TANAMAN JAHE EMPRIT Zingiber officinale Rosc
Nama Lain Atau Nama Daerah
halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatera Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda), jhei (Madura), pese (Bugis), dan lali (Irian).
Klasifikasi Tanaman Jahe Emprit
Divisi : Spermathophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberacea Genus : Zingiber Spesies : Zingiber officinale ahe emprit atau Zingiber majus Rumph, dikenal juga dengan nama jahe Sunti. Ciri utama jahe emprit terletak pada bentuk rimpangnya yang kecil, rata cenderung pipih dan tidak mengembung. Jahe jenis ini bisa ditemukan dalam warna putih dan dalam kondisi tertentu berwarna kuning. Serat jahe emprit bertekstur lembut dengan aroma yang tidak tajam. Tetapi jahe emprit dilengkapai rasa yang jauh lebih pedas ketimbang jahe gajah atau badak. Kandungan gingerol, zingeron, dan shogaol yang dimiliki jahe emprit memang lebih tinggi ketimbang jahe gajah. Hal ini yang menyebabkan rasa pedasnya lebih dominan. Secara umum, tanaman jahe emprit sama saja dengan jenis jahe lainnya.
Jahe putih kecil atau lebih dikenal dengan jahe emprit memiliki rimpang dengan bobot berkisar 0,5 – 0,7 kg per rumpun. Struktur rimpang jahe emprit, kecil-kecil dan berlapis. Daging rimpang berwarna putih kekuningan. Tinggi rimpangnya dapat mencapai 11 cm dengan panjang antara 6 – 30 cm, dan diameter antara 3,27 – 4,05 cm. Kandungan dalam rimpang jahe emprit antara lain minyak atsiri 1,5 – 3,5, kadar pati 54,70, kadar serat 6,59, dan kadar abu 7,39 – 8,90.
1. Akar Akar pada jahe emprit berbentuk rimpang (rhizoma). Rimpang (rhizoma) sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang cabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Sistem perakaran pada jahe emprit merupakan akar serabut. Akar pada jahe emprit ini berwarna putih. 2. Rimpang (rhizoma) Rimpang (rhizoma) sesungguhnya adalah batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang - cabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Rimpang (rizhoma) adalah penjelmaan batang dan bukan akar, dapat dilihat dari tanda-tanda berikut : - Beruas – ruas, berbuku – buku, akar tidak bersifat demikian - Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik – sisik - Memiliki kuncup – kuncup Ruas jahe ini kecil, agak rata dan berlapis. Daging rimpang berwarna putih kekuningan. Tinggi rimpangnya dapat mencapai 11 cm dengan panjang antara 6 – 30 cm, dan diameter antara 3.27 – 4.05 cm. 3. Batang Batang yang tumbuh di atas tanah pada jahe emprit merupakan batang semu yang terdiri dari pelepah daun yang berpadu (Rostiana et.al.,1991). Jahe emprit memiliki tinggi batang semu berkisar 41.87 - 56.45 cm dengan warna batang hijau muda berbentuk bulat dan sedikit keras. Tetapi pada saat tanaman jahe sudah tua, jahe emprit memiliki batang sejati yang berwarna hijau, bulat dan keras yang bercirikan pada saat pelepah daun pada batang dikelupas, terdapat sisa batang yang tidak dapat di kelupas lagi. 4. Daun Daun jahe emprit merupakan daun tunggal dengan kedudukan daun berselang-seling teratur. Panjang daun pada jahe emprit mencapai 17.4 - 19.8 cm, lebar daun mencapai 1,3 – 2 cm dengan luas helaian daun 24.9 - 27.5 cm. 5. Bunga Perbungaan malai tersembul dari tanah. Berbentuk tongkat atau bundar telur yang sempit. Merupakan bunga majemuk. Panjang malai 3,5 – 5 cm lebar 1,5 – 1,75 cm gagang bunga hampir tidak berbulu panjangnya 25 cm, rahis berbulu panjang sisik pada gagang terdapat 57 buah, berbentuk lanset. Letaknya berdekatan atau rapat hampir tidak berbulu panjang sisik 3 – 5 cm. Bunga memiliki 2 kelamin dengan 1 benang sari dan 3 putik. Bunga daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah panjangnya 2,5 cm lebar 1 – 1,75 cm. mahkota bunga berbentuk tabung dengan ukuran 2 – 2,5 cm helaiannya agak sempit berbentuk tajam berwarna kuning kehijauan. Kepala sari berwarna ungu dengan panjang 9 mm. tangkai putik ada 2. 1. Anti radang. Semua tipe jahe mempunyai kandungan phenol yang mempunyai sifat anti radang. Jahe jga tak jarang dikegunaaankan untuk menanggulangi persoalan nyeri haid yang tak sedikit
