalah kecenderungan budaya asli terlupakan akibat ingin mengikut jejak film dari Amerika. 4. Media Equation Theory Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass. Teori persamaan media atau disebut juga sebagai media equation theory ini ingin menjawab persoalan mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahkan secara otomatis merespons apa yang dikomunikasikan media seolah-olah (media itu) manusia. Menurut asumsi teori ini, media diibaratkan manusia. Teori ini memperhatikan bahwa media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face to face. Contoh kasus : a. Ada sebuah akun di salah satu media sosial yang dapat mengajak kita berkomunikasi dan seringkali menanyakan hal-hal umum pada kita di hari-hari tertentu. b. Mencari buku di perpustakaan daerah tidak lagi sulit karena sudah adanya website perpustakaan yang juga menampilkan menu untuk mencari daftar buku. Hal ini menunjukkan bahwa media sudah menjadi teman yang bisa diajak berkomunikasi. c. Aplikasi-aplikasi permainan ada yang menyajikan permainan Person vs Computer. Computer disini mewakili media yang artinya media menjadi teman interaktif dari segi permainan juga. 5. Spiral Silence Theory Teori spiral of silence dikemukakan pertama kali oleh Elizabeth NoelleNeuman seorang sosiolog Jerman pada tahun 1974. Teori ini berkaitan dengan pertanyaan mengenai terbentuknya pendapat umum. Teori spiral of silence atau juga disebut spiral kebisuan ini menjelaskan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut terletak dalam suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antarpribadi, dan persepsi individu atas pendapatnya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat orang lain dalam masyarakat (Burhan Bungin, 2014 : 288). Berdasar dari asumsi bahwa “pendapat pribadi sangat tergantung pada apa yang dipikirkan oleh orang lain atau atas apa yang orang rasakan sebagai pendapat dari orang lain”, teori ini menjelaskan pada umumnya orang berusaha mempelajari lingkungannya untuk menghindari isolasi dan kesendirian. Pandangan dominan dan tidak dominan akan membentuk
perilaku seseorang pergaulannya.
menjadi
percaya
diri
ataupun
minder
dari
Contoh kasus : a. Media memberitakan kasus seorang artis yang menghina lambang negara dan justru dijadikan “Duta Pancasila” sehingga menyebabkan keributan di media dan kalangan masyarakat yang tidak menyetujuinya. Padahal berita ini memang tidak benar, tetapi pemberitaan sudah terlanjur disebar dan menjadi pembicaraan di masyarakat. b. ISIS adalah gerakan terorisme yang ingin meneyrupai Al-Qaeda. ISIS merusak ketenteraman banyak negara melalui teror-teror yang mereka lakukan di beberapa negara. c. Kasus terbaru tentang penggandaan uang yang tidak disangka juga melibatkan elit politik Marwah Daud. Polisi telah melakukan penyelidikan tentang kasus penggandaan uang yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng hanyalah kasus penipuan, para penyidik telah berhasil mematahkan anggapan para pengikut padepokan Dimas Kanjeng yang mengaku-ngaku bisa menggandakan uang. 6. Technological Determinism Theory Marshall McLuhan melalui bukunya Understanding Media (1964) ia menulis mengenai pengaruh teknologi. Menurut McLuhan, teknologi media telah menciptakan revolusi di tengah masyarakat karena masyarakat sudah sangat tergantung kepada teknologi, dan tatanan masyarakat terbentuk berdasarkan pada kemampuan masyarakat menggunakan teknologi. Teori technological determinism atau bisa juga disebut dengan teori determinan teknologi adalah paham bahwa teknologi bersifat determinan (menentukan) dalam membentuk kehidupan manusia (Morissan, 2014 : 486). Teknologi sangat berpengaruh besar dengan kelangsungan hidup manusia karena menjadi alat yang membantu seluruh kegiatan manusia. Contoh kasus : a. Kompor merupakan teknologi yang menggantikan batu sebagai alat untuk memasak. b. Mobil menjadi pengganti kuda/gajah sebagai kendaraan berkendara. c. E-mail menjadi pangganti surat langsung untuk dikirimkan dengan waktu yang singkat. 7. Uses and Gratification Theory
Herbert Blummer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori uses and gratifications (kegunaan dan kepuasan) ini dikenalkan pada tahun 1974. Pendekatan uses and gratification ditujukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu (Effendy, 2000) dalam (Burhan Bungin, 2014 : 290). Katz (Effendy, 2000 : 290) menggambarkan logika yang mendasari pendekatan mengenai uses and gratification : (1) kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebabkan adanya, (2) kebutuhan, yang menciptakan, (3) harapanharapan terhadap, (4) media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada, (5) perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan, (6) pemenuhan kebutuhan, dan (7) konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya. (Burhan Bungin, 2014 : 290) Contoh kasus : a. Pemilik saluran-saluran di media elektronik sudah membagi segmen penontonnya melalui beberapa saluran yang mereka miliki, sehingga penonton bisa memilih saluran mana yang ingin ia tonton dan memudahkan penonton untuk menonton sesuai keinginan mereka. b. Majalah-majalah juga sudah memiliki segmentasi pembaca melalui tajuk yang sedari awal mereka usung. Contohnya majalah otomotif sedari awal membidik kaum laki-laki sebagai pembacanya dan majalah kartini membidik kaum