Tasawuf.docx

  • Uploaded by: Sven Lowkning
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tasawuf.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,548
  • Pages: 11
MAKALAH AGAMA FILSAFAT MISTISME DALAM ISLAM (TASAWUF DALAM ISLAM)

DOSEN PEMBIMBING Bpk. Syafrudin Di Susun Oleh Kelompok 1 : Nurul Hady Ahmad Fahruroji Ahmad Sowfi Nursidik Hadi Sailandi

Kata Pengantar Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang tasawuf dalam islam, yang kami sajikan berdasarkan berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran umumnya kepada semua para pembaca khususnya para mahasiswa Universitas IndraprastaPGRI. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen dan rekan-rekan sekalian saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Tasawuf islam merupakan bagian integral dari ajaran srpitual Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-sunnah, lahir bersamaan dengan lahirnya agama Islam itu sendiri. Namun tasawuf berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu baru muncul pada abad kedua dan ketiga istilah tasawuf belum dikenal dikalangan masyarakat muslim akan tetapi bukan berarti ajaran tasawuf belum ada pada permulaan islam, ia sudah ada tapi tidak secara ekslisit sebagaimana layaknya sebuah disiplin ilmu. Bila kita merujuk lebih jauh kebelakang tidak hanya tasawuf yang tidak dikenal pada periode awal islam, disiplin ilmu yang lainpun seperti fiqih, tauhid, tafsir, ilmu hadists belum dikenal pada masa Rasulullah. Melalui studi tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan diri serta mengamalkannya dengan benar. Dari pengetahuan ini diharapkan ia akan tampil sebagai orang yang pandai mengendalikan dirinya pada saat berinteraksi dengan orang lain, atau pada saat melakukan berbagai aktivitas dunia yang menuntut kejujuran, keikhlasan, tanggung jawab, kepercayaan dan sebagainya. B.

Rumusan Masalah

Dalam pembahasan makalah ini penulis menetapkan beberapa rumusan masalah yang akan menjadi pokok bahasan yaitu: 1. Apakah pengertian tasawuf itu ? 2. Bagaimana sejarah munculnya tasawuf ? 3. Bagaimana jalan menuju tasawuf ? 4. Apa maqamaat (tingkatan) dalam tasawuf ? C.

Tujuan Masalah

Adapun tujuan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa pengertian tasawuf 2. Untuk mengetahui sejarah tasawuf 3. Untuk mengetahui jalan menuju tasawuf 4. Untuk mengetahui tingkatan dalam tasawuf

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tasawuf Arti tasawuf dan asal katanya menurut logat sebagaimana tersebut dalam buku Mempertajam Mata Hati (dalam melihat Allah). Menurut Syekh Ahmad ibn Athaillah yang diterjemahkan oleh Abu Jihaduddin Rafqi al-Hānif : 1. Berasal dari kata suffah (‫ =)صفة‬segolongan sahabat-sahabat Nabi yang menyisihkan dirinya di serambi masjid Nabawi, karena di serambi itu para sahabat selalu duduk bersama-sama Rasulullah untuk mendengarkan fatwa-fatwa beliau untuk disampaikan kepada orang lain yang belum menerima fatwa itu. 2. Berasal dari kata sūfatun (‫ =)صوفة‬bulu binatang, sebab orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu binatang dan tidak senang memakai pakaian yang indah-indah sebagaimana yang dipakai oleh kebanyakan orang. 3. Berasal dari kata sūuf al sufa’ (‫ =)صوفة الصفا‬bulu yang terlembut, dengan dimaksud bahwa orang sufi itu bersifat lembut-lembut.Berasal dari kata safa’ (‫ =)صفا‬suci bersih, lawan kotor. Karena orang-orang yang mengamalkan tasawuf itu, selalu suci bersih lahir dan bathin dan selalu meninggalkan perbuatan-perbuatan yang kotor yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah.

Pendapat tersebut di atas menjadi khilaf (perbedaan pendapat) para ulama, bahkan ada pendapat tidak menerima arti tasawuf dari makna logat atau asal kata. Menurut al-Syekh Abd. Wahid Yahya berkata: Banyak perbedaan pendapat mengenai kata”sufi” dan telah ditetapkan ketentuan yang bermacam-macam, tanpa ada satu pendapat yang lebih utama dari pendapat lainnya kerena semua itu bisa diterima.

