Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
PEMBAHASAN 1. Sebutkan beberapa jenis teknik sampling! Jelaskan pula masing-masing peranannya! 1. Teknik Sampling Sampel Padat Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel berupa padatan seperti daging, ikan, dan lain-lain. Pada teknik ini, dibutuhkan alat bantu potong seperti pisau yang sudah steril untuk memudahkan pengambilan (Natadisastra, 2009). 2. Teknik Sampling Sampel Cair Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel-sampel berbentuk cair seperti susu, es krim, sirup, jus, dan lain-lain. Sampel-sampel ini harus dihomogenkan terlebih dahulu sebelum dilakukan percobaan. Pada teknik ini, dibutuhkan alat bantu untuk mengambil sampel seperti pipet ukur atau mikropipet (Natadisastra, 2009). 3. Teknik Sampling Sampel Anaerob Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel-sampel yang tidak boleh terkena paparan oksigen atau boleh diambil jika hanya benar-benar dalam kondisi anaerob untuk mendapatkan bakteri yang diinginkan. Contohnya adalah daging bagian dalam, ikan bagian dalam, dan lain-lain. Pada teknik ini, dibutuhkan alat bantu penyimpanan sampel seperti plastik anaerob dan dibutuhkan alat bantu untuk mengambil sampel seperti cotton swab (Fang, 2010). 4. Teknik Sampling Sampel Permukaan Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel dimana bagian dari sampel yang dibutuhkan hanyalah bagian permukaannya saja. Contohnya adalah selada, kubis, sawi, dan lain-lain. Teknik ini juga dapat dilakukan untuk mengambil sampel daging dan ikan tetapi hanya bagian permukaan saja (Holland, 2008). 5. Teknik Transportasi dan Penyimpanan Sampel Teknik ini digunakan untuk menjaga keutuhan kultur yang akan dikembangkan mulai dari sumber dimana kultur tersebut bisa didapatkan sampai kultur tersebut sampai di laboratorium dengan aman. Bagi kultur-kultur yang tak tahan panas dapat disimpan dalam freezer untuk beberapa hari dengan maksimal 3 hari. Apabila lebih dari 3 hari maka akan meningkatkan bakteri psikotropik. Jenis yang bisa dibekukan maka disimpan dalam freezer dengan menggunakan CO2 padat, sementara jenis yang tidak bisa dibekukan makan disimpan dalam refrigerator 4oC. Untuk kultur yang memang menyukai panas, kultur tersebut bisa dibawa beserta sebagian tempat hidupnya juga. Contoh: mengambil kultur Archaebacteria jenis Thermophilic di Hot Spring, maka praktikan perlu mengambil sampel beserta air tempat hidupnya juga karena sangat tidak memungkinkan untuk menginokulasikannya satu-satu ke beberapa media pada saat itu juga (Holland, 2008). 6. Teknik Penanganan Sampel di Laboratorium Teknik ini digunakan setelah sampel datang di laboratorium. Praktikan harus menggunakan teknik yang tepat untuk penyimpanannya di laboratorium agar kultur tersebut tidak mati dengan sia-sia setelah mengalami perjalanan yang jauh. Praktikan
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
harus memperhatikan riwayat sampling serta transportasi dan penyimpanan kultur tersebut (Holland, 2008). Sementara itu, metode-metode dalam teknik sampling adalah a. Swab/ulas Metode ini adalah teknik mengusapkan/mengoleskan cotton swab steril pada permukaan sampel. Metode ini dilakukan untuk sampel dengan permukaan luas seperti daging (Natadisastra, 2009). b. Rinse/bilas Metode ini dilakukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada permukaan substrat yang luas tetapi relatif kecil seperti sayur (Natadisastra, 2009). c. Maserasi/penghancuran Metode ini dilakukan dengan cara menghancurkan/menumbuk sampel padat sehingga mikroba di permukaan dan di dalam sampel dapat terlepas dan kemudian dilarutkan (Natadisastra, 2009). d. Pengambilan sampel cair Metode ini dilakukan dengan menggunakan pipet ukur atau mikropipet pada air/cairan yang akan digunakan sebagai sampel (Natadisastra, 2009). 2. Apa saja hal yang harus diperhatikan ketika melakukan teknik sampling untuk pengujian mikrobiologi ? Jelaskan! Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan teknik sampling adalah - Prosedur yang dilakukan Pastikan bahwa prosedur yang dilakukan telah benar dan sesuai dengan petunjuk, terutama dalam hal teknik aseptis. Jangan sampai praktikan lupa melakukan aseptis diri, lingkungan, dan alat. Aseptis ini dilakukan untuk mencegah kontaminan masuk ke dalam sampel sehingga kultur dapat tumbuh sempurna tanpa ada kontaminasi (Popek, 2008). - Sterilisasi Setiap melakukan teknik sampling, semua alat harus steril dan percobaan dilakukan secara aseptis agar tidak ada kontaminan (Popek, 2008). - Karakteristik media Karakteristik media perlu diperhatikan untuk mengetahui kesesuaian media dengan mikroba yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari mikroba (padat, cair, anaerob permukaan) (Popek, 2008). - Bentuk/wujud bahan Bentuk/wujud bahan akan membantu praktikan untuk menentukan teknik sampling mana yang akan digunakan. Apabila praktikan dapat menentukan teknik yang tepat, maka akan didapatkan hasil yang maksimal. Bentuk/wujud setiap bahan yang berbedabeda akan membutuhkan teknik khusus yang berbeda-beda pula (Popek, 2008). - Transportasi dan penanganan sampel Transportasi dan penanganan sampel perlu dilakukan dengan benar karena kedua hal ini sangat rentan dengan kontaminan jika tidak dilakukan dengan benar (Popek, 2008).
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
- Karakter mikroba Praktikan harus mengetahui karakter mikroba yang akan ditumbuhkan karena mikroba tersebut harus berada dalam penyimpanan yang sesuai dan berbeda-beda untuk tiap jenis mikroba. Jika tidak sesuai, maka ada kemungkinan bagi mikroba untuk tidak dapat tumbuh atau rentan munculnya kontaminan (Popek, 2008). Menurut (Maxfield, 2007), berdasarkan SOP Sampling (Standart Operating Procedures for Sampling), hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik sampling adalah: Metode dan alat yang harus digunakan Siapa yang boleh melakukan sampling Jumlah sampel yang harus diambil Bagaimana pembagiannya Jenis wadah yang digunakan Kondisi penyimpanan Selang waktu pengambilan sampel Masalah-masalah khusus untuk setiap sampel 3. Mengapa pengambilan sampel untuk uji mikrobiologi dilakukan dengan aseptis? Populasi mikroba di alam sekitar sangat besar dan kompleks. Ratusan spesies berbagai mikroba berada di bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Dalam sekali bersin pun bisa terdapat ribuan mikroorganisme. Dalam uji mikrobiologi, adanya mikroba lain selain mikroba yang ingin diuji tentu akan menyebabkan praktikan tidak dapat menghasilkan data yang valid. Ketika praktikan bekerja secara tidak aseptis, kontaminan akan masuk ke dalam kultur yang dibuat dan hasil kultur tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, teknik aseptis harus dilakukan untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan tersebut. Teknik aseptis sangat penting dalam uji mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan, karena kesterilan diri, lingkungan, dan alat harus selalu dijaga supaya terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari dan percobaan dapat berjalan optimal. Teknik aseptis diperlukan untuk mencegah adanya kontaminan atau tumbuhnya mikroorganisme lain dalam suatu wadah atau sampel maupun media yang digunakan (Popek, 2008). Salah satu teknik dasar dalam pengambilan sampel untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi adalah teknik transfer aseptis (suatu metode/ teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteri dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan juga merupakan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh praktikan yang hendak melakukan pengambilan sampel. Penerapan teknik aseptis selama pengambilan sampel dilakukan supaya tidak terjadi pencemaran. Dalam pengambilan sampel, hal utama yang harus diperhatikan adalah bahwa alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan steril selama melakukan percobaan. Pengambilan sampel berwujud cair diambil dengan pipet steril. Sementara itu, pengambilan sampel
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
