Tekpang Unfinished (tugas Individu).docx

  • Uploaded by: Akhid Maulana
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tekpang Unfinished (tugas Individu).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,240
  • Pages: 17
Nama Mahasiswa NIM Kelas Tugas keTangal Penugasan Tanggal Pengumpulan

Muhammad Akhid Maulana Akbar 171411053 2B D3-Teknik Kimia 2 28 Februari 2019 21 Maret 2019

Produk pangan : Permen Kopi (Hard candy)

Hard candy adalah jenis permen dengan kandungan total solid sebanyak 97% yang dimasak pada suhu 150oC. Hard candy memiliki tekstur yang keras dan umur simpan yang optimal. Hard candy umumnya dibuat dengan berbahan dasar gula, asam sitrat dan air dengan penambahan pewarna dan perasa makanan.. Kadang dalam pembuatannya juga ditambahkan gula invert. Salah satu produk hard candy yaitu KOPIKO. KOPIKO adalah permen yang terbuat dari kopi asli yang mempunyai rasa, efek yang sama dengan minum kopi. Permen kopi ini diciptakan agar konsumen dapat lebih praktis dalammengkonsumsi kopi, karena apabila dalam pembuatan minuman kopi dibutuhkan waktuuntuk penyajiannya 1. Komposisi Permen ini dibuat dari gula, glukosa, minyak nabati, ekstrak kopi, krim susu, pewarna karamel, lesitin, garam, pewarna alami dan buatan. Tekstur permen ini keras, tetapi lembut. 2. Informasi Nilai Gizi

Terakhir diperbaharui : 20 Juni 2018 (02:50) Sumber

: FatSecret Platform API

*Berdasarkan AKG dari 2000 kalori

Syarat mutu Syarat mutu kembang gula keras sesuai Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 - Syarat mutu kembang gula keras No.

Kriteria uji

Satuan

Persyaratan

1

Keadaan

1.1

Bau

-

Normal

1.2

Rasa

-

Normal (sesuai label)

2

Kadar air

% fraksi massa

Maks. 3,5

3

Kadar abu

% fraksi massa

Maks. 2,0

4

Gula reduksi (dihitung sebagai gula inversi)

% fraksi massa

Maks. 24

5

Sakarosa

% fraksi massa

Min. 35

6

Cemaran logam

6.1

Timbal (Pb)

6.2

Tembaga (Cu)

6.3

Timah (Sn)

6.4

Raksa (Hg)

7

Cemaran Arsen (As)

8

Cemaran mikroba

8.1

Angka lempeng total

8.2

Bakteri coliform

8.3

E. coli

8.4

Staphyllococcus aureus

8.5

Salmonella

8.6

Kapang/khamir

Sumber : SNI 3547.1:2008

mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg

koloni/g APM/g APM/g koloni/g koloni/g

Maks. 2,0 Maks. 2,0 Maks. 40 Maks. 0,03 Maks. 1,0

Maks. 5 x 102 Maks. 20 <3 Maks.1 x 102 Negatif/25 g maks. 1 x 102

3. Proses Pembuatan Coffee Candy :

3.1 Raw Materials Secara khusus ada 3 bahan utama dalam pembuatan permen kopi :  Gula 

Kopi



Air

3.2 SORTASI Buah kopi yang sudah diproses menjadi biji kopi akan disortasi lagi menurut bobot dan ukuran. Selama proses ini, terjadi proses pembersihan dari benda asing pada biji kopi hijau sebelum mengalami proses produksi.

Biji kopi merupakan bahan baku minuman sehingga aspek mutu [fisik, kimiawi, kontaminasi dan kebersihan] harus diawasi sangat ketat karena menyangkut citarasa, kesehatan konsumen, daya hasil [rendemen] dan efisiensi produksi. Dari aspek citarasa dan aroma, seduhan kopi akan sangat baik jika biji kopi yang digunakan telah diolah secara baik. 3.3 PENYIMPANAN Biji kopi disimpan sesuai dengan keperluan penggorengan berikutnya. Biasanya, tempat penyimpanan biji kopi harus kedap udara dan disimpan di tempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya. Karena Udara, kelembapan, panas, dan cahaya merupakan faktor-faktor lingkungan yang dapat merusak cita rasa kopi. 3.4 ROASTED

Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini akan mempengaruhi rasa minuman karena akan mengubah biji kopi secara fisik maupun kimiawi. Berat biji kopi akan menurun karena hilangnya kelembapan dan peningkatan volume. Proses sangrai diawali dengan penguapan air dan diikuti dengan reaksi pirolisis. Secara kimiawi, proses ini ditandai dengan evolusi gas CO2 dalam jumlah banyak dari ruang sangrai. Sedang secara fisik, pirolisis ditandai dengan perubahan warna biji kopi yang semula kehijauan menjadi kecoklatan. Proses ini dimulai saat suhu di bagian dalam biji kopi mencapai sekitar 200 derarat Celcius. Selama roasted, juga terjadi proses karamelisasi akibat panas yang memecah pati dalam biji, yang mengubahnya menjadi gula sederhana, kemudian berubah warna menjadi cokelat. Sukrosa dengan cepat akan hilang selama proses ini. Pada proses ini juga, minyak-minyak aromatik dan asam-asam akan mengubah rasa. Pada suhu 205 derajat Celcius, jenis-jenis minyak lain mulai muncul. Salah satunya adalah caffeol yang menentukan aroma dan rasa kopi.

