Tahapan Perkembangan Pada Semua Tahapan Usia.docx

  • Uploaded by: Meilinda Tri Ratnasari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tahapan Perkembangan Pada Semua Tahapan Usia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 11,748
  • Pages: 47
BAB II Tahapan Perkembangan Pada Semua Tahapan Usia

1. Teori Perkembangan 1.1.Teori Perkembangan Psikoseksual Freud Kerangka Teori Energi seksual terpusat di bagian tubuh tertentu pada usia tertentu. Konflik yang tidak terselesaikan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi pada tahap tertentu menyebabkan fiksasi perkembangan pada tahap itu. Freud

memandang

kepribadian

sebagai

struktur

dengan

tiga

bagian:

id, energi seksual dasar yang ada saat lahir dan mendorong individu untuk mencari kesenangan; ego, bagian realistis dari orang tersebut, yang berkembang selama masa bayi dan mencari metode yang dapat diterima untuk memenuhi impuls; dan superego, sistem moral dan etika, yang berkembang di masa kanak-kanak dan berisi serangkaian nilai dan hati nurani. Tahapan perkembangan psikoseksual: 

Oral (Lahir sampai 1 tahun), Bayi memperoleh kesenangan sebagian besar dari mulut, dengan, mengisap dan makan sebagai keinginan utama.



Anal (1 sampai 3 tahun), terpusat di area anal, dengan kontrol terhadap sekresi tubuh sebagai kekuatan utama dalam perilaku.



Phallic (3 hingga 6 Years) Energi seksual menjadi terpusat di genitalia saat anak menjalin hubungan dengan orang tua dari jenis kelamin yang sama dan berlawanan. Latensi (6 hingga 12 Tahun) Energi seksual diam pada jalur antara tahap sebelumnya dan remaja.



Genital (12 Tahun hingga Dewasa) Seksualitas dewasa dicapai saat pertumbuhan fisik selesai dan hubungan dengan orang lain terjadi.

1.2.Teori Perkembangan Psikososial Erickson Kerangka Teori Menetapkan tahap psikososial selama delapan periode kehidupan manusia. Untuk setiap tahap, Erikson mengidentifikasi krisis, yaitu, tantangan khusus yang ada untuk pengembangan kepribadian yang sehat terjadi.

Tahapan Perkembangan 

Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (Lahir sampai 1 Tahun) Tugas tahun pertama kehidupan adalah membangun kepercayaan pada orang yang memberikan perawatan.



Autonomy Versus Shame and Doubt (1 hingga 3 Years) Rasa otonomi atau kemandirian balita ditunjukkan dengan mengendalikan ekskresi tubuh, mengatakan tidak ketika diminta untuk melakukan sesuatu, dan mengarahkan aktivitas motorik.



Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3 hingga 6 Tahun) Anak kecil tersebut memulai kegiatan baru dan mempertimbangkan ide-ide baru. Minat menjelajahi dunia ini menciptakan anak yang terlibat dan sibuk.



Industry Versus Inferiority (6 to 12 Years), Tahun-tahun pertengahan masa kanak-kanak ditandai dengan pengembangan minat baru dan dengan keterlibatan dalam kegiatan. Anak itu bangga dengan prestasi dalam olahraga, sekolah, rumah, dan komunitas.



Identity Versus Role Confusion (12 t o 18 Yearrs) Pada masa remaja, ketika tubuh menjadi matang dan proses berpikir menjadi lebih kompleks, rasa identitas atau diri yang baru terbentuk. Diri, keluarga, kelompok teman sebaya, dan komunitas semuanya diperiksa dan didefinisikan ulang.

1.3.Teori Perkembangan Kognitif Piaget Kerangka Teori Pandangan anak tentang dunia sebagian besar dipengaruhi oleh usia dan kemampuan pematangan. Diberikan pengalaman pengasuhan, kemampuan anak untuk belajar menjadi dewasa secara alami. Anak memasukkan pengalaman baru melalui asimilasi dan perubahan untuk menangani pengalaman ini dengan proses akomodasi. Tahapan perkembangan 

Sensorimotor (Kelahiran 2 Tahun) Bayi belajar tentang dunia dengan input yang diperoleh melalui indera dan aktivitas motorik mereka.



Preoperational (2 sampai 7 tahun), pada tahap ini vocabulari dan pemahaman meningkat pesat, tetapi anak menunjukkan egosentrisme (yaitu, ketidakmampuan untuk melihat sesuatu dari perspektif orang lain). Anak mengandalkan reaseoning transduktif {yaitu, menarik kesimpulan

dari satu fakta umum ke yang lain}. Hubungan sebab dan akibat seringkali tidak realistis atau hasil dari pemikiran magis (kepercayaan bahwa peristiwa terjadi karena pikiran atau keinginan). Tambahan karakteristik yang dicatat dalam pemikiran anak-anak prasekolah meliputi centration, atau kemampuan untuk mempertimbangkan hanya satu aspek dari suatu situasi pada suatu waktu. Dan animisme, atau menganggap kehidupan sebagai benda mati karena mereka bergerak, mengeluarkan suara, atau memiliki kualitas tertentu lainnya. 

Concrete Operational (7 sampai 11 tahun), Penalaran transduktif telah memberi jalan kepada pemahaman yang lebih akurat tentang sebab dan akibat. Anak tersebut dapat memberi alasan yang cukup baik jika cocrete obcts digunakan dalam pengajaran atau eksperimen. Konsep konservasi (hal itu tidak berubah ketika bentuknya diubah) dipelajari pada usia ini.



Operasional Formal (11 Tahun hingga Dewasa), Pikiran intelektual yang sepenuhnya matang kini telah diperoleh. Remaja dapat berpikir abstrak tentang objek atau konsep dan mempertimbangkan berbagai alternatif atau hasil.

1.4.Teori Perkembangan Moral Kohlberg Kerangka Teori Fokus Lawrence Kohlberg adalah pada jenis perkembangan kognitif tertentu yang berkaitan dengan keputusan moral. Dia menyajikan cerita yang melibatkan dilema moral kepada anak-anak dan orang dewasa dan meminta mereka untuk memecahkan dilema. Tahapan Perkembangan 

Prekonvensional (4 hingga 7 Tahun) Keputusan didasarkan pada keinginan untuk menyenangkan orang lain dan untuk menghindari hukuman.



Konvensional (7 hingga 11 Tahun) Hati nurani atau serangkaian standar internal menjadi penting. Peraturan itu penting dan harus diikuti untuk menyenangkan orang lain dan "menjadi baik."



Postconventional (12 Years and Older) Individu telah menginternalisasi standar etika yang menjadi dasar pengambilan keputusan. Tanggung jawab sosial diakui. Nilai dalam masing-masing dari dua pendekatan moral yang berbeda dapat dipertimbangkan dan keputusan dibuat.

2. Neonatus 2.1.Tahap Perkemangan 2.1.1. Biologis Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik (kuantitas), sedangkan

perkembangan

berkaitan

dengan

pematangan

fungsi

organ/individu yang merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi (kualitas). Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia secara utuh. Menurut Wong (2008) Pertumbuhan biologis normal pada neonatus yaitu: a.

Panjang badan lahir 48 - 53 cm

b.

Lingkar dada 30 - 38 cm

c.

Lingkar kepala 33 - 35 cm

d.

Tanda-tanda vital

e.

Suhu 36,5-37 C

f.

Denyut jantung 120-140 kali per menit

g.

Pernafasan 30-60x/menit

h.

Tekanan darah 656/41 mmHg di lengan atau betis

Reflek pada bayi antara lain: a.

Tonic Neck reflek (reflek tonus leher) adalah gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal dimana bila bayi ditengkurapkan, maka secara spontan bayi akan memiringkan kepalanya.

b.

Rooting reflek (reflek menghisap) adalah merupakan reflek terpenting dimana apabila ada sesuatu yang menyentuh daerah sekitar mulut bayi, maka bayi akan membuka mulutnya.

c.

Memiringkan kepalanya ke arah yang menyentuh.

d.

Graps reflek (reflek menggenggam), apabila tangan kita menyentuh telapak tangan bayi, maka bayi akan berusaha menggenggam tangan kita dengan kuat. Reflek ini juga berlaku pada kedua kaki. Reflek ini akan menghilang setelah bayi melewati bulan-bulan pertama.

e.

Moro Reflek, adalah suatu reaksi emosional yang timbul di luar kemauan atau kesadaran bayi. Reflek ini akan timbul atau muncul ketika bayi diangkat atau direnggut secara kasar dari gendongannya. Bayi

seolah-olah

mendekatkan

tubuhnya

pada

orang

yang

mendekapnya. Reflek ini sering diikuti tangisan keras dari bayi. Reflek moro tidak mempunyai fungsi yang nyata dan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu yang relatif singkat. 2.1.2. Psikososial Erik Erikson (1902–1994) mempelajari teori psikoanalisis Freud di bawah putri Freud, Anna. Dia kemudian membangun teori perkembangannya sendiri, yang menggambarkan tahap psikososial selama delapan periode kehidupan manusia. Pada neonatus, termasuk tahapan yang pertama dalam teori Erikson. Karakteristik tahapan ini adalah neonates membangun rasa percaya ketika kebutuhannya terpenuhi, lebih menyukai rangsang visual, stimulus pendengaran, merespon sentuhan dan pelukan, menngerakkan anggota tubuh seperti tangan dan kaki ketika merespon sesuatu untuk mengekspresikannya. Strategi untuk berkomunikasi dengan bayi meliputi: •

Menyusui



Pegang, goyang, dan bicara/komunikasi dengan bayi sesering mungkin.



Sering berbicara dan bernyanyi selama perawatan.



Gunakan suara bernada agak tinggi dengan bayi baru lahir.



Saat bayi kesal/menangis, pegang dan peluk erat-erat.

2.1.3. Psikoseksual Menurut Freud, dalam Kozier, 2011 dan Townsend 2008, tahapan psikoseksual anak terjadi pada saat fase oral, yaitu pada usia 0-18 bulan. Karakteristik dari fase oral ini yaitu mulut adalah sebagai sumber kepuasan dan eksplorasi. Perilaku yang tampak pada bayi seperti menghisap, mengunyah, dan menggigit. 2.1.4. Moral Perkembangan Moral pada Masa Neonatal dini (0-28 hari). Dalam masa ini, neonatus adalah bulan pertama kehidupan dimana neonatus belum bisa mengerti benar dan salah. Sesuai dengan teori perkembangan Kohlberg,

pada usia neonatus ini (0-28 hari) termasuk dalam tingkat I prekonvensional (Orientasi hukuman dan kepatuhan). Pada tahap orientasi hukuman dan kepatuhan, individu responsif terhadap budaya baik atau buruk dan benar atau salah. Sebagai contoh pada masa ini adalah, bayi berusia 2 minggu dapat tersenyum spontan dan mampu melihat kearah wajah sang ibu. Ini akan menimbulkan perasaan kasih sayang dan bahagia pada sang ibu dan mendorongnya untuk menggendongnya. Dimana bayi belajar mempelajari jika ia tersenyum maka ia akan menerima konsekuensi yang baik dari ibunya. 2.1.5. Kognitif dan Spiritual Perkembangan kognitif menurut piaget sudah dimulai sejak seseorang hadir di kehidupan luar (dunia). Dan sesuai dengan masa perkembangan neonatus adalah tahap Sensori motor, neonatus pada masa ini mencoba membangun pemahaman dengan mengkoordinasikan pengalaman sensori seperti melihat dan mendengar. Pada masa neonatus perkembangan kognitifnya ditandai dengan adanya simple refleks yaitu melalui sensasi dan tindakan yang terstimulus contohnya gerakan menghisap. Perkembangan spiritual pada anak-anak sering dibahas dalam hal tingkat perkembangan anak karena evolusi kerohanian seringkali paralel dengan perkembangan kognitif. Pada tahap neonatal perkembangan spiritual pada anak belum terlalu tampak dan mulai tampak ketika anak memasuki massa toddler. 2.2.Promosi Kesehatan 2.2.1. Nutrisi Kalori yang dibutuhkan neonates adalah 50-6-cc/kgBB/hari untuk mempertahankan berat badan. Sedangkan kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan berat badan neonates aterm 110-140cc/kgBB/hari dan preterm 80-140cc/kgBB/hari (CSPEN, 2013). Jenis nutrisi pada neonatus: 

ASI



Susu formula preterm



Susu formula preterm post discharge formula



Susu formula khusus



Nutrisi parenteral bila dibutuhkan

Pemberian Makan Bayi Baru Lahir Bentuk nutrisi yang paling ideal untuk bayi baru lahir adalah menyusui (Gregory, 2005; Newburg, 2005). ASI memiliki banyak kelebihan dibandingkan susu formula: 

Tidak memerlukan pencampuran



Selalu pada suhu yang benar



Tidak memerlukan sterilisasi



Mudah dicerna dan diserap



Mengandung

antibodi

dan

imunoglobulin

terhadap

banyak

mikroorganisme yang ditularkan dari ibu ke bayi; 

Hemat biaya.