berwujud padat diambil dengan menggunakan pisau, garpu, sendok, atau penjepit yang steril (Popek, 2008). 4. Apa perbedaan teknik sampling metode swab dan metode adhesive surface? Jelaskan! a. Swab Metode swab dilakukan dengan menggunakan cotton swab steril pada sampel yang padat dan memiliki permukaan. Contoh sampel yang umumnya diberi perlakuan metode swab adalah daging, ikan, dll. Cara melakukan metode swab adalah dengan mengusapkan/mengoleskan cotton swab memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton swab kontak dengan permukaan sampel. Pengolesan dilakukan ke permukaan sampel sebanyak 3 kali di permukaan sampel yang berbeda. Metode swab akan lebih baik jika cotton swab dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal pepton water (Natadisastra, 2009). b. Adhesive Surface Metode adhesive surface dilakukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada permukaan substrat yang luas tapi relatif berukuran kecil, contohnya adalah daun, bunga, dll. Adhesive surface merupakan prosedur kerja dengan menggunakan adhesive tape untuk mengambil sampel yang kemudian dipindahkan ke dalam akuades atau larutan pepton (sesuai kebutuhan) dengan perbandingan 1 : 9 (w/v). Cara melakukan metode adhesive surface adalah adhesive tape ditempelkan ke permukaan sampel dan kemudian dilepas dari sampel tersebut. Mikroba akan menempel pada adhesive tape tersebut walau adhesive tape sudah terlepas dari sampel. Adhesive tape tersebut kemudian dimasukkan ke dalam akuades atau larutan pepton (sesuai kebutuhan) untuk melarutkan mikroba yang terdapat pada adhesive tape tersebut (Natadisastra, 2009). 5. Jelaskan teknik sampling untuk mendeteksi mikroorganisme pada produk es krim dan nugget ikan? Jelaskan tipe mikroorganisme yang dapat tumbuh pada produk tersebut! 1. Es Krim Cara Pengambilan Sampel Pindahkan kira-kira 15-20 gram es krim ke dalam tabung reaksi pada suhu 45oC dengan spatula hingga es krim meleleh seluruhnya. Waktu untuk pelelehan tidak boleh lebih dari 15 menit. Jika sudah meleleh, es krim diaduk dan dipindahkan sebanyak 1 ml ke dalam larutan pengencer 9 ml. Kemudian larutan dihomogenkan dengan cara divortex dan didapatkan lah pengenceran 10-1. Lakukan hal yang sama sampai mendapatkan tingkat pengenceran yang diinginkan. Setelah itu, lakukan penginokulasian dengan metode pour plate dan spread plate dan diinkubasi (Lund, 2011). Komposisi es krim umumnya adalah susu, bubuk susu, dan krim dari susu. Di Iran, produksi susu dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu metode tradisional dan produksi industri. Metode tradisional cenderung mengacu pada pembuatan es krim sebagai pengolah dari produksi susu di skala yang kecil. Es krim yang dibuat dalam produksi skala kecil tersebut sering tidak memperhatikan standar produksi yang
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
ditentukan. Oleh karena itu, sering sekali ditemukan kontaminasi bakteri dari produksi es krim tradisional akibat dari proses setelah pasteurisasi atau dari sanitasi alat-alat dan lingkungan. Kontaminan yang kemungkinan ada adalah listeria monicytogens, staphylococcus aureus, salmonella, shigella, streptococcus, pseudomonas, camphylobacter, brucella sp, dan bakteri koliform yang secara umum terdapat dalam hasil produksi es krim tradisional. Mikroba yang dapat tumbuh pada es krim umumnya adalah jenis mikroba yang tahan dengan suhu dingin (Lund, 2011). 2. Nugget Ikan Cara pengambilan Sampel Masukkan nugget ikan kira-kira 5 gr ke dalam plastik steril. Setelah itu, masukkan plastik ke dalam stomacher dan lakukan pelumatan sampel. Kemudian, masukkan 45 ml larutan pepton ke dalam plastik dan homogenkan dengan cara dikocok. Hal tersebut merupakan pengenceran 10-1. Setelah itu, ambil 1 ml larutan dari pengenceran tersebut dan pindahkan ke dalam 9 ml pepton. Lakukan hal yang sama sampai mendapatkan tingkat pengenceran yang diinginkan. Setelah itu, lakukan penginokulasian dengan metode pour plate dan spread plate dan diinkubasi (Lund, 2011). Dalam nugget ikan, kemungkinan adanya bakteri sangat kecil. Karena nugget tersebut telah melewati beberapa proses pengolahan, terutama pembekuan dan steaming. Sehingga bakteri yang ada pada nugget tidak bisa tumbuh ataupun bertahan, terutama apabila nugget tersebut merupakan hasil produksi pabrik-pabrik besar yang pasti melakukan proses pengolahan sesuai prosedur, terutama dalam hal kesterilan. Namun, mikroorganisme yang kemungkinan terkandung pada nugget adalah Salmonella typhi, E.coli, dan S.aureus (Lund, 2011). 