Teknologi Bahan Konstruksi - Hans Natrido.docx

  • Uploaded by: Debora Livia
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Teknologi Bahan Konstruksi - Hans Natrido.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,168
  • Pages: 69
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Disusun oleh :

KELOMPOK A-1

HANS NATRIDO BISTOK HUTASOIT 21010113120053

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa dibawah ini :

Nama

: HANS NATRIDO BISTOK HUTASOIT

Nim

: 21010113120053

Telah menyelesaikan laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Telah diperiksa serta disahkan pada :

Hari

:

Tanggal

:

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Ir. Han Ay Lie, M.Eng NIP. 19561109 1985 03 2002

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 2

KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia yang dilimpahkan kepada kami sehingga Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi yang harus dilaksanakan oleh setiap mahasiswa untuk dapat mengikuti ujian mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi. Dalam setiap proses penyelesaian laporan ini kami telah menerima bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami selaku praktikan dari kelompok 19 ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Ir. Han Ay Lie, M.Eng selaku Ketua Laboratorium Bahan Bangunan Asisten Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi. 2. Bapak Ir. Moga Narayudha, Spl , Ibu Ir. Frida Kristiani dan Ibu Ir. Han Ay Lie, M.Engselaku dosen mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi. 3. Bapak Pardi selaku laboran yang telah banyak membimbing kami dalam pelaksanaan praktikum Teknologi Bahan Konstruksi ini. 4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan, sehingga untuk penyusunan laporan berikutnya dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, kami berharap agar laporan yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya serta kemajuan bagi almamater kita tercinta. Semarang, 12 November 2013

Hans Natrido Bistok Hutasoit

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 3

DAFTAR ISI Lembar pengesahan........................................................................................................2 Kata pengantar...................................................................................................………3 Daftar isi.........................................................................................................................4 BAB I Pemeriksaan Semen Portland41 I-B. Uji Konsistensi Normal dan Waktu Pengikatan Awal Semen.................8 BAB II Pemeriksaan Agregat Halus II-A. Kandungan Lumpur & Kotoran Organis Agregat Halus.......................13 II-B. Analisa Saringan Untuk Agregat Halus.................................................17 II-C. Kadar Air dan Berat Isi Agregat Halus..................................................22 II-D. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus.....................................25 BAB III Pemeriksaaan Agregat Kasar III-A. Keausan Agregat Kasar........................................................................28 III-B. Kadar Air dan Berat Isi Agregat Kasar.................................................31 III-C. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar....................................35 III-D. Impact Test...........................................................................................37 III-E. Kandungan Lumpur Dalam Agregat Kasar……………………..…….41 III-F. Saringan Agregat Kasar………………………………………..……...42 BAB IV Pemeriksaan Bahan Beton IV-A. Kuat Tekan Mortar Beton.....................................................................45 IV-B. Percobaan FAS dan Slump Test............................................................48 IV-C. Percobaan Kuat Tekan Kokoh Beton....................................................52 IV-D. Menentukan Kuat Tekan Kokoh Beton dengan Hammer Beton..........58 BAB V. Pemeriksaan Baja V. Pengujian kuat tarik baja.........................................................................66

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 4

BAB I PEMERIKSAAN SEMEN PORTLAND Percobaan : I - A

BERAT JENIS SEMEN

A. MAKSUD dan TUJUAN :

1. Menerangkan prosedur pemeriksaan berat jenis semen. 2. Menggunakan peralatan pemeriksaan berat jenis semen. 3. Menentukan berat jenis semen. B. ALAT dan BAHAN :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Timbangan Corong kaca Le Chatelier Flash Gelas ukur Termometer Kerosin bebas air Semen Portland Semen Portland Air dengan suhu 200 C

C. HASIL PERCOBAAN

MEREK SEMEN

: Semen Tiga Roda

Suhu ruang

: 30 C Berat Jenis

Percobaan Berat (gram) V1 (ml) V2 (ml) 1 64 1 20,4 2 15 18 20,8 Rata-rata berat jenis

V2-V1 19,4 2,8

m (V 2  V 1)

3,298969072 5,357142857 4,328055965

D. SYARAT DAN KETENTUAN

1. 1.Berdasarkan ASTMC C-138 berat jenis semen Portland yang disyaratkan berkisar 3,15. 2. Berdasarkan SNI 15-2049-2004, syarat berat jenis semen 3,15 dengan variasi sampai dengan 0,15 sehingga berat jenis semen yang diperbolehkan 3,00 – 3,30.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 5

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan diperoleh berat jenis semen sebesar 4,32. Untuk itu semen tidak dapat digunakan karena tidak memenuhi ketentuan ASTM C-138/C – 138M dan SNI 15 – 2049 – 2004.

F. SARAN

1. Dalam melakukan percobaan ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah a. Pada saat memasukkan semen hendaknya diusahakan agar tidak semen tidak menempel ke dinding Le Chatelier Flash. b. Diperlukan ketelitian dalam membaca skala pada Le Chatelier agar diperoleh hasil yang akurat.

G. DAFTAR PUSTAKA 1. ASTMC C-138 2. SNI 15-2049-2004

H. LAMPIRAN

1. Le Chatelier 2. Timbangan analitis 3. Corong kaca

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 6

LAMPIRAN PERCOBAAN 1-A BERAT JENIS SEMEN PORTLAND

Le Chatelier

Timbangan analitis

Corong kaca

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 7

Percobaan I-B UJI KONSISTENSI NORMAL dan WAKTU PENGIKATAN AWAL SEMEN A. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Menerangkan prosedur pelaksanaan percobaan 2. Menentukan presentase air yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi normal semen 3. Menentukan waktu pengikatan awal semen

B. MAKSUD DAN TUJUAN a. Timbangan b. Termometer c. Mangkuk porselin dan penumbuk d. Cincin ebonit e. Gelas ukur 100 cc f. Alat vicat, lengkap dengan peralatan jarumnya g. Plat kaca ukuran 15 x 15 x 0.5 cm h. Sendok pengaduk i. Stop watch j. Semen k. Air ( standart air PAM ) l. Minyak / pelumas C. PENGOLAHAN DATA 1. Analisa Konsistensi semen Portland

Tabel Analisa Konsistensi Normal Semen Portland No.

Berat Semen (gr)

1. 2. 3. 5. 6. 8.

300 300 300 300 300 300

Presentase Air (%) 25% 27% 28% 39% 31% 35%

Penurunan Jarum (mm) 4 4,5 5 9 13 20

Suhu (0C)

Keterangan

30 0C 30 0C 30 0C 30 0C 30 0C 30 0C

Semen Tiga roda

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 8

Grafik Analisa Konsisten Normal Semen Portland Penurunan Jarum (mm)

25 y = -0.1762x2 + 12.033x - 190.09 R² = 0.714

20 15

Series1 10

Poly. (Series1)

5

Linear (Series1)

0 0

10

20

30

40

50

Presentase Air (%)

2. Analisa Pengikatan Awal Semen Portland Tabel Analisa Pengikatan Awal Semen Portland No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Waktu penurunan (menit) 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150

Penurunan Jarum (mm) 40 40 40 36 34 31 29,5 15 9 3

Suhu (oC)

Keterangan

31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

Semen Tiga roda

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 9

Grafik Analisa Pengikatan Awal Semen Portland y = -0.0026x + 0.1501x + 38.042 Penurunan Jarum (mm)

2

R² = 0.9763

50 40 30

Series1

20

Poly. (Series1)

10

Linear (Series1)

0 0

50

100

150

200

Waktu Penurunan (Menit)

Catatan :  Konsistensi Normal  Pengikatan Awal

= 29,5 % = 110 menit

D. SYARAT DAN KETENTUAN

1. Berdasarkan SNI 15 – 2049 -2004 7.2.3.4 konsistensi normal pasta tercapai apabila batang peluncur menembus sampai batas akhir 10 mm di bawah permukaan pasta dalam waktu 30 detik setelah dilepaskan. 2. Berdasarkan SNI 15 – 2049 – 2004 7.2.4.5 catatan 96 dan SK SNI M -113 – 1990 – 03 waktu pengikatan awal semen ditentukan saat penurunan jarum mencapai 25 mm. Berdasarkan SNI 15 – 2049 – 2004 tabel 3 dan ASTM C 150-07 tabel 3 waktu minimal pengikatan awal semen menggunakan alat vicat selama 45 menit dan waktu pengikatan akhir maksimal 75 menit. Sedangkan berdasarkan PUBI-1982 pasal 1 tabel 1-2 waktu minimal pengikatan awal semen menggunakan alat vicat selama 60 menit dan waktu pengikatan akhir maksimal 8 jam. E. KESIMPULAN 1. Dari hasil percobaan konsistensi normal diperlukan air sebanyak 29,5% agar mencapai konsistensi normal sesuai yang disyaratkan. 2. Dari hasil percobaan waktu pengikatan awal, semen tiga roda mencapai waktu pengikatan awal pada 110menit dan telah memuhi persyaratan yang ditentukan.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 10