Hal yang harus diperhatikan saat menyusui menurut Ed. Potts, N.L & Mandleco. B.L (2012): 

Payudara mungkin keras tetapi terasa lebih lembut setelah menyusui.



Perawat setidaknya 10-15 menit di setiap sisi.



Pastikan bibir bayi yang baru lahir berada di belakang puting, melingkari areola.



Lepaskan isap sebelum bayi baru lahir dikeluarkan dari payudara dengan meletakkan jari di sisi mulut dan di antara rahang.



Setelah menyusui, ungkapkan sedikit ASI, pijat ke puting susu dan areola, dan biarkan mengering.



Jangan menggunakan sabun atau alkohol pada payudara atau puting. Bersihkan dengan air saat mandi atau mandi.



Air seni bayi harus berwarna kuning muda dengan feses berwarna kuning lembut.



Bersendawa bayi di antara payudara dan di akhir menyusui.

Cara Memberikan Susu Formula 

Sterilkan botol sebelum dipakai. Cuci botol dengan sabun, pisahkan botol dari putingnya, rebus pada air yang mendidih selama 3 menit.



Takaran yang tepat. Jangan lupa mencuci tangan telebih dahulu sebelum menyiapkan susu formula. Siapkan air hangat sesuai dengan volume

yang dikehendaki. Satu takar sendok susu biasanya untuk 30 cc air matang. Kemudian kocok perlahan. (Indiarti, 2018) 2.2.2. Kesehatan gigi Pada neonatus gigi belum mulai tumbuh, tetapi kebiasaan membersihkan gusi harus tetapi dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan ibu dalam menanamkan kebiasaan menggosok gigi ketika gigi sudah mulai tumbuh. Yang harus diperhatikan adalah cara membersihkan gusi pada bayi cukup menggunakan kassa basah yang dililitkan pada jari telunjuk ibu, kemudian masukkan telunjuk yang telah dililit kassa basah ke dalam mulut bayi. Kegiatan membersihkan gusi bisa dilakukan oleh ibu setiap bayi selesai menyusui. 2.2.3. Toilet training Bayi normalnya akan BAK dalam 24 jam pertama setelah lahir, dan untuk BAB paling lambat 48 jam setelah lahr. Selanjutnya, bayi akan BAK 5-6 kali per hari dan BAB 3-4 kali per hari. Yang harus menjadi perhatian ibu adalah warna BAK dan BAB. Pada umumnya, warna urin adalah kuning jernih dan tidak pekat, sedangkan warna feses akan berubah dari warna hitam pekat, menjadi hijau, hingga akhirnya berwarna kekuningan pada usia 5 hari. Cara membersihkan alat kelamin pada bayi dimulai dari are depan ke belakang. Hal ini dilakukan supaya kuman yang ada pada anus tidak masuk ke alat kelamin bayi. Pada bayi baru lahir, kullit sekitar area kelamin masih sangat sensitif sehingga dalam membersihkannya ibu harus sangat hati-hati. 2.2.4. Istirahat tidur Dalam sehari, bayi baru lahir dapat tidur hingga 16-18 jam dengan durasi 20 menit hingga 4 jam sekali tidur. Posisi tidur bayi yang dianjurkan adalah terlentang untuk mencegah terjadinya sindrom kematian mendadak (SIDS). Kamar tidur bayi diusahakan bersuhu sejuk, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin atau jika menggunakan AC maka suhu diatur pada rentang 18oC sampai dengan 22oC serta mendapat cahaya dan ventilasi yang cukup. Sedangkan untuk tempat tidur bayi sebaiknya menggunakan alas rata atau datar.

2.2.5. Imunisasi Vaksin yang bisa diberikan pada neonatus yaitu hanya Hepatitis B (HB 0). Hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dan keluarga adalah kondisi saat bayi akan dilakukan vaksinansi apakah ada demam atau batuk pilek, adakah reaksi alergi, dan apakah bayi memiliki kondisi medis yang serius. Petugas kesehatan harus memberikan informasi yang jelas terkait dengan penggunaan vaksin, pentingnya imunisasi bagi bayi, dampak atau efek samping akibat dari pemberian vaksin (imunisasi). 2.2.6. Pencegahan cedera Pencegahan Cedera pada Bayi •

Bagi yang akan bepergian gunakan kursi pengaman mobil yang disetujui untuk bayi baru lahir, pasang sesuai yang diarahkan.



Tempatkan bayi untuk tidur terlentang.



Hindari pakaian dan selimut yang bertali dan jangan ikat dot di leher.



Hindari penggunaan tembakau/asap rokok di lingkungan.



Berikan pengawasan orang dewasa pada bayi setiap saat oleh orangorang yang dipercaya.



Jangan meletakkan bayi di tempat yang tinggi



Jangan pernah menggoyang-goyang bayi.



Tes suhu air mandi dan jangan pernah meninggalkan bayi sendirian di kamar mandi.

2.3.Bimbingan Antisipasi 2.3.1. Bimbingan dan Antisipasi Fisik Menurut IDAI (2014), bimbingan dan antisipasi fisik yang dapat diberikan pada usia nenonatus adalah: 

Pada usia neonatus kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi melalui air susu ibu (ASI) yang mengandung komponen gizi seimbang. Untuk itu bimbingan yang dapat diberikan adalah ibu dapat memberikan IMD ketika bayi baru lahir, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan kemudian dilanjutkan selama 2 tahun.



Bimbingan dan antisipasi padastirahat tidur adalah dalam sehari bayi dapat tidur sampai total 20 jam, yang terpecah dalam periode-periode tidur 20 menit hingga 4 jam. Usahakan kamar bersuhu sejuk, tidak terlalu

dingin dan tidak terlalu panas, dan mendapat cahaya serta ventilasi cukup. Posisi tidur yang dianjurkan adalah posisi terlentang karena dapat mencegah terjadinya sindrom kematian mendadak bayi atau sudden infant death syndrome (SIDS). Tempat tidur bayi sebaiknya menggunakan alas yang rata dan tidak terlalu lembut. Hindari menggunakan benda-benda yang dapat menutupi kepala bayi. 

Bimbingan dan antisipasi dalam hal perawatan tali pusat, Saat ingin merawat tali pusat anjurkan cuci tangan terlebih dahulu, jangan oleskan apapun pada tali pusat, tidak perlu ditutup dengan kasa dan jangan ditutup dengan popok maupun gurita. Usahakan agar tali pusat tidak basah, tidak terkena air seni maupun tinja bayi. Jika tali pusat kotor, segera cuci bersih dengan air yang bersih dan sabun lalu keringkan dengan kain bersih. Biarkan tali pusat terlepas sendiri. Jika terdapat tanda infeksi seperti kemerahan dan atau bengkak pada pusat ataupun kulit disekitarnya, berbau busuk dan terlihat nanah, segera kontrol ke tenaga kesehatan terdekat.



Memilih pakaian bayi, Bimbingan dalam memilih pakaian dari bahan yang lembut, menyerap air dan tidak kaku. Bayi hanya perlu memakai atasan, popok atau celana, selimut dan topi jika bayi kedinginan. Tidak dianjurkan untuk membedong karena membatasi gerak bayi. Selain itu, tidak dianjurkan pula untuk terus menggunakan sarung tangan maupun kaos kaki karena terdapat indera peraba yang merupakan alat untuk belajar pada bayi. Jangan gunakan gurita karena bayi bernafas lebih banyak menggunakan otot-otot perut.



Kebutuhan Personal hiegene (Memandikan bayi), Saat lahir, bayi belum perlu dimandikan. Bayi masih memiliki lapisan pelindung yang terlihat seperti lemak berwarna keputihan yang berfungsi untuk menjaga suhu bayi. Setelah 6 jam bayi dapat dimandikan dengan air hangat saja, hatihati kepala terendam dalam air. Gunakan air hangat-hangat kuku (48,9C), sabun dan sampo khusus bayi. Sebaiknya tidak memandikan bayi terlalu pagi maupun terlalu sore. Saat melakukan perawatan kulit bayi, prinsipnya menggunakan seminimal mungkin zat-zat yang berkontak dengan kulit, karena kulit bayi masih sangat sensitive dan

rasakan terlebih dahulu air hangat untuk bayi oleh ibu atau yang akan memandikan bayi. 

Pola buang air besar (BAB) dan buang air kecil bayi (BAK), Bayi normal akan BAK dalam 24 jam pertama dan BAB paling telat dalam 48 jam pertama. Jika ini tidak terjadi, bayi perlu diperiksa lebih lanjut. Selanjutnya bayi akan BAK 5-6 kali per hari dan BAB 3-4 kali per hari. Warna BAK yang baik adalah jernih tidak berwarna pekat, sedangkan warna BAB akan berubah dari warna hitam pekat, menjadi hijau dan akhirnya berwarna kekuningan pada sekitar usia 5 hari. Jika tidak terjadi perubahan warna BAB, harus dilakukan evaluasi kecukupan asupan ASI.



Membersihkan popok dan kemaluan bayi, Bersihkan kemaluan dari bagian depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi air bersih ataupun handuk basah. Jangan membersihkan popok dari bagian bawah anus ke kemaluan.



Mengenali isyarat lapar bayi, Bayi lapar akan menunjukkan tanda-tanda seperti memasukkan tangan ke dalam mulut, menggemgam tangan, mengeluarkan suarh seperti mengecap-ngecap, ah uh ah. Jangan tunggu bayi menangis baru menyusuinya. Berikan ASI sesuai kemauan bayi, jangan dijadwal. Normalnya bayi akan menetek selama 5-30 menit, jika diluar itu, evaluasi proses menyusui. Jika ibu terpisah dengan bayi, lakukan pemerahan ASI dan berikan ASI menggunakan sendok atau cangkir agar ketika ibu sudah bersama bayi lagi, bayi tetap dapat menetek dengan ibu.



