Rancangan Pembelajaran Team Based Learning (TBL)
Penerapan IPE pada suatu pendidikan tinggi kesehatan merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan keterlibatan staf dari berbagai bidang ilmu, unit kerja dan lokasi kerja. Selain itu, model IPE yang dikembangkan haruslah disesuaikan dengan visi dan misi dari unit pendidikan tersebut dengan tetap mengacu pada visi dan misi nasional. Menurut beberapa penelitian IPE akan berhasil apabila menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dewasa dalam pembelajarannya. Menurut BS’s Practice education Committee dalam Pusdik SDMK Kemenkes RI (2016) model pembelajaran IPE tergantung pada tingkat kedalaman dan integrasi pembelajaran dikelasdan wahana praktik.Untukpembelajaran di kelas terdapat dua model pembelajaran, yaitu model pembelajaran IPE bersama antar profesi di dalam kelas yang sama dan model pembelajaran yang memandu mahasiswa untuk mencapai kompetensi kerjasama antar profesi. Menurut Barr dalamPusdik SDMKesehatan Kemenkes RI (2016) pembelajaran IPE haruslah menerapkan metode pembelajaran reflektif dimana mahasiswa lebih dari satu profesi saling berinteraksi sehingga memiliki pengalaman berinteraksi dan bekerja sama. Salah satu rancangan pembelajaran dimaksud adalah Team Based Learning (TBL). Michaelsen & Sweet (2008) mendefinisikan Team Based Learning yaitu “Team Based Learning (TBL) is a collection of practices that support oneanother for powerful instructional effect.” Menurut Michaelsen & Sweet (2008) TBL adalah salah satu metode pembelajaran aktif di mana pembelajaran yang memiliki karakteristik : 1.
Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadaptopik atau permasalahan yang dibahas.
2.
Mahasiswa tidak hanya mendengarkan kulihan secara pasif tetapi mengerjakansesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah.
3.
Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi kuliah
4.
Mahasiswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi.
5.
Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa keuntungan, diantaranya : Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua setiap individu harus terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dan
pengajar harus dapat menilai setiap mahasiswa sehingga terdapatindividual accountability. Ketiga proses pembelajaran
aktif
agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat
kerjasana yang tinggi sehingga akan memupuk social skills. Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga penguasaaan materi juga meningkat. Bekerja dalam suatu kelompok merupakan bagian penting dari kegiatan belajar aktif. Pembentukan kelompok secara cepat dan efisien, pada saat bersamaan, memvariasikan komposisi serta besaran kelompok di dalam kelas merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang proses pembelajaran aktif. Konsep TBL menurut Michaelsen, Knight & Fink (2002) berawal dari ide dasar bahwa kelompok mahasiswa yang terdiri dari 5 hingga 7 orang dapat menjadi tim belajar yang efektif karena keterkaitan antar mereka merupakan kekuatan utama yang dapat saling mendukung dalam proses belajar. Manfaat yang dapat diperoleh dari konsep TBL adalah : 1. Memfasilitasi proses pembelajaran mahasiswa secara lebih mendalam 2. Dapat mendukung semangat belajar mahasiswa secara sosial dan akademis 3. Meningkatkan keahlian proses bekerjasama dalam kelompok Pada metode TBL pengajar lebih memberikan banyak kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama karena memberikan bobot yang lebih besar kepada proses diskusi (peer discussion) dan belajar individu
(individual study) dibandingkan
dengan proses penjelasan konsep (instructorinput/lecture). Empat Kunci Penting dalam TBL (Michaelsen & Sweet, 2008) yaitu : 1. Pembentukan dan Pengelolaan kelompok dengan benar (Groups must be properly formed and managed). TBL mengharuskan instruktur mengawasi pembentukan kelompok sehingga dia dapat mengelola tiga variabel penting, diantaranya : a. Memastikan bahwa seluruh kelompok memiliki sumber daya yang sama. Anggota kelompok harus terdiri dari gabungan karakteristik (usia, jenis kelamin, program studi) yang berbeda sehingga kelompok dapat efektif. Menurut Brobeck , et.al (2002); Chan, Burtis, dan Bereiter
(dalam Michelsen dan Sweet, 2008) dampak positif kelompok terdiri dari anggota yang beragam yaitu pada saat diskusi setiap anggota akan memberi masukan dan perspektif yang berbeda dalam pemecahan masalah atau saat menyelesaikan tugas. Kelompok akan berproses membangun pengetahuan melalui kesepakatan bersama/konsensus yang
penting untuk
diobservasi. Menurut Watson, Kumar, dan Michaelsen (1993 dalam Michaelsen & Sweet, 2008) walaupun awalnya keragaman menghambat proses dan kinerja kelompok, selanjutnya akan menjadi kekuatan ketika anggota telah bekerjasama sehingga menjadi lebih kompak. b. Hindari adanya koalisi atau sub kelompok dalam sebuah kelompok yang cenderung mengancam pembentukan kelompok secara keseluruhan (Fiechtner dan Davis, 1985); Michaelsen dan Black (1994 dalam Michaelsen dan Sweet, 2008). c. Waktu yang cukup. Setiap anggota harus tetap berada dalam kelompok yang sama dan diberikan waktu yang cukup untuk saling bekerjasama untuk berkembang menjadi tim yang mandiri, baik dan efektif.
