Tektinik, Magmatisme, Vulkanisme.docx

  • Uploaded by: Juhair Al Habib Masykur
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tektinik, Magmatisme, Vulkanisme.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,478
  • Pages: 24
TUGAS MAKALAH PETROLOGI BATUAN GUNUNG API “ TEKTONIK DAN MAGMATISME-VULKANISME”

DISUSUN OLEH JUHAIR AL HABIB NIM. 410017017

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI DEPARTEMEN TEKNIK INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA TAHUN 2019 1

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan

referat

tentang

“TEKTONIK

DAN

MAGMATISME-

VULKANISME”. Referat ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari media elektronik (komputer & internet) dan buku buku sehingga dapat memperlancar pembuatan referat ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan nya. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki referat ini. Akhir kata saya berharap semoga referat ini dapat memberikan manfaat.

Yogyakarta, 19 Maret 2019

PENYUSU

2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .....................................................................................................2 DAFTAR ISI .................................................................................................................3 BAB I TEKTONIK.........................................................................................................4 A.

Seismologi dan Interior Bumi .................................................................................. 4

B.

Teori Tektonik Lempeng ......................................................................................... 7

C.

Magmatisme ......................................................................................................... 13

BAB III VULKANISME................................................................................................ 15 A.

Defini ..................................................................................................................... 15

B.

Magma .................................................................................................................. 15

C.

Meterial Hasil Aktivitas Vulkanisme...................................................................... 16

D.

Erupsi (Ekstrusi Magma) ....................................................................................... 17

E.

Instruksi Magma.................................................................................................... 22

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 24

3

BAB I TEKTONIK A. Seismologi dan Interior Bumi Diketahuinya fakta bahwa sesungguhnya bumi terdiri dari berbagai lapissan dengan komposisi yang berbeda, dimulai dari adanya studi seismologi. Seismologi adalah studi mengenai gelombang yang menjalar di permukaan/dalam bumi yang terutama disebabkan oleh energi yang terlepas pada saat terjadi gempa bumi. Gelombang seismik dapat menjalar dilapisan bumi bagian luar (disebut gelombang permukaan/surface wave) dan menjalar melalui interior bumi (disebut gelombang badan/body wave). Gelombang badan dibagi menjadi dua jenis yaitu gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S) berdasarkan model pergerakan gelombangnya melalui material. Gelombang primer bersifat kompresional sehingga bisa melalui semua jenis material karena gelombang tersebut hanya menekan dan melepas kembali sehingga hanya terdapat perubahan volume sesaat pada saat terjadi tekanan yang kemudian akan kembali lagi setelah tekanan tersebut lepas. Gelombang Sekunder merupakan bentuk material yang mentrasmisikannya. Karena fluid (cairan dan gas) tidak merespon secara elastis pada perubahan bentuk, maka material tersebut tidak menjalarkan gelombang S. Gelombang permukaan berjalan secara lebih kompleks. Gelombang ini dapat bergerak dengan arah naik turun (Gelombang love) ataupun menyamping (Gelombang reyleight). Pada kejadian gempabumi, gelombang permukaan inilah yang merusak bangunan dipermukaan bimi. Rekaman seismik pada alat perekam (seismograf) memperlihatkan bahwa gelombang P datang terlebih dahulu daripada gelombang S danh kemudian diikuti gelombang permukaan. Secara umum pada material solid gelombang P berjalan 1,7x lebih cepat dari gelombang S. Kecepatan gelombang permukaan sekitar 90% dari gelombang S. Kecepatan gelombang ini sangat dipengaruhi oleh jenis material yang dilalui.

4

Gambar 1. Gerakan gelombang badan dan permukaan (sumber:theconstuctor.org) Tahun 1963 ahli seismologi Denmark, Inge Lehmann juga menemukan adanya refleksi di dalam inti bumi sehingga dapat diketahui adanya inti didalam inti bumi.

