Sus Sekretaris

  • Uploaded by: Joni
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sus Sekretaris as PDF for free.

More details

  • Words: 4,527
  • Pages: 19
LO.1. Memahami dan Mempelajari Definisi Vektor Malaria Nyamuk ANOPHELENI yang berperan sebagai vektor malaria hanyalah genus Anopheles. Di seluruh dunia, genus Anopheles jumlahnya kurang lebih 2000 spesies, diantarannya 60 spesies sebagai vektor malaria. Jumlah nyamuk ANOPHELINI di Indonesia kira-kira 80 spesies dan 16 spesies telah dibuktikan berperan sebagai vektor malaria yang berbeda dari satu daerah ke daerah lain tergantung kepada bermacammacam

faktor,

seperti

penyebaran

geografik,

iklim,

dan

tempat

perindukan

(Gandahusada, 2006).

Gambar 1. Distribusi Nyamuk Anopheles di Indonesia (Sukadi, 2009) Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia antara lain: 1. Anopheles sundaicus An. Sundaicus pertama sekali ditemukan oleh Rodenwalt pada tahun 1925. Pada vektor jenis ini umurnya lebih sering menghisap darah manusia dari pada darah binatang. Nyamuk ini aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling sering antara pukul 22.00 – 01.00 dini hari. Pada waktu malam hari nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap didinding baik sebelum maupun sesudah menghisap darah (Hiswani, 2004) . Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh-tumbuhan enteromorpha,

chetomorpha, dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8%. Di Sumatra, jentik ditemukan pada air tawar seperti Mandailing dengan ketinggian 210 m dari permukaan laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 m (Hiswani, 2004) . Masih menurut Hiswani (2004), perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lainnya. Di pantai Selatan Pulau Jawa dan pantai Timur Sumatera Utara, pada pagi hari, sedangkan di daerah Cilacap dan lapangan dijumpai pada pagi hingga siang hari. Jenis vektor An. Sundaicus istirahat dengan hinggap didinding rumah penduduk. Jarak terbang An. Sundaicus betina cukup jauh. Pada musim densitas tinggi, masih dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup banyak disuatu tempat yang berjarak kurang lebih 3 kilometer (Km) dari tempat perindukan nyamuk tersebut. Vektor An. Sundaicus biasanya berkembang biak di air payau, yaitu campuran antara air tawar dan air asin, dengan kadar garam optimum antara 12% -18%. Penyebaran jentik ditempat perindukan tidak merata dipermukaan air, tetapi terkumpul ditempat-tempat tertutup seperti diantara tanaman air yang mengapung, sampah dan rumput – rumput dipinggir Sungai atau pun parit. Genangan air payau yang digunakan sebagai tempat berkembang biak adalah yang terbuka yang mendapat sinar matahari langsung. Seperti pada muara sungai, tambak ikan, galian -galian yang terisi air di sepanjang pantai dan lain –lain (Hiswani, 2004) . 2. Anopheles aconitus Menurut Hiswani (2004), vektor An. Aconitus pertama sekali ditemukan oleh Donitz pada tahun 1902. Vektor jenis An. aconitus betina paling sering menghisap darah ternak dibandingkan darah manusia. Perkembangan vektor jenis ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan dimana kandang ternak yang ditempatkan satu atap dengan rumah penduduk. Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir diseluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian. Biasanya dijumpai di daratan rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung dengan ketinggian 400-1000 m dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vektor pada daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari, hampir 80% dari vektor ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk antara jam 18.00 -22.00. Nyamuk jenis Aconitus ini hanya mencari darah di dalam rumah penduduk. Setelah itu biasanya langsung keluar.