2. Tanggungjawab Mahasiswa sebagai Individu dan Kelompok (Students must be accountable for the quality of their individual and group work). Pada rancangan TBL mengharuskan setiap mahasiswa
bertanggung jawab terhadap
kualitas dan kuantitas pekerjaan kepada instruktur dan rekan tim mereka. Selanjutnya tim harus bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas pekerjaan mereka sebagai satu kesatuan. Lerner dan Tetlock (1999 dalam Michaelsen dan Sweet, 2008). Setiap mahasiswa bertanggung jawab untuk menyiapkan dirinya sebelum kegiatan pembelajaran sehingga dapat berkontribusi optimal. Langkah selanjutnya instruktur harus memastikan bahwa anggota meluangkan waktu dan usaha untuk kerja kelompok. Intruktur akan menilai kontribusi anggota terhadap keberhasilan tim dengan kuesioner secara akurat. Hal penting lain bahwa instruktur juga melibatkan mahasiswa dalam proses penilaian sejawat. Setiap anggota diberi kesempatan untuk mengevaluasi kontribusi anggota lain terhadap aktivitas tim. Kontribusi terhadap tim mencakup kegiatan seperti persiapan individu untuk kerja tim, kehadiran di kelas kontribusi positif terhadap diskusi tim, dan menilai dan mendorong kontribusi dari sesama anggota tim. Penilaian rekan kerja sangat penting karena anggota tim biasanya satu-satunya orang yang memiliki cukup informasi untuk saling menilai satu sama lain secara akurat.
Faktor penting ketiga dalam memastikan akuntabilitas adalah mengembangkan sarana yang efektif untuk menilai kinerja tim. Ada dua kunci untuk menilai tim secara efektif. Salah satunya adalah instruktur memberi dan menilai penugasan kepada tim untuk dibandingkan dengan tim lain.
3. Umpan Balik Langsung Memberikan umpan balik segera adalah tugas instruksional utama di TBL karena alasan sebagai berikut yaitu : a. Pertama, umpan balik penting untuk pembelajaran dan retensi konten-gagasan yang masuk akal, intuitif dan terdokumentasi dengan baik (Bruning, Schraw, dan Ronning, 1994; Kulik dan Kulik, 1988; Hattie dan Timperley, 2007). b. Kedua, umpan balik langsung memiliki dampak yang luar biasa Pada pengembangan kelompok (Birmingham dan McCord, 2004).
4. Memberi Penugasan yang meningkatkan Pembelajaran dan Tim Instruktur merancang tugas yang mendorong tim pengembangan pembelajaran dan interaksi kelompok. Misalnya menyelesaikan kasus dan meminta tim melaporkan keputusan mereka dalam bentuk yang sederhana. Pada tugas yang menekankan pengambilan keputusan, maka siswa akan terlibat untuk menyelesaikan tugas, berdiskusi dan memberi tanggapan terkait konten. Sebaliknya, tugas yang meminta untuk menghasilkan keluaran yang kompleks seringkali membatasi pengembangan pembelajaran dan tim karena biasanya menghambat diskusi didalam tim dengan dua cara. Pertama, diskusi cenderung jauh lebih singkat karena siswa cenderung ingin segera menyelesaikan tugas. Kedua, karena terfokus pada isu-isu terkait konten, mereka cenderung untuk membagi pekerjaan. Sehingga penyelesaian tugas hanya oleh anggota individu yang bekerja sendiri pada bagian keseluruhan proyek mereka. Dengan
mengikuti
empat
elemen
penting
dari
rancangan
kelompok
TBL,
pertanggungjawaban, umpan balik, dan penugasan yang tepat akan menciptakan konteks yang mendorong kuantitas dan kualitas interaksi yang diperlukan untuk mengubah kelompok menjadi tim pembelajaran yang sangat efektif.