Gambar 2. Perubahan komposisi interior bumi menyebabkan adanya pembelokan gelombang. Sifat inilah yang dipakai dalam mengetahi perlapisan pada interior bumi. (sumber: geografi.org) Dari adanya perubahan karakteristik batuan ini dapat diperkirakan bahwa bumi terdiri dari 4 lapisan utama yaitu: 1. Kerak (Crust), lapisan terluar yang tipis 2. Mantel (mantle), lapisan batuan dibawah kerak 3. Inti luar (outer core), yang bersifat sebagian cair 4. Inti dalam (inner core), berpa bulatan metalic yang solid.

5

Studi seismologi yang lebih lanjut kemudian dapat mendetailkan pembagian interior bumi yang lebih baik, terutama dengan membagi kerak dan mantel bagian atas menjadi litosfer dan astenosfer. Lapisan paling luar yang bersifat getas disebut litosfer (sama dengan lapisan batuan). Tebal litosfer rata-rata adalah 100 km, akan tetapi pada kerak benua, tebalnya bisa mencapai 250 km. Di kerak samudra, litosfer bisa memiliki ketebalan beberapa kilometer saja pada posisi penampang samudra (oceanic ridge). Dibawah litosfer sampai dengan 660 km pada posisi mantel bagian atas terdapat lapisan yang lebih lunak yang disebut astenosfer. Sekitar 150 kmbagian atas litosfer dan astenosfer dibagian bawahnya, dengan demikian litosfer dapat bergerak secara bebas. Karakteristik astenosfer ini yang menjadi kontributor penting teori teektonik lempeng (plate tectonic). Pada teori ini dirumuskan bahwa lapisan bumu bagian atas yang getas terdiri dari beberapa lempeng yang bergerak relatif antara satu dengan yang lainnya. Data sismik juga menunjukan bahwa kerak benua yang terutama tersusun oleh batuan yang bersifat granitik memilki densitas yang lebih ringan daripada batuan pada kerak samudara yang tentu saja dengan demikian memilki8 komposisi yang berbeda. Mulai akhir tahun 1960an teknologi pemboran dalam disamudera mulai berkembang sehingga dapat diketahui bahwa komposisinya bersifat basaltik.

Gambar 3. Pembagian interior bumi 6

B. Teori Tektonik Lempeng Teori Tektonik Lempeng pertama kali dicetuskan oleh dua orang ahli Geofisika dari Inggris, McKenzie dan Robert L. Parker. Mereka mengemukakan teori ini pada tahun 1967 setelah menyempurnakan teori-teori yang ditemuknan ahli-ahli sebelumnya. Salah satunya adalah Teori Uniformitas dari Charless Lyell yang dikemukakannya pada 1830. Teori ini menerangkan bahwa permukaan bumi tidak mengalami perubahan secara lempeng, tetapi hanya mengalami perubahan pada permukaannya karena proses-proses klimatologis seperti hujan, angin, atau perubahan suhu. Kemunculan teori ini berawal dari Teori Apung Benua (Continental Drift ) yang dikemukakan oleh Meteorologis Alfred Wegener pada tahun 1912 dalam bukunya, The Origins of Continents and Oceans , yang menyatakan bahwa dahulu seluruh benua yang ada sekarang saling menempel dan membentuk suatu benua besar yang oleh Wegener disebut Pangea. Pangea kemudian pecah dan pecahannya merambat ke posisi seperti yang ada sekarang. Rambatan tersebut membentuk palung-palung besar yang membentuk samudrasamudra yang ada sekarang. Teori yang mendukung Teori Tektonik Lempeng yang selanjutnya adalah Teori Arus Konveksi (Convection Current Theory ) yang dikemukakan oleh Vening Meinesz-Hery Hess. Teori ini menerangkan bahwa perpecahan benua dan pergerakan lempeng litosfer bumi diakibatkan oleh pergerakan yang dipicu oleh adanya arus konveksi yang berasal dari dalam astenosfer bumi. Arus tersebut muncul karena adanya peluruhan unsur radioakif Uranium menjadi Timbal yang menghasilkan energi, gradien geotermis, serangan benda asing, dan simpanan panas pada saat bumi terbentuk. Teori ketiga yang mendukung kemunculan Teori Tektonik Lempeng adalah teori Sea Floor Growth (1963). Teori ini adalah teori yang menerangkan terbentuknya punggungan memanjang di sekitar dasar samudra. Menurut teori taktonik lempeng, aliran panas dari astenosfer menyebabkan kerak bumi terpecah-pecah. Pecahan-pecahan itulah yang disebut lempeng tektonik. Aliran panas itu selanjutnya menjadi sumber tenaga bagi pergerakan lempeng.