Nyamuk ini biasanya suka hinggap di daerah-daerah yang lembab. Seperti dipinggirpinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab (Hiswani, 2004). Tempat perindukan vektor Aconitus terutama didaerah pesawahan dan saluran irigasi. Persawahan yang berteras merupakan tempat yang baik untuk perkembangan nyamuk ini. Selain disawah, jentik nyamuk ini ditemukan pula ditepi sungai yang airnya mengalir perlahan dan kolam air tawar. Distribusi dari An. Aconitus, terdapat hubungan antara densitas dengan umur padi disawah. Densitas mulai meninggi setelah tiga – empat minggu penanaman padi dan mencapai puncaknya setelah padi berumur lima sampai enam minggu (Hiswani, 2004). 3. Anopheles barbirotris Vektor An. Barbirotris pertama sekali diidentifikasi oleh Van der Wulp pada tahun 1884. Spesies ini tersebar di seluruh Indonesia, baik di daratan tinggi maupun di daratan rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih, alirannya tidakbegitu cepat, ada tumbuhtumbuhan air pada tempat yang agak teduh seperti pada saah dan parit. Jenis nyamuk ini di Sumatera dan Jawa jarang dijumpai menggigit orang tetapi lebih sering dijumpai menggigit binatang peliharaan. Sedangkan pada daerah Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Timor- Timur nyamuk ini lebih sering menggigit manusia daripada binatang. Jenis nyamuk ini biasanya mencari darah pada waktu malam hingga dini hari berkisar antara pukul 23.00 -05.00. Frekuensi mencari darah tiap tiga hari sekali (Hiswani, 2004). 4. Anopheles kochi Spesies ini tersebar di seluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau, kubangan dan sawah siap ditanami (Hiswani, 2004). 5. Anopheles maculatus Vektor An. Maculatus pertama sekali ditemukan oleh Theobaldt pada tahun 1901. Vektor An. Maculatus betina lebih sering mengihisap darah binatang daripada darah manusia. Vektor jenis ini aktif mencari darah pada malam hari antara pukul 21.00 hingga 03.00. Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali Maluku dan Irian. Spesies ini terdapat di daerah pegunungan sampai ketinggian 1600 m diatas permukaan air laut. Jentik ditentukan pada air jernih dan banyak kena sinar matahari (Hiswani, 2004).

Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan. Dimana tempat perindukan yang spesifik vektor An. Maculatus adalah di sungai yang kecil dengan air jernih, mata air yang mendapat sinar matahari langsung. Di kolam dengan air jemih juga ditemukan jentik nyamuk ini, meskipun densitasnya rendah. Densitas An. Maculatus tinggi pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan vektor jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan hanyut terbawa banjir (Hiswani, 2004). 6. Anopheles subpictus Spesies ini terdapat diseluruh wwilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi dua spesies yaitu (Hiswani, 2004): a) Anopheles subpictus subpictus Jenik ditemukan di daratan rendah, kadang-kadang ditemukan dalam air payau dengan kadar air tinggi. b) Anopheles subpictus malayensis Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan parit. 7. Anopheles balabacensis Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balik Papan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda, dan parit yang aliran airnya terhenti. LO.2. Memahami dan Mempelajari Morfologi Vektor Malaria Nyamuk dapat menjadi vektor jika memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain; umur nyamuk, kepadatan, ada kontak dengan manusia, terdapat parasit, dan sumber penularan. Larva nyamuk Anopheles spp. ditemukan pada berbagai habitat, tetapi setiap habitat memliki sifat umum dalam penyediaan makanan, terdiri dari mikroorganisme, bahan organik, dan biofilm. Sumber makanan pada setiap habitat berbeda pada lokasi yang berbeda. Permukaan air kaya akan bahan organik dan mikoorganisme yang digunakan larva nyamuk Anopheles spp. untuk mempertahankan hidupnya .

1.1.1. Klasifikasi anopheles sp

1.1.2. Bagian – bagian morfologi tubuh nyamuk Anopheles sp.

A. Kepala Kepala berhubungan dengan thorak dan memiliki dua mata majemuk, dua antena dan mulut. Antena terdiri atas 15 segmen, masing – masing segmen mempunyai sekelompok rambut pada nyamuk Anopheles sp. betina sedangkan pada nyamuk Anopheles sp. jantan, rambut tersebut sangat lebat sehingga memberikan gambaran “sikat botol” (gambar 2.5) Mulut pada nyamuk Anopheles sp. betina terdiri atas sebuah proboscis untuk menusuk dan menghisap, bagian mulut yang lain tertutup labium (bibir). Nyamuk Anopheles sp. betina saat blood feeding, labella membuka dan ditempelkan pada permukaan kulit, membentuk buluh guna mengarahkan alat penusuk (stylet). Nyamuk Anopheles sp. jantan bagian mulut tidak dibentuk untuk menusuk, mandibula dan maxilla berukuran kecil dan palpus memanjang melebihi proboscis sedangkan pada palpus dan proboscis nyamuk Anopheles sp. betina memiliki ukuran yang sama panjang ( Maulana , 2016 ).