perempuan sebagai pembacanya. c. Adanya pembagian jam tayang terhadap para pemilik media untuk mengaturnya sedemikian rupa sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Contohnya tayangan dewasa harus tayang di atas pukul 22.00 malam waktu yang sesuai untuk menghindari penonton anak-anak. 8. Agenda Setting Theory Istilah “agenda setting” diciptakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw (1972,1993), untuk menjelaskan gejala atau fenomena kegiatan kampanye pemilihan umum (pemilu). McCombs dan Shaw tidak menyatakan media secara sengaja berupaya mempengaruhi publik, tetapi publik melihat kepada para profesional yang bekerja di media massa untuk meminta petunjuk media mana mereka harus memfokuskan perhatiannya. Agenda setting terjadi karena media harus menjadi penjaga gawang (gatekeeper) yang harus selektif dalam menyampaikan infomasi. Apa yang diketahui publik mengenai suatu keadaan pada waktu tetentu sebagian besar telah ditentukan melalui proses penyaringan dan pemulihan berita media massa. Agenda setting dibagi ke dalam dua level : level pertama adalah upaya membangun isu umum yang dinilai penting, dan level kedua
adalah menentukan bagian-bagian atau aspek-aspek dari isu umum tersebut yang dinilai penting (Morissan, 2014 : 496). Asumsi dasar teori agenda setting adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untk menganggapnya penting (Burhan Bungin, 2014 : 285). Jadi, apa yang dianggap penting dan menjadi topik utama media maka masyarakat juga akan menganggap berita itu penting. Contoh kasus : a. Sudah berbulan-bulan kasus pembunuhan Mirna oleh terduga Jessica diusut dan memalui sidang penyelidikan yang sangat panjang dan berlarut-larut bahkan seringkali diberitakan secara live padahal kenyataannya kasus tersebut tidak mempengaruhi negara dalam bidang apapun, kecuali rasa simpati masyarakat. Tetapi tidak dipungkiri bahwa masyarakat akhirnya sering mengikuti kasus tersebut dan tidak ingin ketinggalan berita. b. Pemberitaan di media entertain tentang dugaan perselingkuhan antar artis papan atas di Indonesia sudah sering diberitakan dengan berbagai macam judul beritanya. Tidak hanya di media massa tv, tetapi media online pun lebih sering membahasnya yang membuat masyarakat secara tidak sadar mengikuti pemberitaan tersebut. c. Pilgub di Jakarta yang meliputi calon Ahok-Djarot, Agus-Sylviana, dan Anies-Sandiaga terus menerus diberitakan di seluruh Indonesia padahal yang akan melakukan pemilihan gubernur hanyalah wilayah DKI Jakarta, tetapi pemberitaannya yang berlarut-larut membuat masyarakat di seluruh Indonesia ikut bersuara terkait kasus penghinaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh salah satu calon, yaitu Ahok yang membuat geram adalah tidak adanya tindak lanjut pemeriksaan atau penangkapan yang dilakukan dan terlupakan hanya lewat sepenggal kata maaf yang Ahok lontarkan. Yang penting dari berita ini bukanlah soal calon pilgubnya, tetapi kasus yang melibatkan Ahoklah yang harus diusut. 9. teori Sosial Kognitif (Social Cognitive Theory) Teori sosial kognitif dibangun pertama kali oleh seorang psikolog Albert Bandura sekitar tahun 1960an. Teori ini menitikberatkan pada bagaimana dan mengapa orang-orang cenderung untuk meniru apa yang dilihat melalui media. Ini adalah teori yang fokus pada kapasitas kita untuk belajar dengan mengalaminya secara langsung.
Proses belajar melalui pengamatan ini bergantung pada sejumlah faktor, yaitu kemampuan subyek untuk memahami dan mengingat apa yang ia lihat, mengidentifikasi karakter bermedia, dan berbagai hal yang membimbing kepada proses pemodelan perilaku. Teori sosial kognitif adalah salah satu teori yang paling sering digunakan untuk meneliti media dan komunikasi massa. 10. teori Kesenjangan Pengetahuan (Knowledge Gap Theory) Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Phillip Tichenor, George Donohue, dan Clarice Olien. Teori ini menyatakan bahwa bertambahnya jumlah informasi mengenai suatu topik mengakibatkan bertambahnya pula kesenjangan pengetahuan antara mereka yang mengetahui lebih banyak dan mereka yang mengetahui lebih sedikit. Teori kesenjangan pengetahuan dapat membantu menjelaskan berbagai penelitian yang menitikberatkan pada opini publik. Kesenjangan pengetahuan dapat menghasilkan bertambahnya kesenjangan antara orang-orang yang memiliki status sosioekonomi yang rendah dan orang-orang yang memiliki startus sosioekonomi yang tinggi. Kemudian, memperbaiki kehidupan orang-orang dengan informasi melalui media massa tidak selalu berjalan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan karena menemui berbagai hambatan-hambatan komunikasi. Media massa mungkin saja memberikan efek memperbesar perbedaan kesenjangan diantara anggota kelas sosial. Terdapat lima alasan untuk menjustifikasi terjadinya kesenjangan pengetahuan sebagaimana yang diutarakan oleh Tichenor, Donohue, dan Olien (1970) yaitu bahwa orang-orang dengan tingkat sosioekonomi yang lebih tinggi :
Memiliki keterampilan komunikasi, pendidikan, kemampuan membaca, kemampuan mengingat informasi yang lebih baik. Dapat menyimpan informasi secara lebih mudah atau mengingat topik berdasarkan latar belakang pengetahuan. Memiliki konteks sosial yang lebih relevan. Lebih baik dalam melakukan terpaan selektif, penerimaan, dan retensi. Lebih mudah menjangkau media massa.