Membersihkan mata, telinga dan hidung bayi, Mata dapat dibersihkan dengan kapas bersih yang dibasahi dengan air hangat, mulai dari arah hidung ke luar. Jika ditemukan tanda-tanda infeksi pada mata seperti bengkak, merah, mengeluarkan nanah segera bawa ke dokter. Kotoran telinga tidak perlu dibersihkan secara rutin dengan mengorek liang telinga karena akan keluar sendiri ketika sudah cukup besar dan lunak saat bayi menangis. Lubang hidung bayi juga tidak perlu dibersihkan secara khusus, cukup mengelapnya saat mandi.



Penglihatan bayi, Kemampuan melihat bayi terbatas kisaran jarak 20-30 cm. Penglihatan bayi sensitif terhadap cahaya terang. Sampai usia beberapa bulan kadang kedua bola mata bayi tidak sejajar, tampak seperti juling. Hal ini normal, karena otot-otot penggerak bola mata masih dalam tahap perkembangan. Pada beberapa bayi kadang bola matanya bergerak-gerak dengan sangat cepat ke kiri dan ke kanan, khususnya bila akan tidur. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan.



Pendengaran bayi, Fungsi pendengaran bayi telah cukup matang dalam bulan pertama. Bayi akan lebih mengenal suara ibunya, dibandingkan orang-orang lain di sekitar. Bayi sering terkejut bila ada suara keras yang tiba-tiba terdengar.



Bimbingan Antisipasi dalam keselamatan mobil, Jika berpergian menggunakan mobil, letakkan bayi pada car seat (kursi khusus bayi). Jangan pernah menempatkan bayi di kursi depan dengan penumpang kantong udara. Bicaralah dengan orang tua tentang suhu di dalam mobil mereka.



Gumoh, Bedakan gumoh dengan muntah. Gumoh biasanya terjadi secara pasif, dan keluar dengan sendirinya. Untuk mencegah terjadinya gumoh sendawakan bayi, letakkan dalam posisi tegak pada bahu atau pangkuan kemudian tepuk-tepuk ringan punggung bayi setiap bayi selesai menyusu.



Tanda bahaya, Bawa segera bayi Anda ke petugas kesehatan terdekat jika bayi demam atau suhu <36,5—¦C, muntah disertai kembung atau tidak ada BAB, kejang, sesak napas, terdapat nanah di mata, malas menyusu dan lebih banyak tertidur, kuning sampai berusia 2 minggu, tali pusat berbau, kemerahan, atau berdarah, dan BAB mencret.



Selain terdapat hal pencegahan kecelakaan yang biasa terjadi pada usia neoanatus yaitu aspirasi benda asing seperti kancing/biji-bijian untuk itu simpan di tempat aman dan tidak mudah terjangkau bayi; kekurangan oksigen yang dapat disebabkan oleh bantal, plastic sehingga tempatkan bayi pada tempat aman dan jangan sendirian; jatuh (beri pengaman tempat tidur); luka bakar (cek air mandi sebelum dipakai, simpan air

panas di tempat aman, jangan merokok didalam/dekat bayi); dan kercaunan (simpan bahan toxic ditempat aman) (Hockenberry, 2015).

2.3.2. Bimbingan dan Antisipasi Psikologi Bimbingan dan antisipasi secara psikologis bagi nenonatus adalah: Perlu memperhatikan kebutuhan emosi, kasih sayang yang khususnya antara ibubayi atau pengasuh-bayi. Dalam kasih sayang menimbulkan rasa aman sehingga bayi menjadi tenang dan nyaman. Untuk itu diperlukan perhatian dan respon yang cepat dan tepat dari seorang ibu/pengasuh jika mendengar tangisan bayi (apakah karena lapar, haus, mengompol, dll). Keluarga sebaiknya jangan meninggalkan bayi sendirian atau bahkan menitipnya pada orang yang tidak dikenal, karena bayi mempunyai hak untuk dihargai dan mendapatkan kehangatan keluarga. hal ini dilakukan untuk mencegah resiko terjadinya sindrom deprivasi maternal. Dengan perasaan tenang, bahagia sebuah keluarga maka akan berdampak secara fisik, psikologis dan perkembangan neonatus kedepannya. Diperlukan kerjasama antar keluarga dengan tenaga kesehatan untuk mewujudkan kesehatan neonatus yang optimal. 2.3.3. Bimbingan dan Antisipasi Perkembangan Masa neonatus adalah umur 0 sampai 28 hari pada tahap ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan juga terjadi perubahan sirkulasi darah serta mualinya fungsi organ – organ. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode: 

Masa neonatal dini, umur 0 - 7 hari.



Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.

Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat adalah: 

Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana kesehatan yang memadai.



Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk melahirkan.



Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat menenangkan perasaan ibu.



Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.



Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI.

 Penggunaan Metode kanggoro mother care pada neonates khususnya pada bayi dengan berat lahir rendah Metode KMC ini memiliki keuntungan-keuntungan yang terdiri dari : meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak, menstabilkan suhu tubuh, denyut nadi jantung dan pernafasan bayi, meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi lebih baik, mengurangi stress pada ibu dan bayi, mengurangi lama menangis pada bayi, memperbaiki emosi ibu dan bayi serta meningkatkan produksi ASI (Suriviana, 2009). Selain itu manfaat yang didapat dengan metode KMC ini menurut Maryunani (2013) yaitu pemakaian kalori berkurang, mengurangi kejadian infeksi sehingga dapat menurunkan resiko kematian dini pada bayi, meningkatkan rasa nyaman pada saat bayi tidur, menurunkan stres pada bayi karena bayi merasa aman dan nyaman, sehingga menurunkan respon nyeri pada bayi. Bayi yang diberikan KMC mempunyai suhu tubuh relatif normal, denyut jantung dan pernafasan teratur, tidur lebih lama dan sedikit menangis. KMC pada bayi baru lahir akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa yang menyebabkan metabolisme sel baik sehingga pertumbuhan sel menjadi lebih baik. Selain dilakukan pada ibu dan anak , KMC juga dapat dilakukan oleh ayah dan dapat menimbulkan jalinan hubungan antara ayah dengan anaknya.

3. Tahapan Perkembangan Bayi 3.1.Tahapan Perkembangan 3.1.1. Biologis Tahapan perkembangan ini meliputi perubahan proporsional, maturasi sistem, motorik halus dan motorik kasar.

Perubahan Proporsional Perubahan perkembangan terjadi sangat cepat terutama dalam 6 bulan pertama usia bayi. Perubahan ini meliputi perkembangan berat badan (BB), tinggi badan (TB), pertumbuhan kepala dan pertumbuhan pada area dada. Pada usia 6 bulan pertama BB bayi adalah 2 kali BB saat bayi lahir (BBL). Bayi mengalami pertambahan berat badan 150 gr sampai 210 gr setiap pekannya. Selanjutnya pada periode 6 bulan kedua akan melambat. Pada akhirnya, pada umur 1 tahun berat badan bayi akan 3 kali berat badan lahir. (Hockenberry, 2015). Perkembangan tinggi badan juga akan bertambah 2,5 cm (1 inchi) dalam masa 6 bulan pertama, dan akan melambat pada periode 6 bulan kedua. Tinggi badan pada saat 6 bulan pertama adalah 65 cm dan akan menjadi 74 cm pada saat mencapai umur 12 bulan. Perkembangan kepala juga mengalami pertumbuhan yang cepat, dalam 6 bulan pertama terjadi pertumbuhan 1,5 cm setiap bulannya dan menjadi 0,5 cm setiap bulannya pada periode 6 bulan kedua. Biasanya pada umur 6 bulan ukuran rata-ratanya adalah 43 cm dan pada saat 12 bulan menjadi 46 cm. Syaraf juga mengalami perkembangan, berat otak bertambah sekitar dua setengah kalinya. Pada bagian dada mengalami perkembangan juga, lingkar dada kurang lebih sama dengan lingkar kepala, namun jantung mengalami pertumbuhan yang lambat. Maturasi Sistem Pada saat bayi rentang umur 1- 12 bulan, banyak organ organ yang belum mengalami kematangan. Beberapa fungsi yang belum ada seperti saat orang dewasa. Immunoglobulin A belum bisa dihasilkan. IgG didapatkan didapatkan secara maternal yang selama 3 bulan memberikan imunitas bayi, setelah itu baru si bayi mulai mensintesis IgG. Pada saat usia 1 tahun, IgG baru mencapai 40% dari kadar orang dewasa.IgM tercapai pada usia 9 bulan, produksi IgA, IgD dan IgE kadar maksimalnya tidak tercapai pada masa anak-anak.

Kecepatan Jantung melambat dan iramanya sering aritmia sinus. Tekanan sistolik meningkat selama 2 bulan pertama akibat peningkatan kemampuan ventrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistemik. Tekanan diastolic menurun selama 3 bulan pertama, kemudian secara bertahap meningkat sampai mendekati nilai tekanan diastolic saat lahir. Proses pencernaan masih imatur saat bayi lahir, pencernaan belum berfungsi sampai usia 3 bulan. Enzim ptialin (amylase) jumlahnya sangat kecil, jadi pencernaan dibantu asam hidroklorik dan rennin, enzim yang spesifik yang bereaksi pada kasien dalam susu membentuk curd (gumpalan) yang memungkinkan Curd tertahan di dalam lambung. Imatur sistem pencernaan ini bisa dilihat saat anak BAB dengan keadaan feses tidak dipecah. Organ hati merupakan organ gastrointestinal paling imatur sepanjang masa bayi. Hati belom bisa mengkonjugasi bilirubin dan mensekresi cairan empedu sampai beberapa minggu kehidupan. Termoregulasi menjadi lebih efisien, kemampuan kulit untuk berkontraksi dan otot untuk menggigil sebagai respon terhadap dingin mengalami peningkatan. Kapiler berespon terhadap perubahan suhu lingkungan untuk mengatur kehilangan panas. (Hockenberry, 2015) Perkembangan Motorik Halus Perkembangan motorik halus meliputi penggunaan tangan dan jari-jari dalam tindakan (menggenggam) suatu benda. Pada umur 1 bulan, tangan secara dominan dalam keadaan tertutup dan pada 3 bulan lebih banyak terbuka. Bayi memperlihatkan keinginan menggenggam setiap benda,dan pada usia 5 bulan bayi memperlihatkan mampu menggenggam benda secara volunter. Secara bertahap genggaman tangan berubah menjadi genggaman cubit (menggunakan jempol dan telunjuk). Pada usia 7 bulan mereka dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya. Perkembangan Motorik Kasar Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh, yang dipengaruhi oleh usia,

berat badan dan perkembangan anak secara fisik. Perkembangan motorik kasar meliputi: 

Kontrol Kepala: bayi baru lahir cukup bulan secara secara sementara dapat mempertahankan kepalanya di garis tengah dan parallel ketika badanya digantung secara vertical dan dapat mengangkat serta menegakkan kepala dari satu sisi ke sisi lainya ketika dalam proses prone (tengkurap).



Berguling : Bayi baru lahir dapat berguling secara tidak sengaja karena punggungnya membulat. Kemapuan berguling secara sengaja dari posisi punggung ke perut terjadi pada usia 5 bulan dan kempuan untuk berpindah dari punggung ke abdomen pada umur 6 bulan.



Duduk: Selama 2 sampai 3 bulan pertama, punggung membulat secara beraturan.pada usia 7 bulan bayi dapat duduk sendiri, condong ke depan dengan disokong tanganya. Dan pada usia 10 bulan, bayi dapat melakukan maneuver dari posisi tengkurap ke duduk.



