DEFINISI BISNIS INTERNASIONAL Istilah bisnis internasional juga dikenal dengan transaksi yang menyangkut ekspor dan impor barang, modal dan jasa lainnya dengan pelaku utamanya yang biasa disebut sebagai multinational corporation (MNC). Bisnis Internasional diartikan sebagai suatu studi tentang transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan internasional (ekspor dan impor) dan foreign investment (baik direct maupun indirect atau portofolio) yang dilakukan oleh individu dan perusahaan atau organisasi dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu. Sedangkan, Ekonomi Internasional diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempeljajari dan menganalisis tentang transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor), yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter serta organisasi (swasta dan pemerintah) dan kerja sama ekonomi antar negara (internation). Dari perbandingan kedua pengertian diatas, dapat dikemukakan beberapa perbedaan pokok antara keduanya, yaitu : 1. Studi bisnis internasional lebih menekankan multi aspek dari aplikasi transaksi internasional, sedangkan studi ekonomi internasional lebih menekankan aspek teori ekonomi normatif dari transaksi internasional 2. Karena bersifat multi aspek, maka studi bisnis internasional mempunyai pendekatan interdisciplinary, sedangkan studi ekonomi internasional lebih menekankan aspek ilmu ekonomi. 3. Studi bisnis internasional relatif lebih menekankan aspek mikro, sedangkan ekonomi internasional relatif lebih menekankan aspek makro. 4. Studi bisnis internasional lebih menekankan aspek manajerial strategis, sedangkan ekonomi internasional lebih menekankan aspek teoritis. Tidak dapat disangkal bahwa pengetahuan tentang bisnis internasional merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan suatu bangsa atau negara untuk memilii sustainable competitive advantage. Hal ini dapat dikatakan demikian sesuai dengan pendapat Nonaka dan Takeuchi (1995:6) tentang The New Focus on Knowledge as a Competitive Resource yang dapat diskemakan sebagai berikut:
Knowledge Creation Continuous Innovation Competitive Advantage RUANG LINGKUP MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL Ruang lingkup dari studi manajemen bisnis internasional terletak pada permasalahan strategic management yang dijalankan oleh setiap perusahaan besar (MNC), menengah, dan kecil, baik internasional maupun domestik / lokal. Strategic Management
adalah suatu
ilmu dan seni
tentang perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dengan memperhatikan lingkungan eksternal dan internal. Untuk itu, dalam kaitan dengan manajemen bisnis internasional, tentunya masalah lingkungan akan mencakup aspek yang lebih luas lagi, yaitu lingkungan internasional atau global. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BISNIS INTERNASIONAL Beberapa faktor yang mempengaruhi bisnis internasional, antara lain: 1. Tingkat inflasi 2. Kurs valas (forex rate) 3. Tingkat bunga 4. Tingkat produksi dan investasi 5. Tingkat employment 6. Tingkat pendapatan nasional 7. Kebijakan larangan / pembatasan pemerintah Motivasi yang mendorong perkembangan internasional financial market, antara lain: 1. Foreign interest rate 2. Exchange rate expectations 3. International diversivicasion 4. Economis condition 5. Trade and invesment liberalization
