PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI HARGA DIRI RENDAH (HDR) SESI I DI RUANG CEMPAKA I RSUD dr.LOEKMONO HADI KUDUS
DI SUSUN OLEH: 1. BULAN RAHMAWATI S 2. NAZALIA MUNIS YUNIFAR 3. LU’LUIL MAKNUN 4. ERIKA NIAAYU HIMAWATI 5. DIANA 6. WAHYU NOOR SUCIANI 7. HIDAYATUR ROZIQIN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS TAHUN 2019
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhankeperawatan dengan gangguan jiwa tidak hanya difokuskan pada aspek psikologis, fisik, dan sosial tetapi juga kognitif.Ada beberapa terapi modalitas yang dapat diterapkan salah satunya adalah terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi.Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien bersamasama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapis. Pengertian TAK stimulasi persepsi menurut adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduruan orientasi, menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaftif. Seiring dengan perkembangan masyarakat saat ini, yang banyak mengalami perubahan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari, sebagai manusia tentu saja tidak terlepas dari masalah. Setiap individu mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi masalahtersebut.besar kecilnya suatu masalah dalam kehidupan memamng harus dihadapi, tetapi tidak sedikit pula individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Hal inilah yang dapat mempengaruhi seseorang mengalami masalah psikologis atau gangguan kesehatan jiwa.Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah harga diri rendah.Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk megajarkan dan melatik pasien untuk beradaptasi dengan orang lain. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan edeal diri.Pencapaian ideal diri atau cita-cita dan harapan langsung menghasilkan menghasilkan perasaan bahagia (budi ana kaliat 2013- 213).Dapat disimpulkan hargadiri rendah adalah perasaan negatif harga diri sendiri, hilangnnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung atau tidak langsung, penurunan harga diri bersifat situasional maupun kronis ataupun menaun. Oleh karena itu tenaga
2
kesehatan perlu menagmbil kebijakan sepesifik agar terciptanya terapi aktivitas kelompok yang optimal (Budiana:2013:213). Salah satu intervensi keperawatan adalah terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok (TAK) salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok ini untuk mengetahui efektifitas terapi aktivitas kelompok terhadap stimulasi persepsi sensori yang dapat menurunkan kecemasan klien.
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum TAK Harga Diri Rendah adalah klien mampu mengutarakan pesan positif yang klien rasakan 2. Tujuan Khusus Sedangkan tujuan khusus dari TAK Harga Diri Rendah adalah : -
Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
-
Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
3
BAB II KONSEP TAK A. TAK 1. Definisi Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. 2. Jenis TAK Berikut ini beberapa jenis terapi aktifitas yang bisa diterapkan sehari-hari, antara lain: a) Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif atau persepsi adalah suatu terapi yang mempunyai tujuan untuk membantu pasien yang mempunyai masalah kemrosotan orientasi dan memberikan stimulus persepsi demi tujuan dalam menyebarkan Teori-Teori Motivasi proses berfikir serta untuk memperkecil perilaku maladaptif. Pasien ini melakukan terapi ini ketika ditandai dengan adanya gangguan yang berhubungan dengan norma, selalu menarik diri dari relaitas, mempunyai ide negatif namun dari segi fisik tampak sehat dan dapat berkomunikasi dengan baik. Tujuan terapi ini: -
Meningkatkan kemampuan pasien menghadapai realita
-
Meningkatkan kemampuan pasien untuk fokus
-
Meningkatkan kemampuan intelektual pasien
-
Meningkatkan kemampuan pasien untuk mengemukakan pendapat dan menerima pendapat
Terapi ini dibagi menjadi beberapa sesi yaitu : -
sesi I diarahkan untuk mengenal pengertian halusinasi
-
sesi II diarahakan untuk bercakap-cakap dengan orang lain
-
sesi III diarahkan untuk menyusun jadwal kegiatan
-
sesi IV diarahkan untuk menjelaskan cara minum obat yang benar 4
b) Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori adalah jenis terapi dalam upaya untuk menstimulasi atau memberikan stimulus sensori pada seorang pasien yang mengalami kemunduran dalam fungsi sensorisnya. Bentuk stimulus yang diberikan pada fungsi sensori adalah: -
stimulus suara yaitu dengan musik
-
stimulus visual yaitu dengan gambar
-
stimulus gabungan visual dan suara yaitu dengan melihat televise atau video
Tujuan terapi ini: -
Meningkatkan kemampuan sensori
-
Meningkatkan seseorang untuk fokus memusatkan perhatian
-
Meningkatkan kesegaran dan kebugaran jasmani
-
Meningkatkan seseorang untuk mengekspresikan perasaan
c) Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah terapi dalam upaya mengorientasikan pasien terhadap kenyataan. Terapi ini biasanya dilakukan pada kelompok pasien yang mengalami masalah pada orientasi oarang, waktu dan tempat. Pasien ini melakukan terapi ini ketika ditandai dengan adanya dengan gangguan orientasi realita seperti halusinasi, ilusi, waham, gangguan orientasi realita terhadap orang, waktu dan tempat namun secara mental baik dan sehat serta dapat berkomunikasi dengan baik. Terapi ini dibagi menjadi beberapa sesi yaitu : -