B. Thorak Thorak pada serangga berfungsi untuk proses pergerakan karena terdapat tiga pasang kaki dan sepasang sayap. Thorak dibagi menjadi 3 segmen yaitu prothorak, mesothorak dan metathorak. Sayap nyamuk Anopheles sp. terletak pada kedua bagian belakang mesothorak. Prothorak dihubungkan dengan kepala oleh serviks. Prothorak mengecil menjadi sepasang anterior pronotal lobus yang terletak dibelakang serviks, dibawahnya terdapat sepasang propleura yang menjadi tempat perlekatan kedua kaki depan dan melapisi kedua sisi dan bagian bawah serviks (Purnomo dan Haryadi, 2007). C. Sayap Pola sayap terbentuk dari alur – alur vena dan sisik – sisik yang menutupinya. Pola sisik gelap terang dan venasi sangat penting untuk identifikasi nyamuk Anopheles sp.. Pada spesimen segar bagian gelap biasanya hitam mengkilap dan yang terang (pucat) berwarna putih atau krem. Beberapa spesies seperti An. barbirostris, memiliki sifat gelap

terang yang bercampur pada beberapa vena sehingga memberikan kenampakan yang bercak – bercak. Beberapa spesies tidak memiliki pola tertentu, misalnya An. aitkenii, sisiknya hanya mempunyai satu warna yang sama yaitu gelap. Subgenus Cellia mempunyai sisik gelap yang lebih terang dan teratur dari pada sub genus Anopheles . Bagian – bagian sayap Anopheles sp.

1.1.4. Kaki Kaki nyamuk Anopheles sp. terdiri dari enam ruas yaitu coka yang terletak pada ruas pertama yang menempel pada thorak, diikuti trochanter, femur, tibia, tarsus yang terdiri dari lima segmen dan pretarsus yang terdiri dari sepasang claw. (Purnomo dan Haryadi, 2007). Pola sisik gelap terang yang menutupi kaki penting untuk identifikasi, seperti pola sisik gelap terang pada sayap.

1.1.5. Abdomen Abdomen terdiri atas 8 segmen yang tampak jelas dan dua segmen yaitu ke – 9 dan ke – 10 yang bentuknya berubah sesuai dengan alat kelamin. Setiap segmen dari ke 8 segmen tersebut terdiri atas sterit dan tergit yang berhubungan melalui membran pleura. Segmen depan dihubungkan dengan segmen belakangnya oleh membran intersegmen (selaput antar segmen). pada saat abdomen kosong, membran pleura dan intersegmen akan terlipat sehingga tidak tampak dan segmen yang di belakangnya sedikit tertarik masuk ke segmen di depannya. Nyamuk Anopheles sp. pada saat menghisap darah banyak, perutnya akan membesar sehingga membran melebar yang menyebabkan tergit dan sternit terpisah satu dengan yang lainnya. Kedelapan segmen ini tampak serupa kecuali segmen pertama yang menempel pada metathorak berukuran lebih kecil. Nyamuk Anopheles sp. jantan setelah keluar dari pupa, segmen ke – 8 bersama dengan alat kelaminnya berputar 180 derajat sehingga permukaan belakangnya adalah sternit bukan tergit ( Maulana. 2016 ). Alat kelamin nyamuk Anopheles sp. terletak pada segmen ke – 9 dan ke – 10, segmen tersebut mempunyai kekhususan sebagai alat untuk kopulasi dan peletakan telur. Alat kopulasi pada nyamuk Anopheles sp. jantan dipergunakan untuk menyalurkan spermatozoa dari testes ke spermateka nyamuk betina. Pada nyamuk Anopheles sp. betina, bagian yang menerima spermatozoa disebut spermateka (Hadi et al, 2009). Alat kelamin luar nyamuk Anopheles sp. jantan disebut hypopygium yang digunakan sebagai alat kawin. Hypopygium ini dapat digunakan sebagai alat identifikasi untuk menentukan klasifikasi berbagai nyamuk Anopheles sp. sedangkan pada alat kelamin Anopheles sp. betina tampak serupa sehingga tidak digunakan untuk identifikasi

meskipun alat kelamin tersebut dapat membedakan sub genus Anopheles dan Cellia, misalnya bentuk dan distribusi bintik bening pada spermateka berguna untuk identifikasi spesies kembar ( Maulana,2016 ).