6. Apa saja yang harus diperhatikan ketika melakukan sampling untuk bahan yang mengandung mikroba 5 indicator? Jelaskan! Menurut (Fang, 2010), hal yang harus diperhatikan saat melakukan sampling untuk bahan yang mengandung mikroba anaerob adalah: Tidak terpapar oksigen (mengkondisikan agar sampel tidak terkena oksigen) Kantong tempat sampel harus kantong khusus yaitu kantong anaerob Prosedur pengambilan harus disesuaikan untuk mengurangi resiko terjadi kontaminasi, seperti menggunakan metode swab Ditempatkan pada botol yang steril Pengambilan sampel harus secara aseptis Lakukan selalu semua perlakuan dalam keadaan steril dan aseptis agar tidak terjadi kontaminasi. Pada saat pengambilan sampel, pengambilan harus dengan metode yang sesuai, yaitu seperti metode swab yang kemudian ditempatkan pada kantong anaerob. Proses menginkubasi juga harus diperhatikan yaitu harus dengan benar dan sesuai dengan karakteristik mikroba anaerob supaya mikroba tersebut bisa tumbuh dengan baik pada media (Fang, 2010).
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
Saat akan melakukan sampling terhadap bahan yang mengandung mikroba anaerob, perlakuan harus dilakukan secepat mungkin karena jika terlalu lama terpapar atmosfer yang mengandung oksigen, maka mikroba pada bahan akan mati. Contoh bahan yang digunakan adalah bagian dalam pada daging ayam. Ketika sampel sudah diambil, maka sampel langsung dimasukkan ke kantong yang sudah divakum sehingga tidak ada oksigen serta cotton swab yang telah digunakan langsung dimasukkan ke tabung reaksi berisi larutan pengencer dan kemudian diinkubasikan (Holland, 2008). 7. Bagaimana teknik dan prosedur sampling yang dilakukan jika saudara ingin mengisolasi bakteri termofilik dari lumpur lapindo di Sidoarjo? Lumpur Lapindo merupakan lumpur panas, sehingga bakteri yang terdapat pada lumpur tersebut adalah bakteri termofilik. Menurut (Abdurahman, 2008), teknik dan prosedur sampling yang dilaukukan untuk mengisolasi bakteri termofilik adalah sebagai berikut: 1. Sampel diambil (dari lumpur panas Lapindo di Sidoarjo) pada 3 titik yang berbeda 2. Setiap lokasi pengambilan sampel diukur suhu menggunakan termometer dan ukur pH menggunakan kertas lakmus atau pH meter 3. Sampel dibawa ke laboratorium untuk dilakukan isolasi dan seleksi 4. Lakukan pengkayaan sampel menggunakan media Luria Bertani (LB) 5. Sampel diinokulasikan ke dalam media dengan perbandingan suhu 1:2 dalam tabung Erlenmeyer 250 dan diinkubasi pada suhu 55oC, 120 rpm selama 72 jam 6. Dilakukan pengenceran hingga 10-5 dan diambil pengenceran yang terakhir 7. Diisolasi mengunakan metode pour plate dan spread plate pada media 8. Isolat diinkubasi pada suhu 55oC selama 48 jam untuk menyeleksi mikroorganisme termofilik. Setiap isolat yang tumbuh akan diisolasi kembali untuk pemurnian dan identifikasi 9. Isolasi dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh isolat tunggal (kultur murni) untuk masing-masing koloni Saat dibawa ke lab, sampel harus pada suhu tetap sehingga dalam membawa sampel lumpur panas Lapindo maka (jika memungkinkan) menggunakan termos untuk menjaga suhunya agar tetap sama seperti saat sampel tersebut diambil karena mikroorganismenya adalah termofilik (Abdurahman, 2008). 8. Jelaskan kelebihan dan kekurangan teknik sampling metode swab, metode cuci-bilas dan adhesive tape pada bahan padat 1. Metode Swab Kelebihan (Natadisastra, 2009): Mudah dilakukan Efektif untuk sampel dengan permukaan yang luas Tidak merusak struktur sampel Kekurangan (Natadisastra, 2009): - Cenderung efektif hanya apabila sampel memiliki permukaan yang rata
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
