Tata Ejaan Bahasa Indonesia.docx

  • Uploaded by: Indi Rofiqah Tsani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tata Ejaan Bahasa Indonesia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,465
  • Pages: 29
TATA EJAAN BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH : NUR LAILATUL FADILAH

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN TAHUN AJARAN 2018/2019

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Ejaan dalam bahasa.indonesia .” Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta. Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyakbanyaknya untuk Ibu Lilik uzlifa selaku dosen mata kuliah bahasa indonesia yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Lamongan , 19 Februari 2019

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2 DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4 Latar Belakang................................................................................................................. 4 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 4 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 5 PEMAKAIAN HURUF ........................................................................................................ 5 PENGGUNAAN KATA ....................................................................................................... 7 PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN MIRING .............................................................. 10 PENULISAN KATA .......................................................................................................... 13 Kata turunan ............................................................................................................... 14 Jenis imbuhan.......................................................................................................... 14 Awalan me- .............................................................................................................. 14 Aturan khusus ......................................................................................................... 15 Konsensus penggunaan kata......................................................................................... 15 Tiongkok dan Tionghoa ......................................................................................... 15 Mayat dan mati ....................................................................................................... 15 Pranala ke situs luar ............................................................................................... 15 Penggunaan "di mana" sebagai penghubung dua klausa ................................... 16 Kata penghubung "sedangkan" ............................................................................ 16 BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................ 28 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 29

3

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar. 2. Rumusan Masalah 1. Pemakaiaan huruf . 2. Penggunaan kata . 3. Penggunaan huruf kapital dan miring . 4. Penulisan kata. 5. Singkatan dan akronim 6. Angka dan lambang . 7. Penulisan unsur serpaan. 8. Pemakaian tanda baca . 9. Pedoman transilasi Arab - Indonesia 10. Latihan dan tugas 3. Tujuan Penulisan 1. Untuk Memahami Pengertian Dari Ejaan. 2. Untuk Memahami Fungsi dari Ejaan. 3. Untuk Memahami sejarah perkembangan Ejaan. 4. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Ejaan Penulisan

4

BAB II PEMBAHASAN

PEMAKAIAN HURUF Ejaan Bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya dari A sampai Z. Beberapa di antaranya merupakan usaha memajukan ejaan bahasa Indonesia sehingga dapat mengikuti perkembangan kosa katanya. A. Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf berikut : Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama A a J j S Es B be K ka T Te C ce L el U U D de M em V Ve E e N en W We F ef O o X Eks G ge P pe Y Ye H ha Q ki Z Zet I I R er B. Huruf Vokal Huruf vokal adalah huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, I, o, dan u. C. Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, h, j, k, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. D. Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au dan oi. Misalnya : pandai, saudara dan amboi. E. Gabungan Huruf Konsonan Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan. Misalnya : khusus, ngilu, nyata dan syarat.

5

F. Pemenggalan Kata 1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut : a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya : ma-in, sa-at b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, diantara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya : ba-pak, ba-rang, sulit. c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Misalnya : man-di, som-bong, swas-ta. d. Jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan antar huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya : in-stru-men, ul-tra, bangkrut. 2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanyaa ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Misalnya : makan-an, me- rasa-kan, mem-bantu. 3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakuakan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas. Misalnya : foto-grafi, fo-to-gr-afi. kilo-meter, ki-lo-me-ter. pasca-panen, pas-ca-pa-nen.

6

PENGGUNAAN KATA A. Bahasa Baku Bahasa baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar dapat berupa pedoman ejaan yang disempurnakan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus umum. Sebaliknya, bahasa tidak baku adalah ragam bahasa yang cara Penggunaan ragam bahasa baku dan tidak baku berkaitan dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Raga bahasa baku biasanya digunakan dalam situasi resmi, seperti acara seminar, pidato, temu karya ilmiah, dan lain-lain. Adapun ragam bahasa tidak baku umumnya digunakan dalam komunikasi sehari-hari yang tidak bersifat resmi B. Pengeritan Bahasa Tidak Baku Bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang berkode berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa nonbaku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku harian. Ragam bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan. C.