LO.3. Memahami dan Mempelajari Siklus Hidup Vektor Malaria Siklus hidup nyamuk pada umumnya mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu stadium telur, larva, pupa dan dewasa serta menyelesaikan daur hidupnya selama 7-14 hari. Tahapan ini dibagi ke dalam dua perbedaan habitatnya yaitu lingkungan air (akuatik) dan di daratan (terestrial) (Foster dan Walker 2002). Nyamuk dewasa muncul dari lingkungan akuatik ke lingkungan teresterial setelah menyelesaikan daur hidupnya secara komplit di lingkungan akuatik. Oleh sebab itu, keberadaan air sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa jentik (larva) dan pupa Telur nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur satu persatu di dalam air atau bergerombolan tetapi saling melepas. Telur Anopheles mempunyai alat pengapung dan untuk menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2-3 hari. Pertumbuhan larva berlangsung sekitar 7-20 hari tergantung suhu. Selain itu pertumbuhan larva juga dipengaruhi nutrien dan keberadaan predator (Service dan Thowson 2002). Larva sering ditemukan pada kumpulan air yang dangkal. Pada umumnya Anopheles menghindari air yang tercemar polusi, hal ini berhubungan langsung dengan kandungan oksigen dalam air. Selain itu, terdapat hubungan antara kepadatan larva dengan predator, seperti ikan pemakan larva dan lain-lain. Larva Anopheles ada yang senang sinar matahari (heliofilik), tidak senang matahari (heliofobik) dan suka hidup di habitat yang terlindung dari cahaya matahari (shaded). Jenis air pun memiliki peranan yang cukup penting. Larva Anopheles lebih menyukai air yang mengalir tenang ataupun tergenang. Peningkatan suhu akan mempengaruhi tingkat perkembangan dan distribusi larva. Larva Anopheles berada dipermukaan air supaya bisa bernafas melalui spirakel.

Kepompong (pupa) merupakan stadium terakhir di lingkungan akuatik dan tidak memerlukan makanan. Pada stadium ini terjadi proses pembentukan alat- alat tubuh nyamuk seperti alat kelamin, sayap dan kaki. Lama stadium pupa pada nyamuk jantan antara 1-2 jam lebih pendek dari pupa nyamuk betina, karenanya nyamuk jantan akan muncul kira-kira satu hari lebih awal daripada nyamuk betina yang berasal dari satu kelompok telur. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ini berkisar 25–27 C. Pada stadium pupa ini memakan waktu lebih kurang 2-4 hari (viranti mandasari. 2012 ) .

Tempat perindukan vektor merupakan tempat yang dipergunakan oleh nyamuk Anopheles untuk berkembang biak untuk memulai proses siklus hidupnya hingga menjadi nyamuk (Foster dan Walker 2002). Jenis air yang dimanfaatkan untuk perkembangbiakan Anopheles berbeda-beda. Beberapa habitat larva dapat hidup di kolam kecil, kolam besar dan genangan air, yang bersifat sementara atau di rawa-rawa yang permanen. Walaupun sebagian besar Anopheles hidup di habitat perairan tawar, tetapi ada beberapa spesies Anopheles berkembang biak di air asin.