Pada hakekatnya, itu merupakan penamaan simbolis. Jika diinginkan keterangan selanjutnya, maka haruslah kembali pada jumlah bilangan pada hurufhurufnya adalah sesuatu yang menakjubkan jika diperhatikan bahwa jumlah dari huruf sufi sama dengan jumlah“al-Hakim al-Ilahi”, maka seorang sufi yang hakiki ialah orang yang sudah mencapai hikmah Ilahi yaitu orang arif dengan Allah, karena pada hakekatnya bahwa Allah tidak dapat dikenal melainkan dengan-Nya (dengan pertolongan-Nya) Dengan pendapat para ahli tasawuf tentang arti tasawuf menurut bahasa tersebut di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa nama-nama dan istilah menurut bahasa adalah arti simbolik yang bermakna kebersihan dan kesucian untuk senantisa berhubungan dengan Allah. Untuk mencapai tingkat ma’rifat untuk menjadi manusia yang berkualitas lagi kamil. Dari sekian banyak defenisi yang ditampilkan oleh para ahli tentang tasawuf, sangat sulit mendefenisikannya secara lengkap karena masing-masing ahli mendefenisikan tasawuf hanya dapat menyentuh salah satu sudutnya saja, sebagaimana dikemukakan oleh Anne Marie Schimmel, seorang sejarahwan dan dosen tasawuf pada Harvard University sebagai contoh apa yang telah didefenisikan oleh Syekh al-Imam al-Qusyairi dalam kitabnya Risālah alQusyairiyyah ‫المراعون انفاسهم مع هللا تعالي الحافظون قلوبهم عن طوارق الغفلة باسم التصوف‬ ‘Orang-orang yang senantiasa mengawasi nafasnya bersamaan dengan Allah Ta’ala. Orang-orang yang senantiasa memelihara hati atau qalbunya dari berbuat lalai dan lupa kepada Allah dengan cara tersebut di atas dinamakan tasawuf. Menurut Abu Muhammad al-Jariri yang disebutkan dalam kitab al-Risalah alkusyairibeliau ditanya tentang tasawuf, maka ia menjawa : ‫الدخول في كل خلق سني والخروج من كل خلق دني‬ ‘Masuk dalam setiap moral yang luhur dan keluar dari setiap moral yang rendah. Menurut Abd al-Husain al-Nur memberikan batasan dalam defenisi yang lain yaitu akhlak yang membentuk tasawuf : ‫التصوف الحرية والكرم وترك التكلف والسخاء‬ ‘Tasawuf adalah kemerdekaan, kemurahan tidak membebani diri serta dermawan. Dengan beberapa pengertian tasawuf tersebut di atas menunjukkan bahwa hubungan Allah dengan manusia yang tak terpisah, sampai merasuk dalam qalbusehingga manusia yang ber-tasawuf itu selalu berada dalam daerah Ilahi yang qadim,karena manusia dalam pengertian qalbu dan ruh, dapat dihubungkan dengan Allah seperti firman Allah dalam hadis Qudsi : ‫قوله تعالي في الحديث القدسي ما وسعني ارضي وال سماءي ووسعني قلب عبد المؤمن‬ ‘Allah berfirman dalam hadis Qudsi, sekiranya Aku, diletakkan di bumi dan langitKu tidak mampu memuat Aku dan qalbu-nya orang mukmin dapat memuat Aku.