F. SARAN a. Dalam melakukan percobaan dibutuhkan ketelitian dalam pengukuran semen. Pembacaan skala pada alat sebaiknya pada arah tegak lurus dengan mata sehingga pembacaan skala akurat. b. Jenis semen yang digunakan dalam konsistensi normal dan pengikatan awal harus sama, karena setiap jenis semen memiliki waktu pengikatan awal dan factor air yang berbeda. c. Air yang digunakan dalam pengikatan awal harus bebas dari kotoran organis, minyak, dan garam karena akan mempengaruhi waktu pengikatan awal. G. DAFTAR PUSTAKA SNI 15 – 2049 – 2004 SK SNI M – 113 – 1990 – 03 ASTM C 150-07 PUBI-1982 pasal 1 tabel 1-2

H. LAMPIRAN 1. Gambar alat Vicat

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 11

LAMPIRAN PERCOBAAN 1-B UJI KONSISTENSI NORMAL dan WAKTU PENGIKATAN AWAL SEMEN

Gambar alat vicat

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 12

BAB II PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS Percobaan II-A KANDUNGAN LUMPUR dan KOTORAN ORGANIS AGREGAT HALUS

A. MAKSUD dan TUJUAN : 1. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaannya. 2. Dapat menentukan banyaknya kandungan butir lebih kecil dari 50 micron (lumpur ) yang terdapat dalam pasir. 3. Dapat menentukan prosentase zat organis yang terkandung dalam agregat halus. B. ALAT dan BAHAN 1. Timbangan dengan ketelitian 1 gram. 2. Gelas ukur berkapasitas 250 cc, 2 buah. 3. Bejana gelas diameter 10 cm , tinggi 20 cm , 1 buah. 4. Pengaduk dari kayu. 5. Cawan. 6. Oven. 7. Pasir kering , 2 jenis. 8. NaOH 3 % 9. Air C. HASIL PERCOBAAN 1. Percobaan dengan cara kocokan Tinggi pasir + lumpur

Tinggi pasir

Tinggi lumpur

Kandungan lumpur

140cc

134cc

6cc

4.285714286 %

2. Percobaan dengan cara cucian Percobaa n 1 2

Berat pasir Berat setelah mula-mula dicuci 100gr 99gr 100gr 95gr Berat rata-rata

Berat lumpur 1gr 5gr

Kandunga n lumpur 1% 5% 3%

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 13

3. Percobaan kandungan zat organis Tinggi pasir + lumpur 136

Tinggi pasir 128

Tinggi lumpur 8

Kandungan lumpur 5.882352941

Warna NaOH, kuning (Tintometer no.8) D. SYARAT DAN KETENTUAN 1. Syarat dan ketentuan pasir menurut PBI 1971 N.I-2 (pasal 3.3 Agregat Halus (Pasir). a) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian – bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci. b) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan – bahan organis terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan larutan NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan agregat tersebut adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama. 2. Menurut ASTM C40 -04, standar warna untuk kandungan zat organis nomor.3, sedangkan di gardner colour nomor 11. E. KESIMPULAN 1. Pada percobaan dengan sistem kocokan, kandungan lumpur diperoleh sebesar 4.286 % (hasil pembulatan). Prosentase kadar lumpur dari pasir tersebut sesuai dengan batas yang diizinkan, yaitu 5 % menurut PBI 1971 N.I-2. Jadi, pasir tersebut dapat dipakai sebagai bahan adukan maupun campuran beton. 2. Sedangkan pada percobaan sistem pencucian hasilnya berbeda dengan percobaan sistem kocokan yaitu sebesar 3 %. Jadi, kualitas pasir pada sistem pencucian telahmemenuhi syarat PBI 1971 N.I-2. 3. Pada percobaan kandungan zat organis warna NaOH yang didapatkan adalah kuning (tintometer no.8). Jadi memenuhi syarat untuk standar warna NaOH. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa agregat halus memenuhi persyaratan bahan bangunan yang baik untuk digunakan sebagai bahan kontruksi karena pada sistem cucian kandungan lumpurnya kurang dari 5 %.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 14

F. SARAN 1. Dalam percobaan pencucian harus dilakukan dengan hati-hati agar yang hilang hanya air keruhnya bukan pasirnya. 2. Untuk kandungan lumpur yang melebihi batas yang diijinkan yaitu >5%, maka menurut PBI 1971 N I-2 agregat halus harus dicuci kembali.

G. DAFTAR PUSTAKA PBI 1971 N.I-2 (pasal 3.3 Agregat Halus (Pasir)). PUBI 1982 BAB A pasal 11 ASTM C 40-04 H. LAMPIRAN 1. Gambar pengujian kandungan lumpur dan kotoran organis. 2. Gambar tintometer.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 15

LAMPIRAN PERCOBAAN II-A KANDUNGAN LUMPUR dan KOTORAN ORGANIS AGREGAT HALUS

Pengujian kandungan lumpur dan kotoran organis

Gambar Tintometer

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 16

Percobaan II-B ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS A. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan. 2. Dapat membuat diagram butir pasir. 3. Dapat menetukan modulus kehalusan pasir. B. ALAT dan BAHAN 1. Satu set saringan untuk agregat halus (Standard ASTM). 2. Oven 3. Stopwatch 4. Cawan dan sikat 5. Timbangan ketelitian 1 gram. 6. Mesin penggucang saringan 7. Agregat halus/pasir

C. PENGOLAHAN DATA Tabel Analisa Saringan untuk Agregat Halus

Diameter (mm) 9,52 4,76 2,36 1,18 0,6 0,25 0,15 0,074 0 Jumlah

SISA DIATAS SARINGAN Percb. Percb. I II Rata-rata (gram) (gram) ( gr ) (%) 0 0 0 0 36 49 42,5 4,267068273 55 71 63 6,325301205 28 22 25 2,510040161 253 185 219 21,98795181 33 20 26,5 2,66064257 476 520 498 50 76 85 80,5 8,082329317 40 43 41,5 4,166666667 997 995 996 100 Modulus kehalusan butir (FM)=

Jumlah sisa komulatif (%) 0 4,267068273 10,59236948 13,10240964 35,09036145 37,75100402 87,75100402 95,83333333 100

Jumlah yang lolos 95,7329317 89,4076305 86,8975904 64,9096386 62,248996 12,248996 4,16666667 0

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 100

4.267068  10,594  13,10241  35,09036  37,752  87,751 FM  100



188,5542 100

= 1,885542 %

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 17

Sisa di atas saringan 4 mm 1 mm 0,25

Syarat PBI 1971 Min 2 % berat Min 10 % berat Antara 80-90 %

Hasil Percobaan 4,267 % 13,102 % 37,749 %

Keimpulan Memenuhi Memenuhi Tidak memenuhi

Berat mula-mula = 1000 gram Berat setelah disaring = 996 gram Kehilangan berat = 4 gram 4 Prosentase kehilangan berat = x 100 % = 0,4 % 1000

D. SYARAT DAN KETENTUAN 1. Menurut PBI 1971 N.I-2 (pasal 3.3 AGREGAT HALUS ayat 5)  Pasir halus terdiri dari butiran ayakan yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Sisa di atas ayakan diameter 4 mm, minimal 2 % berat b. Sisa di atas ayakan diameter 1 mm, minimal 10 % berat c. Sisa di atas ayakan diameter 0,25 mm, harus berkisar antara 80 % sampai 95 % berat  Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, (maksudnya bagian pasir yang lolos melalui saringan 0,063 mm). 2. Menurut PUBI 1982 BAB A pasal 11 disebutkan bahwa angka kehalusan fineness modulus terletak antara 2,2 – 3,2 3. Menurut CRD-C 104-80 disebutkan bahwa modulus kehalusannya diantara 2,00 – 4,00 E. KESIMPULAN 1. Modulus kehalusan pasir adalah 2,409 telah disesuaikan dengan standart CRDC104-80 (2,00 – 4,00) dan PUBI 1982 BAB A pasal 11 (2,2 – 3,2) 2. Sisa saringan 4 mm sebesar 4,267 % ini berarti memenuhi stnadar PBI 1971 (min 2 %). 3. Sisa saringan 1 mm sebesar 13,102 % ini berarti memenuhi standar PBI 1971 (min 10 %). 4. Sisa saringan 0,25 mm sebesar 37,749 % ini termasuk tidak memenuhi standar PBI 1971 (min 80-95 %).