L.I. Memahami dan menjelaskan Vektor Malaria L.O. 1. 4. Bionomic Aktivitas nyamuk Anophelini sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu. Umumnya anophelini aktif mengisap darah hospes pada malam hari atau sejak senja sampai dini hari. Jarak terbang anophelini biasanya 0,5-3 km, tetapi dapat mencapai puluhan km karena dipengaruhi oleh transportasi (kendaraan, kereta api, kapal laut, dan kapal terbang) dan kencangnya angin. Umur nyamuk dewasa anophelini di alam bebas 1-2 minggu, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3-5 minggu. 1. Anopheles Aconitus Nyamuk sering masuk ke dalam rumah pada malam hari, menyukai menghisap darah manusia, sapi, atau kerbau. Aktif menggigit sepanjang malam, meskipun kira-kira 80% dari jumlah ditangkap sebelum tengah malam, paling banyak antara pukul 18.00 – 22.00. Nyamuk dapat dijumpai hingga ketinggian ± 850 meter di atas permukaan laut. Jarak terbang An. aconitus betina cukup jauh, yaitu antara 1 – 2 km. Pada pagi hari banyak ditemukan di tebing sungai, hinggap di lubang tebing, dekat air yang selalu basah dan lembab. Zoofilik > antropofilik. 2. Anopheles Balabacencis Nyamuk An. balabacencis menghisap darah manusia dan ternak. Nyamuk ditemukan juga di dalam hutan. Nyamuk betina kadang-kadang hinggap di dalam rumah hanya beberapa saat sebelum dan sesudah menghisap darah. Puncak aktivitas menggigit pada malam pukul 24.00 – 03.00. Pada siang hari tidak ditemukan seekor nyamukpun yang istirahat di dalam rumah. Tempat Istirahatnya di hutan, meskipun tidak diketahui di mana nyamuk tersebut istirahat. Antropofilik < zoofilik . 3. Anopheles Bancroftii Nyamuk betina spesies ini tak mempunyai pilihan tertentu akan sumber darah (Human Blood Index 9-83%). Banyaknya nyamuk yang tertangkap antara di dalam dan di luar rumah pada malam hari relativ sama. Pada malam hari kebanyakan di tangkap antara pukul 18.00 hingga 22.00. Tempat istirahat nyamuk ini adalah rumah. Pada pagi/siang hari banyak ditemukan di dalam rumah. Zoofilik > antropofilik. 4. Anopheles Sundaicus Aktif menggigit sepanjang malam tetapi paling banyak ditangkap antara pukul 22.00 – 01.00. Lebih banyak ditemukan menggigit orang di luar rumah daripada di dalam. Pada waktu malam nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah, hinggap di dinding baik sebelum maupun sesudah menghisap darah. Perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara lokasi yang satu dengan lokasi lainnya. Pada pagi/siang hari nyamuk ini hinggap di dinding rumah mulai dari bagian dekat lantai hingga di bawah atap. Antropofilik > zoofilik. 5. Anopheles Maculatus Keaktifan mencari darah pada malam hari agak terlambat yaitu mulai pukul 21.00 – 03.00. Lebih banyak di tangkap menggigit orang di liuar rumah daripada di dalam rumah. Pada pagi hari An. maculatus istirahat di luar rumah, hinggap pada pohon kopi dan juga tanaman-tanaman yang hidup di tebing

yang curam. Nyamuk ini mampu terbang hingga sejauh ± 2 km. Zoofilik > antopofilik 6. Anopheles Hyrcanus Group Di Indonesia ada dua spesies termasuk An. Hyrcanus Group yang berperan sebagai vektor malaria, yaitu a) An. sinensis wiedemann, 1928 dan b) An. nigerrimus giles, 1900. Pada malam hari banyak dijumpai menggigit di luar rumah, boasanya mulai aktif mencari darah setelah gelap dan akan menurun setelah pukul 21.00. Pada siang hari jarang sekali ditemukan di dalam rumah, tetapi pada malam hari dapat ditemukan hinggap pada dinding kamar dan berada di rumah baik sebelum dan sesudah menghisap darah. Zoofilik > antropofilik. 7. Anopheles umbrosus Group Dari group ini ada dua spesies yang telah dikonfirmasi sebagai vektor, yaitu a) An. umbrosus theobaldt,1902 dan b) An. letifer sandosham, 1994. An. umbrosus, antropofilik > zoofilik, dan di dalam hutan lebih banyak ditemukan aktif menggigit pada waktu siang daripada malam. Sedangkan An. letifer lebih banyak ditangkap pada malam hari. Nyamuk ini Zoofilik > antropofilik. 8. Anopheles Subpictus Nyamuk aktif menggigit sepanjang malam, meskipun paling banyak ditangkap antara pukul 22.00 – 23.00. Pada malam hari nyamuk ini hinggap di dinding baik sebelum dan sesudah menghisap darah. Pada pagi hari di utara P. Jawa banyak ditemukan istirahat di dalam rumah. Zoolitik > antropolitik. 9. Anopheles Minimus Theobaldt dan Anopheles Flavirostris Ludow Antropofilik > zoofilik. Belum banyak diketahui. 10. Anopheles Ludlowae Var. Torakala Stoker dan Koesmawinagoen Belum diketahui. 11. Anopheles Karwari Banyak ditangkap di luar ruah. Pada siang hari hamper tidak pernah ditemukan istirahat di dalam rumah, meskipun tempat istirahat di alam luar juga belum diketahui dengan pasti. 12. Anopheles Farauti Keaktifan mencari darah sepanjang malam, meskipun paling banyak ditangkap pada pukul 18.00 – 22.00. Pada malam hari lebih banyak ditangkap di luar rumah daripada di dalam rumah. Frekuensi mencari darah tiap 2 – 4 hari. Pada siang hari ditemukan baik di dalam maupun di luar rumah. Di luar rumah ditemukan istirahat di pangkal pohon pisang, di bawah rumput-rumputan yang teduh dan lembab. Jarak terbang kira-kira 1,5 km. 13. Anopheles Koliensis Keaktifan mencari darah sepanjang malam, tetapi paling banyak ditangkap antara pukul 18.00 – 21.00. Lebih banyak ditangkap di luar rumah daripada di dalam rumah. Pada siang hari dapat ditemui baik di dalam nmaupun di luar rumah. Di luar rumah istirahat di bawah batang pisang, di bawah rumputrumputan yang lembab dan teduh. Jarak terbang kira-kira 1,5 km. Antropofilik > zoofilik. 14. Anopheles Punctulatus Keaktifan menggigit sepanjang malam, tetapi paling banyak ditangkap antara pukul 22.00 – 02.00. Pada pagi hari dapat ditemukan baik di dalam rumah maupun di alam luar. Ketinggian hinggap di dalam rumah kurang satu meter dari lantai. Jarak terbang kira-kira 2 km. Antropofilik > zoofilik.