Ciri-ciri Bahasa Baku dan Tidak Baku 1. Ciri Bahasa Baku. a. tidak terpengaruh bahasa daerah. b. tidak dipengaruhi bahasa asing. c. bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari. d. pemakaian imbuhannya secara eksplisit. e. pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat. f. tidak terkontaminasi dan tidak rancu. 2. Ciri Bahasa Tidak Baku 1. Walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti yang sama. 2. dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman. 3. dapat terpengaruh oleh bahasa asing 4. digunakan pada situasi santai/tidak resmi.

7

G. Pemakaian Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku dengan Baik dan Benar Bahasa Indonesia baku dan nonbaku mempunyai kode atau ciri bahasa dan fungsi pemakaian yang berbeda. Kode atau ciri dan fungsi setiap ragam bahasa itu saling berkait. Bahasa Indonesia baku berciri seragam, sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam. Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap baku adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku. Sebaliknya, pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal baku, melainkan kaidah gramatikal nonbaku. Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik adalah pemakaian bahasa Indonesia yang mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa baku. Pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan baik adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa Indonesia nonbaku. Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun nonbaku saling mendukung dan saling berkait. Tidaklah logis ada pemakaian bahasa Indonesia yang baik, tetapi tidak benar. Atau tidaklah logis ada pemakaian bahasa yang benar tetapi tidak baik. Oleh karena itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar atau sebaliknya. H. Contoh Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku Kita sering kesulitan menentukan kata yang baku dan kata yang tidak baku. Berikut ini adalah daftar kata-kata baku bahasa Indonesia yang disusun secara alfabetis.

8

No

Kata Baku

Kata Non Baku

1.

Aktif

aktip, aktive

2.

Alquran

Al-Quran, Al-Qur’an, Al Qur’an

3.

Apotek

Apotik

4.

Azan

Adzan

5.

Cabai

cabe, cabay

6.

Daftar

Daptar

7.

Doa

do’a

8.

Efektif

efektip, efektive, epektip, epektif

9.

Elite

Elit

10.

e-mail

email, imel

11.

Februari

Pebruari, February

12.

Foto

Photo

13.

Fotokopi

foto copy, photo copy, photo kopi

14.

Hakikat

Hakekat

15.

Ijazah

ijasah, izajah

16.

Izin

Ijin

17.

Jadwal

Jadual

18.

Jumat

Jum’at

19.

Karena

Karna

20.

Karismatik

Kharismatik

21.

Kreatif

kreatip, creative

22.

Lembap

Lembab

I.

Contoh kalimat baku dan tidak baku

1.

Kalimat Tidak Baku

1. Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir. 2. Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya. 3. Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas. 4. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B. 9

PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN MIRING A. PENGGUNAAN HURUF KAPITAL Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau sebagai pengganti nama orang, instansi, atau nama tempat. Presiden Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi. Gubernur Joko Widodo Jendral Soedirman Sekretaris Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Gubernur Papua Barat Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, peristiwa, dan nama khas dalam geografi. Contoh : tahun Hijriah bulan Agusturs hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Digunakan sebagai huruf pertama nama orang, bangsa, suku, bahasa bangsa Indonesia suku Dayak bahasa Bali Digunakan sebagai huruf pertama lembaga pemerintahan, nama negara, dokumen resmi, nama majalah, buku, surat kabar. 1. Saya membaca buku kumpulan cerpen Senyum Karyamin karya Ahmad Tohari. 2. Setiap hari Ayahku selalu membaca koran Radar Madura. 3. Kemarin Choiron masuk majalah Maskuli

10

Huruf pertama dalam penulisan gelar , pangkat , profesi yang dipakai sebagai sapaan Contoh : Selamat datang, Yang Mulia. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,Ibu, kakak,

adik,dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan. Contoh ; “ Kapan Bapak sampai rumah Bu?”tanya Hasan.