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 18

F. SARAN Sebaiknya pasir disimpan di tempat yang tidak tercampur dengan lumpur agar tidak meningkatkan kandungan lumpurnya. Untuk pasir dengan gradasi halus kurang, dapat digunakan untuk dasar paving blok (untuk meratakan tanah) atau pasir tersebut dicampur dengan pasir yang halus hingga menaikkan mutu pasir yang akan memenuhi standar PBI 1971 N.12 dan CRD-C 104-80 G. DAFTAR PUSTAKA PBI 1971N.I-2 (pasal 3.3 AGREGAT HALUS (PASIR) ayat 5) PUBI 1982 BAB A pasal 11 SNI 03-1968-1990 CRD-C 104-80 ASTM C 33-03 SII.0052 H. LAMPIRAN 1. Gambar mesin vibrator 2. Gambar timbangan analitis 3. Gambar grafik analisa agregat halus.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 19

LAMPIRAN PERCOBAAN II-B ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

Gambar mesin vibrator

Gambar timbangan analitis

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 20

Gambar grafik analisa agregat halus

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 21

Percobaan II-C KADAR AIR dan BERAT ISI AGREGAT HALUS A. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan percobaan 2. Dapat menentukan presentase air yang dikandung dalam agregat halus B. ALAT dan BAHAN : 1. Timbangan dengan ketelitian 1 gram kapasitas 20 kg. 2. Oven pengering 3. Silinder berlubang 4. Batang besi diameter 16 mm dan panjang 60 cm 5. Cawan 6. Aggregat halus (untuk pengujian berat isi) 7. Agregat halus (untuk pengujian kadar air) - 500 gr asli - 500 gr SSD C. PENGOLAHAN DATA

Melalui hasil percobaan yang telah dilakukan , dapat diketahui bahwa agregat halus berupa: 



Data Percobaan a. Kadar air asli Berat contoh Berat kering

(1) = 500 gram (1) = 479 gram

(2) = 500 gram (2) = 472 gram

b. Kadar air SSD (Absorption) Berat contoh (1) = 500 gram Berat kering (1) = 497 gram

(2) = 500 gram (2) = 493 gram

Pengolahan Data a. Agregat halus dengan benda uji pasir asli Berat contoh Berat kering Berat kering rataPercobaan (gram) (gram) rata (gram) 1

500

479

2

500

472

475,5

a. Agregat halus dengan benda uji pasir SSD Berat contoh Berat kering Berat kering Percobaan (gram) (gram) rata-rata (gram) 1 500 497 495 2 500 493

Berat air (gram)

Kadar air (%)

24,5

4,9

Berat air (gram) 5

Kadar air (%) 1

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 22

b. Berat isi asli  gembur = 3708 gr  padat = 4779 gr

 2941.66 = 1,260 kg/dm3  2941.66 = 1,624 kg/dm3

c. Berat isi SSD  gembur = 4321 gr  padat = 5335 gr

 2941.66 = 1,468 kg/dm3  2941.66 = 1,813 kg/dm3

D. SYARAT DAN KETENTUAN 1. Syarat dan ketentuan kadar air pada pasir asli dan pasir SSD (sesuai PBI 1971 N.I-2) sebesar maksimal 6% 2. Syarat dan ketentuan berat isi gembur dan padat pada pasir asli dan pasir SSD (sesuai PBI 1971 N.I-2) sebesar maksimal 1,30 kg/dm3 3. Menurut SK SNI M-11-1989-F Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen. E. KESIMPULAN Dari hasil percobaan kadar air agregat halus asli dan agregat halus SSD diperoleh kesimpulan : 1. Kadar air agregat halus asli pada percobaan adalah 4,9 %. 2. Kadar air agregat halus SSD pada percobaan adalah 1 %. F. SARAN Agregat halus tetap bias digunakan meskipun memiliki kadar air yang cukup berbeda-beda, hanya saja jumlah air yang dicampurkan pada saat pencampuran untuk bahan pembuatan beton disesuaikan dengan kadar air yang terkandung dalam agregat halus tersebut. G. DAFTAR PUSTAKA PBI 1971 N.I-2 SK SNI M-11-1989-F H. LAMPIRAN 1. Gambar silinder besi 2. Gambar timbangan analitis.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 23

LAMPIRAN PERCOBAAN II-C KADAR AIR dan BERAT ISI AGREGAT HALUS

Gambar silinder besi

Gambar timbangan analitis

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 24

Percobaan II-D BERAT JENIS dan PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS

A. MAKSUD dan TUJUAN 1.Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan 2. Dapat menentukan berat jenis dan prosentase berat air yang dapat diserap agregat halus, dihitung terhadap berat kering B. ALAT dan BAHAN 1. Timbangan 2. Kerucut terpancung 3. Picnometer gelas 4. Penumbuk 5. Saringan No. 4 6. Termometer 7. Oven pengering 8. Cawan 9. Desikator 10. Agregat halus kering (setelah di oven). 11. Air bersih. C. PENGOLAHAN DATA Tabel Hasil percobaan berat jenis agregat halus

Jenis Pasir

No. Perc. 1 2

Asli 1 2 SSD

Berat Berat Berat Air Contoh Contoh 500ml (B) dalam air (A)gram gram (C) gram 500 695 998 500 695 995 Berat Jenis Rata-rata 500 695 937 500 695 941 Berat Jenis Rata-rata

Volume Benda Uji (cm3) V=B+A-C 197 200 258 254

Berat Jenis (gr/cm3) A/V 2,5380711 2,5 2,5190356 1,9379845 1,9685039 1,9532442

D. SYARAT DAN KETENTUAN Menurut ACI Education Bulletin E1-07 pasal 3.2.1 berat jenis agregat SSD yaitu 2,4 – 2,9. Sedangkan menurut Revisi SNI 03-1737-1989 pasal 5.1.1.a.6 berat jenis agregat halus minimum 2,5 dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2. E. KESIMPULAN Menurut ketentuan yang ditetapkan di atas, dapat diketahui bagaimana kondisi atau kualitas dari agregat halus pada percobaan yang dilakukan. Agregat tersebut mempunyai nilai yang sesuai dengan ketentuan pada PBI 1971 N.I-2, maka dari segi kualitas jenis agregat pasir pada percobaan ini cukup baik untuk dipakai sebagai bahan bangunan dan campuran beton.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 25

F. SARAN Untuk memperbaiki mutu pasir yang memiliki berat jenis kurang, pasir dapat dicampur dengan pasir lain yang memiliki berat jenisyang sesuai dengan persyaratan. Dalam pemilihan pasir harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena perbedaan berat jenis akan mempengaruhi kualitas beton. G. DAFTAR PUSTAKA ACI Education Bulletin E1-07 Revisi SNI 03-1737-1989 PBI 1971 N I-2 H. LAMPIRAN 1. Gambar kerucut terpancung 2. Ragam kondisi agregat halus

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 26

LAMPIRAN PERCOBAAN II-D BERAT JENIS dan PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS

Gambar kerucut terpancung

Ragam Kondisi Agregat Halus

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 27

BAB III PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR Percobaan III-A KEAUSAN AGREGAT KASAR A. MAKSUD dan TUJUAN 1. Dapat mengetahui ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. B. ALAT dan BAHAN 1. Los Angeles Abrassion Machine 2. Bola baja 12 buah 3. Talang 4. Saringan nomor 12 5. Oven pengatur suhu 6. Timbangan 7. Agregat kasar 8. Air C. PENGOLAHAN DATA Tabel Hasil percobaan keausan agregat kasar Ukuran saringan Berat dengan Gradasi Benda Uji (gram) Lewat Tertahan A B C D E F G (mm) (mm) 76,2 63,5 2500 63,5 50,8 2500 50,8 38,1 5000 5000 38,1 25,4 1250 5000 5000 25,4 19,05 1250 5000 19,05 12,7 1250 2500 12,7 9,51 1250 2500 9,51 6,35 2500 6,35 4,75 2500 4,75 2.36 5000 Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12 Berat bola (gram) 5000 4584 3350 2500 5000 5000 5000 Perhitungan : a. berat sebelum diuji b. berat tertahan saringan no. 12 a–b ab x100% Keausan  a 1890 x100% = 10000 = 18,9 %