Sasaran yang hendak dicapai dalam rancangan TBL berusaha untuk memperbaiki metode pembelajaran satu arah yang telah ada saat ini. Perbedaan metode TBL dengan metode tradisional yang ada terletak pada sasaran pembelajaran yang hendak dicapai. Mahasiswa diharapkan
memiliki
kemampuan
berfikirdi
dalam
menanggapi
permasalahan
dan
mengembangkan kemampuan berinteraksi dan bekerjasama yang lebih baik. Proses evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran IPE dengan rancangan TBL diantaranya : 1. Tes kesiapan individu (Individual readiness assurance test (IRAT) ), tes ini diberikan pada
seluruh mahasiswa pada setiap awal sesi perkuliahan. 2. Tes kesiapan tim (Group readiness assurance test (GRAT), tes ini diberikan pada setiap
kelompok. 3. Penilaian terhadap kelompok secara efektif . 4. Kontribusi individu (Peer Assessment)
Proses pelaksanaan penilaian pada rancangan TBL mengalokasikan waktu pelaksanaan tes kesiapan belajar individu (IRAT) selama 20 menit dan kelompok (GRAT) selama 30 menit dengan proses belajar dalam tim 60-90 menit
1.
Penerapan rancangan TBL pada pembelajaran IPE Di dalam proses pembelajaran IPE dengan rancangan TBL, dosen memberikan
penjelasan konsep materi pada pertemuan di awal perkuliahan yang di dalamnya mencakup penjelasan konsep IPE. Proses berikutnya mahasiswa mempelajari materi perkuliahan dalambentuk kelompok dengan beberapa strategi pembelajaran seperti : Diskusi Kelompok kecil, Simulasi, Belajar Kooperatif, studi kasus , Blended learning, dll. Laporan kegiatan mahasiswa ditampilkan pada akhir perkuliahan. Secara umum pembelajaran adalah bagaimana menyampaikan apa yang diajarkan dalam perkuliahan (metode, tindakan belajar mengajar, dan presentasi). Proses pembelajaran ditentukan oleh strategi perkuliahan yang dilakukan, media pembelajaran, cara mengajar dosen dan cara belajar mahasiswa. Bentuk proses pembelajaran IPE dengan rancangan TBL (Mayona et al, 2009) adalah sebagai berikut: 1. Dosen berperan di dalam menyampaikan materi dasar dan aturan perkuliahan padapertemuan
awal perkuliahan. Pada pertemuan berikutnya dosen lebih berperansebagai fasilitator di kelas
yang mengamati proses pembelajaran TBL. Persiapanyang perlu dilakukan oleh dosen adalah menentukan daftar topik/kasus dari materiyang akan diajarkan dan mempersiapkan modul. Peran dosen di awal pertemuanadalah sebagai berikut : a. Menjelaskan konsep dasar materi perkuliahan dan aturan perkuliahan di awal pertemuan.
Penjelasan meliputi metode pembelajaran yang dapat membantu pemahaman mahasiswa mengenai alasan pemilihan metoda pembelajaran, penilaian yang akan dilakukan, pembagian kelompok dan pola hubungan antarkelompok b. Memberikan gambaran kasus/tema yang akan diberikan dalam proses perkuliahan c. memberikan daftar beberapa bahan bacaan mengenai materi yang diajarkan d. Mempersiapkan berbagai macam fasilitas pendukung kelas agar strategi pembelajaran dapat
tercapai.
2. Pada dua pertemuan berikutnya dosen memberikan penjelasan konsep garis besar materi IPE
(Mayona et al, 2009), sebagai berikut : a. Mahasiwa di dalam kelas dibagi ke dalam kelompok beranggotakan ±7 orang. Dosen
membagikan modul yang akan dipakai di dalam setiap pertemuan. Mahasiswa diharuskan membaca modul yang dibagikan agar dapat memahami materi pada setiap pertemuan. b. Pada setiap awal pertemuan, mahasiswa diberi tes kesiapan individu dan kelompok dan di
akhir perkuliahan mahasiswa diberi tes akhir individu untuk menilai pemahaman materi yang diberikan. c. Setiap kelompok diharuskan membuat logbook yang berisi kegiatan pada setiap pertemuan.