Kisaran suhu sangrai yang umum adalah antara 195 sampai 205oC. Waktu penyangraian bervariasi mulai dari 7 sampai 30 menit tergantung pada suhu dan tingkat sangrai yang diinginkan. Kisaran suhu sangrai adalah sebagai berikut: 

Suhu 190 –195 oC untuk tingkat sangrai ringan [warna coklat muda],



Suhu 200 - 205 oC untuk tingkat sangrai medium [warna coklat agak gelap]



Suhu di atas 205 oC untuk tingkat sangrai gelap [warna coklat tua cenderung agak hitam].

3.5 PENCAMPURAN Untuk mendapatkan citarasa dan aroma yang khas, kopi bubuk bisa diperoleh dari campuran berbagai jenis biji kopi atas dasar jenisnya [Arabika, Robusta, Exelsa dll], jenis proses yang digunakan [proses kering, semi-basah, basah], dan asal bahan baku [ketinggian, tanah dan agroklimat]. Untuk Skala home industri pencampuran dilakukan dengan alat pencampur putar tipe hexagonal.

3.6 EKSTRAKSI Ekstraksi menggunakan pelarut air. Prosesnya melalui dua tahap yaitu Perkolasi ( dingin) dan Ekstraksi ( panas). Alatnya seperti yang dibawah ini : Perkolasi

Ekstraksi per Batch

Ekstraksi bubuk kopi dilakukan secara batch dalam kolom dengan sirkulasi pelarut air perbandingan 1/3,5 pada suhu 80 oC selama 45 menit. Sisa bubuk hasil pelarutan dikempa secara manual untuk mengekstrak komponen kopi yang masih tertinggal. Kisaran rendemen ekstraksi antara 30 – 32 % [berat]. Sisa bubuk kopi merupakan limbah untuk diolah menjadi biogas. 3.7 FILTRASI Penyaringan dilakukan untuk memisahkan bagian tidak larut pada proses ekstraksi. 3.8 SENTRIFUGASI Aroma kopi dipertahankan dengan cara reverse osmosis menggunakan membran filtasi. Selain itu, proses ekstraksi dengan panas juga akan mempengaruhi aroma, untuk itu pasca ekstraksi proses berikutnya adalah pendinginan ekstrak hingga suhu di bawah nol derajat celcius.

3.9 EVAPORASI Fungsinya adalah untuk mendapatkan kadar ekstrak ideal

3.10 PEMISAHAN Dipisah sesuai dengan kebutuhan hasil akhir olahan kopi yang dibutuhkan yaitu: a. Spray Dried b. Aglomerasi c. Ekstraksi Biasa

3.10.1 Spray Drying Prinsipnya adalah untuk menghilangkan air, dengan cara ekstrak dilewatkan dalam sebuah kolom; temperatur tinggi dalam kolom tersebut akan menguapkan air hingga didapatkan bubuk kopi. Bubuk kopi dikumpulkan pada bagian bawah kolom. Karbondioksida bertekanan tinggi disemburkan via nozzle dengan butiran halus kopi.

3.10.2. Aglomerasi Bubuk kopi spray dried direbus lagi untuk mendapatkan gumpalan antar partikel bubuk yang lebih besar, fungsinya adalah untuk mendapatkan rasa yang lebih kaya dan aroma yang lebih kuat.

3.10.3 Ekstraksi Kopi hasil ekstraksi awalan tidak mengalami proses lagi, dan langsung dikemas.

3.11 Packaging Material Dalam pengemasan produk, bahan kemasan yang paling banyak pada produk candy adalah plastik polipropilene (PP) dan polivinil klorida (PVC). Tahapan proses pengolahan candy tidak sama pada semua jenis candy. Cotton candy dan jenis candy kristalin berbeda dengan candy non kristalin. Untuk jenis hard candy, tipe pengemas yang digunakan adalah kemasan individual. Tipe ini akan melindungi permen dari terbentuknya butiran-butiran atau kelengketan karena penyerapan uap air dari atmosfer. Bahan pengemas untuk permen meliputi foil yang dilapisi LDPE, PVDC, selophan, plastik polietilen serta paduan aluminium foil dan kertas glasin (Wax paper) (Faridah,2008). 4. Metode pengukuran menurut SNI 3547-1-2008 - Lampiran B (Cara uji kembang gula keras) B.1