Lokomosi adalah pengenalan kemampuan menahan beban, mendorong ke depan pada keempat ekstremitas, berdiri tegak dengan sokongan, dan pada akhirnya berjalan sendiri.



Merangkak : (mendorong ke depan dengan perut dilantai) , bergerak secara perlahan-lahan pada usia 9 bulan. Dan pada umur 11 bulan bayi dapat berjalan dengan memegangi furniture atau dengan kedua tangan dipegangi, pada 11 bulan bisa berjalan dengan satu tangan yang dipegangi.

3.1.2. Psikososial Pada tahap ini seorang anak akan mulai belajar untuk beradaptasi dengan sekitarnya. Hal pertama yang akan dipelajari oleh seorang anak adalah rasa percaya. Percaya pada orang- orang yang berada di sekitarnya. Seorang ibu atau pengasuh biasanya adalah orang penting pertama yang ada dalam dunia si anak. Jika ibu memperhatikan kebutuhan si anak seperti makan maupun kasih sayang, maka anak akan merasa aman dan percaya untuk menyerahkan atau menggantungkan kebutuhannya kepada ibunya. Namun,

bila ibu tidak memberikan apa yang harusnya diberikan kepada si anak, maka secara tidak langsung itu dapat membentuk anak menjadi seorang yang penuh kecurigaan, sebab ia merasa tidak aman untuk hidup di dunia (Slavin, 2006). Pencapaian tugas perkembangan tahap ini menghasilkan rasa percaya diri, optimisme, keyakinan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan, dan harapan untuk masa depan. Bayi itu belajar untuk percaya ketika kebutuhan dasar terpenuhi secara konsisten (Townsend, 2014). 3.1.3. Psikoseksual Tahapan Psikoseksual ( Sigmund Freud ) Fase Oral (0 – 1 Tahun) Sumber kenikmatan utama bayi melibatkan aktifitas berorientasi mulut, seperti menelan (makan, minum ) dan menghisap ( menyusu, memasukkan jari-jari tangan ke mulut ). Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku. 3.1.4. Moral Tahap perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran mereka seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg, pada bayi perkembangan penalaran moral belum ada karena belum bisa membedakan baik buruk atau benar salah. 3.1.5. Kognitif dan Spiritual Perkembangan kognitif bayi berada pada tahap sensori motor dimana bayi lahir dengan sejumlah reflek bawaan. Pada tahap ini anak mampu mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar, menyentuh dari aktifitas motorik. Semua kegiatan berfokus pada mulut (oral). Tahap atau periode sensori motor dari perkembangan intelektual menurut Piaget terdiri atas enam sub tahap yaitu : 

Periode 1 : Reflex ( 0-1 bulan ).



Periode 2 : Kebiasaan ( 1-4 bulan ).



Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik ( 4-8 bulan )



Periode 4 : Koordinasi skemata ( 8-12 bulan )



Periode 5 : Eksperimen ( 12-18 bulan )



Periode 6 : Representasi ( 12-24 bulan )

Perkembangan spiritual bayi sangat berkaitan dengan bagian moral dan etis dalam konsep diri anak. Pada bayi tahap perkembangan spiritual ada dalam tahap 0, yaitu Undifferetiated. Tahap ini menekankan periode masa bayi yaitu ketika anak tidak memiliki konsep benar atau salah, tidak memiliki keyakinan dan tidak ada keyakinan yang membimbing prilaku mereka. Meski demikian awal keimanan terbentuk dari pengembangan rasa percaya dasar melalui hubungannya dengan pemberi asuhan primer. 3.2.Promosi Kesehatan 3.2.1. Nutrisi Fokus promosi kesehatan nutrisi pada bayi yaitu menyiapkan anak untuk mengenal makanan padat. 6 bulan pertama ASI adalah makanan lengkap yang paling diinginkan selama 6 bulan pertama. Bayi sehat yang menerima ASI dari ibu yang bergizi baik biasanya tidak memerlukan suplemen vitamin dan mineral tertentu. Bayi tidak memerlukan cairan tambahan, terutama air atau jus selama 4 bulan pertama kehidupan. Asupan air yang berlebihan pada bayi dapat menyebabkan keracunan air dan hiponatremia. 6 bulan kedua Selama paruh kedua tahun pertama, ASI atau susu formula terus menjadi sumber nutrisi utama. Perubahan besar dalam kebiasaan makan adalah penambahan makanan padat ke makanan bayi. Secara fisiologis dan perkembangan, bayi usia 4 hingga 6 bulan berada dalam masa transisi. Pada saat ini saluran pencernaan telah cukup matang untuk menangani nutrisi yang lebih kompleks dan kurang sensitif terhadap makanan yang berpotensi alergi. 3.2.2. Kesehatan gigi Kebersihan gigi yang baik dimulai dengan kesehatan gigi ibu yang tepat dan konseling selama awal masa bayi mengenai asupan makanan untuk mempromosikan kebersihan mulut yang optimal. Bimbing orang tua sejak dini tentang praktik pemberian makan yang meningkatkan risiko kesehatan

gigi yang buruk. Beberapa di antaranya, seperti yang disebutkan sebelumnya,

termasuk

menghindari

menyangga

botol

susu

atau

memberikan botol susu di tempat tidur, dan menghindari jus buah dalam botol, terutama sebelum usia 6 bulan. Ini berkontribusi pada erosi enamel dan karies anak usia dini. Setelah gigi primer keluar, pembersihan harus dimulai. Orang tua mulamula harus membersihkan gigi dan gusi dengan menyeka dengan kain lembab. Orang tua perlu dikonseling mengenai efek yang merugikan dari pemberian botol atau menyusui yang sering dan berkepanjangan saat tidur. 3.2.3. Toilet training Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Latihan ini termasuk dalam perkembangan psikomotorik, karena latihan ini membutuhkan kematangan otot – otot pada daerah pembuangan kotoran (anus dan saluran kemih). Latihan ini hendaknya dimulai pada waktu anak berusia 15 bulan dan kurang bijaksana bila anak pada usia kurang dari 15 bulan dilatih karena dapat menimbulkan pengalaman – pengalaman traumatik. Toilet training merupakan latihan moral yang pertama kali diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan moral anak selanjutnya. Prinsip dalam melakukan toilet training ada 3 langkah yaitu melihat kesiapan anak, persiapan dan perencanaan serta toilet training itu sendiri. Anak apabila berhasil melakukan toilet training maka orang tua dapat memberikan pujian dan jangan menyalahkan apabila anak belum dapat melakukan dengan baik. 3.2.4. Istirahat tidur Pola tidur bervariasi di antara bayi, dengan bayi aktif biasanya tidur kurang dari anak pada umumnya. 

Secara umum, pada usia 3 hingga 4 bulan kebanyakan bayi telah mengembangkan pola tidur malam hari yang berlangsung dari 9 hingga 11 jam. Total tidur harian sekitar 15 jam .



Rata-rata jumlah jam tidur pada anak usia 6 bulan adalah 14,2 jam.



Konsolidasi jam tidur malam hari terjadi selama 12 bulan pertama, dengan penurunan tidur siang hari dan peningkatan tidur malam hari (sekitar 11,7 jam).

3.2.5. Imunisasi Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap, usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR). 3.2.6. Pencegahan cedera Pencegahan cedera pada bayi meliputi 

Baru lahir sampai 4 bulan Perkembangan utama pada bayi sampai usia 4 bulan berupa terdapatnya refleks-refleks involunter, seperti refleks merangkak, dapat mendorong bayi maju atau mundur; refleks mengejutkan dapat menyebabkan tubuh tersentak. Bayi dapat berguling dan telah meningkatkan koordinasi mata-tangan dan refleks genggam. Pencegahan cedera berupa pencegahan dari bahaya-bahaya seperti tersedak, mati lemas dan tenggelam, terjatuh, keracunan, luka bakar, kecelakaan bermotor dan kerusakan atau cedera tubuh.



Bayi 4 sampai 7 bulan Perkembangan utama berupa berguling, duduk sebentar, memegang dan manipulasi objek kecil, mengembalikan objek yang jatuh, memiliki koordinasi mata-tangan yang berkembang dengan baik, dapat fokus dan menemukan benda kecil, dapat mendorong tangan dan lutut, merayap mundur dan menempatkan benda-benda di dalam mulut (tangan ke mulut). Pencegahan cedera berupa pencegahan dari bahaya-bahaya seperti tersedak (aspirasi), mati lemas, terjatuh, keracunan, luka bakar, kecelakaan bermotor.



Bayi 8 sampai 12 bulan Perkembangan utama berupa merayap, berdiri memegang furnitur, berdiri sendiri, menarik benda, melempar benda, menjelajahi dan memasukan benda ke mulut, tidak suka ditahan. Pencegahan cedera berupa pencegahan dari bahaya-bahaya seperti tersedak, mati lemas dan tenggelam, terjatuh, keracunan dan luka bakar.

3.3.Bimbingan Antisipasi Bimbingan antisipasi bagi orang tua akan berbeda untuk setiap tahap usia anak karena disesuaikan dengan karakteristiknya. 3.3.1. Fisik Pencegahan yang sebaiknya dilakukan: 1) Menghindari aspirasi: Simpan pada tempat yang aman dan tidak terjangkau atau buang benda-benda yang berpotensi menyebabkan aspirasi seperti bedak, kancing, permen, biji-bijian dan sebagainya. Gendong bayi saat memberi makan dan menyusui. 2) Kekurangan oksigen: jauhkan dan jangan biarkan anak bermain plastik, sarung bantal atau benda-benda yang berpotensi membuat anak kekurangan oksigen. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian di kamar bayi atau kamar mandi. 3) Jatuh : beri pengaman tempat tidur saat bayi/anak sedang tidur, usahakan anak duduk di kursi khusus atau tidak memakai kursi tinggi, usahakan ujung benda seperti meja dan kursi tidak tajam. Jangan pernah meninggalkan bayi pada tempat yang tinggi dan bila ragu tempatkan bayi di lantai dengan pengalas. 4) Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai, simpan air panas di tempat yang aman dan tidak terjangkau oleh anak. Jangan merokok di dalam rumah atau dekat dengan bayi. Tempatkan peralatan listrik jauh dari jangkauan bayi dan gunakan pengaman. 5) Keracunan : simpan bahan toxic dilemari/tempat yang aman. Buang bahan-bahan yang mengandung zat kimia tidak terpakai seperti baterai ke tempat yang jauh dari jangkauan bayi.

3.3.2. Psikologis Berdasarkan (Wong, 2004) dibedakan menjadi: 1) 6 bulan pertama 

Ajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua untuk memahami kebutuhan dan respons bayi



Bantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan stimulasi bayi



Tekankan kebutuhan imunisasi



Persiapkan untuk pengenalan makanan padat

2) 6 bulan kedua 

Siapkan orang tua akan respons stranger anxiety (takut pada orang asing) dari anak.



Bimbing orang tua mengenai disiplin karena peningkatan mobilitas bayi.



Ajarkan pencegahan cedera karena peningkatan keterampilan motorik anak dan rasa keingintahuannya.

