PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA (TANAMAN HIAS) (MKB 5307) TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN HIAS ADENIUM (Adenium sp) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Produksi Tanaman Holtikultura (Tanaman Hias) Disusun Oleh : Kelompok 9 Kelas 5D Maudi Pransiska
1610631090092
Rahadian Nandea Juliansyah
1610631090124
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Darso Sugiono, SP., MP. Rommy Andhika Laksono, SP., MP. Winda Rianti, SP., M.Sc.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2018
ii
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknik Budidaya Tanaman Hias Adenium (Adenium sp)”. Atas dukungan moral yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rommy Andhika Laksono, SP., MP. , Bapak Darso Sugiono, SP., MP. , dan Ibu Winda Rianti, SP., M.Sc. selaku Dosen yang memberikan materi pendukung, masukan , dan bimbingan kepada mahasiswa selaku penulis. Terlepas ddari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis dengan lapang dada menerima kritik dans aran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata semoga makalah yang telah dituliskan ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi serta memperluas ilmu terutama dalam memahami teknik budidaya tanaman hias adenium.
Karawang, 08 Oktober 2018
Hormat Kami
ii
iii
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1.
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2.
Maksud dan Tujuan .................................................................................. 3
1.3.
Kegunaan .................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4 2.1.
Klasifikasi Tanaman Hias Adenium ......................................................... 4
2.2.
Morfologi Tanaman Hias Adenium.......................................................... 4
2.3.
Syarat Tumbuh Tanaman Hias Adenium ................................................. 7
2.4.
Jenis-jenis Tanaman Hias Adenium ......................................................... 8
2.5.
Manfaat Tanaman Hias Adenium ........................................................... 12
BAB III TEKNIK BUDIDAYA ........................................................................... 13 3.1.
Teknik Perbanyakan Tanaman ............................................................... 13
3.2.
Persiapan Lahan dan Penanaman ........................................................... 16
3.3.
Pemeliharaan .......................................................................................... 17
3.4.
Teknik Mempercantik Adenium ............................................................ 21
3.5.
Pemupukan ............................................................................................. 23
3.6.
Pengendalian Hama dan Penyakit .......................................................... 24
3.7.
Panen dan Pasca Panen ........................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
iii
iv
DAFTAR GAMBAR 1 Akar Adenium ..................................................................................................... 4 2 Batang Adenium .................................................................................................. 5 3 Daun Adenium .................................................................................................... 5 4 Bunga Adenium .................................................................................................. 6 5 Buah Adenium .................................................................................................... 6 6 Biji Adenium ....................................................................................................... 7 7 Adenium Obesum ............................................................................................... 9 8 Adenium Multiflorum ....................................................................................... 10 9 Adenium Arabicum ........................................................................................... 10 10 Adenium Swazicum ........................................................................................ 11 11 Adenium Oleifolium ....................................................................................... 11 12 Adenium Somalense ........................................................................................ 12 13 Repotting Adenium ......................................................................................... 20 14 Pengawatan Bonsai ......................................................................................... 23
iv
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Minat penduduk Indonesia semakin meningkat terhadap tanaman hias. Hal ini dikarenakan tanaman hias memiliki nilai estetika yang tinggi dan dapat menimbulkan rasa nyaman bila diletakkan di dalam ruangan. Suryowinoto (1997) juga menyatakan bahwa pengemar tanaman hias semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya status sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi. Kehadiran tanaman hias di lingkungan rumah tinggal, perkantoran ataupun di lingkungan taman-taman rekreasi banyak memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, menciptakan suasana segar, nyaman, dan harmonis. Adenium merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan menurut Haryanto (2005), perawatan adenium jauh lebih mudah dibanding anggrek sehingga tidak mustahil bila perkembangan tanaman ini semakin pesat Adenium yang dulu dikenal di Indonesia sebagai tanaman kamboja jepang merupakan salah satu jenis tanaman hias yang berasal dari gurun Afrika dan Arab. Sebagai tanaman gurun, maka tanaman kamboja jepang termasuk dalam tanaman semak sukulen yang bermanfaat dalam pertahanan diri terhadap lingkungan yang kering dan panas. Melihat dari asal tanaman ini, maka Adenium sp. merupakan tanaman yang memerlukan sinar matahari penuh dan medium tanam yang porous (Sugih, 2005). Indonesia dengan iklim tropis yang cenderung panas sangat cocok untuk mengembangkan adenium secara luas. Keindahan Adenium tidak hanya dari bunganya, tapi akar dan batangnya pun memikat. Bentuk bonggol yang unik dan cantik menjadi daya tarik Adenium (Beikram dan Andoko, 2004). Menurut Haryanto (2005), salah satu keindahan adenium adalah kemampuan pangkal batang dan akarnya yang membesar yang dikenal dengan “Bonggol”. Ukuran akar dan batang semakin besar seiring bertambahnya umur tanaman. Keindahan bonggol Adenium menjadi salah satu nilai jual Adenium. Semakin bagus bentuk, ukuran besar,dan mulus, kian tinggi harganya. Permintaan pasar terhadap Adenium
2
pun semakin meningkat. Hal inilah yang menjadi alasan dilakukannya berbagai usaha untuk menghasilkan Adenium yang berbonggol. Salah satu usaha untuk meningkatkan diameter bonggol Adenium adalah dengan penggunaan zat pengatur tumbuh, yang akan mempengaruhi pertumbuhan Adenium terutama pertumbuhan akar dan batangnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haryanto (2005), bahwa penggunaan senyawasenyawa kimia seperti auksin dan giberelin dimungkinkan dapat digunakan juga dalam peningkatan pembesaran bonggol dan pembentukan strukturnya. Diameter batang sangat dipengaruhi oleh terjadinya perkembangan selsel baru. Pembesaran batang atau akar sangat dipengaruhi oleh terjadinya perkembangan sel-sel baru, pemanjangan dan penebalan dinding sel yang sangat membutuhkan karbohidrat maupun absorbsi air bagi pembesaran vakuola-vakuola pada semua bagian yang sedang mengalami pertumbuhan (Harijadi, 1979). Adenium obesum di Indonesia dikenal dengan sebutan kamboja jepang. Tanaman ini memang cocok ditanam di Indonesia karena iklim tropisnya. Kebanyakan masyarakat mengagumi tanaman ini karena keindahan bunga dan sosoknya yang menyerupai tanaman bonsai. Adenium mirip sekali dengan bonsai terutama pada bagian akarnya. Akar adenium semakin tua akan semakin membesar sehingga menambah daya tarik tanaman ini, disamping keindahan bunganya (Sugih, 2005).