7

Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a-1 Berbagai mekanisme yang ada dapat menyebabkan lempeng-lempeng yang ada saling berpisah, bergabung, dan bergeser. Pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam yaitu : 1. Pergerakan Lempeng Saling Mendekat ( Konvergen ) 2. Pergerakan Lempeng Saling Menjauh ( Divergen) 3. Pergerakan Lempeng Saling Melewati ( Transform)

Gambar 4. Tectonic Plate

1. Pergerakan Lempeng Saling Mendekat ( Konvergen) Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan terjadinya tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng yang lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung yang dalam dan merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu di belakang jalur penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini di Indonesia adalah pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api di Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di Sumatra dan Jawa. Batas antar lempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan tumbukan dan salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain (subduct) disebut batas konvergen atau batas lempeng destruktif.

8

Pergerakan lempeng saling mendekat dibedakan digolongkan berdasarkan jenis lempeng yang saling mendekat yaitu : a. Subduksi Subduksi yaitu gerakan lempeng samudera dan lempeng benua yang saling mendekat sehingga lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua karena lempeng samudera memiliki densitas yang lebih besar dari kerak benua. Hal ini menyebabkan penipisan lempeng benua karena terkikis oleh pergerakan mendekat dan menunjam.

Melting Produces More Felsic Magma

Gambar 5. Subduction

Pergerakan ini menimbulkan aktifitas magma yang di sebabkan oleh pencairan lempeng samudra yang menunjam. Pencairan tersebut menyebabkan terbentuknya magma baru. Karena lempeng samudera mengandung air yang ketika dipanaskan menjadi gas, maka gas, yang memiliki gaya dorong ke atas, bersama dengan magma baru mendorong ke atas dan membentuk sebuah gunung aktif.

b. Koalisi Koalisi yaitu gerakan lempeng benua yang saling mendekat. Karena densitas kedua lempeng sama, maka lempeng tersebut saling bergerak ke atas membentuk sebuah pegunungan. Pergerakan lempeng ini tidak menimbulkan aktifitas magma baru karena tidak adanya pencairan lempeng dan unsur air pada lempeng.

9

Gambar 6. colission

c.

Obduction Obduction yaitu gerakan lempeng samudera yang saling mendekat. Karena densitas kedua lempeng sama-sama besar, salah satu lempeng akan menunjam jauh ke bawah dan salah satunya lagi akan sedikit menunjam. Pergerakan lempeng ini menyebabkan aktifitas magma baru yang kemudian membentuk gunung api laut (sea mountain) atau busur kepulauan.

Gambar 7. Obduction

2. Pergerakan Lempeng Saling Menjauh (Divergen) Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh,

10

kedua lempeng ini tidak terpisah karena di belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang baru. Proses ini berlangsung secara kontinue.

Gambar 8. Tectonic Divergent

Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di Samudra Pasifik dan Benua Afrika. Batas antar lempeng yang saling menjauh hingga mengakibatkan terjadinya perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau batas lempeng konstruktif.