3.3.3. Perkembangan Perkembangan kognitif dan sosial-emosional Bayi (0-12 bulan) 

Bayi Baru Lahir Perkembangan kognitif 

Visual terbaik fokus pada jarak 8-12 inci



Tertarik terhadap rangsangan visual dan auditori yang menarik baginya



Lebih menyukai wajah manusia, kontras, warna, suara, bernada tinggi

Perkembangan sosial emosional 

Menampilkan setidaknya tiga emosi (marah, sedih, gembira)



Mulai mengatur diri sendiri melalui menangis dan lebih waspada



Empati: menangis saat bayi lain menangis, suasana hati dicerminkan melalui perubahan wajah



Usia 2 Bulan Perkembangan kognitif 

Mengikuti jari yang digerakan secara lambat dari pertengahan kedua sisi mata



Panjang peningkatan konsentrasi visual



Menggunakan tindakan untuk mencapai tujuan

Perkembangan sosial emosional





Mulai untuk tersenyum



Bangun siang hari dan tidur lebih malam hari

Usia 4 Bulan Perkembangan kognitif 

Mulai senang melihat tangannya sendiri



Matanya bergerak mencari orang tua atau pengasuhnya



Mengamati hubungan peristiwa yang terjadi



Mengantisipasi rutinitas

Perkembangan sosial emosional





Tersenyum, tertawa jika ada interaksi yang menyenangkan



Mulai interaksi pada sesuatu yang menarik



Mulai mempunyai jadwal tidur dan makan



Jika terbangun, bayi bisa tidur kembali dengan sendirinya

Usia 6 Bulan Perkembangan kognitif 

Mulai mengeksplorasi suara dan menyukai hal-hal baru



Meningkatkan konsentrasi pada mainan



Lanjutan menggunakan tindakan untuk mencapai tujuan



Mencari mainan yang jatuh atau yang disembunyikan

Perkembangan sosial emosional 

Mulai percakapan



Marah jika orang tua tidak merespon dengan cepat



Merespon secara khusus pada orang asing



Empati: menunjukan ketertarikan pada bayi lain, memukul benda bersama-sama



Usia 9 Bulan Perkembangan kognitif 

Mengeksplorasi wajah pengasuh dan suka melihat diri di cermin



Dapat

menemukan benda setelah sebelumnya

melihat

disembunyikan 

Meniru tindakan orang dewasa

Perkembangan sosial emosional 

Kasih sayang (anak-orang tua) muali tercipta



Keadaan asing dan perpisahan akan membuat cemas, saat orang tua kembali bayi akan merasa senang dan dapat dihibur

 

Menyukai permainan ci...luk...ba...

Usia 12 Bulan Perkembangan kognitif 

Dapat mengingat setiap benda dan mencari benda tersebut jika hilang atau tersembunyi



Mencoba mengeksplorasi kegunaan mainannya



Dapat mengerti kata tidak, sebab dan akibat dari mainan



Secara sengaja berkomunikasi menggunakan gerakan dan vokalisasi

Perkembangan sosial emosional 

Memainkan permainan ci..luk..ba.. dengan menggunakan gerakan



Butuh perhatian: menunjukan dengan cara memperpanjang lengan, sambil menunjuk objek



Menunjukan berbagai ekspresi wajah



Empati: mulai menawarakan objek (maianan atau makanan) kepada bayi lain

4. Tahapan Perkembangan Toddler dan Pra Sekolah 4.1.Tahapan Perkembangan 4.1.1. Biologis Pada masa Toddler, Pertumbuhan melambat. Berat badan empat kali BB pada usia 2,5 tahun. Rata-rata pertambahan berat badan adalah 2 sampai 3 kg pertahun. Berat rata-rata pada usia 2 tahun adalah 12 kg. Tinggi Badan pada usia 2 tahun sekitar 50% dari TB orang dewasa, penambahan pada tahun kedua : sekitar 12 cm. Penambahan pada tahun ketiga: sekitar 6-8 cm. Pada masa Prasekolah, Penambahan BB stiap tahun: 2-3 kg. Dua kali panjang lahir pada usia 4 tahun. Penambahan setiap tahun: 5-7,5 cm. Kecepatan Pertambahan Lingkar Kepala melambat pada akhir masa bayi, dan LK = LD pada usia 1-2 tahun. Fontanela Anterior menutup antara usia 12-18 bulan. Lingkar Dada terus meningkat ukurannya dan melebihi lingkar kepala selama masa toodler memberi kesan perut gembung karena otot-otot perut belum berkembang baik dan tungkainya pendek (Wong, 2009). Pada massa Toddler, Ketajaman penglihatan 20/40 dianggap biasa diterima selam masa toddler. Penglihatan binokular sudah berkembang dengan baik dan total, setiap ada tanda strabismus hendaknya segera dikonsulkan ke pelayanan kesehatan untuk mendapat terapi segera. Indra pendengaran, penciuman, pengecapan dan perabaan menjadi semakin berkembang, saling terkoordinasi satu sama lain. Semua indra digunakan untuk mengeksplorasi lingkungan. Pada massa Prasekolah, proporsi fisik tidak lagi menyerupai anak toddler. Postur anak prasekolah lebih langsing dan kuat, anggun, tangkas dan tegap (Wong, 2009). Pada massa Toddler, Sebagian besar sistem fisiologis relatif matur pada akhir masa toddler. Saluran pernapasan terus berkembang, membuat anak rentan terkena infeksi. Toddler juga sudah mulai dapat mempertahankan suhu tubuh dengan lebih baik. Maturasi fungsi sistem ginjal membantu anak mempertahankan cairan untuk mencegah dehidrasi. Maturasi sistem pencernaan sudah mulai terbentuk ditandai dengan kontrol eliminasi volunter anak sudah mulai bisa menahan urine sampai 2 jam atau lebih (Wong, 2009).

Pada massa prasekolah, sebagian sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan dengan stress dan perubahan moderat. Selama massa ini sebagian anak sudah menjalani toilet training. Postur yang baik, latihan yang tepat dan nutrisi yang adekuat serta istirahat sangat penting untuk perkembangan sistem muskuloskeletal yang optimal (Wong, 2009). 4.1.2. Psikososial Tahap perkembangan psikososial pada toddler Perbendaharaan kata meningkat : 300 kata. Membentuk kalimat dari 3 - 4 kata. Banyak bertanya. Mampu menyebutkan nama objek. Berbicara berulang-ulang Berbicara dengan mainan. Meniru kata-kata baru. Senang bersosialisasi. Muncul teman main imaginer, akan hilang saat usia sekolah. Menyadari perbedaan anatomis antara jenis kelamin Mengalami ketakutan imaginer : takut gelap, ditinggal sendiri, binatang tertentu. Periode paling kritis untuk perkembangan bicara Gagal menguasai integrasi sensorik motorik bisa terjadi gagap, bisahilang saat usia 5 th.

Tahap perkembangan psikososial pada pra sekolah yaitu perbendaharaan kata menjadi 2100 kata. Membentuk kalimat dari 4 – 5 kata. Menjawab pertanyaa. Menjelaskan tindakan yang dilakukan. Usia 5 th dapat melakukan

percakapan

dengan

benar.

Mengemukakan keinginan sendiri

Memiliki

rasa

autonomi.

& melakukan secara mandiri.

Memerlukan sedikit bantuan saat berpakaian. Mematuhi peringatan bahaya. Mampu bersosialisai. Kurang senang dengan peraturan. Menikmati permainan asosiatif. Keterampilan motorik kasar dan halus semakin berkembang. Menikmati permainan imaginative. Stress jumlah kecil menguntungkan karena membantu mengembangkan koping, Stress jumlah besar

berbahaya karena koping anak masih terbatas. Aktif terlibat mencari solusi. Dengan metode detensitiasi : menghadapkan anak kepada benda yang ditakuti 4.1.3. Psikoseksual Menurut teori Freud perkembanganm psikoseksual pada tahap todler (1-3 tahun) disebut sebagai Tahap Anal-Uretral. Hal ini dikarenakan pada tahap ini ketertarikan anak berpusat pada anal, yaitu saat otot-otot sfingter berkembang dan anak-anak mampu menahan atau mengeluarkan feses sesuai keinginan. Pada Tahap ini suasana di sekitar toilet training dapat

menimbulkan efek seumur hidup pada kepribadian anak, diperlukan faktor psikologis kompleks dalam kesiapan toilet training untuk mampu mengenali urgensi untuk mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mampu mengkomunikasikan sensasi ini kepada orangtua. Tepat ketika todler mengeksplorasi lingkungan, mereka juga mengeksplorasi tubuhnya dan menemukan bahwa menyentuh beberapa bagian tubuh tertentu terasa nikmat. Permainan genital (masturbasi) dapat terjadi dan melibatkan stimulasi manual, maupun gerakan postural (terutama pada anak perempuan seperti merapatkan paha atau memberikan tekanan mekanis ke darerah pubis atau suprapubic (Lidster dan Horsburgh, 1994). Demonstrasi aktivitas sensual lain meliputi menggoyang, mengayun, dan memeluk orang atau mainan. Reaksi orangtua terhadap perilaku seksual todler akan memengaruhi sikap anak sendiri dan sikap tersebut harus diterima bukan dikritik (Finan, 1997).

Perkembangan seksual pada masa ini merupakan fase yang sangat penting untuk identitas dan kepercayaan seksual individu secara menyeluruh. Pada fase ini terjadi mitasi peran-seks, dan “berdandan eperti ibu (atau ayah)” merupakan aktivitas yang penting. Perilaku dan respon oranglain terhadap permainan peran dapat mengkondisikan anak untuk memandang dirinya sendiri atau orang lain. Misalnya, komentar seperti “anak lelaki tidak boleh bermain boneka” dapat memengaruhi konsep diri anak lelaki mengenai maskulinitas (Finan, 1997) 4.1.4. Moral Menurut tahap penilaian moral Kohlberg, toddler berada pada tingkat paling dasar, yaitu prakonvensional. Mereka berperilaku sesuai dengan kebebasan atau batasan yang berlaku pada suatu tindakan. Pada orientasi hukuman dan kepatuhan, anak toddler (berusia sekitar 2 sampai 4 tahun) menilai apakah suatu tindakan baik atau buruk bergantung dari apakah hasilnya berupa hukuman atau penghargaan. Apabila anak dihukum, maka tindakan tersebut berarti buruk. Apabila anak tidak dihukum, tindakan tersebut berarti buruk, tanpa memperhitungkan makna tindakan tersebut. Misalnya, jika orang tua memperbolehkan memukul, anak akan menanggap bahwa memukul adalah baik karena tidak berhubungan dengan hukuman.

Dari sekitar usia 4 sampai 7 tahun anak-anak berada pada tahap orientasi instrumental bijak, yang segala tindakan ditujukan kearah pemuasan kebutuhan mereka dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan orang lain. Mereka memiliki rasa keadilan yang sangat konkret. Timbal balik atau keadilan melibatkan filsafat “kamu mencakar punggungku, dan aku akan mencakar punggungmu” tanpa berpikir mengani loyalitas atau rasa terima kasih. 4.1.5. Kognitif Periode usia 12 sampai 24 tahun atau toddler adalah kelanjutan dari dua tahap akhir fase sensorimotor. Selama masa ini proses kognitif berkembang cepat dan terkadang tampak mirip dengan pemikiran orang dewasa. Toddler menyelesaikan fase sensorimotor dan memulai fase prakonseptual. Toddler menyelesaikan masalah dengan proses coba-coba. Toddler mulai menyelesaikan masalah secara mental. Selama fase prakonseptual toddler mengembangkan ketrampilan kognitif dan intelektual yang sangat besar toddler menyadari bahwa respon timbal balik telah terjadi. Akan tetapi, mereka tidak mampu mentransfer pengetahuan tersebut ke dalam situasi yang baru.

