TEORI STRATEGI KOMUNIKASI Dari sekian banyak teori komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, untuk strategi komunikasi yang memadai adalah teori dari seorang ilmuan politik dari Amerika Serikat yang bernama Harold D. Lasswell yang menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi atau cara untuk menggambarkan dengan tepat sebuah tindak komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? (siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek bagaimana)”. Kalau diuraikan Formula Lasswell tersebut dapat dilihat pada skema yang digambarkan oleh Denis Mc Quail dan Sven Windahl sebagai berikut :
Formula dari Lasswell tersebut termasuk dalam katagori model-model dasar dalam stretegi komunikasi. Formula sederhana ini telah digunakan dengan berbagai cara, terutama untuk mengatur dan mengorganisasikan dan membentuk struktur tentang proses komunikasi. Formula Laswell menunjukkan kecenderungan-kecenderungan awal model-model komunikasi, yaitu menganggap bahwa komunikator pasti mempunyai “receiver” (penerima) dan karenanya komunikasi harus semata-mata dianggap sebagai proses persuasif. Juga selalu dianggap bahwa pesan-pesan itu pasti ada efeknya. Formula Lasswell tersebut mengandung banyak keterkaitan dengan teori-teori lain seperti diungkapkan oleh Melvin L . De Fleur yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku ‘Dimensi-dimensi Komunikasi’, bahwa ada empat teori : Individual Differences Theory, bahwa khalayak sebagai komunikan secara selektif psikologis memperhatikan suatu pesan komunikasi jika berkaitan dengan kepentingannya, sesuai sikap, kepercayaan, dan nilai-nilainya. Sicial Catagories Theory, bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen namun orang-orang yang mempunyai sifat yang sama akan memilih pesan komunikasi yang kira-kira sama dan akan memberikan tanggapan yang kira-kira sama pula. Social Relationship Theory, bahwa walaupun pesan komunikasi hanya sampai pada seseorang tapi kalau seseorang tersebut sebagai pemuka pendapat (opinion leader), maka informasi isi pesan tersebut akan diteruskan kepada orang lainnya bahkan juga menginterpretasikannya. Berarti opinion leader tadi mempunyai pengaruh pribadi (personal influence) yang merupakan mekanisme penting dapat merubah pesan komunikasi). Cultural Norms Theory, bahwa melalui penyajian yang selektif dan penekanan pada tema tertentu media massa menciptakan kesan-kesan pada khalayak bahwa norma-norma budaya yang sama mengenai topik-topik tertentu dibentuk dengan cara-cara khusus dengan batas-batas situasi perorangan, yaitu ada tiga : a. reinforce existing patterns, bahwa pesan komunikasi dapat memperkuat pola-pola yang sudah ada dan mengarahkan orang-orang untuk peraya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.
b. create new shared convictions, bahwa media massa dapat menciptakan keyakinan baru mengenai suatu topik yang dengan topik tersebut khalayak kurang berpengalaman sebelumnya. c. change existing norms, bahwa media massa dapat merubah norma-norma yang sudah ada dan karenanya dapat merubah tingkah laku orang-orang. (1981 : 69). TEORI PARTISIPASI Menurut Kafler mengenai partisipasi adalah sebagai berikut: ”Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang mencurahkan baik secara fisik maupun mental dan emosional.... partisipasi fisik merupakan partisipasi yang langsung ikut serta dalam kegiatan tersebut, sedangkan partisipasi secara mental dan emosional merupakan partisipasi dengan memberikan saran, pemikiran, gagasan, dan aspek mental lainnya yang menunjang tujuan yang diharapkan”. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana orangdilibatkan dan diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikutmemikul tanggung jawab sesuai tingkat kematangan dan tingkat kewajiban.Partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidangmental serta penentuan kebijaksanaan. (Poerbawakatja RS, 1982-:251). Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggotadalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan olehsuatu organisasi serta mendukung mencapai tujuan bertanggung jawab atasketerlibatannya. TEORI HUBUNGAN PERGURUAN TINGGI DENGAN INDUSTRI (TEORI PENDUKUNG)
Konsep Triple Helix pertama kali diperkenalkan oleh Henry Etzkowitz dan Loet Leydesdorff (1995) dalam menganalisis hubungan antara universitas, industri dan pemerintah. Konsep ini mengadopsi konsep biologi dari Model Triple Helix DNA yang berpusat pada integrasi dan sinergi peranan masing-masing elemen uintuk mengem-bangkan produk berbasis pengetahuan, ekspansi industrialisasi, dan jasa sebagai pondasi dari sistem inovasi regional dan nasional. Semakin eratnya pola relasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan industri membuat Leydesdorff dan Etzkowitz (2001), disebut sebagai Triple Helix model. Awal mula terbentuknya model ini karena universitas mengalami dua kali revolusi. Revolusi pertama terjadi ketika perguruan tinggi yang selama ini hanya berperan sebagai institusi pendidikan atau pengajaran (teaching university), berubah dengan mengambil peran baru melakukan penelitian (research university). Menurut Leydesdorff dan Etzkowitz (2001), munculnya Triple Helix model disebabkan beberapa perkembangan dunia yang terjadi secara bersamaan. Pertama, interkoneksi yang semakin kuat antara institusi penghasil pengetahuan dan para pengguna pengetahuan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya para industriawan dan ilmuwan bekerja sama melakukan prioritas penelitian yang akan dilakukan. Sehingga terjadilah transfer pengetahuan dan teknologi sebagai hasil produksi pengetahuan dari para ilmuwan yang bekerja di perguruan tinggi ke industri. Kedua, semakin masifnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti internet, metamorfosa komputer kotak ke komputer jinjing (laptop) dan telphone genggam ke handphone, membuat pengetahuan mudah diperoleh dari sumber manapun. Ketiga, cepatnya tumbuh kembang teknologi informasi dan komunikasi memiliki konsekuensi logisnya terjadinya perubahan bentuk koordinasi antara perguruan
tinggi, pemerintah, dan industri dari vertikal ke lateral yang memangkas rumitnya birokrasi, sehingga seiring waktu ketiganya semakin padu.
http://kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/06/strategi-komunikasi.html (Senin, 4 Maret 2019 pukul 14.45 WIB) https://www.slideshare.net/kangkumis/teori-partisipasi (Senin, 4 Maret 2019 pukul 15.34 WIB) http://helm-mmpt.pasca.ugm.ac.id/home/halaman/helm-4