3. Pergerakan Lempeng Saling Melewati ( Transform ) Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar.

11

Gambar 9. Tectonic Transform

Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah patahan San Andreas di Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng Pasifik bergerak ke arah utara.

12

C. Magmatisme Magmatisme merupakan suatu proses kompleks yang terjadi karena aktifitas arus konveksi, yang menyebabkan terjadinya pergerakan tektonisme lempeng-lempeng di bumi. Dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut, didapatkan suatu setting tektonik yang menghasilkan magma yang berbedabeda, baik secara komposisi maupun sifatnya. Tektonik Lempeng berperan besar dalam mengontrol terjadinya magmatisme, hidrotermal, dan volkanisme pada lapisan kerak bumi. Sebagian besar proses pembentukan mineralisasi sangat terkait dengan proses magmatisme dan hidrotermal atau pembentukan batuan. Oleh karena itu sangat penting memahami lempeng tektonik, sebagai dasar untuk memahami adanya mineralisasi. Pada kenyataannya tektonik lempeng sangat baik dalam menjelaskan karakteristik batuan beku dan asosiasi endapan mineral. Lebih dari 90% aktivitas batuan beku yang sekarang ada terletak di dekat batas lempeng tektonik. Sehingga batas lempeng merupakan tempat yang paling penting bagi penyebaran endapan mineral. Magmatisme-hidrotermal-vulkanisme terbentuk pada batas lempeng tektonik, batuan beku ultra basa-basa terbentuk pada mid oceanic ridge, serta transform fault, sedangkan batuan beku intermediet terbentuk pada magmatic arc yang terkait dengan subduction zone. Sebagian

besar bahan galian

dikontrol oleh magmatisme-hidrotermal. Oleh karena itu terdapat hubungan yang khas antara type batuan beku dengan jenis bahan galian logam. Batas-batas lempeng tektonik tersebut di atas, membentuk lingkungan tektonik yang beragam, secara umum dikenal sebagai : 1. Batas lempeng destruktif 

Island arcs



Active contonental margin

2. Batas lempeng konstruktif 

Mid-oceanic ridge



Back arc rifting

13



Transform Fault

3. Oceanic intra-plate 

Oceanic island (hotspots)

4. Continental intra-plate 

Continental Intraplate



Continental rift zone.

14

BAB III VULKANISME

A. Defini Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi Kata Vulkan berasal dari “Vulcano”, suatu kawah gunung api di Kepulauan Lipari di lepas pantai Italia. Juga berkaitan dengan nama Dewa Api Bangsa Yunani “Vulcanus”

Gambar 16. Penampang gunungapi

Istilah-istilah Vulkanisme Vulkanologi adalah ilmu kebumian yang mempelajari gunung api Kawah adalah lubang pada tubuh gunung api sebagai tempat keluarnya magma. Kawah yang cukup besar disebut kaldera. Bila kaldera terisi air yang cukup banyak maka akan terbentuk danau kawah atau danau vulkanik. Kawah dan kaldera yang ada di Indonesia, antara lain: Kawah Takubanperahu (Jawa Barat), Kawah Gunung Tengger (Jawa Tengah), dan Kaldera Gunung Batur (Bali).

B. Magma Magma adalah meteri kental yang terbentuk di dalam kerak bumi atau di selimut batuan bagian atas. Merupakan persenyawaan yang sangat kompleks dari berbagai unsur, terutama berupa Silikat, air, dan gas-gas. Mungkin seluruhnya

15

berupa cair atau mungkin juga kental. Magma dapat dibedakan berdasarkan perbedaan susunan mineral yang dikandung. Kandungan tersebut meliputi Magma Masam (Asam) dan Magma Basa 1.

Magma Masam (Asam) atau dikenal juga sebagai Magma Silika adalah magma yang banyak mengandung mineral-mineral Silikat dan Feldspar, cukup banyak Natrium dan Kalium, kurang mineral Besi dan Magnesium. Umumnya mineral-mineralnya kurang berat. Kandungan gasnya tinggi, dan lebih kental. Biasanya menghasilkan ledakan dahsyat kerena tekanan gasnya besar. Magma tipe ini menghasilkan tipe gunung api komposit atau strato dan gunung api maar

2.