Bahwa hadis Qudsi tersebut menggambarkan tentang bumi dan langit tidak dapat secara langsung dekat Allah swt. Bahkan andaikata Allah swt. Akan ditempatkan dan diletakkan dalam bumi dan langit itu tidak akan sanggup membawa dan memuatnya, akan tetapi sekiranya Allah swt. Akan ditempatkan dan diletakkan dalam qalbu-nya orang mukmin, niscaya akan sanngup dan mampu memuatnya karena manusia itu lebih tinggi martabatnya, dibandingkan dengan makhluk lainnya, setelah itu pula manusia mempunyai nur (cahaya dari Allah) dengan demikian mudah berhubungan, nur dengan nur. B. Sejarah Munculnya Tasawuf Munculnya tasawuf dalam islam bersamaan dengan munculnya agama islam itu sendiri yaitu semenjak nabi Muhammad SAW diutus menjadi rasul untuk umat manusia di muka bumi. Sejarah mengatakan bahwa pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi rasul telah berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di goa Hira, untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Makkah yang sibuk dengan hawa nafsu keduniawan. Kehidupan nabi yang sepeti itu dikenal sebagai hidup kerohanian yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT yang dilakukan orang sufi sekarang ini. Inilah yang jadi pedoman dalam hidup kerohanian sesudahnya sebagai materi dalam tasawuf. Tasawuf adalah ajaran yang diikuti oleh orang sufi, dimana sufi dianggap penganut islam yang memisahkan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat. Yang dalam literatur Barat disebut Sufisme. Memang ada berberapa pendapat yang mengatakan tasawuf muncul sesudah Islam mempunyai kontak atau hubungan dengan filsafat yunani, agam Kristen, Hindu dan Budha. Itu sebabnya maka muncul anggapan bahwa aliran tasawuf lahir karena pengaruh dari luar Islam, pendapat ini menjadi pro dan kontra karena perilaku rasul seperti yang telah dijelaskan diatas banyak mengandung nilai-nilai tasawuf jadi kesimpulannya bahwa tasawuf berkembang dengan dua faktor yaitu fakto internal dan eksternal. a. Faktor Eksternal 1. Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf lahir karena agama Kristen yang menjauhi dari dunia dan mengasingkan diri di biara-biara. Sikap hidup menjauhi dunia dan keramaian manusia, ini memang terlihat jelas di dalam perilaku para sufi dengan paham zuhud yang mereka anut. 2. Perngaruh dari filsafat Phytagoras yang berpendapat bahwa ruh manusia bersfat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan jasmani merupakan penjara bagi ruh. Kesenangan ruh yang sebenarnya ada di dalam alam samawi, manusia harus membersihkan ruh dengan

meninggalkan kehipan materi dan berkontemplasi. Inilah yang menurut menekansebagian orang yang memperngaruhi paham zuhud dalam Islam. 3. Filsafat emanasi Plotinus yang membawa paham bahwa wujud memancar dari zat Tuhan. b. Faktor Internal Sebagian para ahli menekankan bahwa tasawuf lahir dilatarbelakangi oleh Faktor-faktor yg ada dalam islam itu sendiri bukan karena pengaruh dari luar. Karena dalam ajaran islam dapat ditemukan ayat_ayat tertentu yg dapat membawa pada paham tasawuf dan perilaku nabi muhammad SAW. Seperti yg terdapat dalam firman allah surat al-baqarah{2}:186. Dalam ayat tersebut allah menegaskan bahwa ia sangat dekat dengan manusia dan akan memperkenankan permohonan orang yg berdo’a kepadanya.ini dipertugas dalam surat Qaf{50}:16. Allah menegaskan betapa dekat ia dengan manusia,bahkan lebih dekat Dari pembuluh darah yg ada dileher manusia itu sendiri.lebih jauh lagi ayat Ini bisa dipahami bahwa tuhan sebenarnya berada dalam diri manusia bukan Berada diluarnya, karena kemanapun manusia berpaling dan menghadapkan Mukanyaia selalu berjumpa dengan tuhansebagaimana dijelaskan pada suratAl-baqarah{2}:115. C. Jalan Menuju Tasawuf Tasawuf dalam bentuknya yang konkret sebagai salah satu cabang ilmu di dunia Islam yang oleh para ahli diakui lahir pada akhir abad ke-2 atau awal abad ke-3 Hijriah. Pada masa itu tasawuf telah menjelma sebagai ilmu yang berdiri sendiri, mempunyai tokoh, metode, dan tujuan serta sistem sendiri tasawud diakui lahir pada akhir abad ke-2 atau awal abad ke-3 Hijriah, namun jauh sebelumnya di dunia Islam telah lahir para tokoh sufi dengan ajaran tasawufnya antara lain, Ali Ibn al-husain zain al-abidin (w.99 H), Muhammad Ibn Ali al-Baqir (w.117 H), alHasan al-Basri, Abu Hasim Salmah Ibn Dinar al-Madani, Malik Ibn Dinar, Ibrahim Ibn Adham, Abu al-Faidl Zu al-Mishri, dll. Perkembangan yang sangat berarti pada dunia tasawuf terjadi pada akhir abad ke-5 dengan tampilannya Imam Al-Ghazali. Tasawuf tampil sebagai mazhab yang berdiri kokoh dan para sufi menjadi kelompok muslimin yang memiliki wibawa dan kedudukan sedemikian rupa. Bila dilihat dari segi bentuk ajarannya, pada perkembangannya yang mula-mula, tasawuf merupakan hal yang bersifat amaliah. Diajarkan para sufi generasi awal tersebut semata-mata menyangkut praktik atau