= = =

10.000 gram 8.110 gram 1.890 gram

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 28

D. SYARAT DAN KETENTUAN Menurut PBI 1971 N.I-2 Bab III Pasal 3.4 ayat 5 : “Kekerasan dari butiran-butiran agregat kasar, setelah diperiksa dengan mesin Los Angeles Abrassion tidak boleh kehilangan berat lebih dari 50 %.” E. KESIMPULAN Berdasarkan dari percobaan dan data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa agregat kasar yang dipakai sebagai sampel percobaan memenuhi persyaratan yaitu 18,9, % (kurang dari 50 %). Hal ini membuktikan bahwa agregat yang diuji adalah agregat dengan butiran yang tajam, keras, dan kekal, sehingga ia kuat dari keausan yang ditimbulkan oleh mesin abrasi. F. SARAN Bahan agregat kasar yang telah memenuhi persyaratan dapat digunakan untuk pekerjaan konstruksi induk, misalnya sebagai bahan dasar penyusun beton. Bila agregat kasar tidak memenuhi persyaratan, kita dapat mencampur agregat kasar tersebut dengan agregat kasar yang memiliki keausan yang lebih baik. G. DAFTAR PUSTAKA PBI 1971 N.I-2 Bab III Pasal 3.4 ayat 5 H. LAMPIRAN 1. Gambar mesin los angeles.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 29

LAMPIRAN PERCOBAAN III-A KEAUSAN AGREGAT KASAR

Gambar mesin los angeles.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 30

Percobaan III-B KADAR AIR dan BERAT ISI AGREGAT KASAR

A. MAKSUD dan TUJUAN : 1. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan percobaan 2. Dapat menetukan prosentase air yang dikandung agregat kasar B. ALAT dan BAHAN : 1. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram 2. Oven pengering 3. Cawan 4. Agregat kasar C. PENGOLAHAN DATA Melalui hasil percobaan yang telah dilakukan , dapat diketahui bahwa agregat kasar berupa: Tabel Hasil percobaan kadar air dan berat isi agregat kasar JENIS KERIKIL

BERAT KERING RATA-RATA (gr)

KADAR BERAT ISI (kg/dm3) AIR GEMBUR PADAT (%)

ASLI 500 gr

525

5

1,420

1,525

SSD 500 gr

490

2

1,446

1,593

 Data Percobaan A. Agregat kasar dengan benda uji kondisi asli Tabel Data percobaan agregat kasar asli BENDA UJI W1 (gram) W2 (gram) 1 500 530 2 500 520

B. Agregat kasar dengan benda uji kondisi SSD Tabel Data percobaan agregat kasar SSD BENDA UJI W1 (gram) W2 (gram) 1 500 491 2 500 489

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 31



Pengolahan Data A. Agregat halus dengan benda uji pasir asli Berat Berat kering contoh Berat kering rata-rata Percobaan (gram) (gram) (gram) 1 500 530 525 2 500 520 B. Agregat halus dengan benda uji pasir SSD Berat Berat kering contoh Berat kering rata-rata Percobaan (gram) (gram) (gram) 1 500 491 490 2 500 489

Berat air (gram) 25

Kadar air (%) 5

Berat air (gram) 10

Kadar air (%) 2

C. Berat isi asli  gembur = 4178 gr  2941.66 = 1,420 kg/dm3  padat = 4488 gr  2941.66 = 1,525 kg/dm3 D. Berat isi SSD  gembur = 4255 gr  padat = 4688 gr

 2941.66 = 1,45 kg/dm3  2941.66 = 1,59 kg/dm3

D. SYARAT DAN KETENTUAN 1.Syarat dan ketentuan kadar air pada kerikil asli dan kerikil SSD (sesuai PBI 1971 N.I-2) sebesar 1,3% 2.Syarat dan ketentuan berat isi gembur dan padat pada kerikil asli dan kerikil SSD (sesuai PBI 1971 N.I-2) sebesar 1,30 kg/dm3 3.Menurut SK SNI M-11-1989-F 4.Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen. E. KESIMPULAN Dari hasil percobaan kadar air agregat halus asli dan agregat halus SSD diperoleh kesimpulan : 1. Kadar air agregat halus asli pada percobaan adalah 5 %. 2. Kadar air agregat halus SSD pada percobaan adalah 2 %. F. SARAN Agregat kasar tetap bisa digunakan meskipun memiliki kadar air yang berbeda – beda, hanya saja jumlah air yang dicampurkan disesuaikan dengan kadar air yang terkandung dalam agregat kasar tersebut.Agregat kasar yang terlalu kering dapat direndam sebentar atau di basahi dengan sedikit air. Karena agregat yang terlalu kering tidak baik untuk campuran pembuatan beton.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 32

G. DAFTAR PUSTAKA PBI 1971 N.I-2 SKSNI M-11-1989-F H. LAMPIRAN 1. Gambar silinder besi 2. Gambar cawan.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 33

LAMPIRAN PERCOBAAN III-B KADAR AIR dan BERAT ISI AGREGAT KASAR

Gambar silinder besi

Cawan

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 34

Percobaan III-C BERAT JENIS dan PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR

A. MAKSUD dan TUJUAN : 1. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan percobaan 2. Dapat menetukan berat jenis dan prosentase berat air yang dapat diserap agregat kasar dihitung terhadap berat kering. B. ALAT dan BAHAN : 1. Timbangan 2. Oven pengering 3. Penjepit 4. Desikator 5. Bejana gelas 6. Kain penyerap 7. Agregat kasar diperoleh dengan menggunakan splitter sampler atau sistim perempat ( quatering ) sebanyak ± 500 gram C. PENGOLAHAN DATA Tabel hasil percobaan berat jenis agregat kasar Berat Berat No. Berat Contoh Isi Dalam Jenis Jenis Perc. (gram) Contoh Air (gr/cm3)

Asli

1

500

314

186

2,68

2

500

315

185

2,7

Berat Jenis Rata-rata

SSD

2,69

1

500

316

184

2,71

2

500

317

183

2,73

Berat Jenis Rata-rata

2,72

Melalui hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui antara kerikil asli dan kerikil SSD menunjukkan perbedaan, terlihat dari data di bawah ini. 

Split asli

500 = 2,68gram/cm3 186 500 b. Berat jenis asli = = 2,7 gram/cm3 185 500 Berat jenis rata-rata = = 2,69 gram/cm3 185,5 a. Berat jenis asli =

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 35



Split SSD

500 = 2,71 gram/cm3 184 500 b. Berat jenis SSD = = 2,73 gram/cm3 183 500 Berat jenis rata-rata = = 2,72 gram/cm3 183,5 a. Berat jenis SSD =

D. SYARAT DAN KETENTUAN Menurut ACI Education Bulletin E1-07 pasal 3.2.1 berat jenis agregat SSD yaitu 2,4 – 2,9. Sedangkan menurut Revisi SNI 03-1737-1989 pasal 5.1.1.a.6 berat jenis agregat minimum 2,5 dan perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2 E. KESIMPULAN Menurut ketentuan yang ditetapkan di atas, dapat diketahui bagaimana kondisi atau kualitas dari agregat kasar pada percobaan yang dilakukan. Terlihat bahwa kedua agregat tersebut mempunyai beberapa nilai yang sesuai dengan ketentuan pada PBI 1971 N.I-2, maka dari segi kualitas jenis agregat kerikil pada percobaan ini cukup baik untuk dipakai sebagai bahan bangunan dan campuran beton. F. SARAN Agregat kasar yang dipilih sebaiknya agregat yang terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar dipilih sesuai dengan ketentuan yakni yang tertahan pada saringan #4 yakni dengan diameter lebih dari 5 G. DAFTAR PUSTAKA ACI Education Bulletin E1-07 Revisi SNI 03-1737-1989 PBI 1971 NI-2

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 36

Percobaan III-D IMPACT TEST A. MAKSUD dan TUJUAN : 1. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaannya 2.Dapat menentukan kekuatan agregat akibat tumbukan B. ALAT dan BAHAN : 1. Satu set alat impact test yang dilengkapi dengan penumbuk seberat 15 lbs (15 x 0.45 kg = 6.75 kg ) dengan tinggi jatuh 12 inc ( 12 X 2.54 = 30.48 ≈ 30cm ) 2. Saringan No 12, 3/8 “, 1/2 “ 3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram 4. Agregat kasar yang lewat saringan 1/2 “ dan tertahan 3/8 “ sebanyak 50 x berat jenisnya ( sesuai dengan hasil praktikum sebelumnya ) C. PERHITUNGAN Kekuatan agregat terhadap pengetesan impact :

B B

3

x 100 %

1

Ket : B1= Berat contoh B2= Berat contoh tertahan saringan no. 10 B3= Berat contoh lolos saringan no. 10 D. PENGOLAHAN DATA Ukuran diameter Berat contoh awal

: 2/3 : 134,7709

Berat jenis contoh aggregate : 2,69 Tabel hasil percobaan impact test NO.

Berat Contoh B1 (gram)

Berat Tertahan saringan B2(gram)

Berat Lolos saringan B3(gram)

1.

134,7709

110

24,7709

2.