L.O. 1. 5. Memahami dan Menjelaskan Tempat Perindukan Larva 1. An. Sundaicus Muara sungai yang mendangkal pada musim kemarau, tambak ikan yang kurang terpelihara, parit di sepanjang pantai bekas galian yang terisi air payau, tempat penggaraman (Bali) di air tawar (Kal Tim dan Sum) 2. An. Aconitus Persawahan dengan saluran irigasi, tepi sungai pada musim kemarau, kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya. 3. An. Subpictus Kumpulan air yang permanen/sementara, celah tanah bekas kaki binatang, tambak ikan dan bekas galian di pantai (Pantai Utara Pulau Jawa). 4. An. Barbirostris Sawah dan saluran irigasi, kolam, rawa, mata air, sumur, dll. 5. An. Balabacencis Bekas roda yang tergenang air, bekas jejak kaki binatang pada tanah berlumpur yang berair, tepi sungai pada musim kemarau, kolam atau kali yang berbatu di hutan atau daerah pedalaman. 6. An. Letifer Air tergenang (tahan hidup di tempat asam, terutama dataran pinggir pantai). 7. An. Farauti Kebun kangkung, kolam, genangan air dalam perahu, genangan air hujan, rawa, dan saluran air. 8. An. Punctulatus Air di tempat terbuka dan terkena sinar matahari, pantai (musim hujan), tepi sungai. 9. An. Koliensis Bekas jejak roda, lubang di tanah yang berisi air, saluran, kolam, kebun kangkong, dan rawa. 10. An. Ludlowi Sungai di daerah pegunungan. 11. An. Nigerrimus Sawah, kolam, dan rawa yang ada tanaman air. 12. An. Sinensis Sawah, kolam, dan rawa yang ada tanaman air. 13. An. Flavirostris Sungai dan mata air terutama yg bagian tepinya berumput. 14. An. Karwari Air tawar yang jernih dan kena sinar matahari, di daerah pegunungan. 15. An. Maculatus Mata air dan sungai dengan air jernih yang mengalir lambat di daerah pegunungan, perkebunan teh (di Jawa). 16. An. Bancroftii Danau dengan tumbuhan bakung, air tawar yang tergenang, rawa dengan tumbuhan pakis. 17. An. Barbumbrosus Di pinggir sungai yang terlindung dengan air yang mengalir lambat dekat hutan di dataran tinggi. L.O. 1. 6. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan pengendalian vektor 1. Nyamuk dewasa

Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah dengan insektida (IRS/ indoors residual spraying) , menggunakan kelambu berinsektisida, atau repellent/obat nyamuk gosok. 2. Larva nyamuk Beberapa upaya pengendalian vektor yang dilakukan miusalnya terhadap jentik dilakukan larviciding (tindakan pangendalian larva Anopheles sp secara kimiawi, menggunakan insektisida), biological control (menggunakan ikan pemakan jentik), manajemen lingkungan, dll. Namun perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus dilakukan secara REESAA (rational, effective, efisien, suntainable, affective, dan affordable) mengingat kondisi geografis Indonesia yang luas dan bionomik vektor yang beraneka ragam sehingga pemetaan breeding places dan perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah daerah, seluruh stakeholders, dan masyarakat dalam pengendalian vektor malaria.