Logbook terdiri dari bukti kehadiran setiap kelompok, rincian proses diskusi dan resume setiap kegiatan yang telah dilakukan. Logbook ditandatangani dan dikomentari oleh pengajar pada setiap pertemuannya. Selain logbook, setiap kelompok diharuskan mengumpulkan setiap bahan penunjang materi perkuliahan.
d. Hasil setiap kegiatan mahasiswa di setiap pertemuan e. Pada akhir proses perkuliahan, hasil setiap kegiatan kelompok mahasiswa disajikan dalam
desain gallery session. Mahasiswa menyajikan hasil kerjanya dalam berbagai bentuk penyajian kreasi poster. Dalam desain ini, mahasiwa selain belajar dan bekerjasama di dalam kelompok juga melakukan tugas kooperatif dengan cara menemui anggota kelompok lain
yang memiliki contoh kasus berbeda. Pada proses ini mahasiswa tidak hanya ahli di dalam materi yang diterimanya tetapi juga mampu menjelaskannya pada mahasiswa lainnya yang memiliki materi berbeda. f. Proses monitoring dan evaluasi proses pembelajaran dilakukan melalui penilaian individu dan
kelompok. Penilaian individu berasal dari nilai IRAT, dan kontribusi berdasarkan logbook, sedangkan penilaian kelompok berasal dari GRAT dan hasil laporan kegiatan. g. Tes kesiapan individu (Individual readiness assurance test/IRAT), tes ini diberikan pada
seluruh mahasiswa pada setiap awal sesi perkuliahan dilengkapi dengan tes akhir individu untuk membandingkan tingkat pemahaman mahasiswa. h. Tes kesiapan tim Group readiness assurance test (GRAT)), tes ini diberikan pada setiap
kelompok. i. Penilaian terhadap kelompok melalui hasil setiap kegiatan pada setiap perkualiahan dan hasil
akhir pada gallery session . j. Kontribusi individu (Peer Assessment) melalui logbook dan penguasaan materi pada saat
gallery session. Pada penerapan metode TBL, kelas dibagi dalam kelompok-kelompok yang didesain duduk dalam satu lingkaran. Desain tersebut memiliki keunggulan diantaranya mahasiswa dapat berkomunikasi dalam kelompok tanpa mengganggu kelompok lainnya. Setiap kelompok dapat leluasa menggunakan berbagai media pembelajaran (poster, white board, OHP dll)
tanpa
mengganggu kelompok lainnya (Mayona et.al, 2009). Beberapa manfaat penerapan rancangan TBL pada pembelajaran IPE adalah : 1. Menyelenggarakan diskusi interaktif mengenai persoalan aktual tentang pengelolaan pembangunan ruang. Proses tersebut diharapkan dapat mengasah mahasiswa berfikir secara logis dan analitis serta melatih mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran mengenai fenomena permasalahan pengelolaan pembangunan ruang dalam bentukcatatan dan poster sehingga mampu lebih peka akan permasalahan pembangunan. Pada model ini dosen berperan sebagai fasilitator, dapat dilakukan penerapan beberapa metode. 2. Menggunakan gambaran nyata mengenai proses yang terjadi dalam tahapan pengelolaan melalui berbagai media seperti audio visual, poster, foto, gallery mapping, dll yang didesain untuk mengarah kepada pengelolaan pengetahuan.
3. Mengembangkan proses belajar dalam kelompok, sehingga dapat dikenalkan prinsip kerjasama. Proses belajar dalam kelompok dapat dilakukan dengan metode diskusi kelompok kecil, belajar koperatif, dan gallery session. 4. Belajar mencari bukti dari konsep dan teori yang dipelajari dari kejadian yang telah terjadi di lingkungannya khususnya pada proses belajar di akhir kuliah dilakukan dengan metode Blended learning. Terdapat beberapa komponen pembelajaran yang dikembangkan yaitu: 1. Mahasiswa perlu didorong untuk bersikap aktif agar dapat lebih mengembangkan diri. Pada
awal kuliah mahasiwa perlu diberi penjelasan mengenai metode perkuliahanyang akan diterapkan. 2. Dosen sebagai sumber pengetahuan menjadi fasilitator atau mediator perlu disadari supaya
mahasiswa dapat mengkonstruksi pengetahuan. 3. Materi pembelajaran disiapkan berupa modul yang dapat digunakan untuk kegiatan TBL.
Modul disusun sebagai bagian dari buku ajar dan lengkap berisikan ringkasan materi dan panduan diskusi. 4. Sarana pembelajaran berupa kelas yang mendukung rancangan TBL dan didukung alat multi
media disiapkan untuk menunjang proses pembelajaran.
B.
Kerangka Teori Persiapan
Kesiapanbelajar Diagnosis-feedback
(Pra kelas)
Aplikas latihan konsep2
Waktu belajardikelas 45-75menit
1
2
3
4
Belajar Individual
1-4jampembelajaran di kelas
5
6
Feedback instruktur
Aplikasi berorientasi pada tugas
Menulis Tugas Test kelompok Test individu
Gambar 2.2. UrutanAktivitas dalam TBL Catatan : urutan ini diulangi setiap pokok bahasan (materi) – terdiri dari 5-7 sesi. Sumber : Michaelsen, Larry K. & Michael Sweet (2008).The Essensial of TeamBased Learning