sesi I menganalisa orientasi orang
-
sesi II menganalisa orientasi tempat
-
sesi III menganalisa orientasi waktu
Tujuan terapi ini: -
Mengupayakan pasien untuk mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
-
Dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
5
-
Dapat berbicara sesuai realita
-
Mampu mengenali diri sendiri serta orang lain, waktu dan tempat
d) Terapi aktifitas kelompok sosialisasi Terapi aktifitas kelompok sosialisasi adalah terapi yang dilaksanakna dengan tujuan meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan interaksi sosial dan juga berperan aktif dalam lingkunagn sosial. Pasien yang melakukan terpai ini ditandai dengan adanya gangguan kurang memiliki minat untuk mengikuti kegiatan ruangan, sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak sosial kurang, harga diri rendah, gelisah, curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan namun secara fisik mereka sehat dan menerima kenyataan. Tujuan terapi ini: -
Meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
-
Saling memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap orang lain
-
Dapat mengekpresikan ide
-
Mampu menyebutkan identitasnya dan identitas penderita lain
e) Terapi aktifitas kelompok penyaluran energi Terapi aktifitas kelompok penyaluran energi adalah terapi demi upaya untuk menyalurkan serta menyebarkan energi secara kontruktif sehinggan pasien dapat meluapkan rasa marah dan rasa batin tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri dan lingkungannya. Tujuan terapi ini: -
Menyalurkan energi destruktif ke konstrukstif.
-
Meningkatkan minat pasien untuk mengekspresikan perasaan
-
Meningkatkan hubungan interpersonal
f) TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan HDR) Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negative yang dialami oleh klien dengan harga diri rendah kronis kearah berfikir yang positif. Dalam terapi aktivitas kelompok ini terdiri dari 3 sesi, yaitu: -
Sesi I
: Mengidentifikasi hal positif dari diri sendiri
-
Sesi II
: Menghargai Hal Positif Orang Lain
-
Sesi III
: Menetapkan Tujuan Hidup Yang Realistis
6
3. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok Peran perawat dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah : 1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis. 2. Tugas sebagai leader dan coleader Leader Tugasnya: a. Menyusun rencana pembuatan proposal b. Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok c. Merencanakan dan mengontrol terapi aktifitas kelompok d. Membuka aktifitas kelompok e. Memimpin diskusi dan terapi aktifitas kelompok f. Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi lainnya untuk memperkenalkan diri g. Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok h. Membacakan tata tertib Co-leader Tugasnya: a. Membantu leader mengorganisasi anggota b. Apabila terapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader c. Menggerakkan anggota kelompok d. Menganalisa dan mengobserfasi pola-pola komunikasi dalam kelompok e. Mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok bersama leader
7
3. Tugas sebagai fasilitator Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan. 4. Tugas sebagai observer Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out. Hal-hal yang perlu diobservasi dalam proses terapi aktivitas kelompok adalah: a. Keanggotaan, meliputi: petugas, anggota yang lambat, anggota yang absen b. Issue atau perilaku yang didiskusikan kelompok c. Tema kelompok d. Peran, norma perkembangan kelompok e. Strategi kepemimpinan yang digunakan f. Meprediksi anggota dan respon kelompok setiap session g. Mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan h. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi. Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out. Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut. 5. Program antisipasi masalah Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas a. Memanggil klien b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain
8
Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin a. Panggil nama klien b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan Bila klien lain ingin ikut a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah dipilih b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh klien tersebut c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan pada kegiatan ini
B. HARGA DIRI RENDAH 1. Definisi Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Eko prabowo :2014:102). Penyebab lain dari masalah harga diri rendah diperkirakan juga sebagai akibat dari masa lalu yang kurang menyenangkan, misalnya terlibat NAPZA. Berdasarkan hasil dari over view dinyatakan bahwa pecand NAPZA biasanya memiliki konsen diri yang negative dan harga diri rendah. Perkembangan
emosi
yang
terhambat,
dengan
ditandai
oleh
ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif,
agresif
dan
cenderung
depresi
(Samoke2012pdf:1).