3
1.2.
Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penyusunan makalah ilmiah yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Produksi Tanaman Hias (MKB 5307) sekaligus agar mahasiswa dapat :
1.3.
Mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman hias adenium.
Mengetahui syarat tumbuh tanaman adenium
Mengetahui jenis – jenis tanaman hias adenium.
Mengetahui manfaat tanaman hias adenium.
Mengetahui teknik budidaya tanaman hias adenium.
Kegunaan
Agar pembaca dapat mengetahui klasifikasi dan morfologi dari tanaman hias adenium
Agar pembaca mengetahui syarat tumbuh tanaman adenium
Agar pembaca dapat mengetahui jenis-jenis tanaman hias adenium
Agar pembaca mengerahui manfaat dari tanaman hias adenium
Agar pembaca mengetahui teknik budidaya tanaman hias adenium
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Klasifikasi Tanaman Hias Adenium Menurut (Beckett, 1995) , klasifikasi tanaman hias Adenium sp sebagai berikut :
2.2.
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dycotyledoneae
Ordo
: Gentialis
Famili
: Apocynaceae
Genus
: Adenium
Spesies
: Adenium obesum
Morfologi Tanaman Hias Adenium Seperti tanaman lainnya, adenium mempunyai bagian-bagian seperti batang, daun, bunga, buah, dan akar. Berikut morfologi tanaman hias Adenium obesum : a) Akar Adenium dapat menyimpan persediaan air di dalam akar. Oleh karenanya, akar dapat membesar seperti umbi. Pada akar yang membesar tersebut, muncul rambut-rambut
akar. Apabila bagian akar
yang membesar
dimunculkan kepermukaan tanah maka rambut-rambut akar hanya tumbuh dibagian akar yang tertimbun tanah (Sugih, 2005).
Gambar 1 Akar Adenium Sumber : Google Image
5
b) Batang Adenium bukan merupakan tanaman yang berkayu. Batangnya lunak, halus dan bergetah, serta tidak berduri. Pada batang seringkali tampak bintikbintik putih, mulai dari pangkal hingga bagian atas batang. Bintik-bintik putih tersebut merupakan mata tunas atau bekas patahan daun yang gugur. Apabila batang tanaman dipotong maka daun dan tunas akan muncul dari mata tunas tersebut. Walaupun tidak berkayu adenium yang semakin tua, batangnya akan semakin besar dan semakin mengeras (Sugih, 2005).
Gambar 2 Batang Adenium Sumber : Google Image c) Daun Bentuk daun adenium bermacam-macam, ada yang langsing memanjang atau berbentuk lanset dan berujung lancip, ada pula yang oval membulat bagian ujungnya. Meskipun kebanyakan tipis, ada daun adenium yang tebal seperti daun kalanchoe atau cocor bebek. Warnanya ada yang hijau tua, hijau pupus, kemerah-merahan, kuning, dan bahkan ada yang variega (mengalami mutasi warna,biasanya hijau belang-belang kuning pucat/putih). Permukaan daun umumnya halus, tetapi ada jenis yang berbulu. (Beikram, 2004)
Gambar 3 Daun Adenium Sumber : Google Image
6
d) Bunga Bagian tanaman adenium yang paling bervariasi adalah bunganya. Di seluruh Indonesia tercatat lebih seratus macam bunga adenium yang berbeda, baik bentuk maupun warnanya. Secara umum bunga adenium berbentuk terompet, tetapi mahkota bunganya bervariasi dari bentuk bintang, ujung mahkotanya terpotong atau membulat, sampai yang berigi. Corak bunga adenium ada yang polos dengan satu warna, strip dibagian dalamnya, dan bergaris di dalam ujung mahkotanya. (Beikram, 2004)
Gambar 4 Bunga Adenium Sumber : Google Image e) Buah Adenium tidak atau jarang berbuah. Apabila terjadi penyerbukan, sekitar 4 hari setelah bunga rontok akan tumbuh bakal 2 buah. Buah adenium berbentuk gepeng dan seperti tanduk binatang atau huruf ”T”. Panjang buah 20-30 cm. Buah adenium akan masak sekitar 2 bulan dan didalamnya buah akan tampak banyak sekali biji sekitar 60-80 biji (Sugih, 2005).