Daftar Pustaka  Sutanto I, dkk, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, edisi ke 4, FKUI, Jakarta, hal 256. 2008.  Kemenkes. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Vol 1: (triwulan1). Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.  Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Malaria Entomologi 10, Jakarta. 1990. LI.3. Memahami dan Menjelaskan Program Eliminasi Malaria LO.3.1 Definisi Eliminasi Malaria Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali. LO.3.2 Tujuan Eliminasi Malaria Tujuan Terwujudnya masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030. LO.3.3 Sasaran Eliminasi Malaria Sasaran Sasaran wilayah eliminasi dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut : a. Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta), Pulau Bali dan Pulau Batam pada tahun 2010; b. Pulau Jawa, Provinsi NAD dan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015; c. Pulau Sumatera (kecuali Provinsi NAD dan Provinsi Kepulauan Riau) , Provinsi NTB,

Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi pada tahun 2020; dan d. Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi NTT, Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara pada tahun 2030. LO.3.4 Tahapan Tahap Pemberantasan a. Belum semua unit pelayanan kesehatan mampu memeriksa kasus secara laboratorium (Mikroskopis). b. Cakupan pelayanan dan sumber daya terbatas. c. Bila semua penderita demam di unit pelayanan kesehatan sudah dilakukan pemeriksaan sediaan darah, maka Slide Positif Rate (SPR) masih > 5%. d. Adanya upaya pengendalian malaria secara intensif untuk mencapai SPR < 5 %. e. Adanya keterlibatan pemerintah, pemerintah daerah, swasta, LSM, organisasi Profesi, Lembaga Internasional dan lembaga donor lainnya (pembentukan Tim Gebrak Malaria atau forum kerja sama lain yang sudah ada di Provinsi dan Kabupaten/ kota) Tahap Pra Eliminasi a. Semua unit pelayanan kesehatan sudah mampu memeriksa kasus secara laboratorium (mikroskopis). b. Semua penderita malaria klinis di unit pelayanan kesehatan sudah dilakukan pemeriksaan sediaan darah dan SPR mencapai < 5%. c. Adanya peningkatan kualitas dan cakupan upaya pengendalian malaria (Surveilans, penemuan dan pengobatan, pemberantasan vektor) untuk mencapai Annual Parasite Incidence (API) < 1/1000 penduduk berisiko. d. Adanya peningkatan keterlibatan pemerintah, pemerintah daerah, swasta, LSM, organisasi profesi, lembaga internasional, lembaga donor dan lain-lain (Tim Gebrak Malaria atau forum kerja sama lain yang sudah ada di Provinsi dan Kabupaten/Kota). e. Tersedianya peraturan perundangan di tingkat Provinsi/ Kabupaten / Kota yang bijakan dan sumber daya untuk pelaksanaan eliminasi malaria. Tahap Eliminasi a. API sudah mencapai < 1/1000 penduduk berisiko dalam satuan wilayah minimal setara dengan Kabupaten / Kota. b. Surveilans sudah berjalan dengan baik termasuk Active Case Detection (ACD). c. Re-orientasi program menuju Tahap Eliminasi kepada semua petugas kesehatan pemerintah maupun swasta yang terlibat dalam eliminasi sudah dicapai dengan baik. d. Lintas sektor terkait telah berperan secara penuh dan sinergis mulai dari pemerintah, pemerintah daerah, LSM, organisasi profesi, lembaga internasional, lembaga donor dan lain-lain dalam eliminasi malaria yang tertuang didalam Peraturan Perundangan daerah. e. Upaya penanggulangan malaria dilakukan secara intensif sehingga kasus dengan penularan setempat (indigenous) tidak ditemukan dalam periode waktu satu tahun terakhir.

Tahap Pemeliharaan (Pencegahan Penularan Kembali) a. Mempertahankan Kasus indigenous tetap nol. b. Kegiatan surveilans yang baik masih dipertahankan. c. Re-orientasi program menuju Tahap Pemeliharaan kepada semua petugas kesehatan, pemerintah maupun swasta yang terlibat dalam eliminasi sudah dicapai dengan baik. d. Adanya konsistensi tanggung jawab pemerintah daerah dalam tahap pemeliharaan secara berkesinambungan dalam kebijaksanaan, penyediaan sumber daya baik sarana dan prasarana serta sumber daya lainnya yang tertuang dalam Peraturan Daerah atau Peraturan Perundangan yang diperlukan di Provinsi / Kabupaten / kota LO.3.5 Kebijakan 1. Eliminasi malaria dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kemasyrakatan dan masyarakat. 2. Eliminasi dilakukan secara bertahap dari kabupaten atau kota, provinsi, dan dari satu pulau atau ke beberapa pulau sampai ke seluruh wilayah Indonesia menurut tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya yang tersedia LO.3.6 Target Untuk mencapai sasaran eliminasi malaria secara nasional pada tahun 2030, telah ditetapkan target-target debagai berikut : 1. Pada tahun 2010 seluruh saran pelayanan kesehatan mampu melakukan pemeriksaan parasit malaria (semua penderita malaria klinis diperiksa sediaan darahnya atau konfirmasi laboratorium) 2. Pada tahun 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah memasuki tahap pre-eleminasi 3. pada tahun 2030 seluruh wilayah Indonesia sudah mencapai eliminasi malaria LO.3.7 Indikator Kabupaten atau kota, provinsi, dan pulau dinyatakan sebagai daerah tereleminasi malaria bila tidak ditemukan lagib kasus penularan setempat (indigeneous) selama tiga tahun berturut-turut serta dijamin dengan kemampuan pelaksanaan survelians yang baik.