- Kemungkinan bakteri yang terambil hanya sebagian (tidak semua) - Tidak dapat menjangkau celah yang sempit dari sampel - Tidak semua sampel dapat menggunakan metode swab (sampel yang dapat digunakan dengan metode ini cenderung berupa daging mentah) - Pengenceran cenderung lebih banyak dibandingkan dengan metode lain sehingga lebih boros (dalam hal larutan pengencer) 2. Metode Cuci-Bilas Kelebihan (Natadisastra, 2009): Mudah dilakukan Dapat digunakan untuk sampel yang permukaannya tidak rata Dapat langsung digunakan untuk pengujian permukaan sampel Jangkauan untuk permukaan sampelnya cukup luas tapi relatif kecil Dapat menjangkau celah yang sempit dari sampel Tidak merusak struktur sampel Semua bakteri pada sampel dapat terambil Kekurangan (Natadisastra, 2009): - Hanya bisa digunakan untuk mengambil sampel permukaan saja - Tidak semua sampel dapat menggunakan metode cuci-bilas (sampel yang dapat digunakan dengan metode ini cenderung berupa sayur-sayuran) - Boros bahan, terutama boros larutan pengencer karena dibutuhkan cukup banyak larutan pengencer pada metode ini - Menghasilkan limbah cair 3. Metode Adhesive Tape Kelebihan (Natadisastra, 2009): Mudah dilakukan Waktu yang dibutuhkan singkat Efektif untuk sampel dengan permukaan yang luas dan rata Kekurangan (Natadisastra, 2009): - Tidak efektif apabila sampel memiliki permukaan yang tidak rata - Kemungkinan bakteri yang terambil hanya sebagian (tidak semua) - Tidak dapat menjangkau celah yang sempit dari sampel - Tidak semua sampel dapat menggunakan metode adhesive tape - Menghasilkan limbah tambahan (sampah dari adhesive tape itu sendiri) 9. Apakah metode pengemasan dan kondisi penyimpanan mempengaruhi tipe mikroorganisme bahan pangan yang akan dianalisis? Jelaskan alasan anda! Tentu saja. Setiap mikroorganisme bahan pangan memiliki karakteristik yang berbedabeda, seperti tipe-tipe kondisi lingkungan yang berbeda untuk pertumbuhannya. Contohnya adalah jenis mikroba berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen (aerob dan anaerob), suhu (mesofil, psikotrof, thermofil), pH yang cocok untuk tiap-tiap mikroorganisme, dan lain-lain. Hal ini akan mempengaruhi metode pengemasan bahan
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
tersebut. Metode pengemasan juga dipengaruhi oleh jenis bakteri apa saja yang dikehendaki untuk tumbuh dalam bahan pangan tersebut dan mikroorganisme kontaminan apa saja yang memiliki kemugkinan untuk tumbuh dalam satu wadah yang sama. Oleh karena itu, metode pengemasan dilakukan untuk membantu pengoptimalan daya hidup/pertumbuhan mikroorganisme yang dikehendaki dan menghambat tumbuhnya kontaminan; selain dipengaruhi oleh proses pengolahan (Kaihatu, 2014). Kondisi penyimpanan turut berperan dalam pengoptimalan daya hidup/pertumbuhan mikroorganisme yang dikehendaki dan menghambat tumbuhnya kontaminan pada suatu bahan pangan olahan. Kondisi penyimpanan merupakan tindak lanjut fungsi pengemasan dalam upaya pengoptimalan daya hidup/pertumbuhan mikroorganisme yang dikehendaki serta menghambat tumbuhnya kontaminan. Kondisi penyimpanan yang benar juga didasarkan pada jenis dan sifat mikroorganisme yang mungkin tumbuh pada produk tersebut. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah kondisi suhu penyimpanan karena setiap mikroorganisme memiliki suhu optimal yang berbeda-beda (Saparinto, 2006). 10. Jelaskan bagaimana cara mengetahui sampel yang kita gunakan pada teknik sampling termasuk mikroorganisme aerob atau anaerob beserta tahapannya! Cara mengetahui sample yang digunakan pada teknik sampling merupakan mikroorganisme aerob atau anaerob adalah dengan cara menggunakan dua metode sampling, yaitu pour plate dan spread plate. Jika mikroorganisme yang digunakan termasuk aerob, maka mikroorganisme tersebut akan tumbuh pada media spread sedangkan jika mikroorganisme tersebut anaerob akan tumbuh pada media pour plate. Metode pour plate, dengan mencairkan media agar lalu media agar yang dicairkan didinginkan hingga suhu sekitar 400C, setelah itu menuang media agar pada cawan yang telah berisi sample. Sedangkan metode spread plate dengan cara menyebarkan sample mikroba dengan menggunakan spreader pada permukaan media agar (Russel, 2013).