amaliah akhlaqiah, seperti kesungguhan beribadah, zuhud dll. Bentuk ajaran tasawuf yang mula-mula lazim disebut dengan istilah al-Tasawuf al-Amali atau tasawuf al-Akhlaqi. Tasawuf al-Akhlaqi jelas sebagai praktik keagamaan yang tidak diragukan kebenarannya bersumber dari Al-Quran dan Akhlak Rasulullah SAW, yang kemudian dilestarikan oleh para sahabat dan Tabi’in serta ulama salaf berarti jelas ilmu tasawuf adalah ilmu murni dalam Islam. Pada akhir abad ke-2 Hijriah ajaran Tasawuf yang disampaikan oleh para sufi mulai menyentuh masalah-masalah yang bersifat teoritis dan filosofis perkembangan ini oleh para ahli, lazim dinisbatkan kepada lahirnya ajaran alIttihad dari abu Yazid al-Bustami al-Hulul dari al-Halaj, dan wahdad al-Wujud dari Ibnal al-Arabi, yang dipandang dipengaruhi oleh filsafat Plato dan Plotius. Bentuk tasawuf ini disebut al-Tasawuf al-Nazhari atau al-Tasawuf al-falasafi. Tasawuf adalah proses pendekatan diri pada Tuhan dengan cara mensucikan hati sesuci-sucinya. Tuhan yang maha suci tidak dapat didekati kecuali oleh orang yang suci hatinya. Dalam tasawuf akhlaqi sistem pembinaan akhlaq menganut tiga cara jalan yaitu : 1. Takhali sebagai langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang sufi dengan cara mengososngkan diri dari akhlak tercela serta memerdekakan jiwa dari hawa nafsu duniawi. 2. Tahali sebagai upaya mengisi jiwa dengan akhlak yang terpuji setelah jiwa dikosongkan, otak dicuci, tindakan nafsu syaithon, dibombardir manusia kembali kepada keasliannya. 3. Tajalli yaitu teruangkapnya cahaya keghaiban atau “nur ghaib”. manusia telah melakukan kesadaran tertinggi dengan cara membiasakan kehidupannya dengan akhlaq yang terpuji, kehidupannya tidak ada kecuali rasa cinta, rindu dan bahagia karena dekat dengan Allah SWT. Dari tiga metode itulah sufistik itulah, dapat dijelaskan secara lebih rinci bahwa akhlak secara umum terdiri atas 2 macam yaitulah akhlak mulia (al-akhlaku mahmudah) dan akhlak tercela (akhlaqu mazmumah). D. Maqamaat (Tingkatan) Dalam Tasawuf Maqam merupakan tingkatan rohani yg dapat dilalui seseorang yg berjalan menuju allah dan akan berhenti pada saat tertentu. Orang ygmenempuh jalan kebenaran (Salik) berjuang hingga allah memudahkannya untuk menempuh jalan menuju tingkatan kedua. Hal ini misalnya dari tingkatan taubat menuju tingkat wara`, dari tingkatan wara` menuju tingkat zuhud. Demikian jalannya hingga mencapai tingkat mahabbah dan ridha. Imam abu nashr alsarraj al-tusi membagi tingkatan tasawuf (maqamaat) sebagai berikut :

