1. Peran tanah bagi Organisme : a. Fungsi produksi Sebagai basis atua dasar bagi berbagai macam sistem penunjang kehidupan, melalui mekanisme biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat, bahan bakar kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik secara langsung atau melalui binatang ternak termasuk budidaya kolam dan tambak ikan. b. Fungsi lingkungan biotik Tanah merupakan basis bagi keberagaman daratan yang menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan jasad mikro di atas maupun di bawah tanah. c. Fungsi pengatur iklim Tanah dan penggunaannya merupakan sumber dan rosot gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan dan transformasi dari energi radiasi matahari dan daur hidrologi global. d. Fungsi hidrologi Tanah mengatur simpanan dan aliran limpasan sumber daya air tanah dan air permukaan serta memengaruhi kualitas airnya. e. Fungsi penyimpanan Tanah adalah gudang sumber berbagai jenis bahan mentah dan mineral untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia. f. Fungsi pengendali sampah dan polusi Tanah dapat menerima, menyaring, menyangga dan mengubah senyawa-senyawa berbahaya yang berasal dari produk limbah. g. Fungsi ruang kehidupan Tanah menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri dan aktifitas sosial seperti olahraga atau rekreasi. h. Fungsi peninggalan dan penyimpanan Tanah merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda-benda bersejarah dan sebagai sumber informasi tentang kondisi iklim dan tata guna Tanah masa lampau. i. Fungsi penghubung sosial Tanah menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antara daerah terpencil dari suatu ekosistem alami.
2. Peran Organisme dalam Tanah Ini Dekomposer Peran penting organisme dalam tanah yang pertama adalah sebagai dekomposer. Organisme di dalam tanah dapat melakukan dekomposisi atau penguraian terhadap bahan-bahan organik yang berasal dari sisa makhluk hidup, misalnya daun-daun yang jatuh ke tanah, ranting-ranting, dan jasad hewan yang telah mati. Seluruhnya kemudian diuraikan menjadi materi organik yang lebih sederhana. Dekomposisi ini dapat dilakukan oleh bakteri, fungi, dan cacing.
Dekomposer bahan organik sangatlah penting karena dekomposisi yang dilakukan akan menghasilkan unsur-unsur yang diperlukan tumbuhan, seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Organisme dalam tanah yang berfungsi sebagai dekomposer ini dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk kompos, salah satu pupuk organik yang dibuat dengan cara menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup, dapat berupa mikroorganisme maupun makroorganisme. Pereaksi Kimia dalam Tanah Di dalam tanah, terdapat bakteri yang terlibat dalam reaksi penguraian materi organik menjadi nitrat, senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Kita tahu bahwa akan terdapat nitrogen di dalam tanah berkat dekomposisi. Nitrogen dalam bentuk gas di alam tidak dapat digunakan secara langsung oleh tumbuhan dan hewan, tetapi dapat digunakan secara langsung oleh beberapa bakteri untuk metabolisme dan untuk menghasilkan senyawa nitrogen dalam bentuk lain, dengan siklus yang dimulai dari fiksasi nitrogen, nitrifikasi, amonifikasi, dan denitrifikasi. Selain organisme yang berperan dalam siklus nitrogen, terdapat pula mikoriza, yaitu jamur yang dapat membantu tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan, ketahanan terhadap serangan penyakit, kemampuan menyerap unsur-unsur hara, serta dapat pula meningkatkan aerasi tanah. Pengurai Polutan dalam Tanah Peran penting organisme dalam tanah selanjutnya adalah sebagai agen biologis yang dapat membersihkan polutan dengan menguraikannya menjadi bahan yang tidak berbahaya. Kamu tahu enggak, ternyata, di dalam tanah, ada banyak sekali polutan! Misalnya limbah padat, pestisida, dan detergen. Keberadaan nitrogen, fosfor, dan garam mineral yang berlebihan di dalam tanah juga dapat bersifat racun bagi tumbuhan. Sumber polutan utama tanah biasanya berasal dari kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida dalam jumlah besar serta irigasi. Penguraian polutan di dalam tanah ini dapat dilakukan dengan lebih cepat jika aktivitas organisme tanah semakin tinggi, dengan terkuncinya unsur racun dan polutan dalam tubuh bakteri yang dapat menjadikan polusi tidak bertambah parah. Pencegah Penyakit Tanah Tanah dapat dikatakan memiliki kondisi normal apabila tanah memiliki senyawa organik dan aktivitas organisme yang tinggi. Pada saat itu, organisme tanah dapat melawan organisme penyakit (patogen) yang masuk ke dalam tanah. Secara alami, organisme tanah memanfaatkan prinsip pengendalian biologis, sehingga organisme yang mengganggu tanah dapat terkendali. Pemberi Pengaruh pada Tekstur Tanah Tanah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan teksturnya, yaitu keadaan tingkat kehalusan tanah yang dipengaruhi oleh perbedaan komposisi kandungan pasir, debu, dan liat dalam tanah. Macam-macam tekstur tanah misalnya tanah bertekstur halus/tanah liat, tanah bertekstur sedang/tanah lempung, dan tanah bertekstur kasar/tanah pasir.