Magma Basa, magma tergolong Basa (Mafic) adalah magma yang banyak mengandung mineral-mineral Besi dan Magnesium serta Kalsium, tetapi kurang mineral Silikat. Kandungan gasnya rendah dengan kekentalan rendah (encer). Biasanya letusan dari magma ini tidak begitu hebat, erupsinya bersifat effusif/ meleleh. Tipe gunung api yang dihasilkan oleh tipe Magma Basaltik adalah tipe gunung api perisai

Menurut Bemmelen magma akan mengalami peristiwa hipodifferensiasi/ pemisahan magma, dimana magma yang bersifat asam akan bergerak keatas karena lebih ringan, sedangkan yang bersifat basa dibagian bawah. Gerakan pemisahan magma di dalam dapur magma tersebut akan menimbulkan gaya keatas, mendobrak batuan penyusun kerak bumi dan bila ada kesempatan akan muncul ke permukaan lewat celah-celah retakan atau lewat pipa gunung api.

C. Meterial Hasil Aktivitas Vulkanisme

Sesuai wujudnya, ada 3 jenis bahan yang dikeluarkan tenaga vulkanisme, yaitu benda padat, cair, dan gas. 1. Benda Padat Material vulkanik yang padat disebut efflata atau piroklastik. Ukuran efflata mulai dari yang paling halus sampai yang kasar atau besar berturut-turut

16

adalah debu, pasir, lapili (batu sebesar kerikil), batu-batuan besar (bom), dan batu apung 2. Benda Cair Bahan cair yang dikeluarkan oleh tenaga vulkanisme terdiri dari 3 macam, yaitu lava, lahar panas, dan lahar dingin 

Lava adalah aliran magma dipermukaan bumi yang menutup permukaan disekitarnya



Lahar panas adalah aliran lumpur panas yang merupakan campuran lava dengan air



Lahar dingin yaitu batu, pasir, dan debu di puncak gunung, jika hujan lebat maka air hujan itu akan bercampur dengan debu dan pasir yang merupakan bubur kental. Cairan ini mengalir dengan deras kebawah melalui lereng dan jurang dan menyapu bersih semua yang dilaluinya

3. Benda gas (Ekshalasi) Terdiri atas : 

Solfatar (Belerang), yaitu gas Hidrogen Sulfida (H2S) yang keluar dari lubang



Fumarol, yaitu tempat yang mengeluarkan uap air panas



Mofet, yaitu tempat yang mengeluarkan gas asam arang (CO2)

D. Erupsi (Ekstrusi Magma)

Ekstrusi magma adalah suatu kegiatan penerobosan magma ke permukaan bumi. Salah satu contohnya adalah letusan gunung api (erupsi) Berdasarkan banyaknya celah pada permukaan bumi waktu magma keluar, erupsi dibedakan menjadi : 1. Erupsi Linier (Erupsi Belahan) Gerakan magma menuju permukaan bumi melalui celah-celah atau retakan– retakan, magma yang dikeluarkan dari gunung api tersebut bersifat sangat encer dan menutupi wilayah yang sangat luas 2. Erupsi Sentral

17

Yaitu jika lava keluar melalui terusan kepundan yang berbentuk pipa yang relatif kecil dan sempit. Akibatnya meterial vulkanik yang dihasilkan berbentuk kerucut vulkanik. Tipe ini menghasilkan tiga bentuk gunung api, yaitu gunung api perisai, gunung api maar, dan gunung api strato Erupsi sentral dibagi menjadi 3 macam yaitu: o Erupsi Effusif/ aliran, terjadi pada gunung api perisai o Erupsi Eksplosif/ ledakan, terjadi pada gunung api maar o Erupsi Campuran (aliran dan ledakan), terjadi pada gunung api strato