dialami oleh wanita. Kandungan phenol sanggup meredakan radang sendi serta ketegangan otot yang terjadi. Jahe juga mampumenghambat produksi prostaglanin. Prostaglanin ini sendiri adalah hormon yang bisa menyebabkan peradangan yang terjdi pada tubuh manusia. 2. Menghangatkan tubuh. Jahe dengan cara umum mempunyai sifat yang bisa menambah rasa hangat pada tubuh. Oleh sebab itu, jahe bisa meringankan rasa mual serta gejala flu ringan sebab sifatnya yang menghangatkan. Rasa hangat yang ditimbulkan seusai mengkonsumsi jahe bisa merangsang lepasnya hormon adrenalin jadi bisa memperlebar pembuluh darah. Faktor ini bisa menolong mengalirkan darah dengan lancar serta menurunkan tekanan darah. 3. Menanggulangi masuk angin. Kandungan karminativum yang tersedia pada jahe terbukti bisa memberbagi rangsangan pada perut untuk mengeluarkan gas. Keluarnya gas yang berlebih dari dalam perut ini bisa menanggulangi kembung serta meredakan masuk angin yang dialami. 4. Menurunkan keasaman lambung. Jahe mempunyai kegunaaan untuk mengurangi iritasi yang terjadi pada saluran pencernaan. Faktor ini dikarenakan sebab jahe mempunyai senyawa aseton serta metanol yang bisa bereaksi dengan asam lambung. Reaksi yang ditimbulkan yakni bisa mengurangi rasa nyeri pada lambung serta mencegah terjadinya radang sendi. 5. Menanggulangi ejakulasi dini. Ejakulasi dini saat ini marak dialami oleh pria beberapa kalangan. Untuk menanggulanginya, bisa dengan mengkonsumsi jahe. Kandungan senyawa cineole serta arginine pada jahe dianggap bisa menanggulangi persoalan ejakulasi dini dengan merangsang ereksi pada pria. Tidak hanya itu, kandungan tersebut juga sanggup memperkuat daya tahan sperma serta mecegah kemandulan. 6. Meredakan migrain. Ketika mengalami migrain alias sakit kepala dibagian kepla sebelah, beberapa orang langsung mengkonsumsi obat migrain. Padahal sebetulnya untuk menanggulangi migrain bisa memakai obat alamiah semacam jahe. Kandungan yang tersedia di dalam jahe sanggup menghentikan kera protaglandin yang menjadi penyebab rasa sakit da peradangan pembuluh darah. Faktor inilah yang menyebabkan, mengkonsumsi jahe bisa menanggulangi persoalan migrain. 7. Menanggulangi kanker. Telah tak diragukan lagi jika jahe bisa menanggulangi penyakt kanker. Tak sedikit sumber ynag menyebutkan bahwa kandungan senyawa dalam jahe sanggup menghentikan kerja sel kanker. Salah satu tipe kanker yang bisa diatasi memakai jahe yakni kanker indung telur serta kanker kolon. Tidak hanya menghambat kerja sel kanker indung telur, jahe juga sanggup memperlambat pertumbuhan sel kanker kolorektal. 8. Meredakan mual dampak hamil. Beberapa sumber menyebutkan bahwa, kandungan dalam jahe mempunyai tingkat efektivitas kerja yang sama dengan vitamin B6. Kandungan dalam jahe, sama halnya dengan vitamin B6 sanggup menanggulangi rasa mual yang timbulkan dari kehamilan. 1. Mengawetkan Telur Asin Telur asin memang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat luas. Telur asin memiliki cara pengolahan yang berbeda, dibanding dengan mengolah telur ayam. Salah satu cara untuk mengolah telur asin yakni menggunakan cara penggaraman basah. Namun, cara mengolah telur asin menggunakan penggaraman basah bisa menyebabkan telur asin memiliki rasa yang sedikit amis. Dari beberapa cara lain yang dilakukan, mengolah telur asin selalu dibuatkan inovasi baru agar telur asin banyak diminati masyarakat uas.
jahe emprit dilengkapai rasa yang jauh lebih pedas ketimbang jahe gajah atau badak. Kandungan gingerol, zingeron, dan shogaol yang dimiliki jahe emprit memang lebih tinggi ketimbang jahe gajah. Hal ini yang menyebabkan rasa pedasnya lebih dominan. Secara umum, tanaman jahe emprit sama saja dengan jenis jahe lainnya. Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Selain zingeron, juga ada senyawa oleoresin (gingerol, shogaol), senyawa paradol yang turut menyumbang rasa pedas ini.