TEORI EKONOMI BISNIS INTERNASIONAL 1. TEORI PRAKLASIK (MERKANTILISME) Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu ekonomi dapat dikatakan lahir sejak publikasi buku The Wealth of Nation karya Adam Smith. Namun sebelum buku tersebut dipublikasikan, tulisan-tulisan tentang perdagangan internasional telah muncul di beberapa negara seperti Inggris, Spanyol, Perancis, Portugal, dan Nederland. Di abad 16 sampai dengan 18, sekelompok pria (pedagang, pegawai bank, pegawai pemerintah, dan para filsuf) telah menulis esai dan pamphlet mengenai perdagangan internasional yang memunculkan filosofi ekonomi yang disebut merkantilisme. Merkantilisme adalah suatu falsafah ekonomi berdasarkan keyakinan bahwa (1) kemakmuran sebuah negara bergantung pada harta yang terakumulasi, biasanya emas (2) untuk meningkatkan kemakmuran, kebijakan pemerintah hendaknya meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara sebuah negara agar menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkan akan dibentuk berupa emas lantakan, atau logam mulia khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki, maka semakin kaya dan kuat negara tersebut. 2. TEORI KLASIK Teori ini mendasarkan kebijakan bisnis internasional yang terjadi karena adanya perbedaan harga produk yang diakibatkan karena perbedaan kemampuan faktor produksi tenaga kerja, baik secara teori keunggulan absolut menurut A. Smith, atau secara teori keunggulan komparatif D. Ricardo. 2.1 Teori Keunggulan Absolut (Absolute Advantage) dari Adam Smith Keunggulan absolut adalah kemampuan sebuah bangsa untuk memproduksi suatu barang lebih banyak dengan jumlah masukan yang sama dengan negara lain. Menurut teori keunggulan absolut, setiap negara akan memperoleh manfaat dan keuntungan dengan melakukan spesialisasi produksi (ahli dalam memproduksi produk tertentu) dan mengekspor produk tersebut ke negara lain. Sebaliknya suatu negara juga akan mengimpor produk dimana dia tidak punya spesialisai produksi.
Misalnya dalam waktu satu jam kerja dapat menghasilkan enam karung gandung di Amerika Serikat, namun hanya menghasilkan satu karung gandum di Inggris. Di sisi lain satu jam tenaga kerja dapat menghasilkan lima meter kain di Inggris, dan hanya empat meter kain di Amerika Serikat. Jadi Amerika Serikat memiliki keunggulan absolut daripada Inggris dalam hal menghasilkan gandum. Sementara itu, Inggris memiliki keunggulan absolut daripada Amerika Serikat dalam memproduksi kain. Komoditas
Amerika Serikat
Inggris
Gandum (karung/jam kerja)
6
1
Kain (meter/jam kerja)
4
5
Di Amerika Serikat, harga enam karung gandung sama dengan empat meter kain. Begitu pula di Inggris, harga satu karung gandum sama dengan lima meter kain. Maka kedua negara akan melakukan bisnis internasional, dengan memperdagangkan gandum dari Amerika Serikat dengan kain dari Inggris. Sehingga kedua negara mendapatkan manfaat dan keuntungan dari masing-masing keunggulan absolut di negaranya. 2.2 Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage) dari David Ricardo Pada tahun 1817 Ricardo memperlihatkan bahwa meskipun sebuah bangsa memegang keunggulan absolut dalam produksi dua barang, kedua negara masih dapat berdagang dengan keunggulan bagi masing-masing sepanjang bangsa yang kurang efisien. Sebuah bangsa yang memiliki kelemahan absolut dalam memproduksi dua barang dari sudut bangsa lain memiliki suatu keunggulan komparatif atau relatif dalam memproduksi barang di mana kelemahan absolutnya kurang. Artinya adalah suatu negara tidak perlu memiliki keunggulan absolut untuk dapat melakukan spesialisasi dan mengekspor suatu produk, tetapi cukup memiliki keunggulan secara komparatif dari perbandingan input dan output, yaitu sebagai berikut:
Menghasilkan output dengan input yang minimal.