B. HURUF MIRING Dalam sebuah tulisan atau artikel, kita sering menjumpai huruf atau kata atau kalimat yang di cetak miring. Di cetak miring bertujuan untuk menunjukkan atau membedakan atau memberikan penekanan pada suatu kata. Beberapa penggunaan huruf miring : 1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama buku atau sebuah kalimat. Contoh : 

Habis Gelap Terbitlah Terang, adalah buku yang merupakan kumpulan-kumpulan surat yang di tulis oleh R.A. Kartini dan di kirimkan kepada teman-temannya di Eropa

2. Huruf miring di gunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf atau kata dalam sebuah kalimat.

Contoh :  Huruf a adalah huruf pertama dalam alphabet  Isilah kolom di bawah ini dengan menggunakan huruf kapital  Blog ini tidak bermaksud untuk menggurui pembaca, tetapi hanya media sharing 3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan daftar pustaka dalam sebuah karya ilmiah. Contoh :  Tampubolon, D.P. 1087. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung  Keraf, Gorys.1980. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah

11

4. Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah dan nama latin dalam kalimat Contoh :  Antigonon adalah nama ilmiah bunga air mata pengantin.  Indonesia pernah mengalami kerja paksa zaman jepang, Romusha.  Semut termasuk kelompok serangga yang merupakan anggota keluarga dari Artropoda. 5. Huruf miring di gunakan untuk memberi perbedaan atau penanda dalam kalimat Contoh :  Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah tangga atau keluarga dan nomos yang berarti peraturan atau hukum. 6. Huruf miring digunakan menuliskan alamat website atau sebuah link di dalam kalimat Contoh :  Untuk mencari berbagai informasi yang mudah dan cepat, anda dapat mencarinya di kamus listrik pintar yang bernama www.google.com. 7. Huruf miring digunakan untuk menulis kalimat yang dikutip dari buku, majalah atau pernyataan orang lain Contoh :  Kekuasaan seorang presiden ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, Ir. Soekarno. 8. Penggunaan huruf miring untuk film Contoh  Titanic yang di tulis oleh James Cameron dan Harry Potter, karya JK Rowling salah satu film terlaris sepanjang masa. 9. Huruf miring ditulis untuk majalah dan surat kabar Contoh :  Majalah Katini dan Femina sangat populer di kalangan wanita. 10. Digunakan untuk ungkapan asing Contoh :  Karena menjadi tersangka pemakai narkoba dan obat-obat terlarang, siswa itu akhirnya di drop out oleh pihak sekolah. Penggunaan huruf miring dalam Bahasa Indonesia sangat penting untuk menandakan pemahaman tentang kalimat. Ada banyak fungsi dari penggunaan kata miring dalam sebuah kalimat agar pembaca dapat memahami betul makna yang terkandung dalam kata yang dicetak miring tersebut.

12

PENULISAN KATA

Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata. 1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu. 2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan) 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1]. 2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi 3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan. 4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara. 5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia. 3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah). 4. Gabungan kata atau kata majemuk 1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola. 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya. 3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai. 5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya. 6. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil. 7. Partikel 1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah. 2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun. 3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.

13

Kata turunan Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut :

Jenis imbuhan Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi: 1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran. 1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya 2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran. 1. ber-an 2. di-kan dan di-i 3. diper-kan dan diper-i 4. ke-an dan ke-i 5. me-kan dan me-i 6. memper-kan dan memper-i 7. pe-an 8. per-an 9. se-an 10. ter-kan dan ter-i 3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing). 1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita. 2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-. 3. Awalan mePembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut: 1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan. 2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi. 3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*. 4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias. 5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik. 6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.