Gambar 5 Buah Adenium Sumber : Google Image
7
f) Biji Biji adenium berwarna kuning muda, berbentuk seperti batang lidi berukuran kurang lebih 1 cm, dikiri dan kanannya terdapat bulu-bulu halus (Sugih, 2005). Orang yang pertama kali menyilangkan Adenium adalah Dr. Mark .A Dimmit seorang curator tanaman dari Arizona Desert Museum. Tahun 1985, beliau menyilangkan adenium obesum dan adenium swazicum yang melahirkan Adenium Crimson Star Adenium merupakan tanaman hias yang digandrungi banyak orang, tak peduli semahal apapun harganya, hobiis berkantong tebal akan membelinya karena keindahan tanaman padang pasir ini. Tanaman ini pun kerap menjadi primadona pameran tanaman hias. Kecantikan Adenium terletak pada bentuk batangnya yang semi bonsai, bonggolnya yang tebal dan bisa diperbesar, serta bunganya yang semarak warna warni. Sosok Adenium ini tentu sangat menyemarakkan sudut-sudut ruang atau tanam (Tomasouw dan Maloedyn, 2005).
Gambar 6 Biji Adenium Sumber : Google Image
2.3.
Syarat Tumbuh Tanaman Hias Adenium Adenium menyukai tempat terbuka yang mendapat sinar matahari penuh sepanjang hari. Sinar matahari yang melimpah membuat adenium rajin berbunga. Selain itu penampilan batang, daun dan bunga tampak kekar. Halaman atau pekarangan rumah yang tidak ternaungi, sehingga matahari menyinarinya dari pagi hingga sore, adalah tempat yang tepat untuk budidaya adenium. Namun jika harus ditempatkan di dalam ruangan sebagai tanaman hias indoor, Adenium harus sering dikeluarkan (diletakkan diluar ruangan ± 5 jam) agar mendapaat sinar matahari penuh. Tanaman ini memiliki wilayah tumbuh yang sangat luas dengan ketinggian maksimum 2.000 mdpl.
8
Adenium dapat tumbuh ditanah dengan segala kondisi, bahkan ditanah yang kurang subur. Meskipun demikian, pertumbuhan terbaik adalah ditanah yang mengandung cukup unsur hara dengan struktur porous dengan tingkat keasaman atau pH antara 5,5-6,5 (Beikram dan Agus, 2004). Pada dasarnya, Adenium dapat hidup pada suhu antara 15oC-45oC. Suhu dibawa 15oC nampaknya kurang baik bagi pertumbuhan adenium. Meskipun tahan hidup pada suhu relatif panas, pada suhu di atas 45oC daun-daun akan kering dan rontok. Tanaman adenium dapat tumbuh didataran rendah, karena menyukai cahaya matahari penuh. Adenium cocok tumbuh di daerah tropis (Soenanto, 2005). Di Indonesia, terutama didataran rendah, kisaran suhu yang ada dapat diterima dengan baik oleh Adenium. Bahkan, kebanyakan Adenium yang tumbuh didataran rendah (dibawah 600 m dpl) menunjukkan gejala pertumbuhan dengan lebih baik dibandingkan didateran tinggi. Aliran angin yang berhembus juga merupakan faktor penting dalam memelihara Adenium. Semakin baik sirkulasi udara yang ada, pertumbuhan Adenium juga semakin baik. Adenium yang telah diletakkan di tempat terbuka tumbuh dengan baik dan berbatang akar. (Chuhairy dan Maloedyn, 2005) Adenium yang masih muda atau umurnya kurang dari 2 bulan dianjurkan diletakkan ditempat yang sedikit ternaungi, tempat yang diberi paranet, atau diteras yang terkena cahaya matahari pagi (Tomasow dan Maloedyn, 2005).
2.4.
Jenis-jenis Tanaman Hias Adenium Adenium dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni adenium spesies alam dan adenium hibrida. Adenium spesies alam adalah jenis yang muncul secara alami tanpa campur tangan manusia, sedangkan adenium hibrida merupakan hasil pemuliaan manusia dengan cara menyilangkan antar spesies (Beikram, 2004).
9
a) Adenium Obesum Adeniuum obesum merupakan jenis adenium spesies alam yang paling disukai para hobiis tanaman hias pada umumnya, hal ini di karenakan adenium ini memiliki daya adaptasi yang sangat luar biasa, karena itu , pemeliharaan adenium ini di kategorikan relative mudah, biasanya tanaman asli padang pasir ini berbentuk perdu setinggi 3-4 m. batangnya sekulen,berkayu dan besar karena mengandung air untuk cadangan makanannya.
Gambar 7 Adenium Obesum Sumber : Google Image
Adenium ini juga memiliki cabang yang bervariasi. Obesum yang tumbuh di afrika selatan umumnya bercabang banyak dan bersosok gemuk, terutama yang berasal dari pantai timur Kenya. Namun obesum di Indonesia umumnya jauh lebih kerdil dengan tinggi hanya 1-3 meter. Obesum lebih mengutamakan atau lebih menonjolkan bonggolnya yang besar dengan bentuk yang unik , sehingga terlihat sangat eksotik jika sebagian akarnya di tampilkan di atas permukaan tanah. Warna daun obesum juga sangat beragam, dari hijau tua hingga hijau ke abu-abuan. Uniknya , tanaman ini akan menggugurkan daunnya jika kondisi lahan tidak menunjang, obesum memiliki bunga dengan corong panjang dan petal berbentuk bintang dengan diameter 5-12 cm. Warna bunga sangat bervariasi dengan warna merah muda hingga merah tua dengan semburat putih di bagian petalnya. Obesum banyak sekali di pelihara di Indonesia,dan hingga kini para ahli dari amerika ,Thailand, dan Taiwan tengah di kembangkan kultivar
yang
terbaru
dengan
variasi
bunga
yang
lebih
menarik
10
b) Adenium multiflorum Habitat asli A. Multiforum adalah Afrika bagian selata, tepatnya di sekitar Mozambik. Orang Afrika sering menyebut adenium ini ddengan impala leile atau impala lily. Pada dasarnya, karakter tanaman ini tidak jauh berbeda dengan obesum. Batangnya kokoh dan tumbuh tegak lurus. Daunnya berwarna hijau tua dengan tulang daun berwarna putih. Bunganya berbentuk bintang dan berwarna putih, dengan garis tepi merah sampai merah tua berdiameter 67 cm. Jenis ini pertumbuhannya lebih sedikit lebih lambat dibandingkan dengan obesum. Jika ditanam dari biji, tanaman ini baru bisa menghasilkan bunga 4-5 tahun setelah semai.