Perkembangan kognitif anak prasekolah merupakan fase pemikiran intuitif Anak masih egoisentrik, tetapi lambat laun berkerkurang saat anak menjalani dunia mereka yang semakin berkembang. Anak pra sekolah belajar trial and eror. Anak pra sekolah mulai dapat menghitung. Kemampuan membaca juga mulai berkembang 4.1.6. Spiritual Toddler hanya memiliki ide yang samar tentang Tuhan dan pelajaran agama karena proses kognitif mereka yang masih belum matang. Namun, rutinitas seperti mengucapkan doa sebelum makan atau tidur bisa sangat penting dan menenangkan. Mendekati akhir masa toddler, ketika anak menggunakan pikiran praoperasional, pemahaman mereka tentang Tuhan telah mengalami kemajuan.

Pengetahuan anak tentang keyakinan dan agama dipelajari dari orang lain yang bermakna dalam lingkungan mereka, biasanya dari orang tua dan

praktik keagamaan mereka. Namun, pemahaman anak kecil mengenai spiritualitas dipengaruhi oleh tingkat kognitifnya. Anak prasekolah memiliki konsep konkret mengenai Tuhan dengan karakteristik fisik, yang sering kali menyerupai teman imaginer mereka. Pada usia ini anak memperlajari kebenaran dari kesalahan dan berperilaku dengan benar untuk menghindari hukuman. Perbuatan salah menimbulkan perasaan bersalah, dan anak prasekolah sering kali salah mengartikan penyakit sebagai hukuman akibat pelanggaran mereka yang nyata atau khayalan. Penting bagi anak untuk memandang Tuhan sebagai pemberi cinta tanpa syarat, bikan sebagai hakim dari perilaku baik atau buruk. Berdoa kepada Tuhan dan mengobservasi tradisi keagamaan (misalnya berdoa sebelum makan atau tidur) dapat membantu anak melalui periode stress, seperti hospitalisasi. 4.2.Promosi Kesehatan 4.2.1. Nutrisi Kebutuhan nutrisi pada anak pra sekolah hampir sama dengan toddler. Kebutuhan kalori per unit berat badan turun perlahan sampai 90 kkal/kg, rata-rata sekitar 1800 kalori per hari. Kebutuhan cairan juga menurun sekitar 100ml/ kg sehari, tetapi tetap bergantung pada tingkat aktivitas, kondisi cuaca dan keadaan kesehatan. Kebutuhan protein adalah 1,2 g/kg, untuk rata-rata konsumsi harian 24 g. Kebiasaan makan anak pra sekolah sama dengan toddler, mereka menyukai makanan ringan dan berasa kuat. Usia 5 tahun anak mulai mencoba makanan baru, ajak anak untuk membantu mneyiapkan makananannya. Usia 5 tahun anak bisa duduk dengan tenang di meja makan, sementara anak 3-4 tahun belum (Wong, 2009). 4.2.2. Kesehatan gigi Pemeriksaan Gigi Teratur Idealnya anak harus mengunjungi dokter gigi segera setalah gigi pertama muncul. Kunjungan pertama ke dokter gigi tidak boleh menjadi pengalaman traumatik, karena toddler bereaksi negative terhadap pengalmaan yang baru dan berpotensi

menakutkan. Pada

kunjungan awal

anak hanya

diperkenalkan dengan dokter gigi, melihat peralatan, dan duduk di kursi. Jika anak dapat bekerja sama, dokter gigi hanya perlu melihat gigi dan pemeriksaan secara menyeluruh dilakukan pada pertemuan selanjutnya.

Pembersihan Plak Tujuan dari oral hygiene adalah membersihkan plak, timbunan bakteri lunak yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies gigi dan penyakit periodontal (gusi). Metode paling efektif untuk pembersihan plak adalah dengan menyikat gigi. Salah satu metode yang paling cocok untuk membersihkan gigi primer adalah metode menggosok. Ujung bulu sikat diletakkan dengan kuat pada sudut 45o pada gigi dan gusi dan digerakkan ke depan dan belakang dengan gerakan menggetar (vibrasi). Ujung bulu sikat harus bergerak lembut tetapi tidak bergerak maju dan muncur dengan sekuat tenaga karena dapat merusak gusi dan enamel. Untuk anak kecil cara paling efektif membersihkan gigi adalah oleh orang tua. Beberapa posisi dapat digunakan sehingga memungkinkan jangkauan ke dalam mulut dan membantu menstabilkan kepala agar nyaman. Untuk pembersihan gigi yang efektif, direkomendasikan sikat gigi berbulu halus, bulat, nilon dengan banyak serabut pendek dan panjangnya segaram. Idealnya, gigi harus dibersihkan setiap kali sehabis makan dan terutama sebelum tidur, dan anak tidak boleh diberi apapun untuk dimakan atau diminum setelah menyikat gigi malam kecuali air. Diet menjadi sangat penting dalam perkembangan gigi karena proses karies disebabkan oleh gula yang dapat mengalami fermentasi, terutama sukrosa sangat bersifat kariogenik. Pencegahan karies meliputi tidak memberikan susu botol saat tidur, menyelesaikan pemberian susu melalui botol susu terakhir sebelum tidur, mengganti isi botol (susu) dengan air, jangan melapisi empeng dengan bahan manis.

Pada permulaan periode prasekolah, pertumbuhan gigi susu telah lengkap. Perawatan gigi penting untuk mempertahankan gigi sementara ini dan mengajarkan kebiasaan merawat gigi yang baik. Meskipun kontrol motorik halus anak prasekolah telah maju, mereka masih memerlukan bantuan dan supervisi dalam penyikatan gigi dan meminimalkan makanan kariogenik. 4.2.3. Toilet training Salah satu tugas mayor msa toddler adalah toilet training. Kontrol volunter sfingter anal dan uretra terkadang dicapai kira-kira setelah anak berjalan, mungkin antara usia 18 dan 24 bulan. Namun, anak harus mampu mengenali

urgensi untuk mengeluarkan dan menahan eliminasi serta mampu mengkomunikasikan sensai ini kepada orangtua. Selain itu, mungkin ada berbagai motivasi yang penting untuk memuaskan orang tua dengan menahan, daripada memuaskan diri dengan mengeluarkan eliminasi. Latihan defekasi biasanya selesai sebelum latihan berkemih karena latihan defekasi lebih teratur dan lebih mudah diramalkan. Sensai defekasi lebih teratur dan lebih mudah diramalkan. Sensai defekasi lebih kuat daripada berkemih, dan dapat menarik perhatian pada anak. Nyatanya, latihan berkemih dimalam hari belum bisa diselesaikan sampai usia 4 atau 5 bulan, dan bahkan penyelesaian latihan yang lebih dari usia tersebut masih normal ( Luxem dan Christophersen 1994).

Sejumlah teknik dapat membantu ketika memulai latihan. Salah satunya adalah pemilihan tempat duduk berlubang untuk eliminasi (pooty chair) dan atau penggunaan toilet. Tempat duduk berlubang untuk eliminasi yang tidak ditopang oleh benda lain memungkinkan anak merasa aman. Menjejakan kaki dengan kuat ke lantai juga menfasilitasi defekasi (stark, 1994). Pilihanlain adalah tempat portebel yang diletakan di atas toilet biasa, yang memudahkan transisi dari kursi berlubang untuk elmininasi ke toilet biasa. Menempatkan bangku panjang yang kecil dibawah kaki membantu anak menstabilkan posisi anak. Mungkin paling baik menempatkan kursi berlubang untuk eliminasi di kamar mandi dan membiarkan anak mengamati ekskresinya ketika dibilas kedalam toilet untuk menghubungkan aktivitas ini dengan praktik yang biasa. Bila tidak tersedia kursi berlubang untuk elmininasi, menghadapkan anak ke tangki toilet memberi dukungan tambahan. Anak lelaki bisa memulai toilet training dalam posisi berdiri atau duduk dikursi berlubang untuk eliminasi. Sesi latihan harus dibatasi 5 sampai 10 menit, orang tua harus menunggui si anak, dan kebiasaan sanitasi harus dilakukan setiapkali eliminasi. Anak harus dipuji karena prilaku kerja samanya dan atau evakuasi yang berhasil. Memakaikan anak pakaian yang mudah dilepas, menggunakan celana latihan, diapers berbentuk celana atau celana pendek dan mendorong imitasi dengan melihat oranglain adalah anjuran yang sangat membentu. Memaksa anak duduk dikursi berlubang untuk eliminasi atau di WC dalam waktu lama, memukulnya bila

pengeluaran eliminasinya tidak ditempatnya, dan cara control negative lainnya harus dihindari. Terjadinya, eliminasi secara tidak sengaja ditempat yang tidak semestinya pada siang hari adalah biasa, terutama selama periode aktivitas intensif. Anak kecil menjadi sangat bersemangat dengan aktivitas bermain sehingga jika tidak diingatkan mereka akan berlama-lama eliminasi sampai terlambat kekamar mandi. Oleh karena itu mereka harus sering diingatkan dan diantar ke toilet. 4.2.4. Istirahat tidur Pola Tidur 1-3 Tahun, Memasuki usia 1-2 tahun pola tidur batita awal = pola tidur bayi. Berkurangnya waktu tidur usia batita awal karena perkembangan mototrik kasar ex: anak mulai banyak beraktivitas & eksplorasi lingkungan. Total waktu tidur batita sekitar 10-14 jam. Memasuki usia 2-3 tahun pola tidur sudah mengarah ke pola tidur anak. Total tidur anak sekitar 10-12 jam. Karena aktivitas motoric dan eksplorasinya yang berkembang pesat. Penting bagi orang tua untuk menjaga pola tidur yang baik bagi anak karena tidur yang cukup menentukan optimalisasi tumbuh kembang anak.

Prasekolah (3-6 tahun), total tidur sekitar 11-12 jam. Penurunan tidur siang, biasannya berhenti saat usia 5 tahun. Anak usia ini kadang mengalami mimpi buruk, ketakutan akan malam hari dan sulit tidur dalam beberapa malam. Penting bagi orang tua untuk membantu anak dapat tidur yaitu, dengan menemaninya sebelum tidur ex: membacakan dongeng anak, memberikan boneka kesukaan anak dll. 4.2.5. Imunisasi Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif (Satgas IDAI, 2008). Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes RI, 2005). Tujuan umum imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit tersebut adalah difteri, tetanus,

pertusis (batuk rejan), measles (campak), polio dan tuberculosis. Adapaun Tujuan Khusus, antara lain: -

Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010.

-

Tercapainya ERAPO (Eradikasi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada tahun 2008.

-

Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal MNTE (Maternal Neonatal Tetanus Elimination).

-

Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak turun pada tahun 2006.

-

Peningkatan mutu pelayanan imunisasi.

-

Menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices).