14

Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus: 1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira. 2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi. 3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.

Aturan khusus Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu: 1. 2. 3. 4.

ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan) ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l) pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m) pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)

Konsensus penggunaan kata

Tiongkok dan Tionghoa Cina adalah bentuk yang digunakan di dalam KBBI, yang menjadi salah satu sumber rujukan di Wikipedia bahasa Indonesia. Ada imbauan untuk menghindari kata ini atas pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai alternatifnya diusulkan menggunakan kata "China". Ini sebuah argumen yang tidak bisa dideskripsikan dan dijelaskan secara ilmiah bahasa, apalagi bunyi ujaran "China" "Cina" adalah hampir sama (China dibaca dengan ejaan Inggris). Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara dan hal-hal yang berhubungan dengan negara ini, misal: sejarahnya, warga negaranya, pemerintahannya, dll.) dan Tionghoa (menunjuk pada orang-orang dari etnis ini dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, termasuk budaya, bahasa, sastra, kepercayaan, tradisi, masakan, nama, dll.).

Mayat dan mati  

mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata wafat, meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks). mayat: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata jasad atau jenazah.

Pranala ke situs luar Sebisa mungkin hindari penggunaan kalimat seperti "Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi situs ini." pada artikel yang belum lengkap. Sebaiknya pranala ke situs tersebut dimasukkan ke bagian Pranala luar dan menambahkan Templat:Stub dengan mengetik: {{stub}} atau {{rintisan}} di bagian akhir artikel.

15

Penggunaan "di mana" sebagai penghubung dua klausa Bentuk di mana sebenarnya merupakan bentuk pertanyaan; namun dalam perkembangannya dalam bahasa berumpun Indo-Eropa dapat digunakan untuk menyambung dua klausa tidak sederajat. Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat tersebut, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah who, whom, which, atau where) atau variasinya ("dalam mana", "dengan mana", dan sebagainya). Penggunaan "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, mohon hindarilah penggunaan kata "di mana", apalagi "dimana", termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia. Contoh-contoh: 1. Dari artikel Kantin: ...kantin adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan... Usul perbaikan: ...kantin adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan... 2. Dari artikel Tegangan permukaan: dimana: F = gaya (newton) L = panjang m).[sic] Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai . Di sini tampak bahwa "apabila" menggantikan posisi "di mana" (ditulis di kalimat asli sebagai "dimana"). 3. Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice... Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja...

Kata penghubung "sedangkan" Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali terjadi adalah yang melibatkan kata sedangkan. Sedangkan adalah kata penghubung dua klausa

16

berderajat sama, sama seperti dan, atau, serta sementara. Dengan demikian secara tata bahasa kata sedangkan tidak pernah dapat mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Posisi sedangkan yang digunakan untuk mengawali kalimat dapat diganti dengan frasa sementara itu. Contoh: 1. Dari harian Jawa Pos: "Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849." Usulan perbaikan 1: "Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849." Usulan perbaikan 2: "Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS se-Banten ada 12.849." 5. SINGKATAN DAN AKRONIM Singkatan dan akronim adalah kependekan dari kata atau gabungan kata. Perbedaan antara singkatan dan akronim adalah bentuk singkatan dilafalkan huruf per huruf, sedangkan akronim dilafalkan sebagai suku kata. Beberapa pola singkatan dan akronim. A. Akronim (dibaca/dilafalkan) 1. Akronim yang unsur-unsurnya terdiri atas huruf-huruf besar. Huruf-huruf besar yang membentuknya terdiri atas huruf-huruf awal kata. Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), ASI (Air Susu Ibu), HUT (hari ulang tahun), PAM <pam> (perusahaan air minum), SIM <sim> (Surat Izin Mengemudi). Produktivitas: sangat produktif  (tambahan) Unsur pembentuk yang bukan hanya huruf pertama kata saja, pada umumnya disusun sedemikian rupa dengan tujuan 1) sehingga bisa dieja sebagai akronim, bukan singkatan, contoh: MURI (Museum Rekor Indonesia, alih-alih MRI), WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, alih-alih WLHI), atau untuk membedakan dengan akronim yang huruf penyusunnya sama, contoh: WITA (Waktu Indonesia Tengah, untuk membedakan dengan WIT, Waktu Indonesia Timur), MTs (Madrasah Tsanawiyah, untuk membedakan dari singkatan dua huruf MT-MT yang lain). Akronim sering tetap ditulis dengan huruf kapital, walaupun untuk yang bersuku lebih dari dua