Gambar 8 Adenium Multiflorum Sumber : Google Image
c) Adenium arabicum Penampilannya yang indah dan kekar menjadikan A. Arabicum banyak diidolakan orang. Batangnya gemuk dan besar dengan diameter bonggol bisa mencapat satu meter. Daunnya lebar berwarna hijau tua. Sosoknya kokoh dan kekar dengan tinggi tanaman mencapai 4-5 meter. Cabangnya banyak dengan bentuk menyemak. Buah dan biji arabicum umumnya lebih besar daripada buah dan biji obesum. Bentuk bunganya hampir murup tetapi bunga arabicum berwarna merah muda dan polos. Tanaman ini disukai karena percabangannya banyak sehingga bunganya bisa tumbuh lebat dan kompak
Gambar 9 Adenium Arabicum Sumber : Google Image
11
d) Adenium swazicum Adenium swazicum merupakan tanaman semak setinggi dua meter. Sosok batangnya lentur dan tidak memiliki bonggol. Daunnya sempit, berbulu an berwarna hijau hingga keabu-abuan, serta memilki lapisan lilin di permukaan daun yang berguna mencegah penguapan. Jenis ini berbunga sepanjang tahun dengan syarat air dan nutrisinya terpenuhi. Bunganya berbentuk bulat seperti bunga tapak dara dengan ddiameter 5-10cm. warnanya pun bervariasi, dari merah polos hingga merah keunguan. Namun, ada juga bunganya yang berwawrna putih polos dengan warna petall putih atau bisa lebih gelap lagi.
Gambar 10 Adenium Swazicum Sumber : Google Image
e) Adenium oleifolium Jenis
ini
cukup
jarang
ddipelihara
orang.
Padahal,
jenis
ini
percabangannya banyak dan mampu membuat bonggol ddengan ukuran yang cukup besar. Daunnya berbentuk sempit, memanjang, dan berwarna abu-abu kebiruan. Bungannya berukuran sekitar 3 cm dan umumnya berwarna pink dengan bagian petal kekuningan. Ukuran biji terbesar di antara spesies addenium lainnya. Namun, sosok tanamannya tergolong kecil ddan pertumbuhannya relatif lambat. Jika ditanam dari biji, saat berumur lima tahun tingginya baru mencapai 30-50 cm. Semenatara itu, buahnya membutuhkan waktu satu tahun untuk matang sehingga tidak ada peminatnya
Gambar 11 Adenium Oleifolium Sumber : Google Image
12
f) Adenium somalense Pertumbuhan tanaman relatif cepat. Sosoknya kekar dan tahan terhadap kondisi lingukan. Daunnya berbentuk sempit dan meruncing dengan padian warna hijau tua dan putih. Selain itu, bunganya berukuran kecil berdiameter 5 cm, dan berbentuk bintang. Warna petallnya putih atau pink. Bagian corong berwarna kuning atau putih dengan garis-garis merah. Sifat tumbuh bunganya bervariasi, ada yang rajin berbunga dan ada yang masa berbunga.
Gambar 12 Adenium Somalense Sumber : Google Image
2.5.
Manfaat Tanaman Hias Adenium
13
BAB III TEKNIK BUDIDAYA 3.1.
Teknik Perbanyakan Tanaman Perbanyakan tanaman adenium dilakukan baik secara generative maupun vegetatif, untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
A. Perbanyakan secara generatif Perbanyakan generatif pada adenium dilakukan dengan menanam biji adenium. Biji ini didapat dari hasil penyerbukan (perkawinan), baik secara alami maupun dengan bantuan manusia. Biji adenium yang siap disemai adalah biji yang sudah tua. Sebelum disemai sebaiknya biji dikeringkan terlebih dahulu.
Berikut ini tahap-tahap penyemaian biji adenium.
Sebelum disemai, biji direndam terlebih dahulu dalam air hangat selama 24 jam. Siapkan pot semai dan media tanam. Campurkan pupuk kandang matang dan pasir halus dengan perbandingan 1:1 dapat digunakan sebagai media tanam. Basahi media tanam, masukkan biji dalam posisi rebah, kemudian tutupi dengan media tanam dengan ketebalan sekitar 1 cm. siram kembali media tanam menggunakan sprayer.
Jaga kelembapan media tanam selama penyemaian, dengan cara menyiram secukupnya setiap hari. Kelembapan bisa juga dipertahankan dengan cara menutupi pot persemaian dengan menggunakan plastic transparan. Dalam waktu 3-7 hari biasanya kecambah sudah muncul. Setelah berumur sekitar 1 bulan bibit dapat dipindahkan ke pot yang lebih besar.
