kamis, 02 agustus 2007 16:48 wib home
berita aceh medan sumut luar negeri nusantara ekonomi berita tinjauan ekonomi olahraga lokal nasional luar negeri opini artikel kolom rosihan anwar surat pembaca tajuk rencana serba serbi teknologi hiburan kesehatan pendidikan wanita kreasi mimbar jumat artikel manajemen qolbu seni & budaya budaya serba waspada
stikp laz peduli umat berita sore <javascript:popupwindow('http://www.beritasore.com/',0,0,'yes','yes','yes','yes', 'yes')>
selasa, 24 juli 2007 21:05 wib akhirnya tapsel mekar cetak e-mail * waspada online.* oleh *chaidir ritonga* setelah menunggu lebih dari 15 tahun, akhirnya kabupaten tapanuli selatan (tapsel) dimekarkan kembali. pada tahun 1992, alm.raja inal siregar telah merencanakan, mendorong dan menyetujui pemekaran tapsel menjadi empat kabupaten dan satu kota. masing-masing kabupaten tapsel, kabupaten mandailing natal, kabupaten gunung tua dan kabupaten padang lawas. secara geografis, tapsel memang merupakan daerah tingkat dua terluas di propinsi sumatera utara, tidak kurang dari sepertiga luas propinsi. selain itu, daerah di pantai barat itu memiliki banyak sekali daerah terisolir yang merupakan kantong-kantong kemiskinan. untuk menjangkau daerah yang begitu luas bagi pelayanan publik terutama pengentasan kemiskinan, tidak ada pilihan lain kecuali memperpendek jarak rentang kendali. dan pilihan yang paling pas untuk itu ialah pemekaran. namun pemekaran tapsel terbilang yang paling lambat. setelah madina dan kota padangsidimpuan berhasil mekar, dua kabupaten sisanya menghadapi aneka resistensi dari berbagai kalangan, menurut kepentingannya masing-masing. momen yang paling krusial ialah pada saat alm. saleh harahap, bupati tapsel yang berjanji akan memekarkan daerah itu sebelum berakhir masa kepemimpinannya. namun hingga berganti bupati hal itu tidak terwujud. bahkan muncul perdebatan yang tidak jelas juntrungannya. tarik-menarik soal jumlah kecamatan, penamaan dan ibukota kabupaten induk, menjadi bahan perdebatan dan adu argumentasi. meninggalkan esensi daripada pemekaran itu sendiri yang bertujuan menanggulangi masalah pengangguran, mengentaskan kemiskinan dan mensejahterakan masasyarakat. syukurlah, pemerintah pusat, yang diprakarsai tokoh-tokoh asal tapsel seperti syamsir siregar, aulia pohan, m.h. ritonga, burhanuddin napitupulu serta dorongan yang kuat dari tokoh-tokoh lokal tapsel, baik legislatif maupun eksekutif, akhirnya penantian yang panjang pemekaran itu, datang juga. melalui sidang paripurna dprri tanggal 16 juli 2007, kab. tapanuli selatan akhirnya dimekarkan menjadi tiga kabupaten, masing-masing kabupaten tapanuli selatan dengan ibukota sipirok terdiri atas 11 kecamatan, kabupaten padang lawas utara 8 kecamatan dengan ibukota gunung tua dan kabupaten padang lawas 9 kecamatan dengan ibukota sibuhuan. tidak ada yang paling tepat kita ungkapkan saat ini kecuali
rasa syukur kepada tuhan yang maha kuasa telah memberikan yang terbaik bagi daerah ini. masyarakat tapanuli selatan, dimanapun berada yang memang sungguh-sungguh ingin memajukan kehidupan sosial ekonomi warga dan daerah tapanuli selatan haruslah berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah bersusah payah mewujudkannya. memang masih tersisa adanya perbedaan pendapat dan pandangan. namun itu tidak mengurangi rasa syukur kita atas terwujudnya pemekaran yang telah dinanti sekian lama. soal penamaan padang lawas utara, tentu saja dapat ditelaah kembali oleh pemerintah yang terpilih kelak. apakah akan menggunakan padang lawas utara atau gunung tua atau yang lain. demikian juga padang lawas bisa kemudian menyesuaikan dengan aspek historis daerah itu yang terletak di sekitar sungai barumun. telaahan dan penyesuaian itu tentu saja bisa diajukan sebagai bahan mengamandemen undang-undang pendirian daerah itu. dengan kata lain, soal penamaan dan kabupaten induk janganlah mengurangi rasa syukur kita terhadap terwujudnya pemekaran ini. *paradigma baru* menyikapi anugerah besar dalam bentuk pemekaran tapsel yang barangkali bisa jadi yang terakhir menyusul dengan adanya semangat moratorium pemekaran dari depdagri, masyarakat tapsel saatnya kini berubah. berubah dalam arti menjadi lebih baik dalam segala hal. perubahan paradigma baru itu seyogianya memang dihela oleh para pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat. tanpa menapikan peran para pemimpin, masyarakat sendiri juga harus menyadari bahwa dibagian manapun di dunia, masyarakatlah yang berperan melakukan perubahan itu. perubahan yang paling mendasar dilakukan masyarakat tapsel ialah, pertama, mencerdaskan kehidupan melalui peningkatan kualitas pendidikan. kedua, meningkatkan produktifitas melalui peningkatan keterampilan dan