Terapi
keperawatan yang dapat diberikan pada klien sendiri bisa dalam bentuk terapi kognitif. Terapi ini bertujuan untuk merubah pikiran negative yang dialami oleh klien dengan harga diri rendah kronis kearah berfikir yang positif. Pada keluarga terapi yang diperlukan dapat berupa triangle terapy yang bertujuan untuk membantu keluarga dalam mengungkapkan perasaan mengenai permasalahan yang dialami oleh anggota keluarga sehingga diharapkan keluarga dapat mempertshankan situasi yang mendukung pada pengembalian fungsi hidup klien. Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengeathuan
9
masyarakat tentang masalah harga diri rendah kronis yangmerupakan salah satu bagian dari masalah gangguan jiwa dimasyarakat (Samoke2012pdf.1).
2. Klasifikasi Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan). b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
3. Etiologi Harga Diri rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti (Stuart, 2009). a.
Faktor Presdisposisi 1) Faktor biologis, biasanya karena ada kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmiter di otak contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecendrungan harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya. 2) Faktor psikologis, harga diri rendah kronis sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan
fungsi.
Hal-hal
yang
dapat
mengakibatkan
individu
mengalami harga diri rendah kronis meliputi orang tua yang penolakkan orang, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya terhadap anaknya, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
10
3) Faktor sosial, sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu. 4) Faktor
kultural, tuntutan
peran
sosial
kebudayaan
sering
meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara lain: wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup individualisme. Sedangkan menurut Yusuf, et. al. (2015), faktor presipitasi harga diri rendah, yaitu: 1) Trauma : seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan. 2) Ketegangan peran : Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi yang diharapkan. 3) Transisi peran perkembangan : Perubahan norma dengan nilai yang tidak sesuai dengan diri. 4) Transisi peran situasi : Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu. 5) Transisi peran sehat-sakit : Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur pengobatan dan perawatan.
4. Tanda dan gejala Tanda dan gejala pada klien dengan harga diri rendah adalah: a.
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri. c.
Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
11
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri. e.
Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
f.
Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
5. Dampak Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336). Tanda dan gejala : Data Subyektif : a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain Data Obyektif : a. Kurang spontan ketika diajak bicara b. Apatis c. Ekspresi wajah kosong d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara
6. Penatalaksanaan Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu: a. Psikofarmakologi
12
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu: 1) Golongan generasi pertama (typical) Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL
(Largactil,
Promactil,
Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace). 2) Golongan kedua (atypical) Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril). b. Psikotherapi Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK). 1) Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005) 2) Therapy Modalitas Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.
13
Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. c. Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
14
BAB III TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK A. Pengorganisasian 1. Tempat
: di Taman Ruang Cempaka 1 RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
2. Hari/Tanggal : Jum’at, 15 Maret 2019 Waktu
: 09.30 – 10.15 WIB
Alokasi Waktu :Perkenalan dan pengarahan (10 menit) Tahap kerja (30 menit) Penutup (5 menit) 3. Leader
: Hidayatur Roziqin
4. Co-Leader
:Diana
5. Fasilitator
: Lu’luil Maknun Nazalia Munis Yunifar Wahyu Noor S Erika Nia Ayu Himawati
6. Observer
: Bulan Rahmawati
B. Kriteria Kriteria klien yang mengikuti terapi TAK Harga Diri Rendah adalah 1. Klien dengan harga diri rendah 2. Klien yang sehat secara fisik 3. Klien yang telah diberitahu oleh terapis sebelumnya 4. Klien yang bersedia mengikuti TAK dank klien yang kooperatif
C. Proses Seleksi Proses seleksi dilakukan pada pasien yang telah memiliki kemampuan berinteraksi dan menyeleksi atau memilih klien dengan jenis kelamin yang sama.Berdasarkan observasi prilaku sehari-hari klien yang dikelola oleh perawat. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai prilaku klien sehari-hari serta kemungkinan dilakukan therapi kelompok pada klien tersebut dengan perawat ruangan. Melakukan kontak pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan dilakukan. Dari hasil seleksi tersebut didapatkan:
15
1. Tn. A
5. Ny. S
2. Tn. S
6. Ny. H
3. Tn. S
7. Ny. K
4. Tn. A
8. Tn. M
D. PELAKSANAAN 1. Media Media yang akan digunakan meliputi: a.
Bolpoin sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
b.
Kertas putih HVS sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2. Metode: a. Diskusi dan tanya jawab b. Bermain peran
3. Setting Tempat
: Leader
: Observer
: Co-leader
: Fasilitator
16
: Pasien
1. Langkah Kegiatan : a. Persiapan: 1) Membuat kontrak dengan klien tentang TAK yang sesuai dengan indikasi 2) Menyiapkan alat dan tempat pertemuan b. Orientasi; 1) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
2) Evaluasi / validasi
Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan identifikasi terhadap perawat dengan menanyakan nama perawat yang ditunjuk oleh leader.
3) Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
Terapis menjelaskan aturan main berikut: Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis Lama kegiatan 30 menit Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4) Antisipasi Masalah a) Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
Memanggil klien
Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
b) Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
Panggil nama klien
Tanya alasan klien meninggalkan permainan
Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
17
c) Bila ada klien lain ingin ikut
Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih
Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut
Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada permainan tersebut
c. Tahap Kerja 1. Orientasi a) Memberikan salam Terapeutik b) Evaluasi/validasi (menanyakan perasaan klien saat ini) c) Kontrak tempat waktu dan topik 2. Tahap kerja
Terapis membagikan kertas membagiakan kertas dan spidol,
Terapis menjelaskan langkah berikut : klien disuruh untuk menuliskan kemampuan positif yang dimiliki klien, kegiatan yang biasa dilakukan dirumah dan dirumah sakit seperti menggambar, memasak, merapikan tempat tidur, mencuci piring
Terapis meminta masing – masing peserta . membacakan kemampuan positif yang sudah di tulis
Ulangi langkah di atas sampai semua peserta mendapatkan giliran.
Berikan reinforcement (penguatan positif) bagi pasien.
Berikan afirmasi kepada klien
3. Terminasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
Tindak lanjut:
Melakukan kontrak lagi dengan pasien dengan gangguan halusinasi
memiliki hal yang positif yang belum ditulis, nanti setelah acara ini selesai bapak dan ibu boleh menulisnya. Jika ibu lagi tidak ada
18
kegiatan, coba bapak ibu baca hal positif pada diri anda agar bisa lebih percaya diri lagi a) Evaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK . Untuk TAK stimulasi persepsi: harga diri rendah sesi I, kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang tidak menyenagkan dan aspek positif (kemampuan yang dimiliki)
Sesi 1 Stimulasi persepsi : harga diri rendah Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri sendiri
No
Nama klien
Menulis kemampuan positif yang dimiliki pasien
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Petunjuk : 1. Tulis nama panggilan klien yang ikut tak pada kolom nama 2. Untuk tiap klien,beri nilai pada tiap kemampuan menulis kemampuan positif yang dimiliki klien . Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.
19
Dokumentasi Dokumentasikan kemampuan klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : Klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi peraepsi harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal kemampuan menulis kemampuan positif yang dimiliki klien. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement (pujian).
20
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. B. Saran 1. Bagi mahasiswa : a. Mahasiswa adalah suara rakyat, maka berdharma baktilah untuk ibu pertiwi dengan bidang keilmuan yang dimiliki. b. Mencoba membuka alur kegiatan yang dapat dinikmati oleh klien 2. Bagi klien : a. Menerima masukan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut. b. Mengaplikasikan
kedalam
kehidupan
meminimalisir dampak kasus.
21
sehari-hari
sehingga
dapat