Zingeron (4-(4-hidroksi-3-metoksifenil)-2-butanon) Zingeron memiliki berat molekul 194,22 g/mol, titik leleh 40-410C dan titik didih 187-1880C pada 14 mmHg. Berat molekulnya yang besar dan gugus karbonil yang polar pada rantainya membuat molekul zingeron saling tarik menarik secara kuat. Hasilnya, zingeron tidak mudah menguap. Bau zingeron pada jahe tidak kuat namun ekor hidrokarbonnya memberikan rasa pada jahe ketika ini kontak dengan reseptornya. Zingeron digunakan sebagai perasa buatan (www.ch.ic.ac.uk/local/projects/lyerWebsite5/Spice.html). Zingeron ialah suatu pemblok β-adrenoseptor sehingga dapat menghambat oksidasi lipid. Ini menyebabkan zingeron memiliki efek kardioprotektif sehingga dapat digunakan sebagai obat berbagai penyakitt kardiovaskular. Zingeron juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang berguna bagi kehidupan manusia Senyawa Shogaol Shogaol bertanggungjawab terhadap khasiat jahe yang dapat meningkatkan suhu tubuh. Shogaol meningkatkan konsentrasi kalsium intraselluler. [10]-shogaol ialah komponen yang tidak pedas pada jahe namun meningkatkan sekresi adrenalin dengan mengaktivasi TRPV1 (transient receptor potential vanilloid subtype 1) (Iwasaki, et al, 2006). Sedangkan, [6] shogaol mengurangi peradangan di lutut dan melindungi tulang rawan pada tulang paha dari kerusakan (Levy, et al, 2006).
terpena dan senyawa organic bisiklik. Borneol mudah teroksidasi menjadi keton menghasilkan kamfor. Borneol digunakan dalam pengobatan tradisional cina sebagai Moxa (www.wikipedia.com).
Di dalam rimpang jahe merah terkandung zat gingerol, oleoresin, dan minyak atsiri yang tinggi, sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat (Lantera, 2002).Jahe banyak digunakan dalam ramuan obat tradisional yang berfungsi sebagai obat pencernaan dan perut kembung, sakit kepala, kerongkongan, mulas dan batuk kering (Rukmana, 2001). Minyak atsiri jahe termasuk jenis minyak yang mudah menguap dan merupakan suatu komponen yang memberi bau harum khas jahe.Minyak atsiri jahe terdiri dari zingiberol, zingiberen, n-nonyl aldehida, d-camphen, dbphellandren, methyl heptanon, sineol, stral, borneol, linalool, asetat, kaprilat, phenol, dan chavicol(Koswara, 1995).Jahe juga mengandung oleoresin yang lebih banyak mengandung komponen-komponen non-volatil yang merupakan zat pembentuk rasa pedas pada jahe.Umumnya oleoresin jahe tersusun oleh gingerol, 11 zingeron, shogaol, dan resin.Semakin tua umur rimpang jahe, semakin besar pula kandungan oleoresinnya (Koswara, 1995). Kandungan senyawa fenol pada jahe memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Terjadinya penghambatan disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada komponen struktural membran sel bakteri. Fenol pada jahe juga memiliki kemampuan untuk mendenaturasi protein dan merusak membran sel dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada dinding sel, karena senyawa ini mampu melakukan migrasi dari fase cair ke fase lemak (Winiati, 2000 dalam Ernawati, 2010).Menurut Volk and Wheeler (1988), membran sel bakteri yang tersusun atas protein dan lipid sangat rentan terhadap zat kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan sel. Beberapa senyawa fenol juga mampu menurunkan tegangan permukaan sel (Pelczar dan Reid,
B. Habitat Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter. Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Menurut Djakamihardja et al. (1986) dalam Effendi dan Hidayat (1997), suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan jahe adalah 25 – 30oC. Suhu yang lebih tinggi dari kisaran tersebut akan menghambat pertumbuhan dan merugikan. Sedangkan dibawah kisaran tersebut mengakibatkan umur tanaman semakin panjang, sehingga waktu panen menjadi mundur. Tanaman jahe tersebar di daerah tropis, di benua Asia dan Kepulauan Pasifik. Akhir – akhir ini jahe dikembangkan di Jamaica, Brazil, Hawai,Afrika, India, China dan Jepang, Filipina, Australia, Selandia Baru, Thailand dan Indonesia. Jahe tumbuh di Indonesia ditemukan di semua wilayah Indonesia yang ditanam secara monokultur dan polikultur (Hasanah, et al., 2004). Dalam dunia perdagangan, penamaan jahe didasarkan kepada daerah asalnya, misal jahe Afrika, jahe Chochin atau jahe Jamika. Sejak 250 tahun yang lalu, jahe di Cina sudah digunakan sebagai bumbu dapur dan obat. Di Malaysia, Filipina, dan Indonesia jahe banyak digunakan sebagai obat tradisional. Sedangkan di Eropa pada abad pertengahan, jahe digunakan sebagai aroma pada bir (Hardianto, 2005). Daerah utama produsen jahe emprit di Indonesia adalah Jawa Barat (Sukabumi, Sumedang, Majalengka, Cianjur, Garut, Ciamis dan Subang), Banten (Lebak dan Pandeglang), Jawa Tengah (Magelang, Boyolali, Salatiga), Jawa Timur (Malang Probolinggo, Pacitan), Sumatera Utara (Simalungun ), Bengkulu dan lain-lain (Hasanah, et. al, 2004).