Pengatur Kegemburan dan Struktur Tanah Struktur tanah ialah susunan partikel-partikel tanah yang terikat satu sama lain menjadi suatu gumpalan. Pengikatnya ialah suatu perekat seperti bahan organik yang dihasilkan oleh organisme tanah. Kemudian, lendir yang dihasilkan organisme tanah akan bercampur dengan tanah dan membentuk gumpalan-gumpalan tanah. Struktur dan kegemburan pada tanah saling berkaitan. Organisme tanah mampu membuat pori-pori yang dapat menggemburkan tanah serta memungkinkan terjadinya aerasi tanah. Tanah dengan aerasi dan jumlah air yang cukup akan sangat baik bagi pertumbuhan tanaman. 3. Proses pembentukan tanah oleh organisme Proses pembentukan tanah didahului oleh penghancuran dan pelapukan dan diteruskan dengan proses pengembangan profil tanah. Pelapukan dibedakan atas pelapukan fisik dan pelapukan kimia. Pelapukan fisik berupa penghancuran batuan secara fisik tanpa merubah susunan kimianya, sedangkan proses penghancuran secara kimia adalah perubahan susunan kimia bahan. Kedua proses tersebut biasanya berlangsung bersama-sama dan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga sukar dibedakan hasil pelapukannya. Bahan-bahan yang merupakan hasil penghancuran secara mekanis dan kimiawi akan bercampur menjadi satu membentuk lapisan-lapisan bakal tanah di permukaan kerak bumi dan bahan-bahan ini merupakan subtrat bagi pertumbuhan jasad renik yang berbentuk bakteri dan ganggang yang menjadi awal dari proses pembentukan tanah. Bakteri yang hidup dalam tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya mengikat N2 dari udara dan megubah amonium menjadi nitrat. Termasuk ke dalam golongan ini yang membentuk spora, spora pada bakteri bukan untuk alat berkembangbiak melainkan alat untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkan (Sutedjo, 1996). Organisme mempengaruhi pembentukan humus, pembentukan profil tanah, sifat fisika dan kimia tanah. Di samping itu organisme hidup memperlancar peredaran unsur hara dan membina struktur tanah yang baik dan memperlancar transfer nitrogn dari atmosfer ke tanah melalui hujan secara tidak langsung dan fiksasi nitrogen secara langsung. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen. Nitrat yang dihasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrit dan nitrat oleh Nitrobacter. Apabila
oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi. Beberapa jenis hewan yang mempengaruhi pembentukan tanah seperti cacing tanah yang sangat aktif dalam peruraian (dekoposisi) serasah. Pada waktu malam hari, cacing membawa guguran dedaunan dan rerumputan kedalam lubang-lubangnya dan mencampur dengan mineral-mineral tanah. Sokresin yang dikeluarkan mengandung Ca lebih banyak daripada tanah disekitarnya. Sehingga lubang-lubang cacing akan mempengaruhi aerasi dan perembesan air. Mengeluarkan kotoran di pemukaan tanah, sehingga membantu pembentukan tanah. Akan menjadi kacau horison apabila kotoran cacing berada di dalam tanah. Dan juga apabila jalan cacing terisi oleh material-material lain,hal ini juga akan mengacaukan horizon tanah. Semut-semut menyusup ke dalam tanah dan