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
KESIMPULAN Prinsip teknik sampling adalah menumbuhkan mikroba dengan memindahkan kultur pada metode tertentu sesuai dengan karakteristik kultur yang digunakan. Tujuan dilakukannya teknik sampling dalam pengujian mikrobiologi adalah untuk memudahkan dalam melakukan analisis jumlah mikroba sampel yaitu dengan mendapatkan hasil yang mewakili populasi sampel yang digunakan. Teknik sampling mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keberhasilan riset untuk menghasilkan kemampuan prediksi yang kuat, serta generalisasi hasil riset kedalam populasi. Jenis-jenis teknik pengambilan sampel makanan adalah pengambilan sampel padat digunakan untuk mengambil sampel bentuk padat. Pengambilan sampel cair digunakan untuk mengambil sampel bentuk cair. Pengambilan sampel permukaan digunakan untuk mengambil sampel bakteri aerob yang hanya dapat tumbuh dipermukaan media. Pengambilan sampel anaerob digunakan untuk mengambil sampel mikroba yang tidak tahan dengan oksigen. Sementara itu, macam-macam (metode) teknik sampling adalah metode swab (ulas) dengan alat bantu cotton swab, metode rinse (bilas) dengan melarutkan sel mikroba yang menempel, metode maserasi (penghancuran) dengan alat bantu stomacher atau penumbuk, dan pengambilan sampel cair dengan alat bantu pipet ukur atau mikropipet.
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN Abdurahman, Deden. 2008. BIOLOGI Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung: Grafindo Media Pratama Fang, Herbert. 2010. Environmental Anaerobic Technology: Applications and New Developments. London: Imperial College Press Holland, K. 2006. Anaerobic Bacteria. New York: Chapman & Hall Kaihatu, Thomas. 2014. Manajemen Pengemasan. Yogyakarta: Penerbit Andi Lund, Barbara. 2011. Microbiological Safety and Quality of Food. Norwich: An Aspen Publication Maxfield, Max. 2007. Water Quality Rules and Regulations- Wyoming Surface Water Quality Standards. Wyoming: Department of Environmental Quality Water Quality Division Watershed Protection Program Natadisastra, Djaenudin. 2009. PARASITOLOGI KEDOKTERAN: DITINJAU DARI ORGAN TUBUH YANG DISERANG. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Popek, Emma. 2008. Sampling and Analysis of Environmental Chemical Pollutants: A Complete Guide. San Diego: Academic Press Saparinto, Cahyo. 2006. Bandeng Duri Lunak. Yogyakarta: Kanisius
Nama NIM Kelas Kelompok Komponen Penilaian LKP: Jenis Penilaian
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2
Nilai Nilai yang Maksimal diperoleh Diagram Alir 10 Data Hasil Pengamatan 10 Pembahasan laporan 70 Kesimpulan 10 TOTAL 100 Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi No Kompetensi Bisa Tidak 1. Mampu menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis teknik sampling 2.
3. 4.
Mampu mempraktikkan teknik sampling untuk bahan yang akan dianalisis kadar mikroorganismenya : Melakukan aseptis diri, alat, dan lingkungan kerja Mengambil sampel bahan padat Mengambil sampel bahan cair Mengambil sampel permukaan ikan/daging Mengambil sampel telur Mengambil sampel sayur Mengambil sampel turunan susu Mampu menganalisis kelebihan dan kekurangan beberapa jenis teknik sampling Mengetahui cara penanganan dan transportasi sampel yang telah diambil TOTAL
100
Nama NIM Kelas Kelompok
Uyun Nailatul Mafaz 175100107111002 A A2