keahlian. ketiga, meningkatkan iklim yang kompetitif dalam budaya dalihan '/na tolu/' yang konstruktif. keempat, meningkatkan kehidupan beragama dan berbudaya yang inklusif dan berwawasan luas. peningkatan pendidikan menjadi agenda yang paling mendesak. dewasa ini kualitas pendidikan tapsel mengalami kemunduran. hal itu antaralain ditandai dengan jumlah lulusan sma yg semakin sedikit ke ptn. tidak ada terobosan yang berarti di bidang ini. tokoh-tokoh pendidikan nasional sekaliber alm. prof. andi hakim nasution atau prof. chairuddin p. lubis telah berbuat banyak bagi daerahnya, namun peningkatan kualitas pendidikan di tingkat akar rumput belum cukup berarti. ironisnya, proses pembodohan, tanpa disadari oleh para pemimpin yang datang silih berganti, terus berlangsung. termasuk pembodohan dalam proses memilih memimpin. pemimpin yang terpilih selalu saja orang-orang yang asyik masyuk dengan jalan pikirannya sendiri. padahal masyarakat memerlukan lapangan pekerjaan, untuk mengangkat mereka dari perangkap kemalasan dan kemiskinan yang nampaknya makin terstruktur. untuk menyediakan lapangan pekerjaan diperlukan pemimpin yang mampu mendorong peningkatan investasi (lokal, domestik dan asing). untuk peningkatan investasi diperlukan perbaikan dan peningkatan infrastruktur yang memadai. dan untuk perbaikan infrastruktur diperlukan pemimpin yang memiliki /sense of bussines/ (/entrepreneursif/), membuka diri (/open mind/) dan mampu membangun jejaring yang diperlukan untuk itu. yang terjadi justru sebaliknya, para pemimpin asyik masyuk dengan jalan pikirannya. tidak terbuka terhadap masukan dan pendapat dari luar dirinya. sebagian diantaranya bahkan secara oportunistik, tidak mampu
menerapkan manajamen partisipatif yang justru sangat dibutuhkan tapsel. merasa dirinya /superman/. padahal yang dibutuhkan daerah ini adalah '/the super team/'. akibatnya masyarakat terus terperangkap 'kemalasan' yang nampaknya dibiarkan. produk domestik regional bruto (pdrb) madina, padangsidimpuan dan tapsel saat ini masuk kategori terendah dibandingkan daerah-daerah kota/kabupaten se-sumatera utara. dan pdrb yang rendah akan terasa semakin rendah apabila dibandingkan lagi dengan sumberdaya alam yang dimiliki. satu-satunya alasan yang dapat diterima akal mengapa pdrb rendah ialah karena produktifitas sumber daya manusia (sdm) yang masih rendah. *budaya angkola-mandailing* dan sdm dipengaruhi budaya serta kearifan lokal. daerah tapsel yang saat ini terdiri atas 5 (lima) daerah otonom tingkat dua (tapsel, madina, psp, padang lawas dan padang lawas utara) adalah pusat dan asal kebudayaan angkola-mandailing. budaya yang dikenal dengan '/dalihan natolu/' diperkaya nilai-nilai islam yang selama ini merefleksikan kelembutan budipekerti, kesopanan dan tatabahasa yang santun. sebagai pusat kebudayaan angkola-mandailing, semua pihak sudah harus menyadari bahwa daerah ini mengemban suatu misi yang mulia, sejauhmana budaya angkola-mandailing mampu memotivasi dan mendorong masyarakatnya menjadi produktif dan kompetitif di tengah berbagai jenis budaya atau etnis yang ada di sumatera utara. mampukah budaya angkola-mandailing menghasilkan warga masyarakat yang unggul minimal di tingkat propinsi sumatera utara? bisakah budaya angkola-mandailing menjadi kebanggaan masyarakatnya sebagaimana masyarakat tionghoa membanggakan nilai-nilai budaya bahkan leluhurnya? sebagaimana juga masyarakat batak toba yang terus mempertahankan dan bangga dengan budayanya? pertanyaan ini bukan hanya perlu dijawab para pemimpin dan calon pemimpin di tapsel, melainkan pekerjaan rumah semua pihak dan pemekaran tapsel ini harus menjadi momentum yang tepat untuk itu. untuk mengartikulasikan budaya angkola-mandailing sehingga menjadi nilai-nilai yang iklusif terhadap perubahan. bisakah budaya tapsel mencerdaskan masyarakatnya dan meningkatkan produktivitas sehingga menjadi kebanggaan tidak hanya dalam seremoni dan ritus-ritus perkawinan melainkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. bisakah orang tapsel kelak tidak perlu malu berbahasa tapsel di tanah rantau karena kebanggaan terhadap budayanya. budaya yang produktif dan kompetitif tetapi berbudi pekerti luhur. * (penulis adalah praktisi ekonomi dan peserta program doktor pw-pps usu. email: [email protected] <mailto:[email protected]>alamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan javascript untuk melihatnya )* < sebelumnya >
berikutnya
[ kembali ] <javascript:history.go(-1)> copyright � 1997-2006 waspada online hak cipta dilindungi undang-undang republik indonesia. tidak diperkenankan mereproduksi seluruh maupun sebagian tampilan dan/atau isinya dalam bentuk maupun media apapun tanpa ijin tertulis dari waspada
online.