mengangkut bahan-bahan dari dalam tanah ke permukaan tanah sambil membangun sarang-sarangnya berupa berupa bukitbukit kecil di permukaan tanah dan sering pada batang-batang pohon. Rayap-rayap makan sisa-sisa bahan organik. Kotoran rayap yang menempel itu sudah melapuk. Tikus dan binatang lain menggunakan tanah sebagai tempat tinggal dan tempat perlindungan. Manusia dalam proses pembentukan tanah mempengaruhinya dengan aktivitasaktivitas seperti penggunaan lahan, cara bercocok tanam, menentukan jenis tanaman yang ditanam, cara pengolahan atau penggarapan, cara pemanenan, menentukan rotasi tanaman dan lain sebagainya. Jika system penanaman manusia yang tidak sesuai dengan lingkungan seperti pada perbukitan tidak menggunakan system terasering, hal ini akan menyebabkan terjadinya erosi, dimana erosi tersebut akan mempengaruhi proses penghancuran batuan. Di samping itu pola penanaman manusia yang harus menyeimbangkan unsur-unsur tanah. Jika manusia melakukan penanaman jenis tanaman karbohidrat secara terus-menerus, hal ini akan mengurangi unsur hara tanah dan tingkat kesuburan tanahnya menurun sehingga diperlukan pola penanaman secara tumpang sari untuk mengembalikan kesuburan tanah. Tumbuhan dalam pembentukan tanah melalui akar, daun, dan ranting. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Selain itu, kandunga unsure-unsur kimia yang terdapat pada tanaman akan berpengaruh pada sifat-sifat tanah. Contoh: jenis cemara akan member unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati. Organisme mempengaruhi pembentukan tanah dalam hal sebagai berikut, yaitu: Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi didaerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati. Dalam perkembangan profil tanah, tumbuhan, dan hewan mengalami pelapukan sehingga membentuk suatu horizon yang berupa penimbunan bahan organik berwarna hitam yang dinamakan humus. Horizon ini disebut juga horizon organik yang sebagian besar terdiri atas bahan organik baik yang masih segar maupun busuk dan terletak di lapisan paling atas dalam profil tanah.
4. Komponen-Komponen Tanah 1). Mineral Komponen pertama dan utama dalam tanah adalah mineral. Adapun presentasi mineral dalam tanah adalah 45%, lebih banyak daripada komponen yang lain. Mineral yang merupakan komponen utama memiliki hubungan dengan tingkat kesuburan tanah. Apabila tanah kekurangan kandungan mineral, maka tumbuhan yang ditanam tersebut akan kekurangan komponen untuk proses pertumbuhannya. Pada proses pembentukan mineral ini memerlukan waktu yang lama. Adapun jenis batuan yang mengalami pelapukan pada proses terbentuknya tanah akan mempengaruhi jenis tanah yang akan dihasilkan nantinya. Pada umumnya terdapat 3 jenis batuan yang nantinya ketika mengalami pelapukan akan mempengaruhi jenis tanah, yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan malihan. 2). Air Komponen yang selanjutnya adalah air dengan presentase 25%. Berdasarkan pengamatan, air merupakan komponen tanah yang sifatnya dapat berubah-ubah atau dinamis. Ruang bagian tanah yang ditempati oleh air adalah bagian pori-pori tanah.