17

sering dijumpai ditulis dalam bentuk non-kapital (dianggap sebagai kategori 2 di bawah), contoh: Walubi (Wali Umat Buddha Indonesia) 2. Akronim dari nama badan atau nama diri. Singkatan ini terdiri atas huruf-huruf bagian kata yang membentuk singkatan itu. Singkatan ini dilafalkan sebagai sebuah kata, sehingga disebut akronim. Huruf awal akronim ditulis dengan huruf besar. Contoh: Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Depdiknas<dep-dik-nas> (Departemen Pendidikan Nasional), Bakin,. (Badan Koordinasi Intelijen Negara), Kapolri (Kepala Kepolisian Republik Indonesia), Wagub <wa-gub> (Wakil Gubernur). Produktivitas: sangat produktif 3. Akronim pada pola ini adalah akronim yang seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contoh: tilang (bukti pelanggaran), rudal (peluru kendali), sosbud (sosial budaya), toserba (toko serbaada), pemilu (pemilihan umum). Produktivitas: cukup produktif 

B. Singkatan (dieja - inisialisme; pada umumnya sudah tidak produktif lagi) 1. Singkatan ini terdiri atas huruf besar. Huruf besar yang dijadikan pola singkatan tersebut adalah huruf-huruf awal kata. Pada singkatan ini tidak diperlukan tanda titik. Contoh: APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), BBM (bahan bakar minyak), SLI <es-el-i> (sambungan langsung internasional), PT . (Perseroan Terbatas), TVRI (Televisi Republik Indonesia), WNA <we-en-a> (Warga Negara Asing). Produktivitas: sangat produktif 2. Singkatan pada gelar kesarjanaan dan sapaan. Singkatan dapat terdiri atas huruf awal kata atau dapat pula berbentuk akronim. Tanda titik digunakan pada setiap huruf besar hasil singkatan. Contoh: S.H. <es-ha> (Sarjana Hukum), S.Psi. <es-psi> (Sarjana Psikologi), M.M.<em-em> (Magister Manajemen), S.Ag. <es-ag> (Sarjana Agama), K.H. (Kyai Haji), R.A.<er-a> (Raden Ajeng). Produktivitas: tidak produktif 3. Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil. Singkatan tersebut berasal dari huruf awal kata. Dalam pembentukannya harus digunakan tanda titik di antara huruf-huruf pembentuk singkatan itu. Contoh: a.n. (atas nama), d.a. <de-a> (dengan alamat), p.p. (pulang pergi), u.p. (untuk perhatian), a.l. (antara lain), y.l. (yang lalu). Produktivitas: tidak produktif. 4. Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil, yang dibentuk dari huruf-huruf awal. Singkatan ini (biasanya) terdiri atas tiga huruf kecil dan dibubuhi tanda titik pada akhir singkatan. Contoh: dll.<de-el-el> (dan lain-lain), dsb.<de-es-be> (dan sebagainya), dkk.<de-ka-ka> (dan kawan-kawan), ybs.(yang bersangkutan), tsb. (tersebut), yad. (yang akan datang). Produktivitas: tidak produktif.