Tiga bentuk gunung api hasil erupsi sentral -

Gunung Api Perisai Gunung api ini terbentuk oleh aliran magma cair encer, sehingga pada waktu magma keluar dari lubang kepundan, meleleh kesemua arah dalam jumlah besar dari satu kawah besar/ kawah pusat dan menutupi daerah yang luas yang relatif tipis. Sehingga bentuk gunung yang terbentuk mempunyai alas yang sangat luas dibandingkan dengan tingginya. Sifat magmanya basa dengan kentalan rendah dan kurang mengandung gas. Karena itu erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan bumi secara effusif/ meleleh. Akibatnya lereng gunung api ini landai (2-10°) tingginya tidak terlalu tinggi dibanding diameternya, dan permukaan lereng halus. Contohnya adalah gunung api di Kepulauan Hawaii

Gambar 17. Gunung api perisai -

Gunung Api Kerucut Gunung api ini dibangun oleh materi erupsi yang kebanyakan berupa piroklastik. Magmanya bersifat masam, lebih kental dan banyak 18

mengandung gas sehingga erupsinya eksplosif/ meledak. Materimeteri piroklastik itu akan diendapkan sedikit demi sedikit sampai terbentuk suatu kerucut gunung api. Kadang-kadang bahan erupsinya berganti-ganti antara piroklastik dan lava sehingga kelihatannya

berlapis-lapis.

Gunung

api

demikian

disebut

Composite Cone atau kerucut campuran. Jadi bentuknya juga seperti kerucut dengan lereng curam (10-35°) kebanyakan gunung api di Indonesia termasuk dalam gunung api kerucut

Gambar 18. Gunung api kerucut -

Gunung Api Maar Bentuk gunung yang tergolong Maar terbentuk kerena terjadi letusan eksplosif sebuah dapur magma yang relatif kecil dan dangkal, sehingga dengan satu kali erupsi saja habislah aktivitasnya. Bentuk gunung ini biasanya melingkar, disamping itu erupsi berupa gas sehingga di sekitar lubang kepundan habis terkikis oleh gas, dan biasanya meninggalkan lubang besar seperti kubangan. Erupsinya lemah dan sangat berbahaya karena gas-gas beracun yang dikeluarkan. Biasanya pada pertama kalinya terjadi ledakan dahsyat dan menghempaskan sebagian besar tubuh gunung, selanjutnya aktivitas gas lebih dominan. Contohnyya dijumpai Gunung Lamongan

19

Gambar 19. Gunung api Maar Kuat atau lemahnya gunung api tergantung dari tekanan gas, kedalaman dapur magma, luasnya sumber/ dapur magma dan sifat magma (cair/ kental) Menurut aktivitasnya, gunung api dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: 1.

Gunung aktif, yaitu gunung api yang masih bekerja yang kawahnya selalu mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Misalnya Gunung Merapi

2.

Gunung Mati, yaitu gunung api yang sejak tahun 1600 sudah tidak meletus lagi, misalnya Gunung Patuha, Gunung Sumbing

3.

Gunung istirahat, yaitu gunung api yang sewaktu-waktu meletus dan kemudian istirahat kembali, misalnya Gunung Ciremai, Gunung Kelud

Tipe Letusan Gunung Api Letusan gunung api adalah suatu ketampakan gejala vulkanisme kearah permukaan/ suatu aspek kimia pemindahan tenaga kearah permukaan. Tipe letusan gunung api dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi kegiatan serta lokasi pusat kegiatan

a. Berdasarkan bentuk dan lokasi pusat kegiatan 

Letusan pusat yaitu erupsi yang melalui pipa kepundan gunung api



Letusan celah yaitu erupsi yang tidak melalui lubang kepundan gunung api

melainkan meleleh keluar lewat retakan-retakan kerak bumi. Contoh: Plateau Pekka di India, dan Plateau Columbia, AS

b. Berdasarkan lokasi pusat kegiatan menurut Rittman (1962) 