Perbanyakan secara generative dapat memunculkan adenium yang memiliki sifat berbeda dari induknya, sehingga memungkinkan munculnya jenis-jenis adenium baru yang semakin bervariasi, baik dari bentuk, ukuran dan warna bunga maupun dari bentuk, ukuran dan keunikan bonggolnya.
14
B. Perbanyakan vegetative Perbanyakan vegetative pada adenium dilakukan melalui setek batang, cangkok atau sambung (grafting). a) Stek batang Walaupun caranya sederhana, stek batang jarang dilakukan untuk memperbanyak adenium, karena tingkat keberhasilan teknik ini hanya sekitar 50%, pertumbuhannya lama dan sulit membentuk bonggol. Sederhana stek dilakukan dengan memotong batang atau cabang adenium yang memiliki diameter minimum 1 cm, berwarna keabu-abuan atau putih, dan tidak terlalu tua atau muda. Setelah itu, celupkan atau olesi pangkal batang menggunakan hormone perangsang tumbuh dan fungisida. Diamkan stek selama sekitar 1-2 hari hingga kering, untuk mengurangi resiko pembusukan. Setelah itu, tanam setek dalam media tanam, bisa berupa campuran pasir kasar, sekam bakar dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 :1 : 1. Letakkan di tempat teduh dan lakukan perawatan dengan menyiramnya setiap hari. Stek akan mengeluarkan akar 1-2 bulan kemudian.
b) Cangkok Teknik mencangkok memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan setek. Cangkok pada adenium dilakukan dengan menggunakan batang yang memiliki diameter sekitar 2 cm dan terlihat sehat. Jangan memilih batang yang terkena penyakit atau bentuknya tidak bagus. Namun, adenium yang dihasilkan dari mencangkok juga memiliki bonggol yang pertumbuhannya lambat. Berikut ini tahap-tahap mencangkok adenium.
Buat dua sayatan melingkar dengan jarak sekitar 4 cm. sayatan dibuat hingga mencapai cambium.
Kupas kulit batang diantara dua sayatan.
Bersihkan cambium hingga batang tidak lengket.
Biarkan luka sayatan selama sekitar 3 hari. Setelah itu oleskan zat perangsang tumbuh pada sayatan yang sudah kering.
15
Tutup batang menggunakan media tanam, lalu bungkus menggunakan plastic transparan. Ikat kedua ujungnya menggunakan tali raffia.
Buat beberapa lubang pada plastik sebagai tempat menyiram dan sirkulasi udara. Siram 2-3 hari sekali agar tetap lembab. Sebulan kemudian biasanya akar sudah tumbuh memenuhi media cangkok. Cabang dapat dipotong dan ditanam pada media tanam yang telah disediakan.
c) Sambung (Grafting) Grafting dilakukan dengan cara menyambungkan batang atas tanaman dengan batang bawah tanaman lain. Batang atas yang digunakan biasanya memiliki keunggulan pada bentuk, warna dan frekuensi berbunganya. Sedangkan batang bawah yang digunakan memiliki keunggulan pada bonggolnya.
Berikut tahap-tahap grafting pada adenium :
Siapkan tanaman yang akan digunakan sebagain batang bawah, sebaiknya tanaman dalam kondisi sehat dan memiliki diameter 3-5 cm. potong batang dengan arah mendatar. Saat memotong gunakan pisau yang tajam dan steril.
Belah bagian tengah batang berbentuk V.
Potong calon batang atas dengan ukuran sekitar 5 cm, kemudian runcingkan bagian ujungnya. Sebelum disatukan, kedua ujung batang diolesi dengan salep grafting untuk mencegah pembusukan. Satukan batang atas dengan batang bawah. Pastikan keduanya menyatu dengan baik dan kambiumnya saling bertemu.
16
Ikat sambungan menggunakan tali plastic dengan kuat.
Pangkas daun pada batang bagian atas, kemudian tutupi sambungan menggunakan plastic bening untuk mencegah penguapan yang berlebihan. Jika berhasil, dalam waktu 1-2 minggu tunas akan muncul. Saat itu, plastik bening boleh dibuka. Ikatan tali dibuka ketika sambungan sudah terlihat benar-benar menyatu.
3.2.
Persiapan Lahan dan Penanaman Setelah bibit disiapkan, langkah berikutnya adalah menyiapkan lahan atau tempat untuk penanaman. Ada dua macam tempat penanaman untuk adenium, yakni tanah dan pot.
a) Tanah Dalam penanaman langsung di tanah, yang harus dilakukan adalah menyiapkan tempat penanamannya. Persiapan dilakukan dengan cara membuat lubang tanaman dengan ukuran sekitar 30 x 30 x 30 cm. lubang tanam kemudian dibiarkan terbuka agar mendapat sinar matahari selama minimum dua minggu. Tujuannya agar semua bibit hama dan penyakit mati, sehingga resiko tanaman terserang hama dan penyakit bisa ditekan. Setelah dibiarkan terbuka selama 2 minggu, lubang tanam dikubur menggunakan tanah bagian atas (top soil) yang dicampur dengan pupuk kandang yang sudah jadi dengan perbandingan sama. Selanjutnya bibit yang sudah siap bisa ditanam.
b) Pot Kebanyakan adenium ditanam di pot karena selain mudah dibentuk menjadi semacam bonsai, tanaman mudah dipindah-pindah ke tempat yang diinginkan. Pada penanaman di dalam pot, hal penting yang harus diperhatikan adalah pemilihan pot dan media tanam.