-

Keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management). Untuk pemberian Vaksin Polio : usia batita 18 bulan mendapat booster vaksin polio. Untuk vaksin Pneumokokus (PCV) dan Hib : dilakukan Booster pada batita usia 12-18 bulan. Untuk vaksin DPT : diberikan vaksin booster DPT pada anak usia 18 bulan dan 5 tahun. Untuk vaksin Campak : diberikan Booster pada anak usia 18 bulan dan anak usia 6-7 tahun. untuk vaksin MMR: diberikan Booster pada anak usia 5 tahun (IDAI, 2017) 4.2.6. Pencegahan cedera Karena meningkatnya lokomosi, todler beresiko mengalami cedera. Cedera yang mungkin terjadi pada masa todler yaitu seperti cedera kendaraan bermotor, tenggelam, luka bakar, keracunan, jatuh, aspirasi dan sufokasi. Untuk itu, Promosi kesehatan pencegahan cedera yang dapat dilakukan pad orang tua yang memiliki anak todler, diantaranya (wong, 2004): -

Edukasi orangtua mengenai pentingnya restrain mobil dan penggunaannya yang benar

-

Edukasi pada anak megenai bahaya kendaraan yang sedang bergerak atau parkir untuk mencegah cedera kendaraan bermotor

-

Edukasi orangtua untuk mengenali pada anaknya mengenai kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas, seperti untyk melihat kendaraan sebelum menyebrangi jalan, berjalan di sisi kiri, warna lampu lalu lintas, dan lain-lain

-

Edukasi kepada orangtua untuk mengawasi anak ketika mereka berada di dekat setiap sumber air untuk mencegah cedera tenggelam

-

Edukasi kepada orangtua terhadap kewaspadaan bahaya cedera luka bakar dengan menjauhkan benda-benda pnas seperti lilin, obat nyamuk bakar, rokok, teko teh atau kopi, setrikaan, dan colokan listrik dari jangkauan anak-anak

-

Edukasi kepada orangtua terhadap kewaspadaan cedera keracunan pada anak dengan menjauhkan bahan-bahan kimia seperti pembersih, dan lain-lain

-

Ajarkan anak mengenai keamanan daerah bermain, seperti tidak boleh bermain kuda-kudaan di luncuran atau perosotan, menjauh dari ayunan yang sedang bergerak

-

Edukasi keluarga mengenai kewaspadaan bahaya cedera jatuh dari tempat tidur dengan memasang pengaman, jauh dari jendela, tangga, dll. Karena pada masa todler anak memiliki kemampuan perkembangan yang berhubungan dengan resiko cedera seperti memanjat dan berlari

-

Edukasi orangtua tindakan kewaspadaan mengenai pemilihan mainan dan menemani anak pada saat bermain

-

Edukasi orangtua untuk tindakan kewaspadaan mengenai pemilihan makanan untuk mencegah terjadinya aspirasi.

Pada tahap ini, karena semakin berkembangnya keterampilan motorik halus dan kasar, koordinasi, dan keseimbangan, maka anak pra sekolah cenderung jarang jatuh dibandingkan todler, kecerobohan mereka cenderung berkurang, lebih mendengar aturan orangtua dan mengetahui potensi bahaya, tapikeracunan dan cedera akibat kendaraan bermotor masih berpotensi pada anak tahap ini. Pada tahap ini, pencegahan cedera lebih dilekatkan pada rasionalisasi, edukasi untuk keamanan dan potensi bahaya. Berikan edukasi pada anak dengan penjelasan verbal tentang mengapa ada bahaya dan bagaimana menghindarinya dengan penilaian dan pemahaman yang tepat (Wong 2014 P 506)

4.3.Bimbingan Antisipasi Usia toddler (1-3 tahun): a. Usia 12-18 bulan -

Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toddler khususnya negativisme.

-

Dorong orang tua untuk melakukan penyapihan secara bertahap dan peningkatan pemberian makanan padat.

-

Adanya jadwal waktu makan yang rutin.

-

Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi terutama di rumah, kendaraan bermotor, keracunan, jatuh.

-

Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan cara-cara untuk mengatasi negatifistik dan temper tantrum yang sering terjadi pada toddler

-

Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan keterampilan sosial. b. Usia 18-24 bulan

-

Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet training. Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar. Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian. Fase ini biasanya terjadi pada anak usia 18 – 24 bulan.

-

Dalam melakukan toilet training ini, anak membutuhkan persiapan fisik, psikologis maupun intelektualnya. Dari persiapan tersebut anak dapat mengontrol buang air besar dan buang air kecil secara mandiri (Hidayat, 2005).

-

Perawat bertanggung jawab dalam membantu orang tua mengidentifikasi kesiapan anak untuk toilet training. Latihan miksi biasanya dicapai sebelum defekasi karena merupakan aktifitas regular yang data diduga. Sedangkan defekasi merupakan sensasi yang lebih besar daripada miksi yang dapat menimbulkan perhatian dari anak

3) Usia 24-36 bulan -

Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan cara meniru.

-

Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan sikap menghadapi keadaan-keadaan seperti mengompol atau buang air besar (BAB) dicelana.

-

Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler misalnya: melalui bahasa yang digunakan, ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif yang lain.

-

Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata, ajukan alasan yang rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian.

Usia Prasekolah Bimbingan terhadap orang tua selama usia prasekolah di antaranya adalah: a. Usia 3 tahun -

Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas.

-

Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.

-

Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan ketegangan/tension).

-

Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternatif-alternatif pilihan pada saat anak bimbang.

-

Perlunya perhatian ekstra.

b. Usia 4 tahun -

Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa.

-

Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.

-

Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari tingkah lakunya.

c. Usia 5 tahun -

Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.

-

Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada anak.

5. Tahapan Pe rkembangan Sekolah dan Remaja 5.1.Tahapan Perkembangan 5.1.1. Biologis Antara usia 6-12 tahun,anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5 cm pertahun untuk mencapai tinggi badan 30 sampai 60 cm dan berat badannya akan bertambah hampir dua kali lipat, bertambah 2 sampai3 kg pertahun. Tingg rata-rata anak usai 6 tahun adalah sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg. rata-rata anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan berat badannya mendekati 40 kg. Anak laki-laki cenderung sedikit lebih tinggi dan kadang-kadang leih berat dibanding dengan anak perempuan.

Menjelang akhir usai sekolah, ukuran tubuh anak laki-laki dan perempuan mulai meningkat, walaupun sebagian besar tinggi dan berat badan anak perempaun mulai melebihi anak laki-laki. Perubahan proporsional anak-anak usia sekolah lebih anggun dari pada saat mereka usia prasekolah, dan mereka dapat berdiri tegak diatas kaki mereka sendiri. Kaki lebih Panjang, lemak berkurang secara bertahap, pola distribusi lemak berubah, menyebabkna penampakan tubuh anak yang lebih ramping selama tahun-tahun pertengahan.terjaid penurunan lingkar kepala dalam hubunganya terhadap tingggi tubuh saat berdiri, penurunan lingkar pinggang hubungannya dengan tinggi badan, peningkatan Panjang tungkai dalam hubungannya dengan tinggi badan. Proporsi wajah berubah saat wajah tumbuh lebih cepat terkait denagn pertumbuhan tulang tengkorak yang tersisa. Tengkorak dan otak tumbuh sangat lambat selama periode ini dan setelah itu, ukurannya bertambah sedikit. Karena semua gigi perimer, (gigi susu) tanggal. Mulai tumbuh gigi permanen. Pada kematangan sistem, kematangan fisik terjadi pada kapasitas kandung kemih, jantung tumbuh lebih lambat dibanding dengan sebelumnya, sistem imun mulai kompeten melokalisasi infeksi dan mengahsilkan respon antibody antigen (Wilson, Lewis, dan Penix,1996). Pada tulang akan mengalami pengerasan selama masa kanak-kanak.tetapi masih kurang dapat menahan tekanna dan tarikan otot dibandingkan tulang yang sudah matur. 5.1.2. Psikososial Pada usia 6 tahun mulai menujukkan keterampilan dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang berarti dan berguna bagi psikososial yang disebut dengan tahap pencapaian (tahap industri) menurut erikson.kebutuhan untuk diterima teman sebaya menjadi pengaruh kuat, untuk penyesuaian anak belajar berpakaian, berbicara, dan berprilaku dengan cara yang dapat diterima kelompok. Mereka akan menemukan sahabat tempat berbagi rahaisa, lelucon pribadi dan petulangan, saling membantu, dimana akan terbentuk geng atau kelompok teman sebaya, yang jika menemukan teman sebaya yang memiliki sifat pengganggu akan memberikan efek negative pada anak dan meningkatkan gejala sakit kepala, sakit perut, dan gangguan tidur (Williams, dkk,1996).

Perkembangan Psikososial Menurut Erikson Tahap rajin vs rendah diri (612 tahun/sekolah) Anak selalu berusaha mencapai segala sesuatu yang diinginkan dan berusaha mencapai prestasinya sehingga pada usia ini anak rajin melakukan sesuatu. Apabila harapan tidak tercapai, kemungkinan besar anak akan merasakan rendah diri. 5.1.3. Psikoseksual Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan psikoseksual yang dideskripsikan oleh freud sebagai periode laten, yaitu waktu tenang antara fase odipus masa kanak-kanak awal dan erotisme masa remaja, anakanak akan membina hubungan dengan teman sebaya sesama jenis dan ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas. Tanda fisiologis muncul kira-kira usia 9 tahun (terutama anak perempuan) dan tampak jelas pada usia 11-12 tahun. Umumnya usia paling awal dimulainya pubertas yaitu 10 tahun pada anak laki-laki, walaupun terdapat peningkatan jumlah pada anak perempuan yang mencapai pubertas diusia 9 tahun. Usia pubertas rata-rata adalah usia 12 tahun pada perempuan dan 14 tahun pada anak lakilaki. Anak laki-laki menunjukkan sedikit kematangan seksual yang dapat dilihat pada praremaja. Mereka mulai tertarik pada hubungan dengan lawan jenis tetapi tidak terikat. Menunjukkan kesukaan dalam berteman dan berkelompok dan bermain dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama tetapi mulai bercampur. 5.1.4. Moral Pada saat ini pola pikir anak berubah dari egosentris ke pola pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Pada tahap ini anak diajarkan untuk dapat menyadari tentang hal salah dan benar, sehingga anak dapat menyadari ketika dia merasa bersalah saat melanggar aturan yang ada. Anak usia sekolah yang lebih besar mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan dengan akibat yang akan dihasilkannya. Reaksi anak dipengaruhi oleh kondisi dan moralitas peraturan itu sendiri. Pada usia anak yang lebih kecil dapat menilai suatu masalah dari benar atau salah. Sedangkan pada anak yang lebih besar menggunakan berbagai pandangan yang berbeda untuk membuat penilaian. Mereka mampu memahami dan menerima konsep memperlakukan orang lain seperti bagaimana mereka ingin diperlakukan.

5.1.5. Kognitif dan Spiritual Kognitif Tahap perkembangan kognitif menurut PIAGET, pada tahap ini di istilahkan sebagai operasional konkret. Anak mampu menggunakan proses berpikir untuk menerima peristiwa dan tindakan. Pada tahap ini anak mengembangkan pemahaman mengenai suatu hal dan ide. Anak mengalami kemajuan dari membuat penilaian berdasarkan apa yang mereka lihat (pemikiran perseptual) sampai membuat penilaian berdasarkan alasan mereka (pemikiran konseptual). Kemampuan anak meningkat dalam menguasai simbol-simbol dan untuk menggunakan simpanan memori mengenai pengalaman masa lalu mereka untuk menginterprestasikan masa kini. Tugas utama kognitif pada anak usia sekolah adalah menguasai konsep konservasi. Pada usia sekitar 5-7 tahun anak dapat memutarbalikkan angka seperti penjumlahan dan pengurangan. Ukuran tidak selalu terkait dengan berat dan volume. Konservasi massa biasanya didapatkan terlebih dahulu daripada berat dan volume. Anak sekolah juga dapat mengklasifikasi. Karakteristik usia anak anak pertengahan adalah mendapatkan kesenangan dari megklasifikasi dan menata lingkungannya. Biasanya mereka disibukkan dengan mengoleksi benda-benda . Mereka dapat mengembangkan kemampuan untuk memahami hubungan antara istilah istilah dan konsep. Contoh seperti lebih kecil, lebih besar, lebih gelap, lebih berat dan lain-lain. Mereka juga dapat melihat hubungan keluarga dalam istilah timbal balik, seperti untuk menjadi

seorang

kakak

berarti

harus

mempunyai

adik

terleih

dahulu.Keterampilan yang penting adalah membaca. Dengan kemampuan ini anak dapat mengeksplorasi kemampuan imajinasinya, dan meningkatkan pengetahuannya Spiritual Pada tahap ini anak-anak sangat konkret dan memiliki kemauan besar untuk mempelajari Tuhan. Anak-anak sangat tertarik dengan konsep neraka dan surga. Bagaimana jika sesorang dinyatakan salah atau berdosa dia akan masuk kedalam neraka dan sebaliknya jika seseorang itu berbuat baik maka akan dimasukkan ke dalam surga. Konsep agama harus dijelaskan kepada

anak dalam istilah yang konkret. Mereka merasa nyaman dengan berdoa dan ritual agama lainnya. Jika kegiatan ini dilakukan sehari-hari maka dapat membantu anak dalam melakukan koping pada saat menghadapi keadaan atau situasi yang mengancam. Sensitivitas atau toleransi juga harus diterapkan sehingga tidak mengganggu dan membingungkan anak dari agama lain.