Komposisi air dan udara dalam tanah adalah berbanding terbalik, dimana kandungan udara dalam tanah bergantung pada tinggi rendahnya kandungan air dalam tanah, semakin tinggi kandungan air dalam tanah, maka semakin rendah pula kandungan udara dalam tanah, begitu sebaliknya. Air juga merupakan komponen tanah yang penting, karena air bermanfaat untuk membantu tumbuhan dalam proses fotosintesis nantinya. Adanya air dalam tanah ini disebabkan karena kemampuan penyerapan tanah yang menggunakan mekanisme adhesi dan kohesi. Keberadaan komposisi air dalam tanah dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
Kapasitas Lapang – Adalah suatu keadaan dimana kelembapan dalam tanah dalam kondisi yang cukup, hal ini dibuktikan dengan jumlah air yang dapat ditampung dalam tanah yang dipengaruhi oleh gaya tarik dari gravitasi bumi. Sehingga hal ini tentunya membuat komposisi air dalam tanah akan mempengaruhi kelembapan tanah. Titik Layu Permanen – Adalah suatu keadaan dimana akar tanaman sudah tidak dapat lagi menyerap air di dalam tanah. Hal ini biasanya menyebebkan tanaman tersebut menjadi layu hingga kemudian mati. Ketersediaan Air – Adalah suatu keadaan yang didasarkan pada selisih kadar air dalam tanah yang memiliki hubungan dengan titik layu permanen. Semakin sedikit komposisi air dalam tanah maka tumbuhan akan cepat layu. 3. Udara
3). Udara Komponen yang selanjutnya adalah udara dengan presentase 25% yang memiliki presentasi sama dengan air. Adanya komponen udara dalam tanah inilah yang memungkinkan adanya kehidupa di dalam tanah, khususnya pada hewan-hewan tanah seperti cacing, semut dan lain sebagainya. Sifat udara dalam tanah ini sama halnya dengan sifat yang dimiliki oleh air, yaitu dapat berubah-ubah sehingga udara dapat keluar dari tanah akibat tekanan dari air yang meningkat. Hal ini karena komposisi udara dalam tanah tergantung dari tinggi rendahnya komposisi air dalam tanah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 4). Bahan Organik Komponen tanah yang paling terakhir dan paling rendah presentasenya adalah bahan organik dengan presentase komposisinya hanya 5%. Bahan organik ini terbentuk dari proses dekomposisi bahan organik yang bersumber pada tumbuhan dan hewan yang telah mati. Dekomposer nantinya akan menguraikan bahan organik tersebut menjadi senyawa organik yang bermanfaat untuk tanah. Meski presentasinya hanya sedikit akan tetapi senyawa organik tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat tanah, terutama pada sifat kimia dan sifat fisik tanah. Adapun sumber bahan organik yang nantinya akan diproses menjadi senyawa organik tanah dibedakan menjadi 3 berdasarkan sumbernya, yaitu:
Sumber Primer – Sumber primer adalah sumber yang mudah didapatkan yaitu berasal dari tumbuhan layu yang telah mati. Adapun bagian tanaman yang dapat diuraikan adalah mulai dari daun, batang, akar, jaringan tumbuhan serta baguan lain dari tumbuhan yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa semua struktur pada tumbuhan ini dapat diproses untuk dijadikan senyawa organik. Sumber Sekunder – Sumber sekunder adalah sumber kedua setelah tanaman yaitu berasal dari hewan. Adapun hewan yang diuraikan adalah bagian-bagian tubuhnya beserta kotorannya yang dapat diolah menjadi pupuk.
Sumber Tersier – Sumber tersier adalah sumber terakhir yang berasal dari pupuk. Adapun pupuk-pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos dan pupuk hijau.