18

5. Pola singkatan yang berkaitan dengan lambang kimia, ukuran, timbangan, dan besaran. Tanda titik tidak digunakan pada pola singkatan ini. Contoh: Rp (rupiah), cm (sentimeter), kg (kilogram), MHz (megahertz), Ca (kalsium). Produktivitas: tidak produktif  

Singkatan huruf dan angka (numeronim) Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan jumlah huruf. Contoh: P2KP (atau PPKP - Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan), P3AD (atau PPPAD - Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat), P3DT (atau PPPDT - Proyek Peningkatan Pembangunan Desa Tertinggal), P3GB (atau PPPGB - Pusat Pengembangan Pendidikan Guru Bahasa), P4 (atau PPPP - Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), P3K (atau PPPK - pertolongan pertama pada kecelakaan), organisasi G-8 dan G-20, dsb.  Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan tanggal/tahun. Contoh: UUD45 (atau UUD 1945 - Undang Undang Dasar (tahun) 1945), G30S/PKI (atau G30S - Gerakan 30 September), Y2K (Year 2000 Problem Masalah Tahun 2000; lihat w:Y2K)  Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan jenjang. Contoh: S-1, S-2, S-3, D-3, dsb., atau perbandingan: Kw-2, Kw-3, Sp-1, Sp-2  (terutama dalam bahasa Inggris) Untuk memendekkan kata yang panjang, angka melambangkan jumlah huruf yang disingkat/dihilangkan. Contoh: l10n (localization - pelokalan), i18n (internationalization internasionalisasi), v11n (versification - versifikasi) 6. ANGKA DAN LAMBANG Angka dan Lambang Bilangan 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000) Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini. 2. Angka digunakan untuk menyatakan: (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas Misalnya: 0,5 sentimeter 5 kilogram 4 meter persegi 10 liter

19

1 jam 20 menit pukul 15.00 tahun 1928 17 Agustus 1945

Rp5.000,00 US$3.50* $5.10* ¥100 2.000 rupiah

50 dolar Amerika 10 paun Inggris 100 yen 10 persen 27 orang * tanda titik di sini merupakan tanda desimal. 3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: * Jalan Tanah Abang I No. 15 * Hotel Indonesia, Kamar 169 4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: * Bab X, Pasal 5, halaman 252 * Surah Yasin: 9 5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut: a. Bilangan utuh Misalnya: dua belas dua puluh dua dua ratus dua puluh dua 12 22 222 b. Bilangan pecahan

20

Misalnya: setengah tiga perempat seperenam belas tiga dua pertiga seperseratus satu persen satu dua persepuluh 1/2 3/4 1/16 3 2/3 1/100 1% 1,2 6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: * Paku Buwono X * pada awal abad XX * dalam kehidupan pada abad ke-20 ini * lihat Bab II, Pasal 5 * dalam bab ke-2 buku itu

* di daerah tingkat II itu * di tingkat kedua gedung itu * di tingkat ke-2 itu * kantornya di tingkat II itu 7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti Misalnya: tahun '50-an uang 5000-an lima uang 1000-an

(tahun lima puluhan) (uang lima ribuan) (lima uang seribuan) 8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.

21

Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko. Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo. 9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakaan itu. Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo. 10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah. Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang. 11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai. DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Bukan: Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah. 12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

22

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah. 7.PENULISAN UNSUR SERPAAN Penulisan Unsur Serapan Dalam perkembangannya, bahasa indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, de I’homme par I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur bahasa asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya. Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standarisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata standar, implemen, dan objek Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, yang sering digunakan oleh pemakai bahasa. 8.PEMAKAIAN TANDA BACA

1. a) b) c) d)