134,7709

109

25,7709

Percobaan Agregat I, B1

= 134,7709gram

B2

= 110

B3

= 24,7709 gram

gram

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 37

Percobaan Agregat II, B1

= 134,7709 gram

B2

= 109

B3

= 25,7709

gram gram

B Ketahanan Agregat I

=

B

3

x 100 %

1

= 18,38 %

B Ketahanan Agregat II

=

B

3

x 100 %

1

= 19,12 % Ketahanan Impact rata – rata

18,38 %  19,12 % =

2

= 18,75 % E. SYARAT DAN KETENTUAN Menurut Indian Standard 383-1970, disebutkan bahwa: 1. Nilai kehancuran agregat tidak boleh melebihi 45%, untuk agregat yang digunakan selain lapisan, dan 30% untuk agregat yang digunakan untuk penggunaan lapisan seperti landasan pesawat terbang dan jalan. 2. Nilai tumbukan agregat tidak boleh melebihi 45% dari beratnya untuk agregat yang digunakan selain lapisan, dan 30% untuk agregat yang digunakan untuk penggunaan lapisan sperti landasan pesawat terbang dan jalan. F. KESIMPULAN Agregat kasar yang diuji bermutu baik karena presentase hancurnya sebesar 18,75% masuk ke dalam interval yang di tentukan, yaitu berdasarkan Indian Standard sebesar kurang dari 45% untuk penggunaan selain lapisan dan 30% untuk penggunaan lapisan seperti landasan pesawat terbang dan jalan. Selain itu agregat kasar yang diuji juga memenuhi syarat berdasarkan British Standard 812: Part 112:1990 yaitu memiliki Agregate Impact Value (AIV) kurang dari 30%. Sehingga agregat yang diuji layak untuk pekerjaan konstruksi bangunan. G. SARAN

Dalam pemilihan agregat sebaiknya dipilih yang keras, tidak berpori, permukaan kasar, dan kekal sehingga tidak terlalu banyak yang aus akibat tumbukan.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 38

H. DAFTAR PUSTAKA Indian Standard 383-1970 British Standard 812: Part 112:1990 I. LAMPIRAN 1. Gambar alat impact test

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 39

LAMPIRAN PERCOBAAN III-D IMPACT TEST

Gambar alat impact test

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 40

Percobaan III-E KANDUNGAN LUMPUR DALAM AGREGAT KASAR A. PENGOLAHAN DATA Tabel Analisa kandungan lumpur agregat kasar Prosentase lumpur No.

Berat benda uji sebelum dicuci (Ba)

Berat cawan (C)

Berat benda uji setelah dicuci dan dioven (Bb)

100  ( Bb  C ) x100% 100

1.

100 gram

168,2 gram

267,4 gram

0,8 %

2.

100 gram

168,2 gram

265,4 gram

2,8 %

3.

100 gram

168,2 gram

266,8 gram

1,4 %

Hasil rata-rata kandungan lumpur = (

0,8  2,8  1,4 ) % = 1,67 % 3

B. SYARAT DAN KETENTUAN Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2 pasal 3.4 ayat 3, bahwa agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan terhadap berat kering) yang diartikan bahwa lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1 %, maka agregat kasar harus dicuci.

C. PEMBAHASAN Dari rata-rata kandungan lumpur yang diperoleh dari hasil percobaan, yaitu 1,67 %, berarti tidak memenuhi persyaratan PBI 1971 N.I-2 pasal 3.4 ayat 3, karena kandungan lumpurnya lebih dari 1 %. Kondisi dan keadaan agregat dapat dikatakan tidak baik, sehingga agregat harus dicuci terlebih dahulu agar kandungan di dalamnya berkurang.

D. KESIMPULAN Berdasarkan percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil rata-rata kandungan lumpur agregat kasar adalah 1,67 %. Agregat ini kurang bagus untuk konstruksi bangunan karena kandungan lumpur cukup banyak (>1%). E. SARAN Agregat kasar yang memiliki kandungan lumpur lebih dari 1 % tetap dapat digunakan sebagai bahan konstruksi yaitu dengan cara mencucinya (disemprot dengan air) supaya kandungan lumpurnya dapat ditekan seminimal mungkin sehingga memenuhi persyaratan. F. DAFTAR PUSTAKA PBI 1971 NI-2.

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 41

Percobaan III-F SARINGAN AGREGAT KASAR

A. PENGOLAHAN DATA Tabel analisa saringan agregat kasar Sisa di atas saringan Diameter saringan (mm)

Saringan I (gram)

Saringan II (gram)

(gram)

(%)

Jumlah sisa komulatif (%)

Rata-rata

Jumlah yang lolos (%)

25,4

1045

989

1017

20,42353

20,42353

79.57647

19,05

2145

2588

2366,5

47,52437

67,9479

32.05209

12,7

1493

1231

1362

27,35187

95,29977

4.700224

9,5

229

142

185,5

3,725236

99,02501

0.974988

4,75

46

27

36,5

0,732998

99,75801

0.24199

2,36

0

0,4

0,2

0,004016

99,76202

0.237973

1,18

0,2

0,4

0,3

0,006025

99,76805

0.231949

0,60

0,2

0,6

0,4

0,008033

99,77608

0.223916

0,250

1,1

2,4

1,75

0,035144

99,81123

0.188772

0,150

2

3,3

2,65

0,053218

99,86444

0.135554

0,075

2,4

3,7

3,05

0,061251

99,92569

0.074304

0,00

3,5

3,9

3,7

0,074304

100

Jumlah

4967,4

4991,7

4979,55

Modulus kehalusan butir (FM)=

FM 

100

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 100

881,4361 100

= 8,814361

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 42

0

B. SYARAT DAN KETENTUAN Tabel syarat analisa saringan agregat kasar Syarat berdasarkan PBI 1971 N.I–2 Pasal 3.4 ayat 6. Sisa diatas saringan

Syarat PBI 1971

Hasil ayakan

Kesimpulan

31,5 mm

0 % berat

0%

Memenuhi

4,0 mm

Antara 90-98 %

99,757 %

Memenuhi

0,1 mm

Min 10 % berat

99,767 %

Tidak Memenuhi

0,25 mm

Antatara 80-90%

99,81 %

Tidak Memenuhi

C. KESIMPULAN Pada percobaan di atas didapat hasil sebagai berikut : 1. Modulus kehalusan agregat kasar = 8,814 2. Sisa kerikil diatas saringan 31,5 mm adalah 0 %. 3. Sisa kerikil diatas saringan 4,0 mm terdapat 99,7 % ( masuk batas 90-98%), berarti agregat tersebut memenuhi syarat. Berdasarkan percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang dipakai sebagai sampel, kurang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan PBI 1971 N.I–2 Pasal 3.4 ayat 6. D. SARAN Dalam pembuatan campuran beton untuk suatu kontruksi sebaiknya memilih agregat kasar yang gradasinya sesuai dengan ketentuan. Apabila agregat tidak memenuhi ketentuan dapat dicampur dengan agregat yang baik agar memperoleh hasil yang baik.

E. DAFTAR PUSTAKA PBI 1971 N.I–2

F. LAMPIRAN 1. Grafik analisa saringan agregat kasar

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 43

LAMPIRAN PERCOBAAN III-F SARINGAN AGREGAT KASAR

Grafik analisa saringan agregat kasar Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 44

BAB IV PEMERIKSAAN BAHAN BETON Percobaan IV-A KUAT TEKAN MORTAR BETON A. MAKSUD DAN TUJUAN. 1. Menerangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan kuat tekan mortar 2. Membuat benda uji kekuatan tekan aduk mortar 3. Menghitung uji kekuatan tekan aduk mortar B. ALAT DAN BAHAN. 1. Timbangan 0.01 gram 2. Mesin pengaduk (mixer) 3. Spatula 4. Pisau 5. Compression Apparatus 6. Cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm 7. Pemadat Plastik 8. Flow Table 9. Alat pengukur Flow (Kaliper) 10. Stop Watch 11. Gelas ukur dan pipet 12. Curing Box 13. Container / cawan plastik C. PENGOLAHAN DATA Tabel Hasil percobaan kuat tekan mortar Perbandingan No

1 2 3

Campuran Spesi

Luas Berat Penampang (gram) (cm2) 25

1:3 FAS 0,55

Tgl

Tgl

Cor

Uji

250

25

260

25

260

2 Okt 2013

7 Okt 2013

( ton )

Kokoh Beton (kg/cm2 )

3

120

2

80

2,5

100

Kuat Tekan

Keterangan : Bentuk mortar kubus Catatan

:

PC

:

300 gr Semen Gresik

Pasir

:

900 gr Muntilan

Air

:

40% berat semen

D. PERHITUNGAN 1. Kuat tekan mortar = gaya tekan / luas penampang a. 3000/25 = 120 kg/cm2 b. 2000/25 = 80 kg/cm2 c. 2500/25 = 100 kg/cm2 Rata-rata kuat tekan = ( 120+80+100) / 3 = 100 kg/cm3 Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 45