1. Maqam pertama adalah taubat. Taubat merupakan tingkat pertama jalan menuju allah dan merupakan penyerahan diri kepada-nya taubat adalah mensucikan manusia dari maksiat dan menghapus kesalahan(dosa-dosa) sebulumanya. Taubat orang sufi adalah taubat dari lalai beribadah. Mereka mengaggap dosa kecil seperti dosa besar. 2. Maqam kedua adalah wara’. Wara’ adalah meninggalkan segala sesuatu yang mengandung syubhat (kesamaran) didalamnya. 3. Maqam ketiga adalah Zuhud. Zuhud diartikan suatu sikap melepaskan diri dari rasa ketergantungan terhadap kehidupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan diakhirat 4. Maqam keempat adalah faqr. Faqr tidak diartikan dengan hidup dalam kemiskinantanpa ada usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 5. Maqam kelima dalah sabar. Sabar adalah salah satu sikap yang fundamental bagi sufi dalam usahanya mencapai sasaran. 6. Maqam keenam adalah tawakal. Tawakal bukan berarti menyerahkan seluruh urusan kepada Allah SWT tanpa dibarengi perencanaan yang matang dan tanpa usaha. Akan tetapi tawakal secara umum berarti pasrah secara bulat kepada Allah setelah melaksanakan sesuatu sesuai rencana dan usaha. 7. Maqam ketujuh adalah mahabbah. Mahabbah adalah kepatuhan kepada Allah dan membenci sikap melawan kepadaNya. 8. Maqam kedelapan adalah ridha. Ridha merupakan kelanjutan dari rasa cinta atau perpaduan dari mahabbah dan sabar. Term ini mengandung arti menerima dengan lapang dada dan hati terbuka apa saja yang menimpa dirinya dan tidak berburuk sangka kepada Allah.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Kata tasawuf mulai dipercakapkan sebagai satu istilah sekitar akhir abab dua Hijriah yang dikatkan dengan salah satu jenis pakaian kasar yang disebut shuff atau wool kasar. Namun dasar-dasar tasawuf sudak ada sejak datangnya agama Islam. Hal ini dapat diketahui dari kehidupan Nabi Muhammad saw. cara hidup beliau yang kemudian diteladani dan diteruskan oleh para sahabat. Selama periode Makkiyah, kesadaran spiritual Rasullah saw.. adalah berdasarkan atas pengalamanpengalaman mistik yang jelas dan pasti, sebagaimana dilukiskan dalam Aquran surah al-Najm: 12-13; surah al-Takwir: Kalau dalam pencarian akar kata tasawuf sebagai upaya awal untuk mendefenisikan tasawuf, ternyata sulit untuk menarik satu kesimpulan yang tepat. Kesulitan serupa ternyata dijumpai pula pada pendefenisian tasawuf . kesulitan itu nampaknya berpangkal pada esesnsi tasawuf sebagai pengalaman rohaniah yang hampir tidak mungkin dijelaskan secara tepat melalui bahasa lisan. Sementara tujuan akhir tasawuf itu sendiri adalah etika murni atau psikologi murni yang mencakup : Penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak mutlak Allah. Penanggalan secara total keinginan-keinginan pribadi dan melepaskan diri dari sifat-sifat jelek. Pemusatan pada perenungan terhadap Tuhan, tiada yang dicari kecuali Dia. B.

Saran Disampaikan kepada segenap pembaca, juga buat penulis secara pribadi, marilah kita bersama sama senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan harapan selalu tetap dalam iman dan Islam dan senantiasa dapat melaksanakan perintah perintah dan menjauhi segala apa yang dilarangNya, Amin. Kedua kalinya mungkin pembaca menemukan salah tulis, salah prosedur penulisan maupun kesalahan lain yang lepas dari pengamatan kami, mohon kiranya saran dan kritikkannya, dengan tanda kutif bahwa saran dan kritik tersebut bertujuan untuk membangun dan menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

al-Hanif, Abu Jihaduddin Rifqi, Mempertajam Mata Hati. t.t: Bintang Pelajar, 1990. al-Jaeliy, Al-Syekh Abd al-Karim ibn Ibrahim, Insan al-Kāmil fi Ma’rifat Awāliri wa al-Awā’il.Jilid II. Mesir: Syarikah Matba’ah Mustafa- Babil Halabi wa Alādih, 1375 H. Al-Muhāzib, al-Ri’āyah li al-Huqūq al-Insān; al-Harraj, al-Tariq ilallah; alJunaid,Dawa’ al-Aywah. Ahsin, Islam, (Bandung: Pustaka, 1984), 185. Bahreisy , Salim, Tarjamah al-Hikmah, Cet. V; Surabaya: Balai Buku, 1984). Nicholson. The Mystic of Islam. London: Keqan Paul Ltd., 1966. Permadi, K, Pengantar Ilmu Tasawuf. Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Sahabuddin, Metode Mempelajari Ilmu Tasawuf, menurut Ulama Sufi Cet. II; Surabaya: Media Varia Ilmu, 1996. Prof. Dr. Harun Nasution, Falsafat dan Mistiesme dalam Islam, Bulan BintangJakarta, 1978.

More Documents from "Sven Lowkning"