17
Pot untuk budidaya adenium kebanyakan berbentuk ceper yang banyak digunakan untuk bonsai. Dengan pot berbentuk ceper ini, keindahan adenium terutama bonggolnya yang berbentuk unik dapat ditampilkan secara lebih atraktif. Diameter pot minimum 40cm dengan kedalaman 20cm, sehingga dapat memuat media tanam dalam jumlah yang cukup memadai untuk pertumbuhan tanaman. Bahan pot idealnya berupa keramik atau gerabah tanah liat. Media tanam untuk adenium dalam pot harus subur dan porous. Oleh karena itu, penggunaaan tanah liat tidak dianjurkan karena memiliki daya ikat air yang tinggi. Bahan-bahan untuk komposisi media tanam adenium diantaranya pasir bangunan, pupuk kandang, cacahan arang, serbuk sabut kelapa dan sekam padi. Komposisi media tanam yang dapat dicoba antara lain pasir bangunan, pupuk kandang dan sekam padi dengan perbandingan 2 : 2 : 1. Bisa juga digunakan komposisi serbuk sabut kelapa, pupuk kandang dan pecahan arang dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Komposisi media tanam yang akan digunakan tentunya disesuaikan dengan kemudahan dalam mendapatkannya. Media tanam tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam pot setelah dasar pot yang berlubang ditutup dengan pecahan genting atau kerikil agar media tanam tidak lolos keluar saat disiram air. Setelah pot berisi media tanam disiapkan, bibit adenium bisa segera ditanam.
3.3.
Pemeliharaan Kegiatan menanam dan merawat adenium sebenarnya merupakan sama sepert kegiatan menanam dan merawat tanaman lainnya. Adenium sebenarnya merupakan tanaman yang mudah beradaptasi dan sangat mudah tumbuh, sehingga tidak memerlukan perawatan khusus.
18
a) Penyiraman Banyak orang menganggap Adenium tidak perlu terlalu sering disirami karena termasuk tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar. Jika pada musim kemarau penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore. Jika musim hujan penyiraman dilakukan menurut kondisi tanaman adenium. Adenium tidak tahan hidup ditanah basah dan lembab. Karena tanah yang basah dan lembab justru mengganggu pertumbuhannya. Dan jika tanaman adenium kelebihan air maka akan menyebabkan penyakit busuk akar. Bila musim penghujan penyiram bisa dilakukan 4-5 hari sekali, karena dengan mempunyai tandon air berupa bonggol, adenium hanya membutuhkan sedikit air untuk pertumbuhannya sebelum dilakukan penyiraman seharusnya dicek dulu keadaan media tanam atau tanah. Jika tanah atau media tanam masih lembab dan basah maka tidak perlu disiram. Namun, jika tanah atau media tanam sudah kering, saat itulah adenium perlu disiram. Jumlah air siraman untuk adenium tidak boleh terlalu banyak. Jika ditanam ditanah, penyiraman dianggap cukup saat air sudah lama meresap ke dalam tanah. Jika ditanam dipot, penyiraman dianggap cukup saat air siraman sudah keluar dari lubang didasar pot. Penyiraman ini dibantu dengan selang atau gembor. Sebaiknya penyiraman ditanah atau media tanam, penyemprotan daun-daun dan ranting menggunakan sprayer halus agar tanaman terlihat bersih dan segar. Setelah terkena air hujan karena air hujan yang mengandung zat asam yang bisa merusak tanaman. Penyiraman harus dilakukan hingga air menetes dari lubang dasar pot. Dalam hal ini harus diperhatikan media tanamnya. Media tanam harus porous agar akar adenium terhindar dari genangan air yang bisa menyebabkan kebusukan. Jika disiram secara teratur, daunnya akan tebal dan bunganya tampak besar (Tomasouw dan Maloedyn, 2005)
19
b) Pemangkasan Dalam budidaya adenium, pemangkasan adalah suatu keharusan karena tanpa pemangkasan tanaman akan tumbuh tidak beraturan. Adenium yang dibiarkan tumbuh tanpa pemangkasan akan menjadi tanaman dengan sosok yang berantakan, sehingga tidak ada unsur keindahannya sama sekali. Tujuan pemangkasan ini adalah untuk membentuk tajuk atau sosok tanaman seperti yang diharapkan. Biasanya hobiis menginginkan adeniumnya bersosok rendah dan kompak. Karena itu, dalam pemangkasan, bagian yang harus dipotong adalah batangnya setinggi yang diinginkan. Dari batang yang terpotong itu biasanya akan muncul cabang-cabang. Beberapa cabang terbaik dipelihara dan lainnya dipotong. Sebaiknya dipelihara cabang-cabang yang arah pertumbuhannya kelak membentuk sebuah tajuk yang kompak. Cabang-cabang tersebut bisa dipotong lagi untuk membentuk ranting-ranting, sehingga kelak sosok adenium pendek, kompak, dan rimbun. Hal penting yang seringkali diabaikan saat memangkas tanaman adalah soal kebersihan alat pemotong. Gunting atau pisau kotor yang digunakan untuk memotong tanaman bisa menyebabkan bekas irisannya membusuk dan merembet ke bagian lain. Jika demikian yang terjadi, bukan sosok kompak yang diperoleh, tetapi justru kematian tanaman. Pemotongan sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar bekas potongannya cepat kering. Pemotongan pada musim hujan tidak dianjurkan karena luka bekas irisan yang terkena air hujan bisa membusuk. Untuk menghindari infeksi jamur, luka bekas potongan sebaiknya diolesi dengan fungisida. Fungisida yang bisa digunakan diantaranya score, deas curacon. Caranya, fungisida tersebut dilarutkan dalam air bersih dengan dosis 2 cc/liter, kemudian dioleskan merata ke permukaan potongan.