2. Berat isi mortar = berat mortar/volume a. 250/125 = 2 gram/cm3 b. 260/125 = 2,08 gram/cm3 c. 266/125 = 2,08 gram/cm3 Rata-rata berat isi mortar = (2,28+2,176+2,104) / 3 = 2,19 kg/cm3 E. SYARAT DAN KETENTUAN Berdasarkan PBI 1971 N.I-2 disebutkan bahwa: 1. Menggunakan semen Portland (PC) yang mempunyai waktu pengikatan awal 60-120 menit. 2. Air yang digunakan adalah air bersih yakni standar air PAM. 3. Suhu ruangan antara 20 sampai dengan 24C.  ASTM C109 / C109M - 01 Standard Test Method for Compressive Strength of Hydraulic Cement Mortars (Using 2-in. or [50-mm] Cube Specimens) “Kekuatan mortar rata-rata yang baik mendekati 1 Psi (0,1 MPa)”  Berdasarkan SNI 15-7064-2004 (semen Portland komposit), disebutkan bahwa:  Tabel Persyaratan kuat tekan menurut SNI 15-7064-2004 Kuat Tekan

Persyaratan

Umur 3 hari

Minimal 125 kg/cm2

Umur 7 hari

Minimal 200 kg/cm2

Umur 28 hari

Minimal 250 kg/cm2

F. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata kuat tekan mortar adalah 100 kg/cm2 dan belum sesuai dengan standar yang disyaratkan. G. SARAN 1. Agar mutu semen dapat terjaga supaya diperhatikan penyimpanannya. 2. Untuk mendapatkan mortar yang tinggi kokoh tekannya diperhatikan pula factor air semennya. 3. Usahakan mortar yang dibuat sepadat mungkin (dipukul sebanyak 32x) dan tidak berpori atau pun berongga sehingga memiliki kekuatan yang baik. H. DAFTAR PUSTAKA PBI 1971 N.I-2 ASTM C109 / C109M - 01 SNI 1-7064-2004 I. LAMPIRAN 1. Alat cetak mortar 2. Mesin kuat uji Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 46

LAMPIRAN PERCOBAAN IV-A KUAT TEKAN MORTAR BETON

Alat cetak mortar

Mesin Uji Kuat Mortar

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 47

Percobaan IV-B FAKTOR AIR SEMEN DAN NILAI SLUMP A. MAKSUD DAN TUJUAN. 1. Besarnya Faktor Air Semen 2. Mengukur dan menentukan besarnya nilai Slump 3. Menentukan hubungan FAS dengan nilai Slump B. ALAT DAN BAHAN. 1. Kerucut Abrams dan perlengkapannya. 2. Timbangan. 3. Stop watch. 4. Bak pencampur / loyang. 5. Cetok, cangkul / sekop. 6. Penggaris. 7. Mixer beton / Molen. 8. Semen 9. Pasir, kerikil dan air

C. PENGOLAHAN DATA Data percobaan : 1. Perbandingan campuran pada benda uji PC : Pasir : Kerikil = 1,5 : 2,5 : 3,5 = (4,5: 7,5 : 10,5) liter FAS = 0,6 dan Berat Semen = 6570 gram Maka jumlah air yang dipakai untuk campuran beton adalah = FAS  berat semen = 0,6 4927,5 = 2956,5 ml 2. Pengukuran nilai penurunan slump dari yang diketahui di 3 tempat Nilai pengukuran = 16,5cm ; 19,5 cm ; 22 cm untuk 30 detik pertama. Maka nilai rata-rata penurunan slump-nya =

16,5  19,5  22 = 19 cm 3

D. SYARAT DAN KETENTUAN  

ASTM C143/C143M-09 Standard Test Method for Slump of Hydraulic-Cement Concrete. Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata yang ditargetkan didasarkan pada: Hubungan kuat tekan dan factor air semen yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman, dapat digunakan tabel berikut (SNI,1990:6-8)

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 48

Tabel persyaratan kuat tekan beton berdasar SNI,1990:6-8 JENIS JENIS SEMEN AGREGAT KEKUATAN KASAR TEKAN(MPa), PADA BENTUK UMUR BENDA UJI (HARI)

Semen Portland Tipe I atau Semen tahan Sulfat Tipe II, V Semen Portland Tipe III

3 Batu tak dipecah 17 (alami) Batu Pecah 19

7 23

28 33

91 40

27

37

45

Batu tak dipecah 20 (alami) Batu Pecah 23

28

40

48

32

45

54

Batu tak dipecah 21 (alami) Batu Pecah 25

28

38

44

33

44

48

Batu tak dipecah 25 (alami) Batu Pecah 30

31

46

53

40

53

60

Silinder

Kubus

Silinder

Kubus

a. Kekentalan adukan beton harus disesuaikan dengan cara transport, pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan tulang. b. Kekentalan tergantung dari beberapa faktor, antara lain : jumlah dan jenis semen, nilai FAS, jenis dan susunan butiran dari agregat dan penggunaan bahan adiktif. 

Berikut ini tabel yang ditunjukkan dalam PBI 1971 N.I-2 mengenai jumlah semen minimum dari nilai FAS maksimum

Tabel Jumlah semen minimum dari nilai FAS max menurut PBI 1971 N.I-2 Jumlah semen min / m3 beton

Jumlah nilai FAS maksimal

a. Keadaan keliling non korosif b. Keadaan keliling korosif disebabkan oleh kondensasi / uap korosif * Beton diluar ruang bangunan

275 kg

0,6

325 kg

0,52

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung * Beton yang masuk kedalam tanah

325 kg

0,60

275 kg

0,60

* Beton di dalam ruang bangunan

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 49

a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. Mendapat pengaruh suffat alkali dari tanah atau air tanah * Beton yang kontinu berhubungan dengan air

302 kg

0,55

375 kg

0,52

a. Air tawar

275 kg

0,57

b. Air laut

375 kg

0,52



Agar adukan tidak terlalu kental ataupun encer, dianjurkan untuk menggunakan slump beton, yang dijelaskan di bawah ini sesuai PBI 1971. Tabel Slump beton berdasarkan PBI 1971 Posisi penempatan beton dalam konstruksi

Slump maksimum (cm)

Slump minimum (cm)

a. Dinding, plat pondasi, pondasi 12,5 telapak bertulang b. Pondasi telapak tidak bertulang 9,0 kaison, konstruksi bawah tanah c. Plat, balok kolom, dinding 15,0

5,0

d. Pengerasan jalan

7,5

5,0

e. Pembetonan massal

7,5

2,5

2,5 7,5

E. KESIMPULAN 1. FAS mempengaruhi kualitas beton karena besar FAS langsung berhubungan dengan banyaknya semen pula. Artinya semakin rendah nilai FAS maka kekuatan beton semakin tinggi. 2. Semakin tinggi nilai slumpna itu artinya semakin tinggi pula nilai FASna dan mutu beton akan semakin rendah. 3. FAS dan slump saling berkaitan F. SARAN Dalam penakaran jumlah semen haruslah tepat agar bisa mendapat nilai FAS yang tepat pula, sehingga nilai slump yang di dapat juga tepat. G. DAFTAR PUSTAKA ASTM C143/C143M-09 SNI,1990:6-8 PBI 1971 SK SNI T-15-1990-03 H.LAMPIRAN 1. Gambar kerucut abrams

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 50

LAMPIRAN PERCOBAAN IV-B FAKTOR AIR SEMEN Dan NILAI SLUMP

Gambar kerucut abrams

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 51

Percobaan IV-C KUAT TEKAN KOKOH BETON A. MAKSUD DAN TUJUAN. 1. Menerangkan prosedur pementuan kuat tekan beton 2. Membuat dan menguji benda uji beton 3. Menghitung kuat tekan beton B. ALAT DAN BAHAN. 1. Timbangan. 2. Bak pencampur / loyang. 3. Cetok, cangkul / sekop. 4. Penggaris. 5. Compression apparatus. 6. Mixer beton / Molen. 7. Cetakan silinder 3 buah. 8. Cetakan kubus 3 buah. 9. Semen 10. Pasir, kerikil dan air. 11. Vaselin / Oli C. PENGOLAHAN DATA Bera Luas t (gr) Penampan g (cm2)

Gaya Teka n (ton)

Tanggal Cor

Uji

Kokoh Tekan (kg/cm2 ) 5 hari

Kokoh Tekan 28 hari (kg/cm2 )