Pemakaian tanda baca Penulisan kata turunan kadang menimbulkan masalah pada ambiguitas pemaknaannya. Misalnya, kata berevolusi yang dapat berarti perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur. Akan tetapi, kata itu juga dapat berarti perubahan ketatanegaraan yang dilakukan dengan kekerasan. Selain itu, kadang ditemui pula penggunaan kata asing yang ditambah imbuhan dan atau awalan sehingga terasa tidak harmonis seperti kata diswitch, diclearkan, dan pentryoutan. Untuk permasalah ini, tim perumus tata bahasa baku bahasa Indonesia telah menemukan solusinya, yaitu dengan menggunakan tanda hubung (-). Kata berevolusi berarti perubahan secara berangsur-angsur ditulis dengan berevolusi. Sedangkan kata yang berarti perubahan dengan kekerasan ditulis berevolusi. Untuk kata dasar asing, digunakan tanda penghubung, seperti di-switch, di-clear-kan dan pen-try-out-an. Pemakaian tanda baca dalam ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan mencakup pengaturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda tanya, (8) tanda seru, (9) tanda kurung, (10) tanda petik, (11) tanda petik tunggal, (12) tanda garis miring, dan (13) tanda penyingkat (apostrof). Tanda titik Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

23

e) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat daftar pustaka f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. g) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. h) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. 2. Tanda koma (,) a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. d) Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi. e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat g) Tanda koma dipakai diantara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. h) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang di balik susunannya dalam daftar pustaka i) Tanda koma dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki j) Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutnya untuk menbedakannya dari singkatan nama diri, keluarga atau marga. k) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. l) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi m) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiriginya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. 3. Tanda titik koma (;) a) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara b) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk 4. Tanda titik dua ( : ) a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian b) Tanda titik dua tidak dipakai jika tangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakiri pernyataan. 5. Tanda hubung (-)

24

a) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan b) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se-dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata. 6. Tanda pusah (- ) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus diluar bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau ‘sampai’. 7. Tanda petik (“.,..”) Tanda petik untuk mengaput petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal 8. Tanda petik tunggal Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing 9. Tanda garis miring a) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, dan tiap 10. Tanda penyingkat atau apostrof (‘) Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. 

PEDOMAN TRANSILERASI ARAB-INDONESIA

Transliterasi artinya “alih aksara”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), transliterasi artinya “penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, misalnya dari tulisan atau huruf Arab ke dalam tulisan Latin. MANA penulisan kata/istilah yang benar: ustadz, ustad, atau ustaz? Tanpa melihat dulu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menurut saya penulisan yang benar adalah ustadz. Pasalnya, “dz” merupakan transliterasi paling pas buat huruf “dzal” (‫ ) ذ‬dalam bahasa Arab. Huruf ”d” untuk “dal” (‫ ) د‬dan “z” untuk “zay” (‫)ز‬. Memang, sudah ada pedoman transliterasi (alih aksara) Arab-Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Bersama Meneri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Januari 1988, antara lain sebagai berikut:

Arab

‫ا‬ ‫ب‬

Latin ` b

Arab

‫ز‬ ‫س‬

Latin z s

Arab

‫ق‬ ‫ك‬

Latin Q K

25

‫ت‬ ‫ث‬ ‫ج‬

t ts j

‫ش‬ ‫ص‬ ‫ض‬

sy sh d

‫ل‬ ‫م‬ ‫ن‬

L M N

‫ح‬ ‫خ‬ ‫د‬ ‫ذ‬ ‫ر‬

h kh d ż r

‫ط‬ ‫ظ‬ ‫ع‬ ‫غ‬ ‫ف‬

t z ‘ g f

‫و‬ ‫ه‬ ‫ء‬ ‫ي‬

w h ‘ y –

Namun, tidak semua orang mengacu kepada pedoman itu, mungkin karena tidak mengetahuinya atau mengetahuinya tapi merasa “tidak sreg” sehingga mengabaikannya. Apalagi, masing-masing media memiliki “buku gaya” (style book), yakni pedoman penulisan, sendiri-sendiri. Simak saja, misalnya, koran Pikiran Rakyat menulis Ka’bah dengan “Kabah”, Ustadz dengan “ustaz”, istiqomah dengan “istikamah”. Transilterasi Arab-Indonesia yang sering berbeda adalah untuk penulisan huruf/kata antara lain sebagai berikut:



Tsa (‫ )ث‬: hadits – hadis Kho (‫ ) خ‬: khilaf – hilaf,



Dzal (‫ ) ذ‬: ustadz – ustad, ustaz



Ain mati (‫ ) ع‬: ka’bah – kabah, ma’ruf – maruf,



Gha (‫ )غ‬: maghrib – magrib, istighfar – istigfar, ghafur-gafur



Shad (‫ ) ص‬: shalat-salat, solat, sholat



Sebagian istilah atau kata bahasa Arab sudah diserap menjadi bahasa Indonesia, seperti sedekah (shodaqoh), gaib (ghaib, ghoib), magrib (maghrib), azan (adzan), kalbu (qolbu), batin (bathin), wasalam (wassalam), dan sebagainya. Namun, lagi-lagi, penulisan kata-kata tersebut sering tidak seragam. Jadi, sekali lagi, meskipun sudah ada pedoman Transliterasi Arab-Latin SKB Menag dan Mendibud, tidak jarang buku-buku pelajaran agama ataupun buku agama yang lain masih belum seragam mengeja kosakata Arab tersebut. Ada kecenderungan untuk menuliskan konsonan bahasa Arab itu dalam bentuk huruf ganda, seperti dl, dh, dz, sh, gh, th, ts. Padahal, menurut pakar bahasa, huruf ganda seperti itu tidak ada dalam sistem ejaan Indoesia. Oleh sebab itu, seharusnya tidak digunakan dalam menuliskan unsur serapan bahasa. Anda dan saya mungkin merasa bingung mencermati cara penulisan kata-kata di bawah ini: mana yang benar?    

Ramadhan – Ramadlan – Ramadan syari’at – syariat ’Ashar – Asar jama’ah – jamaah

26

          

Jum’at – Jumat Iraq – Irak dhu’afa – dhuafa, duafa Al-Qur’an – Al-Quran, Quran, Alquran zhalim – zalim, dholim, lalim Dhuhr – duhur, zuhur ma’ruf – makruf, maruf mu’jizat – mukjizat da’wah – dakwah ma’shiat – maksiat fiqih, fiqh – fikih

Yang lebih memusingkan adalah penulisan huruf vokal yang dibacanya panjang (mad). Dalam SKB Menag dan Menteri P&K No. 158 tahun 1987 No. 0543 b/u/1987 disebutkan, vokal yang dibaca panjang ditulis dengan tanda garis di atasnya: ā ī ū Ain mati diganti tanda petik satu (‘), misalnya ma’ruf, mi’raj, da’wah. Belakangan lebih banyak diganti huruf “k”, jadi makruf, mikraj, dakwah. Hamzah mati tidak dilambangkan atau disamakan dengan ‘ain mati (‘). Kumaha yeuh….? Lieur!

27

BAB 3 PENUTUP Demikian tadi yang dapat dipaparkan mengenai materi yang telah menjadi pokok bahasan di dalam makalah ini, tentunya di dalam penulisan masih terdapat banyak kekurangan serta kelemahannya, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya sumber atau referensi yang ada kaitannya dengan makalah ini. Penulis juga berharap kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran yang bersigfat membangun kepada penulis demi sempurnanya tugas makalah ini dan juga penulisan makalah di kesempatan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan khususnya bagi para pembaca pada umumnya.

28

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_ejaan_dan_penulisan_k ata https://id.wiktionary.org/wiki/Kategori:Singkatan_dan_akronim_bahasa_I ndonesia https://bahasaindonesiaonii.blogspot.com/2012/12/penulisanangkalambang-bilangan.html http://ardikaweb.blogspot.com/2015/12/penulisan-unsur-serapan-danpemakaian.html

29

Related Documents


More Documents from "Rikobidik Antasena"