Dengan input tertentu dapat menghasilkan output maksimal. Berdasarkan kedua jenis keunggulan komparatif tersebut, maka suatu negara dapat
melakukan bisnis internasional dengan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
suatu produk yang relatif lebih murah dan akan mengimpor produk yang jika diproduksi sendiri akan relatif lebih mahal. Misalnya Amerika Serikat memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi gandum dan kain. Namun dibandingkan Amerika Serikat, Inggris relatif lebih efisien dalam memproduksi kain daripada dalam hal menghasilkan gandum. Oleh karena itu, Inggris memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi kain. Komoditas
Amerika Serikat
Inggris
Gandum
6
3
Kain
4
4
Meskipun
Amerika
Serikat
juga
memiliki
keunggulan
absolut
dalam
memproduksi kain, namun efisiensi produksi kain di Inggris jauh lebih baik. Sehingga daripada Amerika Serikat menggunakan banyak input untuk memproduksi kain, akan lebih baik jika melakukan bisnis internasional dengan cara mengimpor kain dari Inggris yang harganya lebih murah. 3. TEORI MODERN 3.1 Teori Proporsi Faktor Produksi (The Proportional Factors Theory) dari HeckscherOhlin Teori Heckscher-Ohlin, menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan internasional dan interregional dalam biaya produksi timbul karena perbedaan-perbedaan dalam pasokan faktor-faktor produksi. Menurut teori ini, negara-negara mengekspor produkproduk yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi mereka yang berlimpah, dan mengimpor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi mereka yang langka. Barang-barang yang memerlukan sejumlah besar faktor yang berlimpah menjadi lebih murah karena rendahnya biaya produksi, sehingga memungkinkan untuk dijual lebih murah di pasar internasional. Misalnya antara Indonesia yang memiliki relatif banyak SDA dan SDM yang tidak memenuhi syarat (unqualified) yang murah, dengan Jepang yang memiliki relatif banyak modal (SDC) dan teknologi (SDT) serta SDM yang memenuhi syarat (qualified).
FAKTOR PROPORSIONAL
INDONESIA
JEPANG
SDA berlimpah
SDT dan SDC berlmpah
SDM unqualified
SDM qualified
INDUSTRI/SPESIALISASI PRODUKSI
INDONESIA
JEPANG
Industri berbasis sumber daya
Modal dan tekno intensif
Padat karya
Teknik teknologi tinggi
BISNIS INTERNASIONAL
INDONESIA
JEPANG
Ekspor: Bahan baku siap pakai dan produk menurun
Ekspor: Bahan baku siap pakai dan produk menurun
Impor: Produk yang baru dan tumbuh
Impor: Produk yang baru dan tumbuh
3.2 Teori Kemungkinan Biaya (Opportunity Cost Theory) dari G. Herberler Teori kemungkinan biaya menjelaskan bahwa terjadinya bisnis internasional disebabkan adanya spesialisasi dan perbedaan harga suatu produk karena terdapat perbedaan kemampuan produksi yang ditunjukkan oleh kurva kemungkinan produksi (baik konstan atau meningkatkan biaya) dan perbedaan selera konsumen (kurva indiferen). Dalam hal ini, bisnis internasional dapat terjadi antara dua negara karena halhal sebagai berikut. a. Kemampuan produksi sama, tetapi selera berbeda Jika kemampuan produksi sama maka supply relatif sama, akhirnya harga barang sejenis akan sama pula di dua negara. Sebagai contoh, supply produk Sariayu
dan Viva sama di dua negara, yaitu Malaysia dan Thailand, tetapi selera di kedua negara tersebut berbeda. Produk Sariayu lebih diminati di Malaysia, dan produk Viva lebih diminati di Thailand. Hal ini menyebabkan harga produk Sariayu lebih mahal di negara Malaysia. Begitupun sebaliknya, harga produk Viva akan lebih mahal di Thailand. b. Kemampuan produksi berbeda, tetapi selera sama Bila kemampuan produksi berbeda, maka supply akan berbeda, dan akhirnya harga barang sejenis akan berbeda pula di dua negara. Misalnya supply produk Innesfree di Malaysia lebih banyak, dan produk Nature Republic di Indonesia lebih banyak. Sedangankan selera atas dua produk tersebut sama di dua negara. Hal ini menyebabkan harga produk Innesfree lebih murah dan produk Nature Republic lebih mahal di Malaysia. Sebaliknya, harga produk Nature Republic lebih murah dan harga produk Innesfree lebih mahal di Indonesia. c. Baik kemampuan produksi maupun selera berbeda Bila kemampuan produksi berbeda, maka supply akan berbeda, akhirnya harga barang sejenis akan berbeda pula di dua negara. Misalnya supply produk SK II di Indonesia lebih banyak, dan supply produk Laneige di Thailand lebih banyak. Sedangkan selera di kedua negara berbeda, produk SK II lebih diminati di Thailand, dan produk Laneige lebih diminati di Indonesia. Hal ini menyebabkan harga produk SK II lebih mahal di Thailand, dan sebaliknya harga produk Laneige lebih mahal di Indonesia.