Letusan pusat, lubang kepundan merupakan saluran utama bagi peletusan



Leleran samping, terbentuk apabila magma yang membentuk Sill

menerobos kepermukaan lereng gunung api

20



Korok melingkar, terjadi ketika pipa kepundan tersumbat oleh magma yang

membeku didalamnya, sehingga menghalangi keluarnya magma dan magma mencari jalan lain menerobos magma mencari jalan lain, menerobos batuan yang lebih lemah dan terbentuklan lubang kepundan yang baru. Letusan diluar pusat, terjadi dibagian kaki gunung api dengan sistem saluran magma tersendiri yang tidak ada kaitannyan dengan lubang kepundan utama 

Escher membuat klasifikasi letusan gunung api yang didasarkan pada

besarnya tekanan gas, derajat kecairan magma, dan kedalaman dapur magma sehingga melahirkan tipe-tipe letusan gunung api

No.

Tipe Gunung

Tekanan Gas

1.

Tipe Hawai

2.

3.

Derajat Kecairan Kedalaman Magma

Dapur Magma

Rendah

Cair

Dangkal

Tipe Stromboli

Sedang

Cair

Agak dalam

Tipe Vulkano

Sedang

Agak cair

Agak dalam

a.

Vulkano lemah

Sedang

Kurang Cair

Agak dalam

b.

Vulkano kuat

Tinggi

Kental

Dalam

4.

Tipe Merapi

Rendah

Cair kental

Dangkal

5.

Tipe Pelee

Tinggi

Kental

Dalam

6.

Tipe St. Vincent

Sedang

Kental

Dangkal

7.

Tipe Perret/ Plinian

Tinggi

Cair

Sangat Dalam

Sumber : Samadi 2002, Yudhisti Mengkaji Ilmu Geografi, Sugiyanto, Danang Endarto 2008, Platinum

21

E. Instruksi Magma

Yaitu proses penerobosan magma ke dalam litosfer tetapi tidak mampu mencapai permukaan bumi. Intrusi magma menghasilkan bentukan-bentukan sebagai berikut. a. Batolit, yaitu magma yang membeku di dalam dapur magma b. Lakolit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari resapan magma dan membeku diantara dua lapisan batuan erbentuk lensa cembung c. Sill/ keeping intrusi, batuan beku yang terbentuk diantara dua lapisan batuan, berbentuk pipih dan melebar d. Gang/ dike, yaitu magma yang memotong lapisan batuan dengan arah tegak/ miring, berbentuk pipih dan melebar e. Apofisa, yaitu batuan beku yang bercabang-cabang banyak (seperti menjari) f. Diatrema, yaitu batuan pengisi pipa letusan, berbentuk silinder mulai dari dapur magma sampai kepermukaan bumi g. Lapolith, yaitu batuan beku yang mendesak lapisan di atas dan di bawahnya menjadi bentuk bikonveks h. Pacolith, yaitu jenis batuan beku yang mendesak lapisan di bawahnya sehingga membentuk suatu bentukan lenssa datarcembung

22

BAB IV PENUTUP Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

23

DAFTAR PUSTAKA Soesilo,J., Sutarto, Supraptodan Fitri, Dwi. 2015, Materi Kuliah Struktur Internal Bumi dan Tektonik. Teknik Geologi. UPN Veteran Yogyakarta. Wilson, Marjorie. 1981. Igneous Petrogenesis. London : HarperColinsAcademic Putra, bayu.2011. Hubungan Busur Magmatik dan Asosiasi. David H. 2012. Magma dan Pembentukan Batuan Beku. Billings, M.P., 1977, Structural Geology , Prentice –Hall, New Jersey

24

Related Documents


More Documents from "Juhair Al Habib Masykur"