5.2.Promosi Kesehatan 5.2.1. Nutrisi Pada tahap nutrisi : tersedianya restoran siap saji, pengaruh media massa dan godaan keberagaman makanan junk food yang sangat besar, memudahkan anak untuk mengkonsumsi makanan tanpa kaloriyang tidak meningkatkan pertumbuhan seperti gula, zat tepung, dan lemak yang berlebihan.mudahnya ketersediaan makanan tinggi kalori, dikombinasikan dengan kecenderungan aktivitas yang kurang melibatkan gerak tubuh, menjadi factor-faktor yang berpera dalam peningkatan obesitas anak. Pendidikan nutrisi dapat diintegrasikan dalam pembelajaran dikelas, seperti pelajaran lainnya dalam sekolah. Pedoman piramida dapat ditekankan, elemen-elemen makanan sehat, cara produk makanan dikembangkan, diproses dan diolah. Perawat sekolah dapat berperan aktif dalam Pendidikan nutrisi bekerjasama dengan guru sekolah untuk merencanakan dan mengimplementasikan unit-unit pada pengajaran nutrisi dan bekerjasama dengan orang tua dan anak-anak untuk memberikan pedoman nutrisi. 5.2.2. Kesehatan gigi Kesehatan gigi: perawatan gigi yang terbatas atau tidak adekuat menyebabkan masalah yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan pada masa kanak-kanak yaitu gigi berlubang, maloklusi, dan penyakit periodontal. Trauma terutama tanggal nya gigi juga merupakan masalah yang penting. 5.2.3. Toilet training Pada tahap perkembangan ini sudah tidak diperlukan toilte training. 5.2.4. Istirahat tidur

Jumlah kebutuhan tidur dan istirahat selama masa kanak-kanak pertengahan sangat individual. Tidak ada jumlah waktu khusus untuk istirahat dan tidur. Walaupun masalah tidur yang terjadi lebih sedikit, kadang-kadang kesulitan tidur tetap dihubungkan dengan pentingnya ritual sebelum tidur. Biasanya terdapat sedikit masalahpada anak-anak usia 6-7 tahun, dan tugas untuk pergi tidur dapat difasilitasi dengan mendorong anak untuk melakukan aktivitas yang tenang sebelum tidur, seperti mewarnai dan membaca. Anakanak terutama pada usia 8 sampai 9 tahun dan anak usia 11 tahun, melawan jika diperintahkan untuk pergi tidur. Mereka tidak menyadari bahwa mereka Lelah. Anak-anak usia 12 tahun biasanya tidak mengalami kesulitan waktu tidur, beberapa anak bahkan tidur lebih awal. 5.2.5. Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan ( pusdiknakes, 2015). Di Indonesia anak usia sekolah diberikan imunisasi lanjutan, seperti tabel dibawah ini:

Tujuan dari imunisasi tersebut agar terhindar dari penyakit campak, tetanus, difteri dan pertusis. Apabila terpajan tidak terjadi kondisi yang buruk. 5.2.6. Pencegahan cedera

Prevalensi cidera bergantung pada bahaya yang ada dilingkungan, perlindungan yang ditawarkan orang dewasa,dan pola perilaku anak (Hockenbery, 2014). Pencegahan cidera anak selama masa usia sekolah: Kecelakaan kendaraan motor a. Ajarkan anak untuk menggunakan sabuk pengaman yang tepat saat mengendarai atau menumpang suatu kendaraan. b. Mempertahankan kedisiplinan saat menumpang kendaraan, contoh: tidak mengeluarkan tangan, duduk yang tenang, tidak menganggu supir dan lain-lain. c. Tekankan pejalan kaki dengan aman, misalkan jalan di trotoar, tidak menyebrang jalan disembarang tempat. d. Paksa anak untuk menggunakan alat pelindung atau pengaman yang tersedia. Tenggelam a. Ajarkan anak untuk berenang. b. Pilih tempat berenang yang aman dan mudah untuk diawasi. c. Mendampingi anak ketika berenang. d. Gunakan alat pengapung yang telah diakui atau sesuai standart. e. Anjurkan penerapan aturan untuk membuat pagar disekitar kolam f. Pelajari RJP Luka bakar a. Latih perilaku anak ketika berada di area yang berhubungan kemungkinan bahaya terbakar (misalkan: bensin, korek api, api untuk memasak, petasan, pemantik rokok, peralatan kimia dan lain-lain), hindari memanjat atau menerbangkan layangan disekitar kabel yang bertegangan tinggi. b. Latih perilaku anak jika terjadi kebakaran (misal, cara memadamkan api yang tepat dan benar ketika dirumah atau sekolah). c. Ajarkan anak memasak yang aman (misal, menggunakan apai yang kecil, berhati-hati agar tidak terkena uap panas, tersiram air panas dan lain-lain). Keracunan

a. Jauhkan atau letakkan dengan aman dari jangkuan anak-anak bahan – bahan yang dapat mengakibatkan keracunan dan diberi label (misal, alat pembasmi serangga, obat-obatan dan lain-lain) b. Ajarkan pada anak tentang bahayanya mengkonsumsi zat kimia atau obat-obatan tanpa resep. Kerusakan tubuh a. Anjurkan anak untuk bermain yang aman. b. Ajarkan anak untuk menggunakan peralatan yang tepat. c. Ingatkan pada anak untuk melakukan olahraga yang tidak berbahaya. d. Ajarkan tindakan keamanan terhadap orang asing. e. Hindari berpakaian yang mencolok ditempat umun dan perhiasan yang berlebihan. f. Ajarkan pada anak untuk mengatakan “tidak” pada situasi yang tidak nyaman. 5.3.Bimbingan Antisipasi Usia Sekolah Bimbingan yang dapat dilakukan pada orang tua untuk anak usia sekolah di antaranya adalah: 5.3.1. Fisik 

Usia 6 tahun 

Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan sosialisasi dengan cara mendorong anak berinteraksi dengan temannya.



Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda.



Siapkan orang tua akan peningkatan ketertarikan anak keluar rumah



Dorong orang tua untuk menghargai kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.



Usia 7-10 tahun 

Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.



Tertarik untuk beraktivitas di luar rumah.



Siapkan orang tua untuk menghadapi anak terutama anak perempuan memasuki prapubertas.



Usia 11-12 tahun 

Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat pubertas.



Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.



Pendidikan seks (Sex education) yang adekuat dan informasi yang akurat (nining, Y.2016)

5.3.2. Psikologis 5.3.2..1.

Pada usia sekolah usia 7-10 tahun mempersiapkan psikologis anak untuk mengalami perubahan pubertas terutama anak perempuan tentunya dengan mempersiapkan orang tua juga dalam memberikan pendidikan seks yang tepat.

5.3.2..2.

Banyak anak-anak yang mengalami stres akibat masalah rumah tangga, lingkungan sekolah bai dari teman ataupun guru, dan lingkungan sekitar rumah. Untuk membantu anak menghadapi berbagai stres dalam kehidupannya, orang tua, guru atau pemberi pelayanan kesehatan harus dapat mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak sedang stres dan dapat segera mengidentifikasi sumber penyebab stres.

5.3.2..3.

Anak-anak perlu diajarkan caranya untuk mengenal tanda-tanda stres dalam diri mereka sendiri, seperti jantung berdebar, sakit perut, sakit kepala, masalah tidur, mengompol, perubahan pola makan, enggan untuk berpartisipasi, regresi ( misal: menghisp jempol). Setelah mereka dapat mengenali tanda-tanda stres, mereka dapat melakukan teknik mengatasi stres, yaitu dengan membantu merencanakan cara untuk menghadapi stres melalui pemecahan masalah.

5.3.3. Perkembangan 5.3.3..1.

Pada usia 10-12 tahun, bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat pubertas.

5.3.3..2.

Anak wanita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dibandingkan anak laki-laki.

5.3.3..3.

Memberikan pendidikan seks (Sex education) yang adekuat dan informasi yang akurat

6. Konsep Keperawatan pada Anak

Filosofi dalam keperawatan anak terdiri atas 3 bagian, yaitu: atraumatic care, hospitalisasi, dan family-centre care. Jadi filosofi ini menjadi dasar dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak-anak (Hockenberry & Wilson, 2015). 6.1.Atraumatic Care Filosofi ini menyediakan perawatan yang sangat menghindari atau bahkan meminimalisir adanya trauma psikis maupun fisik kepada anak maupun kepada keluarganya pada pelayanan kesehatan (Hockenberry & Wilson, 2015). Terdapat 3 prinsip dalam atraumatic care yaitu : mencegah atau meminimalisir memisahkan anak dengan keluarganya, mempromosikan rasa control, dan mencegah atau meminimalisir cedera atau rasa sakit (Hockenberry & Wilson, 2015). 6.2.Family Center Care (FCC) Perawatan yang berpusat pada keluarga adalah suatu pendekatan untuk perencanaan, pengiriman, dan evaluasi kesehatan perawatan yang didasarkan pada kemitraan yang saling menguntungkan di antara penyedia layanan kesehatan, pasien, dan keluarga (Institute for Patient- and Family-Centered Care, 2013) . Dalam modul keperawatan anak Kementrian Kesehatan RI tahun 2016 terdapat 3 elemen family centered care meliputi (1) memasukan pemahaman ke dalam kebijakan dan praktik bahwa keluarga bersifat konstan dalam kehidupan anak, (2) memfasilitasi kolaborasi keluarga/profesional pada semua tingkat pelayanan keperawatan, (3) bertukar informasi yang lengkap dan jelas antara anggota keluarga dan professional. 6.3.Hospitalisasi Hospitalisasi merupakan keadaan dimana anak sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Stresor utama dalam hospitalisasi diantaranya termasuk pemisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh, dan rasa sakit.

7. Ketakutan yang terjadi pada tiap tahapan perkembangan 7.1.Bayi 7.2.Anak (lahir sampai 1 tahun) Bayi itu mengenal orangtua dengan baik, keberatan dengan orang baru, dan tampaknya sangat khawatir ketika orangtua pergi. Pengasuh lainnya dapat ditolak karena bayi tidak mengerti bahwa orang tua akan kembali. Fase "kegelisahan orang

asing" ini cukup umum dan menandakan pengakuan dan keinginan bayi untuk dirawat oleh orang tua (Ball, Bindler, & Cowen, 2012). 7.3.

Related Documents


More Documents from "maulizar putri"