LI.4 Memahami dan Menjelaskan Istilah-istilah Epidemologi Malaria Menurut Widagdo (2008), menyatakan bahwa penyakit malaria dapat menular dengan berbagai cara, antara lain dipengaruhi oleh faktor vektornya yaitu nyamuk dan interaksi manusia terhadap lingkungannya (termasuk lingkungan tempat perindukan

nyamuk) juga merupakan salah satu sebab manusia terkena penyakit malaria. Oleh karena itu, diperlukan suatu informasi yang jelas dan akurat dalam upaya pemberantasan malaria dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria melalui suatu SIG dalam bidang kesehatan. Rumus untuk menghitung parameter yang biasa digunakan pada pengamatan rutin malaria: 1. API (Annual Parasite Incidence) Jumlah Penderita Positif Malaria 1000 Jumlah penduduk Positif malaria: dinyatakan positif malaria (ditemukan parasit plasmodium) dari pemeriksaan darah lewat mikroskop. Biasanya menjadi laporan tahunan dan terhitung per 1000 penduduk. Targetnya atau indikasi baik jika di bawah 50 per 1000 penduduk.

2. AMI (Annual Malaria Incidence) JumlahPenderitaMalariaKlinis 1000 Jumlah penduduk Malaria klinis: penderita dengan gejala klasik malaria (demam secara berkala, menggigil, berkeringat dan sakit kepala) atau dengan kata lain penderita yang diduga malaria karena gejala-gejala tersebut dan tanpa pemeriksaan darah lewat mikroskop. Biasanya menjadi laporan tahunan dan terhitung per 1000 penduduk. Targetnya atau indikasi baik jika di bawah 170 per 1000 penduduk.

3. ABER (Annual Blood Examination Rate) Jumlahsediaandarahyangdiperiksa 100% Jumlah penduduk yang diamati ABER diperlukan untuk menilai API, penurunan API berarti penurunan insiden bila ABER meningkat (Yawan, 2006).

4. SPR (Slide Positive Rate) JumlahMalariaPositif 100% JumlahSediaanDarahDiperiksa

Malaria positif: dinyatakan positif malaria (ditemukan parasit plasmodium) dari pemeriksaan darah lewat mikroskop. Sediaan darah: yang diambil darahnya untuk diperiksa. Targetnya atau indikasi baik jika di atas 80%. Seminar Nasional Informatika 2012 (semnasIF 2012) ISSN: 1979-2328 UPN ”Veteran” Yogyakarta, 30 Juni 2012 D-222 5. Persen P.falciparum + mix Persen P.falciparum + mix JumlahMalariaPositif Malaria positif: dinyatakan positif malaria (ditemukan parasit plasmodium) dari pemeriksaan darah lewat mikroskop. 6. CFR (Case Fatality Rate) JumlahMeninggalMalaria 100% Jumlah penderita malaria Mengukur angka kematian (kematian disebabkan malaria) dibandingkan dengan jumlah penderita malaria.

Daftar pustaka Menkes RI,2009,Tentang Eliminasi Malaria di Indonesia,[pdf], (http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk2932009.pdf, diakses tanggal 28 April 2009)

Kusriastuti, Rita. 2011. Buku Saku menuju Eliminasi Malaria. Jakarta: Kementrian kesehatan RI.

Related Documents

Sus Sekretaris
October 2019 38
Presentasi Sekretaris
June 2020 25
Artikel Sekretaris
June 2020 21
Sus
October 2019 23
Sus
October 2019 23
Sus
May 2020 14

More Documents from ""

Tugas Jaringan Md.pdf
June 2020 26
May 2020 37
Jamur.docx
June 2020 31
Tugas Winda Ritonga.docx
April 2020 20