Kubus 1

7880

225

2/10/201 3

5/10/2013

21 93,3

177,71

Kubus 2

7930

225

2/10/201 3

5/10/2013

23 102,2

194,67

Kubus 3

7820

225

2/10/201 3

5/10/2013

22,5 100

190,47

D. SYARAT DAN KETENTUAN Untuk mengetahui mutu dan kelas beton dapat ditunjukkan dalam tabel dibawah ini sesuai PBI 1971 mengenai kelas dan mutu beton sebagai berikut : Tabel Mutu dan kelas beton menurut PBI 1971 Kelas

I II

Mutu

Kg/cm

Kg/c m

BO

Tujuan

Pengawasan Agregat

Kuat tekan

Non struktur

Ringan

Tanpa

B1

125

125

Struktur

Sedang

Tanpa

K 125

125

200

Struktur

Ketat

Kontinu

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 52

III

K 175

175

250

Struktur

Ketat

Kontinu

K 225

225

300

Struktur

Ketat

Kontinu

K >225

>225

>300

Struktur

Ketat

Kontinu

Tabel perbandingan kekuatan beton pada berbagai umur bermacam-macam variabel ditunjukkan dibawah ini. Tabel Perbandingan kekuatan beton pada berbagai umur Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365 PC biasa

0,4

PC dengan kekuatan 0,55 awal tinggi

0,65

0,88

0,95

1

1,2

1,33

0,75

0,90

0,95

1

1,15

1,2

Tabel diatas dapat menunjukkan perbandingan kuat beton sesuai variabel umur beton (hari) sehingga kita dapat menentukan besar kuat beton pada variabel umur beton tertentu. Tabel Perbandingan kekuatan kuat tekan beton Benda Uji

Perbandingan Kekuatan Tekan

Kubus 15x15x15 cm

1,00

Kubus 20x20x20 cm

0,95

Silinder 15x30 cm

0,83

Untuk mengetahui mutu dan kelas beton dapat ditunjukan dalam tabel dibawah ini sesuai SK SNI 14-1989-F mengenai kelas dan mutu beton sebagai berikut, Tabel Mutu dan kelas beton sesuai SK SNI 14-1989-F Mutu Beton Jenis Beton

Mutu Tinggi

fc’(MPa)

Sbk (kg/cm2)

Kuat Tekan Minimum Benda uji silinder (MPa) f’ 15-30 cm 7 hari

28 hari

7 hari

28 hari

50

K600

32,5

50

390

600

45

K500

26

40

325

500

35

K400

24

33

285

400

Mutu Beton Jenis Beton

Mutu Sedang Mutu

Benda uji kubus (kg/cm2) 15x15x15cm3

fc’(MPa)

Sbk (kg/cm2)

Kuat Tekan Minimum Benda uji silinder (MPa) f’ 15-30 cm

Benda uji kubus (kg/cm2) 15x15x15cm3

7 hari

28 hari

7 hari

28 hari

30

K350

21

29

250

350

25

K300

18

25

215

300

20

K250

15

21

180

250

15

K175

9,5

14,5

115

175

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 53

Rendah

10

K125

7

10,5

80

125

E. KESIMPULAN 1. Kuat tekan beton yang dihasilkan ketika dikonversikan ke umur 28 hari adalah 284,02 kg/cm2 masuk ke dalam beton dengan kualitas yang baik yakni beton kelas III. Artinya beton tersebut dapat digunakan sebagai bahan konstruksi seperti kolom struktur dengan mutu yang tinggi. 2. Untuk menghasilkan beton dengan kualitas yang baik dibutuhkan pengerjaan dan perawatan beton yang sangat cermat karena beton adalah bahan konstruksi yang sangat riskan. F. SARAN 1. Dalam perancangan beton buatlah perbandingan bahan-bahan penyusun yang tepat agar dapat menghasilkan beton dengan kekuatan yang tinggi. 2. Ketika penuangan bahan penyusun gunakanlah prosedur yang sudah ditentukan (dengan urutan terlbih dahulu split,pasir,semen, air), agar terjadi interlocking. 3. Pemadatan dilakukan dengan hati-hati agar FAS tidak naik semua. 4. Perawatan dilakukan dengan intensif, seperti penggantian air rendaman beton paling tidak diganti setelah 28 hari sehingga tidak lumutan. 5. Pilihlah bregesting dengan permukaanya yang rata. G. DAFTAR PUSTAKA PBI 1971 SK SNI 14-1989-F H. LAMPIRAN 1.Tabel perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur. 2.Pengujian Kuat Tekan Beton

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 54

LAMPIRAN PERCOBAAN IV-C KUAT TEKAN KOKOH BETON

Tabel Konversi Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai Umur (PBI 1971) Umur Beton (hari)

PC Biasa (%)

PC dengan Kekuatan Tinggi (%)

3

40

55

4

46

60

5

52,5

65

6

58,8

70

7

65

75

8

68

77

9

72

79

10

75

81

11

78

83

12

81

85,5

13

85

87,5

14

88

90

15

89

90,5

16

90

91

17

91

92

18

92

93

19

93

93,5

20

94

94

21

95

95

22

95,5

95,5

23

96

96

24

97

97

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 55

25

98

98

26

98,5

98,5

27

99

99

28

100

100

29

100,5

100,5

30

101,4

101

31

102

101,4

32

103

101,6

33

103,6

101,8

34

104

102

35

105

102,2

36

105,5

102,3

37

106,4

102,5

38

107

102,7

39

108

103

40

108,6

103,3

41

109

103,5

42

110

104

43

110,2

104,2

44

110,4

104,5

45

110,6

104,7

46

110,8

105

55

112,7

106,7

56

113

107

70

116

109,4

84

119

111,7

90

120

115

180

125

117

365

135

120

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 56

Gambar Pengujian Kuat Tekan Beton

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 57

PERCOBAAN IV-D KUAT TEKAN BETON DENGAN HAMMER TEST A. DEFINISI Hammer Test adalah pengujian kekuatan tekan beton yang sudah terpasang atau di lapangan dengan nilai pantulan (rebound). Hammer test dilakukan apabila dari hasil pemeriksaan benda uji ternyata kekuatan tekan beton karakteristik yang disyaratkan tidak tercapai, maka apabila pengecoran beton belum selesai, pengecoran tersebut segera dihentikan dan dalam waktu singkat harus diadakan percobaan nondestruktif. B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Mengetahui kuat tekan beton pada elemen konstruksi yang sudah jadi. 2. Dapat memanfaatkan hasil uji dengan hammer beton, apabila tidak tersedia benda uji atau hasil pengujian benda uji tidak memenuhi syarat. 3. Dapat melakukan pengujian dengan menggunakan hammer. 4. Menguasai penentuan kuat tekan beton berdasarkan spesifikasi alat hammer. C. ALAT dan BAHAN 1. Benda uji beton, atau elemen beton dengan usia minimum 28 hari. 2. Hammer Beton type N atau C. 3. Penggaris. 4. Alat tulis, kapur

D. HASIL PERCOBAAN Tabel hasil percobaan pembacaan hammer test (Sudut Hammer 90o)

o

1

2

Nilai N Faktor Rebound Terkoreksi

Nilai Renound Terkoreksi

Ekivalen nilai rebound f'c (MPA) aktual Rata2 1 titik 65.18 63.34

51.00 50.00

2.15 2.20

53.15 52.20

49.00 50.00 51.00 51.00 50.00 48.00

2.25 2.20 2.15 2.15 2.20 2.25

51.25 52.20 53.15 53.15 52.20 50.25

61.29 63.34 65.18 65.18 63.34 59.49

50.00

2.20

52.20

63.34

45.00

2.45

47.45

54.06

52.00

2.10

54.10

67.12

52.00 40.00 52.00 44.00

2.10 2.70 2.10 2.50

54.10 42.70 54.10 46.50

67.12 44.80 67.12 52.16

63.30

58.63

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 58

3

4

5

50.00

2.20

52.20

63.34

40.00

2.70

42.70

44.80

52.00

2.10

54.10

67.12

52.00

2.10

54.10

67.12

46.00 52.00 50.00 52.00 50.00

2.40 2.15 2.20 2.10 2.20

48.40 54.15 52.20 54.10 52.20

55.86 67.62 63.34 67.12 63.34

50.00 50.00

2.20 2.20

52.20 52.20

63.34 63.34

50.00

2.20

52.20

63.34

50.00

2.20

52.20

63.34

49.00 49.00 51.00 49.00

2.25 2.25 2.15 2.25

51.25 51.25 53.15 51.25

61.39 61.39 65.18 61.39

50.00 48.00 52.00

2.20 2.30 2.10

52.20 50.30 54.10

63.34 59.49 67.12

51.00

2.15

53.15

65.18

48.00

2.30

50.30

59.49

44.00 49.00 42.00

2.50 2.25 2.60

46.50 51.25 44.60

52.16 61.39 48.50

48.00 46.00 51.00 46.00

2.35 2.40 2.15 2.40

50.35 48.40 53.15 48.40

59.61 55.86 65.18 55.86

51.00

2.15

53.15

65.18

63.82

63.09

58.14

Rata – rata f’c = 61.39

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 59

Tabel hasil percobaan pembacaan hammer test (Sudut Hammer 0o)