5. Upaya Menjaga Kelestarian Tanah Berikut adalah beberapa cara melestarikan tanah : 1) Penghijauan Penghijauan dapat dilakukan pada tanah- tanah yang sedang tidak digunakan untuk bercocok tanam dan juga lahan- lahan kritis yang diakibatkan oleh bencana alam dan aktivitas penambangan. Jenis tanaman yang digunakan untuk penghijauan misalnya pohon pinus, puspa dan agatis. Penanaman pohon tersebut dilakukan agar tanah tidak menjadi gersang, meningkatkan kadar bahan organik dan sangat baik untuk kesuburan tanah. Selain itu juga mengurangi kerusakan tanah yang disebabkan oleh sinar matahari, tanah longsor dan juga banjir. 2) Menerapkan wanatani Wanatani atau agroforestry merupakan salah satu bentuk upaya pelestarian tanah yang dilakukan dengan cara menggabungkan antara tanaman tahunan dengan tanaman komoditas pertanian yang ditanam secara bersama- sama atau bergantian. Tanaman tahunan tersebut dapat berupa pohon- pohonan yang dapat mengurangi erosi tanah. Sedangkan tanaman komoditas pertanian dapat memberikan efek perlindungan bagi tanah dari tetesan air hujan yang juga mampu merusak tanah. Penanaman tanaman komoditas pertanian dapat dilakukan bergantian sesuai musim tanam. Misalnya ketika musim kemarau lahan ditanami dengan tanaman jagung dan tebu, jika musim penghujan tiba maka lahan akan ditanami dengan tanaman padi. Setiap tanaman komoditas pertanian membutuhkan unsur hara yang berbeda. Apabila suatu lahan pertanian ditanami hanya satu jenis tanaman, maka salah satu unsur hara akan habis. Sedangkan unsur hara yang lain menjadi tidak terpakai. Dengan menerapkan wanatani maka keseimbangan unsur hara di dalam tanah akan terjaga. 3) Mengurangi penceramaran tanah Pencemaran tanah dapat dikurangi dengan cara menertibkan pembuangan sampah dan mendaur ulang sampah. Industri yang menghasilkan limbah juga harus berperan aktif dalam menjaga kelestarian tanah. Perlu dilakukan pembuangan limbah yang efektif dan aman sehingga logam berat dan zat- zat berbahaya yang sulit hancur tidak menyebabkan polusi tanah. 4) Membuat kanopi alami bagi tanah Pohon dapat digunakan sebagai kanopi alami bagi tanah yang ada di bawahnya. Kanopi alami tersebut mempunyai manfaat sebagai penahan laju jatuhnya air hujan sehingga mengurangi tenaga kinetik air hujan yang sampai ke tanah. Semakin rapat pohon yang di tanam, maka semakin kecil ancaman kerusakan tanah oleh air hujan. Batang pohon akan mengalirkan air hujan ke bawah sehingga meresap ke dalam tanah. Sedangan akar pohon yang menghujam ke dalam tanah dapat mempertahankan kestabilan posisi tanah dan memperbaiki tanah. Akar pohon digunakan sebagai tempat hidup mikroorganisme di dalam tanah sehingga dapat menjaga kesuburan tanah. 5) Menggunakan soil conditioner Pencegahan erosi dapat dilakukan dengan metode kimia yakni dengan memanfaatkan bahan- bahan yang memperbaiki struktur tanah yang juga sering disebut dengan soil
conditioner. Bahan- bahan kimia ini mempunyai pengaruh yang besar dan berjangka panjang bagi kestabilan agregat tanah. Soil conditioner juga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman musiman pada tanah liat, dan sangat baik untuk lahan pertanian maupun perkebunan yang baru saja dibuka. 6) Menggunakan pupuk kimia secara bijaksana. Pupuk memang dapat menambah unsur hara di dalam tanah. Akan tetapi penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran tanah oleh zat kimia yang terdapat dalam pupuk anorganik. Untuk itu, perlu digalakkan penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos yang lebih aman bagi kesuburan tanah. 7) Menggunakan metode vegetatif dalam konservasi tanah Metode vegetatif merupakan salah satu cara pengawetan tanah yang bertujuan untuk melindungi tanah dari daya perusakan aliran air dan memperbaiki penyerapan air oleh tumbuhan. Metode ini meliputi :
Cover crop – Metode ini dilakukan dengan cara membenamkan atau mengubur sisa- sisa tumbuhan ke dalam tanah sehingga meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air dan memelihara unsur hara. Crop rotation – Crop rotation merupakan sistem penanaman berbagai macam tanaman secara bergiliran dengan urutan waktu tertentu. Buffering – Bentuk konservasi ini dilakukan dengan menanam tanaman keras dan rumput- rumputan pada tanah yang berada pada lereng curam. Mulching – Lorak mati yang ditimbun dengan sisa- sisa tanaman sehingga melindungi permukaan tanah dari aliran air yang cepat.