Persiapan contoh

Pengambilan contoh untuk uji mikrobiologi dilakukan pertama, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan contoh untuk uji organoleptik dan analisis kimia. Pengambilan contoh diupayakan dari kemasan yang sama. B.1.1 Persiapan contoh untuk uji mikrobiologi Buka kemasan kembang gula keras secara aseptik dan ambil contoh kembang gula keras sebanyak 400 g kemudian hancurkan dan tempatkan dalam botol contoh. B.1.2 Persiapan contoh untuk uji organoleptik Buka kemasan kembang gula keras dan ambil contoh kembang gula keras. B.1.3 Persiapan contoh untuk analisis kimia Buka kemasan kembang gula keras dan ambil contoh kembang gula keras sebanyak 500 g kemudian hancurkan dan tempatkan dalam botol contoh yang bersih dan kering.

B.2

Keadaan

B.2.1

Bau

B.2.1.1

Prinsip

Melakukan analisis terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan indera penciuman (hidung). B.2.1.2

a) b) c)

Ambil contoh uji sebanyak 5 buah dan letakkan diatas gelas arloji yang bersih dan kering; Cium contoh uji untuk mengetahui baunya; Lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis atau 1 orang tenaga ahli.

B.2.1.3 a) b)

Cara kerja

Cara menyatakan hasil

Jika tidak tercium bau asing maka hasil dinyatakan “normal”; Jika tercium bau asing maka hasil dinyatakan “tidak normal”.

B.2.2

Rasa

B.2.2.1

Prinsip

melakukan analisis terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan indera perasa (lidah). B.2.2.2 a) b)

Cara kerja

Ambil 1 buah contoh uji dan rasakan dengan lidah; Lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis atau 1 orang tenaga ahli.

B.2.2.3

Cara menyatakan hasil

a) b)

Jika tidak terasa rasa asing maka hasil dinyatakan “normal”; Jika terasa rasa asing maka hasil dinyatakan “tidak normal”.

B.3

Kadar air

B.3.1

Metode oven

B.3.1.1

Prinsip

Bobot yang hilang selama pemanasan dalam oven pada suhu 100 °C ± 2 °C. Bobot yang hilang atau kadar air dihitung secara gravimetri. B.3.1.2 -

Desikator yang berisi desikan; Cawan nikel, platina atau aluminium bertutup; Oven terkalibrasi dengan ketelitian 1 °C; Neraca analitik terkalibrasi dengan ketelitian 0,1 mg.

B.3.1.3 a) b) c) d) e) f) g)

Peralatan

Cara kerja

Panaskan cawan beserta tutupnya dalam oven pada suhu 100 °C ± 2 °C selama lebih kurang satu jam dan dinginkan dalam desikator selama 20 menit - 30 menit kemudian timbang dengan neraca analitik (cawan dan tutupnya) (W0); Masukkan 5 g contoh ke dalam cawan, tutup, dan timbang (W1); Panaskan cawan yang berisi contoh tersebut dalam keadaan terbuka dengan meletakkan tutup cawan disamping cawan di dalam oven pada suhu 100 °C ± 2 °C selama tiga jam (tiga jam setelah suhu oven 100 °C); Tutup cawan ketika masih di dalam oven, pindahkan segera ke dalam desikator dan dinginkan selama 20 menit - 30 menit kemudian timbang; Lakukan pemanasan kembali selama 1 jam dan ulangi kembali sampai perubahan berat antara pemanasan selama 1 jam mempunyai interval ≤ 2 mg (W2); Lakukan pekerjaan duplo; Hitung kadar air dalam contoh.

B.3.1.4 Kadar air 

Perhitungan W1  W2

x100%

W1  W0 dengan; W0 adalah bobot cawan kosong dan tutupnya, (g); W1 adalah bobot cawan, tutupnya dan contoh sebelum dikeringkan, (g); W2 adalah bobot cawan, tutupnya dan contoh setelah dikeringkan, (g). B.3.1.5

Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 10 % dari nilai rata-rata hasil kadar air atau deviasi (RSD) maksimal 4 %. Jika kisaran lebih besar dari 10 % atau deviasi lebih besar dari 4 % analisis harus diulang kembali.

B.3.2 Metode Karl Fischer B.3.2.1

Prinsip

Contoh dititar menggunakan pereaksi Karl Fischer yang terdiri dari iodin, sulfur dioksida, piridin dan metanol. Iodin akan direduksi oleh sulfur dioksida dengan adanya piridin dan metanol selama adanya air dalam contoh.