20
c) Penggantian Media Tanam Penggantian media repotting tanam untuk adenium yang ditanam dalam pot adalah suatu keharusan karena unsur hara dalam media lama-lama akan habis diserap tanaman. Penggantian media tanam sebaiknya dilakukan jika tanaman adenium sudah mulai menunjukkan pertumbuhan yang baik. Karena semakin besar tanaman maka makin besar pula unsur hara yang dibutuhkan. Jika tidak dilakukan repotting maka dikhawatirkan pertumbuhan juga akan terganggu karena sudah kehabisan unsur hara dalam media yang diserap. Tetapi untuk repotting bila dari persemaian dipindah ke pot maka persemaian tersebut menunggu umur sampai 3 bulan.
Tahap-tahap repotting adalah sebagai berikut :
Menyiapkan tanaman yang akan di repotting
Mengeluarkan tanaman dari pot secara hati-hati
Membersihkan media tanam yang menempel pada tanaman.
Menyiapkan pot dengan ukuran yang lebih besar.
Memadatkan media sekeliling pangkal batang tanaman agar tanaman tatap berdiri tegak.
Menyiram media hingga cukup basah dan lembab, lalu meletakannya tanaman di tempat yang teduh.
Gambar 13 Repotting Adenium Sumber : Google Image
21
3.4.
Teknik Mempercantik Adenium Adenium merupakan jenis tanaman yang banyak diminati oleh masyarakat karena bentuk, ukuran dan ragam jenis bungany. Sehingga perlu diberikan perlakuan khusus sehingga hal tersebut bisa dicapai . Terdapat beberapa teknik tertentu yang seringkali digunakan oleh para pembudidaya adenium diantarannya adalah : a) Teknik Pruning Reppoting tanaman telah banyak dilakukan oleh para penghobis tanaman hias. Tak terkecuali para penghobis tanaman hias adenium arabicum. Menggunduli tanaman hias bukan berarti memperburuk tanaman
Menggunduli tanaman Atau biasa di sebut pruning meruapakan upaya pembentukan tajuk baru. Dengan menggunduli tanaman tajuk akan mudah untuk terbentuk dan bunga akan bermunculan. Menggunduli tanaman atau yang lebih dikenal dengan sebutan prunning dilakukan dengan tujuan membentuk tajuk baru. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk memunculkan bunga. Cara menggunduli tanaman hias adenium arabicum adalah dengan merontokkan dedaunan pada cabang-cabang tertentu yang memang sudah dipilih sebelumnya. Sedangkan langkah-langkah untuk menggunduli tanaman adenium arabicum adalah sebagai berikut.
Pilihlah terlebih dahulu percabangan yang akan digunduli. Cabang yang dipilih harus tumbuh di bagian atas batang dan ukurannya tidak pendek.
Dibagian ujung cabang yang akan digunduli, cabutlah bagian daunnya.
Setelah daun dicabut, selanjutnya semprotkan pupuk yang memiliki kandungan N nya yang tinggi.
22
Penyemprotan dapat dilakukan pada bagiann cabang yang pendek yang terdapat dibawahnya.
Penyimpanan tanaman dilakukan pada tempat yang terbuka. Tujuannya adalah supaya tanaman mendapatkan udara yang segar dan cepat untuk tumbuh percabangan baru dan bunga yang baru.
Bunga akan tumbuh paa saat tanaman telah berusia beberapa minggu setelah penggundulan berlangsung. Setelah digunduli, nantinya tanaman akan menghasilkan bunga yang
selaras dan banyak. Tidak hanya itu saja, nantinya tanaman adenium arabicum akan menghasilkan bentuk percabangan yang kompak
b) Pengawatan Bonsai Pengawatan bonsai dilakukan dengan tujuan untuk membentuk batang, dahan, serta ranting sesuai dengan gaya bonsai yang diinginkan, kawat yang digunakan harus yang anti karat supaya tidak meracuni tanaman bonsai, misalnya dapat menggunakan kawat yang terbuat dari alumunium atau tembaga, selain anti karat kawat ini cukup lentur dan kuat. Hasil pengawatan tergantung pada kecepatan tumbuh berbagai jenis spesies. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengawati bonsai:
Kawat harus dililitkan dengan kemiringan 45 derajat terhadap batang yang dililit.
Mengawati dimulai dari bawah atau dasar cabang menuju ujung cabang.
Untuk pengawatan ujung batang, ujung kawat bisa dimasukkan kedalam tanah sebagai penguat sebelum dililitkan.
Apabila ingin mengawati keseluruhan pohon, mulailah dari batang, lalu cabang utama dan dilanjutkan ke cabang-cabang sekunder.
Setelah pengawatan selesai batang atau cabang bisa dibengkokkan dengan perlahan-lahan ke arah yang diinginkan, supaya cabang tidak patah, tekankan ibu jari tanagan kiri pada pangkal cabang tersebut sambil tangan kanan mengerjakan pembengkoan.
23
Gambar 14 Pengawatan Bonsai Sumber : Google Image
3.5.