8) Menerapkan metode mekanik dalam konservasi tanah Metode mekanik merupakan salah satu usaha pengawetan tanah yang bertujuan untuk mengendalikan erosi tanah. Metode tersebut meliputi :
Terrassering ( penterasan lahan miring ) – Lahan lereng yang dibuat bertingkat- tingkat ini bertujuan untuk memperkecil kemiringan lereng dan mengurangi panjang lereng. Dengan berkurangnya kemiringan dan panjang lereng maka akan mengurangi kecepatan air dan menampung air yang meresap ke dalam Contour tillage / contour farming ( pengolahan tanah sejajar dengan garis kontur ) – Tujuan dari cara pengolahan tanah ini adalah untuk membuat pola berupa rongga- rongga pada tanah yang sejajar dengan kontur tanah. Pola ini membentuk igir- igir kecil yang dapat memperbesar infilrasi air dan memperlambat aliran air. Contour plowing – Teknik membajak tanah yang mana dilakukan searah dengan garis kontur sehingga tanah mempunyai alur – alur horizontal untuk mencegah terjadinya erosi. Pembuatan cek dam – Pembuatan bendungan kecil dimaksudkan agar air dapat dibendung kemudian dialirkan ke parit- parit sehingga dapat disalurkan untuk irigasi. Hal tersebut dapat mengendalikan proses erosi tanah oleh air, menebalkan lapisan tanah dan produktivitas tanah menjadi lebih tinggi. Pembuatan pematang – Tujuan dari pembuatan pematang dan saluran air yang sejajar dengan garis kontur adalah untuk menahan aliran air dan disalurkan ke daerah lain yang aman dari bahaya erosi dan tanah longsor.
6. Organisme yang hidup di dalam tanah Menurut perannya terdapat 3 macam organisme tanah, yaitu: 1) Organisme yang menguntungkan. Organisme ini dapat membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan organisme yang tempat hidupnya di tanah. Organisme yang masuk dalam klasifikasi organisme menguntungkan contohnya bakteri pemfiksasi nitrogen seperti Rhizobium, Azosphirillum, dan Azotobacter. Hal ini karena organisme jenis ini dapat memberikan asupan nitrogen yang baik bagi tumbuhan. selain itu adapula organisme yang dapat melarutkan fosfat seperti bakteri pelarut fosfat dan fungi pelarut fosfat. Dan juga hewan seperti cacing tanah yang dapat menyuburkan dan memberikan unsur hara bagi tanah. 2) Organisme yang merugikan. Organisme biasanya menyebabkan penyakit bagi tumbuhan. Contohnya adalah fungi yang biasa hidup di tempat lembab dan menempel menjadi parasit mengambil sari atau nutrisi dari lingkungan sekitarnya. Contoho fungi yang merugikan adalah Rhizoctonia solani yaitu jamur yang membuat akar menajdi busuk dan juga Uredinales yaitu jamur yang membuat daun menajdi berkarat. Ada pula bakteri yang menyerang akar tumbuhan. 3) Organisme yang tidak menguntungkan maupun tidak merugikan
7. ISTILAH ILMU TANAH Agregasi Proses-proses dimana partikel tanah utama (pasir, debu, liat) terikat bersama-sama oleh gaya alami dan bahan-bahan yang dihasilkan oleh eksudat akar dan aktifitas mikrobia. Agregat Suatu unit struktur tanah yang terbentuk oleh proses alami yang berlawanan dengan proses buatan, dan biasanya berdiameter <10 mm. Akuik Suatu rejim kelembaban tanah yang selalu terreduksi sehingga sedikit sekali oksigen terlarut karena jenuh air tanah atau jejari kapiler dan terjadi saat suhu tanah pada 50 cm di bawah-permukaan di atas 5°C. Bahan amorf Bahan-bahan non kristalin yang tidak masuk ke dalam definisi allofan atau bahan-bahan tersebut belum tentu masuk kriteria allofan. Bahan induk Bahan mineral tak terkonsolidasi dan lebih atau kurang terlapuk secara kimiawi, atau bahan organik dimana solum tanah terbentuk selama proses pedogenik. Bahan organik tanah Fraksi organik dari tanah termasuk hewan dan tumbuhan yang tinggal di dalamnya yang telah mengalami dekomposisi sampai pada suatu keadaan dimana sulit untuk mengenali bahan aslinya, residu mikrobia, dan produk akhir dekomposisi yang relatif stabil (humus). Batuan Fragmen batuan berdiameter >25 cm jika bulat, dan >38 cm sepanjang sudutnya jika datar. Lihat fragmen kasar. Batuan beku Batuan yang terbentuk dari proses pendinginan dan solidifikasi magma, dan tidak mengalami perubahan sejak proses pembentukannya. Batuan induk Batuan padat yang terletak di bawah tanah dan regolit dengan kisaran kedalaman dari nol (yang terekspos oleh erosi) sampai beberapa ratus cm. Batuan kristalin Suatu batu yang mengandung berbagai mineral yang telah terkristal di tempat oleh magma. Lihat batuan beku dan batuan sedimen.