B.3.2.2 a) b) c)

Perangkat titrasi Karl Fischer (manual atau otomatis dengan stirer) Siring ukuran 1 ml dengan jarum yang ujungnya bertutup (0-40 unit jenis insulin) Siring ukuran 10 ml tanpa jarum dari jenis plastik disposable

B.3.2.3

a)

Peralatan

Pereaksi

Pereaksi Karl Fischer - Larutkan 133 g Iodine (I2) dengan 425 ml pyridine kering dalam gelas botol kering yang bertutup. - Kemudian tambahkan 425 ml ethylene glycol monomethyl ether kering. - Dinginkan pada suhu 4 °C dalam penangas es dan busakan dengan 102 g -105 g SO 2. - Campurkan hingga merata dan diamkan 12 jam. Pereaksi yang dibuat umumnya sudah stabil, tapi perlu distandarisasi setiap satu seri penetapan. - Masukkan 50 ml formamida dalam piala Barzelius berukuran 200 ml yang memiliki stirer magnetik. - Titar perlahan-lahan hingga mendekati titik akhir hingga penambahan 0,1 ml menunjukkan titik nol selama 60 detik. - Tambahkan dengan cepat 0,250 g - 0,350 g dissodium tartrate. 2H2O. Segera lakukan titrasi lagi sampai mencapai titik akhir. Ulangi penentuan dan hitung rata- ratanya : H2O (mg Na2C4H4O6 2H2Ox0,1566) (mg)  ml pereaksi ml pereaksi

b)

Pelarut Karl Fischer Campur metanol anhidrat dan CHCl3 dengan volume yang sama

B.3.2.4 a)

Standardisasi pereaksi Karl Fischer

b)

Timbang secara tepat 125 mg H2O dari 1 ml siring (5 unit) ke dalam 30 ml - 50 ml pelarut yang belum dititrasi; Titrasi dengan menggunakan pereaksi Karl Fischer sampai mendekati titik akhir dan tambahkan 0,1 ml sampai titik akhir tidak berubah selama 1 menit (biasanya > 50 amp);

c)

Hitung C 

g H2O ml pereaksi

Perlakuan ulangan harus tidak melebihi 0,1 mg H2O/ ml pereaksi. B.3.2.5 a) b) c) d)

Cara kerja

Masukkan contoh dalam kantong Whirl-Pak yang tertutup kemudian masukkan dalam gelas piala 400 ml dan lelehkan dalam oven suhu 40 oC  2 oC selama < 2 jam; Campurkan dengan cara mengaduk selama 1 menit menggunakan spatula atau pengaduk gelas; Pindahkan contoh dengan menggunakan siring berukuran 10 ml, kemudian timbang; Tambahkan contoh yang mengandung 100 mg H 2O ke dalam 30 ml - 50 ml pereaksi yang belum dititrasi dan ditimbang kembali. Kemudian lakukan titrasi seperti pada proses standarisasi.

B.3.2.6

H O (%) 

Perhitungan

ml

pereaks x C x 100 i

B.3.2.7

Ketelitian

Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 10 % dari nilai rata-rata hasil kadar air atau deviasi (RSD) maksimal 4 %. Jika kisaran lebih besar dari 10 % atau deviasi lebih besar dari 4 % analisis harus diulang kembali.

Syarat lulus uji : Kembang gula keras dinyatakan lulus uji apabila memenuhi syarat mutu sesuai Pasal 4. Higiene : Cara memproduksi kembang gula keras yang higienis termasuk cara penyiapan dan penanganannya mengacu pada peraturan tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik. Pengemasan : Kembang gula keras dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan. Penandaan : Syarat penandaan sesuai dengan peraturan tentang label dan iklan pangan.

Daftar Pustaka Clarke, R. J. and Macrae, R. 1985. Coffe chemestry (Volume 1). Elsevier Applied Science, London and New York. Clarke, R. J. and Macrae, R. 1987. Coffe Technology (Volume 2). Elsevier Applied Science, London and New York. http://coffeecology.blogspot.com/2012/10/proses-pembuatan-kopi-instan-skala.html Diakses pada 12 Maret 2019 pukul 19.25 https://www.pdfcoke.com/doc/275447886/Kembang-gula-keras-SNI-3547-1-2008-pdf Diakses pada 12 Maret 2019 pukul 21.37 Association of Official Analytical Chemistry. 2000. AOAC Official Method 977.10, Moisture in Cacao Products, 17th Edition, Chapter 31.1.03.

Related Documents

Tugas Tekpang 2.docx
April 2020 14
Tugas Tekpang 1.docx
November 2019 16
Tekpang Telur.docx
November 2019 11
Unfinished Storey
October 2019 18

More Documents from ""