Pemupukan Pemberian pupuk harus rutin dan tepat dosis agar pertumbuhan tanaman sempurna. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk slow release seperti Growmore, Hyponex dan Dekastar. Pemupukan bisa dilakukan tiga bulan sekali dengan dosis sesuai yang tertera pada kemasan pupuk. Bisa juga digunakan pupuk daun seperti Gandasil dengan dosis setengah takaran dari yang tertera di label Adenium yang masih kecil memerlukan pupuk NPK seimbang atau unsur nitrogen yang lebih tinggi. Sementara itu, adenium yang baru dipangkas membutuhkan pupuk dengan kandungan fosfor tinggi untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan akar, serta merangsang pembungaan. Pemupukan sebaiknya dilakukan setelah penyiraman atau bersamaan dengan penyiraman agar penyerapan sempurna. Selain pupuk kimia, bisa juga digunakan pupuk kandang atau kompos yang ditambahkan pada permukaan media tanam setiap 1 bulan sekali. Untuk merangsang pertumbuhan akar, batang, daun (tanaman kecil dan vegetatif).
24
3.6.
Pengendalian Hama dan Penyakit a) Hama
Red spider (Tungau Merah) Hama ini tergolong hama yang paling sering menyerang adenium. Hama
ini bersembunyi dipermukaan daun bagian bawah, terutama pada daun-daun muda yang dapat mengakibatkan daun akan rontok. Serangan ini dapat diatasi dengan menyemprotkan pestisida campuran Curacron dengan dosis 2-3 ml/liter air. Pada kondisi parah, penyemprotan dapat dilakukan 2-4 kali seminggu.
Aphids (kutu kuning) Hama ini tidak hanya bersembunyi di bawah daun, tetapi juga di pucuk
tanaman dan di tangkai bunga. Untuk mengatasinya, dapat langsung diambil dengan tangan atau dengan menyemprotkan Decis.
Mealy bugs (kutu putih) Hama ini dapat menyerang daun, batang bahkan akar tanaman. Hama ini
juga betah tinggal di tempat yang lembab. Hama ini dapat dikendalikan dengan pestisida dan untuk yang bersembunyi di akar diberikan insektisida langsung pada media.
Thrips sp Serangga sejenis kutu dan bergerak sangat cepat. Hama ini menyerang
bunga yang belum mekar, sehingga bunga gagal mekar. Untuk mengatasinya, semprotkan Agrimex dengan konsentrasi 1 ml/liter air.
Stink bugs Serangga kecil berwarna coklat ini menghisap cairan pada polong adenium
yang muda, akibatnya tanaman tumbuh cacat dan biji yang dihasilkan menjadi kehilangan daya tumbuh. Pengendaliannya dengan menyemprotkan larutan insektisida seperti Curacron dan Decis.
Larva lepidptera (ulat) Ulat relatif jarang menyerang adenium, namun apabila tidak diperhatikan
dan lambat diatasi akan meyebar dengan cepat. Ulat menyerang daun yang masih muda. Cara penaggulangannya adalah disemprotkan pestisida atau ranting yang dihinggapi dipotong dan ulatnya disemprotkan pestisida
25
b) Penyakit Penyakit adenium umumnya disebabkan oleh infeksi cendawan & bakteri
Cendawan dothiorella sp. Adenium yang ditata terlalu rapat menyebabkan cendawan ini kerasan
tinggal dan berkembang biak. Percikan air, dapat menjadi media penyebarannya. Salah satu tanda tanaman ini terserang penyakit adalah timbul bercak mengering pada daun yang disusul dengan warna kuning di sekitarnya dan kemudian rontok. Ranting yang sudah terserang dapat dipotong dan dioles dengan alkohol atau Dithane M-45, serta selanjutnya tempatkan ditempat yang panas.
Cendawan white spot Cendawan ini menyerang daun, batang dan akar. Gejala pada daun akan
terlihat bintik-bintik putih kecil dan akan menyebar bila tertimpa air hujan. Untuk mengatasinya semprotkan Dithane M-45 pada bagian yang terserang.
3.7.
Panen dan Pasca Panen
Memastikan bahwa bunga adenium sudah siap panen, usia bunga adenium yang siap panen adalah 55-90 hari.
Menggunakan alat potong yang steril pada saat pemotongan, bisa menggunakan pisau atau gunting, pemotongan dapat berupa potongan miring atau rata, panjang tangkai yang dipotong sekitar 30 cm.
Waktu panen dari tanaman adenium diusahakan pada saat pagi atau sore hari, ketika suhu tidak terlalu panas.
Setelah panen, beberapa hal yang harus diperhatikan pasca panen adenium adalah sebagai berikut
Pengelompokan hasil panen, sebaiknya dilakukan pengelompokan berdasarkan warna dan kualitas hasil panen.
Pengaturan pemberian air, air merupakan komponen penting, jadi pada saat pasca panen, hendaknya tanaman yang sudah dipanen dan hasil panen diberi air yang cukup agar kesegaran tetap terjaga.
26
DAFTAR PUSTAKA Beckett, K. A. 1995. The Royal Hortikultural Society Encyclopedia of House Plant.CLB Pusblising Goldaming Surrey. New York. Beikram dan A. Andoko. 2004. Mempercantik Penampilan Adenium. Agromedia Pustaka. Jakarta. Chuhairy, H dan M. Sitanggang. 2005. Petunjuk Praktis Perawatan Adenium. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. Harijadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. Haryanto, Eddy T. 2005. Beberapa Teknik Peningkatan Nilai Estetika Tanaman Adenium. Seminar Nasional Agribisnis Tanaman Hias UNS. Surakarta : 1 Oktober 2006. Sugih, O. 2005. 88 Variasi Adenium Agar Rajin Berbunga. Penebar Swadaya. Jakarta. Suryowinoto, S. M. 1997. Flora Eksotika, Tanaman Hias Berbunga. Kanisius. Yogyakarta. Soenanto, H. 2005. Pesona Adenium. Yogyakarta: Kanisius. http://tanamanbonsai.com/pengawatan-bonsai/