Batuan metamorfik Batuan yang terbentuk dari batuan yang telah ada sebelumnya tetapi berbeda dalam sifat fisik, kimia, dan mineraloginya sebagai suatu hasil proses geologis alami, terutama karena panas dan tekanan di dalam perut bumi. Batuan yang ada sebelumnya bisa berasal dari batuan beku, sedimen, atau bentuk lain batuan metamorfik. Batuan sedimen Suatu batuan yang terbentuk dari bahan-bahan yang terdepositkan dari suspensi atau terpresipitasi dari larutan dan biasanya kurang atau malah lebih terkonsolidasi. Batuan sedimen utama adalah batupasir, shale, batukapur, dan konglomerat. Degradasi Perubahan tanah menjadi lebih tercuci dan lebih terlapuk kondisinya, biasanya dibarengi oleh perubahan morfologis seperti perkembangan horison A2. Eluviasi Pembuangan bahan tanah dalam suspensi (atau dalam larutan) dari suatu lapisan tanah. Biasanya, kehilangan bahan dalam larutan dilambangkan dengan istilah "pencucian". Lihat iluviasi dan pencucian. Entisols Tanah mineral yang tidak mempunyai horison bawah-permukaan diagnostik yang jelas di dalam 1 m dari permukaan tanah. (Suatu ordo di dalam sistem taksonomi tanah). Epipedon histik Suatu horison organik yang tipis yang jenuh air selama periode tertentu dalam satu tahun, kecuali didrainase buatan dan letaknya dekat dengan permukaan tanah mineral. Epipedon histik mempunyai ketebalan maksimum yang tergantung pada jenis bahan dalam horison dan batas bawah karbon organik yang merupakan batas atas epipedon molik. Epipedon molik Suatu horison permukaan mineral yang berwarna gelap dan relatif tebal, mengandung sekurang-kurangnya 5,8 g-kg-1 karbon organik, tidak massif dan keras atau sangat keras saat kering, mempunyai kejenuhan basa >50% saat diukur pada pH 7, mempunyai P terlarut dalam 1% asam sitrat sebesar <110 mg-kg-1, dan secara dominan jenuh dengan kationkation bivalen. Epipedon okrik Suatu horison permukaan dari tanah mineral yang berwarna terlalu terang, terlalu tinggi kromanya, terlalu rendah karbon organiknya, atau terlalu tipis untuk dapat disebut epipedon plaggen, molik, umbrik, antropik atau histik, atau keras dan masif saat kering. Epipedon plaggen Horison buatan manusia yang tebalnya >50 cm yang terbentuk melalui proses pemupukan dan percampuran yang lama sekali. Epipedon umbrik Suatu lapisan permukaan dari tanah mineral yang mempunyai syarat yang sama dengan epipedon molik yatiu warna, ketebalan, kandungan C organik, konsistensi, struktur, dan kandungan P, tetapi mempunyai kejenuhan basa <50% yang diukur pada pH 7. Ferrods Spodosols yang mempunyai lebih dari enam kali besi bebas (unsur) dibanding-karbon organik dalam horison spodik. Ferrods jarang dijenuhi air atau tidak mempunyai karakteristik yang diasosiasikan dengan kebasahan. (Suatu subordo dalam sistem taksonomi tanah). Genesis tanah (i) Bentuk asli tanah dengan referensi khusus pada proses atau faktor pembentuk tanah yang bertanggungjawab pada perkembangan solum, atau tanah sesungguhnya, dari bahan induk tak terkonsolidasi. (ii) Suatu bagian dari ilmu tanah yang mempelajari genesis tanah.
Histosols Tanah organik yang mempunyai bahan organik tanah dalam lebih dari setengah pada 80 cm bagian atas, atau sebarang-ketebalan jika batuan atau fragmen yang terletak di atasnya mempunyai ruang antara yang terisi dengan bahan tanah organik. (Suatu ordo di dalam sistem taksonomi tanah).