1

2

3

Ekivalen nilai rebound f'c (MPA) aktual Rata2 1 titik 55.40

48.00

0.00

Nilai Renound Terkoreksi 48.00

50.00

0.00

50.00

59.20

50.00

0.00

50.00

59.20

50.00

0.00

50.00

59.20

50.00

0.00

50.00

59.20

49.00

0.00

49.00

57.30

50.00

0.00

50.00

49.20

49.00

0.00

49.00

57.30

46.00

0.00

46.00

51.60

46.00

0.00

46.00

51.60

47.00

0.00

47.00

53.50

47.00 47.00

0.00 0.00

47.00 47.00

53.50 53.50

47.00

0.00

47.00

53.50

46.00

0.00

46.00

51.60

46.00

0.00

46.00

51.60

46.00

0.00

46.00

51.60

48.00

0.00

48.00

55.40

48.00

0.00

48.00

55.40

49.00

0.00

49.00

57.30

47.00

0.00

47.00

53.50

46.00

0.00

46.00

51.60

48.00

0.00

48.00

55.40

48.00

0.00

48.00

55.40

48.00

0.00

48.00

55.40

51.00

0.00

51.00

61.10

48.00

0.00

48.00

55.40

Nilai Faktor No Rebound Terkoreksi

56.40

52.87

55.61

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 60

4

5

48.00

0.00

48.00

55.40

47.00

0.00

47.00

53.50

46.00

0.00

46.00

51.60

48.00

0.00

48.00

55.40

48.00

0.00

48.00

55.40

46.00

0.00

46.00

51.60

50.00

0.00

50.00

59.20

48.00

0.00

48.00

55.40

48.00

0.00

48.00

55.40

46.00 46.00 46.00 47.00 50.00 47.00 47.00 50.00 49.00

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

46.00 46.00 46.00 47.00 50.00 47.00 47.00 50.00 49.00

51.60 51.60 51.60 53.50 59.20 53.50 53.50 59.20 57.30

54.77

54.56

Rata – rata f’c = 54.84

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 61

E. SYARAT DAN KETENTUAN R

Kuat Tekan (MPa)

20,00 21,00 22,00 23,00 24,00 25,00 26,00 27,00 28,00 29,00 30,00 31,00 32,00 33,00 34,00 35,00 36,00 37,00 38,00 39,00 40,00 41,00 42,00 43,00 44,00 45,00 46,00 47,00 48,00 49,00 50,00 51,00 52,00 53,00 54,00 55,00

9.90 11.10 12.40 13.60 14.90 16.30 17.70 19.10 20.60 22.10 23.60 25.20 26.90 28.50 30.10 31.80 33.50 35.30 37.80 38.70 40.50 42.40 44.10 46.00 47.90 49.70 51.60 53.50 55.40 57.30 59.20 61.10 63.10 65.00 67.00 68.90

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 62

F. KESIMPULAN Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh tabel hasil pembacaan hammer test dengan hasil pada pembacaan vertikal sebesar 61.39 MPa dan pada pembacaan horizontal sebesar 54.84 MPa, hal ini membuktikan bahwa beton yang kami uji berkualitas baik. Hal yang mempengaruhi hasil data yang berbeda-beda adalah : a. Nilai FAS dan slump yang berbeda beda b. Pemakaian bahan (semen, agregat, air) yang berbeda-beda. c. Umur beton d. Proses pembuatan (pencampuran, pengangkutan, penuangan, pemadatan, perawatan).

G. SARAN 1. Sebelum melakukan pengetesan terhadap beton, kita harus membuat tanda pada setiap titiknya dan juga menetukan jarak setiap titiknya, sehingga mempermudah kita dalam menentukan titik-titik yang akan dilakukan hammer test. 2. Untuk mendapat hasil yang lebih baik disarankan untuk melakukan hammer test dengan urutan megular sesuai dengan titik yang telah ditentukan sebelumnya. Nilai dari pembacaan skala hammer test dapat kita lihat dalam table, sehingga kita mengetahui nilai kuat tekan dalam satuan MPa.

H. DAFTAR PUSTAKA SNI 03-4269-1996

I. LAMPIRAN 1. Gambar alat hammer test 2. Gambar pengujian hammer test 3. Gambar grafik data hasil pengujian hammer

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 63

LAMPIRAN PERCOBAAN IV-D KUAT TEKAN BETOB DENGAN HAMMER TEST

Gambar alat hammer test

Gambar Pengujian Hammer test

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 64

Gambar grafik data hasil pengujian hammer

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 65

BAB V PEMERIKSAAN BAJA PENGUJIAN TARIK BAJA A. MAKSUD dan TUJUAN 1. Menentukan tegangan leleh 2. Menentukan kekuatan tarik baja beton Kekuatan tarik baja beton adalah gaya tarik tiap satuan luas penampang yang menyebabkan baja beton putus. B. ALAT dan BAHAN a) Timbangan b) Penggaris c) Selotip / isolasi d) Mesin uji tarik yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: - Mesin uji tarik harus dapat menarik batang percobaan dengan kecepatan merata dan dapat diatur , sehingga kecepatan naiknya tegangan tidak melebihi 1 kg/mm2 tiap detik. - Ketelitian pembacaan sebaiknya sampai 1/10 x beban maksimum menurut skala penunjuk beban pada mesin uji tarik. C. PERHITUNGAN de = 12,74 √𝐵 A=

𝜎y =

𝜋.(𝑑 e )2 4

Py.g A=A

Fyield

𝜎ult = Pult =A.gA

Fultimate

o 𝜀 = lx1l-lo100 %

D. HASIL PENGUJIAN Tabel Hasil percobaan Tarik Baja N O

Kode Benda Uji

Diameter pengujian (mm)

1

Polos Ø12

11,26

lo (mm)

∆lu (mm)

Elongation (%)

Fy

Fmax

𝜎yield

𝜎max

(kN)

(kN)

(N/mm2)

(N/mm2)

78

41

52,5 %

46

61

461,8

612,4

1 N/mm2 = 1 Mpa ekivalen dengan 10 kg/cm2 Lo = panjang mula-mula ; Lu = panjang akhir pengujian Fyield = gaya leleh ; Fmax = gaya ultimate ; σyield=tegangan leleh σmax = tegangan ultimate 41 x100% =52,5% Elongation = 78

Keterangan :

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 66

2 1 1 22 A=  d = x x11,26 2 = 99,61mm2 4 7 4

σyield = σmax=

46000 = 461,8 N/mm2 99,61 61000 = 612,4 N/mm2 99,61

E. SYARAT DAN KETENTUAN

Mutu U – 22 U – 24 U – 32 U – 39 U – 48

Mutu menurut PBI 1971 N.I.-2 Tegangan leleh karakteristik (σ au) atau Sebutan tegangan karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2% (σ0,2) (kg/cm2) Baja Lunak 2200 Baja Lunak 2400 Baja Sedang 3200 Baja Keras 3900 Baja Keras 4800

F. KESIMPULAN 1. Dalam percobaan kali ini didapatkan σyield = 461,8 atau σmax =612,4 kg/mm2 sehingga menurut N.I. – 2 termasuk didalam mutu U – 48. 2. Baja ini dapat dijadikan sebagai tulangan beton karena karena U – 48adalah baja keras, yang bermutu tinggi. 3. Baja yang tinggi mutunya apa bila baja tersebut memiliki tegangan leleh yang tinggi.

G. SARAN 1. Baja harus disimpan sebaik mungkin dan dijaga dari lingkungan yang dapat membuatnya cepat mengalami korosi dan keropos. 2. Untuk penggunaan baja dalam beton bertulang pilihlah baja yang tidak getas, sehingga daya tarik/lentur dari balok tersebut baik. 3. Baja yang berulir harus dibubut terlebih dahulu sebelum pengujian supaya kita dapat mengetahui diameter baja tersebut. H. DAFTAR PUSTAKA PBI 1971 N.I.-2 I. LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.

Gambar pengujian tarik baja Gambar cad baja Gambar penampang baja yang patah Grafik pengujian tarik baja LAMPIRAN PERCOBAAN V PEMERIKSAAN BAJA Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 67

Gambar pengujian tarik baja

Gambar cad baja

Gambar penampang baja yang patah

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 68

Beban (kN)

Grafik pengujian tarik baja

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 69

Related Documents


More Documents from "Patrick R"