4. TEORI SAAT INI 4.1 Daur Hidup Produk Internasional (International Product Life Cycle) dari R. Vernon Yaitu sebuah teori yang menjelaskan mengapa suatu produk yang mula-mula sebagai ekspor sebuah negara akhirnya menjadi impornya. Teori ini menjelaskan bagaimana terjadinya bisnis internasional yang didasarkan pada teori siklus kehidupan suatu produk yang terdiri dari empat fase sebagai berikut. a. Fase pertama : perkenalan (introduction) b. Fase kedua
: pertumbuhan (growth)
c. Fase ketiga
: kedewasaan (maturity)
d. Fase keempat : penurunan (declining)
4.2 Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage) dari M. Porter Menurut teori ini, suatu negara akan dapat melakukan bisnis internasional bila memiliki daya saing atau keunggulan kompetitif yang bersumber kepada penguasaan empat faktor sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut.
Factor Strategy Structure and Rivalry
Demand Conditions
Factor Conditions
Related and Supporting Industry
Keterangan: a. Factor Conditions Yaitu sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara yang terdiri atas SDM, SDA, SDT, SDC, SDI, dan SDE. b. Demand Conditions Yaitu permintaan yang menjadi faktor penting sebagai penentu keunggulan daya saing suatu negara atas produk yang dihasilkan. c. Related and Supporting Industry Yaitu untuk menjaga dan memelihara kelangsungan keunggulan daya saing, maka selalu perlu dijaga kontak dan koordinasi dengan pemasok. d. Factor Strategy Structure and Rivalry Strategi perusahaan, struktur organisasi, dan modal perusahaan, serta kondisi persaingan di dalam negeri merupakan faktor-faktor yang akan menentukan dan memengaruhi keunggulan kompetitif perusahaan.
4.3 Hyper Competitive dari Richard D’Aveni Menurut teori ini, dengan adanya globalisasi dan kemajuan teknologi, maka setiap negara akan menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi. Untuk menghadapinya, dan agar setiap negara memiliki daya saing berkelanjutan, maka sangat penting untuk selalu melakukan penemuan baru dan inovasi. 4.4 Teori Liberalisasi dan Integrasi Ekonomi Regional Sebagai dampak dari globalisasi ekonomi dunia, gerakan liberalisasi dan integrasi ekonomi secara regional menjadi semakin kuat. Hal ini ditandai dengan semakin meluasnya cakupan dan lingkup kerja sama liberalisasi dan integrasi tersebut yang pada gilirannya telah menyebabkan semakin meningkatnya bisnis internasional, terutama antara negara anggota.
Daftar Pustaka
Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga. Hady, Hamdy. 2004. Manajemen Bisnis Internasional: Teori dan Kebijakan. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Donald, Wendell, dkk. 2004. Bisnis Internasional Tantangan Persaingan Global. Buku Satu Edisi Sembilan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
TUGAS Resume Materi dan Review Jurnal Teori Ekonomi Bisnis Internasional Dosen Pengampu: Dr. Lailatul Farida, S.Sos., M.A.B
Disusun oleh: Kelompok 2 Aliyah Nur Rosyidah (16510160) Moch. Kaelani R.
(16510110)
Fazira Isticarina
(16510146)
Ayu Ari Sendy
(16510193)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018