Vol 4, No 1 (2015) e-ISSN : 2527-8827 p-ISSN : 2086-4280 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE-MEANINGFUL INSTRUCTIONAL DESIGN (C-MID) Masalah : 1. hasil belajar matematika siswa selama ini masih belum menggembirakan khususnya dalam aspek koneksi matematis. 2. model pembelajaran matematika kurang mendorong siswa berinteraksi dengan sesama siswa dalam belajar 3. kurang mendorong siswa dalam melihat keterkaitan antara topik-topik dalam matematika. Tujuan/ rumusan : Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran CooperativeMeaningful Instructional Design (CMID) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional? Metode: Penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Desain penelitiannya menggunakan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Kesimpulan Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa di kelas CMID berada pada level tinggi, sedangkan di kelas konvensional berada pada level sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Cooperative-Meaningful Instructional Design (C-MID) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
e-issn 2654-833X Vol. 3 No.2 November 2017 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE-MEANINGFUL INSTRUCTIONAL DESIGN (C-MID) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Masalah : 1. matematika dianggap sebagai mata pelajaran menakutkan dan sulit Dimengerti matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan karena banyak cabang ilmu lain yang memanfaatkan matematika. 2. kemampuan komunikasi dalam proses pembelajaran masih kurang dan bersifat satu arah yakni komunikasi hanya terbatas antara guru ke siswa. Tujuan/rumusan: Bagaimana penerapan model pembelajaran cooperative-meaningful instructional design (cmid) terhadap peningkatan kemampuan Komunikasi matematis siswa? Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2016: 107) metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 4 Kuningan kelas VII Tahun 2016/2017. Dari 8 kelas diambil menjadi dua kelas, yaitu kelas VII-B sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII-D sebagai kelas kontrol dengan pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan rekomendasi guru matematika kelas VII SMP Negeri 4 Kuningan. Penelitian ini menggunakan penelitian Pretest-Posttest Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang peneliti lakukan mengenai penerapan model pembelajaran Cooperative-Meaningful Instructional Design (CMID) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, terdapat beberapa hal yang dapat peneliti simpulkan antara lain: 7. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran C-MID lebih baik daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung 8. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran C-MID tidak berada pada kategori tinggi. 9. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran C-MID memperoleh respon positif dari siswa. Hal ini terbukti dari hasil rekapitulasi jawaban siswa yang menunjukkan respon positif terhadap pembelajaran yang telah diterapkan.
Volume 2 – Nomor 1, Mei 2015 Print ISSN: 2356-2684, Online ISSN: 2477-1503 KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN KRITIS Masalah : 1. Rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir matematis turut berperan dalam rendahnya prestasi matematika siswa secara umum 2. keterampilan berpikir tersebut tak terpisahkan dari kemampuan pemecahan masalah (problem solving), yang menjadi bagian utama dalam pembelajaran matematika. 3. Tujuan/rumusan : Untuk melihat Keefektifan pembelajaran berbasis masalah dan problem posing ditinjau dari kemampuan berpikir logis dan kritis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis eksperimen semu (quasi experiment) dengan nonrandomized control group, pretest posttest design. Variabel terikat diukur dua kali yaitu pada saat sebelum perlakuan melalui pretest dan sesudah perlakuan melalui post-test. Rancangan penelitian ini berdasarkan Ary Kesimpulan Ditinjau dari kemampuan berpikir logis, pembelajaran berbasis masalah, problem posing, dan konvensional ketiganya dinyatakan tidak efektif. Sedangkan jika ditinjau dari kemampuan berpikir kritis, pembelajaran berbasis masalah dan problem posing dinyatakan efektif tetapi pembelajaran konvensional dinyatakan tidak efektif. Ditinjau dari kemampuan berpikir logis, pembelajaran berbasis masalah tidak lebih unggul dibandingkan pembelajaran problem posing tetapi lebih unggul jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional sedangkan problem posing lebih unggul dibandingkan pembelajaran konvensional. Jika ditinjau dari kemampuan berpikir kritis, pembelajaran berbasis masalah lebih unggul dibandingkan pembelajaran problem posing ataupun pembelajaran konvensional sedangkan problem posing juga lebih ungg
ISSN: 2502-440X Volume 02, Nomor 2 , Mei 2017 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS PESERTA DIDIK DITINJAU DARI GYAA KOGNITIF PESERTA DIDIK Masalah: 1. Rendahnya kemampuan generalisasi matematis peserta didik juga disebabkan karena dalam pembelajarannya guru masih menggunakan pembelajaran langsung dan kelas masih berfokuskepada guru sebagai satu-satunya sumber belajar. 2. Tujuan/rumusan: Apakah terdapat Pengaruh model pembelajaran penemuan Terbimbing terhadap kemampuan generalisasi Matematis ditinjau dari gaya kognitif peserta Didik. Metode: Dalam penelitian ini ketiga variabel pembelajaran tersebut dikaji secara bersamaan yaitu variabel kondisi yang dilibatkan adalah gaya kognitif peserta didik, dan variabel strategi difokuskan pada diterapkannya model penemuan terbimbing. Sedangkan variabel hasil pembelajaran adalah kemampuan generalisasi matematis peserta didik yang diukur melalui test kemampuan generalisasi matematis setelah dilakukan kegiatan pembelajaran. Kesimpulan: Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan seperti yang telah diuraikan, penelitian ini menyimpulkan bahwa : 1) Kemampuan generalisasi matematis peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung. 2) Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan gaya kognitif spasial terhadap kemampuan generalisasi matematis. 3) Kemampuan generalisasi matematis antara peserta didik yang memiliki gaya kognitif spasial tinggi yang dibelajarkan dengan model pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi daripada model pembelajaran langsung. 4) Kemampuan generalisasi matematis antara peserta didik yang memiliki gaya kognitif spasial rendah yang dibelajarkan dengan model pembelajaran penemuan terbimbing lebih rendah daripada model pembelajaran langsung