SUPERVISI DALAM KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN SUPERVISI Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas atau kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Sementara itu, supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara kesinambungan oleh supervisor, yang mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenangan, dan peralatan agar pasien atau klien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Sudjana, 2013). Beberapa ahli seperti Swanburg (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah suatu proses kemudahan dalam mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian tugastugasnya. Sementara itu, Korn (1987) Dalam Gillies (1996) menyatakan bahwa supervisi adalah kegiatan merencanakan, mengarahkan,
membimbing,
mengajar,
mengobservasi,
mendorong,
memperbaiki,
memercayai, dan mengevaluasi secara terus menerus dengan sabar, adil, dan bijaksana, sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan perawat. Supervisor bukan sekedar mengawasi kinerja seluruh staf keperawatan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Supervisor juga bersama para perawat memikirkan bagaimana memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diuraikan pemahaman atau pandangan tentang supervisi sebagai berikut: 1. Supervisi adalah proses memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan, dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 2. Pelaksanaan supervisi dilaksanakan oleh orang yang mempunyai secara struktur, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan. 3. Dalam MPKP tim pelaksanaan supervisi dilakukan oleh kepala ruangan yang menyupervisi ketua tim dan perawat pelaksana, lalu ketua tim menyupervisi perawat pelaksana. 4. Materi supervisi disesuaikan dengan uraian tugas dari tiap staf perawat yang disupervisi.
5. Kepala ruang disupervisi mengenai kemampuan manajerial dan kemampuan asuhan keperawatan. 6. Ketua tim disupervisi terkait kemampuan pengelolaan dalam timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. 7. Perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuannya dalam asuhan keperawatan yang dilaksanakan. 8. Pelaksanaan supervisi harus disosialisasikan terlebih dulu kepada orang yang akan disupervisi, sehingga perlu dijadwalkan dan diketahui oleh orang-orang yang akan terlibat dalam kegiatan supervisi.
B. UNSUR POKOK SUPERVISI Terdapat beberapa unsur pokok dalam melaksanakan supervisi. Anzwar (2010) menyatakan bahwa unsur-unsur pokok dalam melaksanakan supervisi antara lain pelaksana, sasaran, frekuensi, tujuan, dan teknik, berikut penjelasannya. 1. Pelaksana Pelaksana adalah orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi yaitu atasan. Seorang atasan yang menjalankan supervisi harus memiliki kelebihan dalam organisasi. Kelebihan yang dimaksud sering dikaitkan dengan status yang lebih tinggi (supervisor) dan fungsi supervisi memang dimiliki oleh atasan. Supervisi juga harus lebih mengutamakan kelebihan pengetahuan atau keterampilan. Menurut Ali Zaidin dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Kepemimpinan dalam Keperawatan membagi tingkatan atau kelas manajer dalam melakukan supervisi sebagai berikut. a. Manajer Puncak (Top Manager) Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil kegiatan dan proses manajemen organisasi. Tugas utama seorang manajer puncak adalah menetapkan kebijaksanaan (policy), serta memberi petunjuk atau pengarahan umum berkaitan dengan tujuan, seperti Kakanwil Depkes Provinsi, Kadinkes Daerah, dan Direktur Rumah Sakit. b. Manajer Menengah (Middle Manager) Manajer menengah memimpin sebagian manajer tingkat pertama. Tugas manajer mengeah adalah menjabarkan kebijakan manajer puncak ke dalam program-program, seperti Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang, Kasubdin Provinsi, dan Kasubbag Daerah Tingkat II.
c. Manajer Tingkat Pertama (First Line, First Level, atau Supervisor Manager) Manajer tingkat bawah bertugas memimpin langsung para pelaksana atau pekerja. Azwar (2010) jug menyatakan bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik, diperlukan beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi (supervisor) sebagai berikut: a. Pelaksana supervisi sebaiknya adalah atasan langsung dari bawahan yang disupervisi. Namun, apabila tidak memungkinkan maka dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas. b. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang disupervisi. c. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi, artinya memahami prinsip-prinsip pokok dan teknik supervisi. d. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif, suportif, dan tidak otoriter. e. Pelaksana supervisi harus memiliki waktu yang cukup, tidak tergesa-gesa, serta dalam berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap bawahan yang disupervisi. 2. Sasaran Objek atau sasaran dalam supervisi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan atau staf yang diberikan tugas dan tanggung jawab oleh atasan atau pimpinannya. Sasaran pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan disebut sasaran langsung, sedangkan sasaran bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. 3. Frekuensi Frekuensi supervisi harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Supervisi yang dilakukan hanya sekali bukan termasuk supervisi yang baik karena organisasi dan lingkungannya selalu berkembang sehingga perlu dilakukan penyesuaian. 4. Tujuan Pada dasarnya, supervisi bertujuan memberikan bantuan kepada bawahan atau staf secara langsung, sehingga mereka memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas mereka memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Untuk mencapai tujuan yang di harapkan seseorang supervesior harus memiliki perencanaan supervisi yang jelas berkaitan dengan kompetensidan tingkat pengembangan staf, serta sesuai dengan kontrak suvervisi.
5. Teknik Teknik merupakan suarau cara strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, pembahasanmengenai teknik supervisi akan dilakukan secra mendalam pada subbab terswendiri dlam bab ini.
C. TUJUAN SUPERVISI Tujuan supervisi adalah memeberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Menurut WHO (1999) dalam sudjana (2013) tujuan dari pengawasan antara lain: 1. Menjamin bahwa pekerjaan dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. 2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan , dan pemahaman, serta mengatur pelatihan yang sesuai: 3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberikan penghargaan atas pekerjaannya serta mengenali sifat yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut: 4. Memungkinkan menejemen bahawa sumber yang disediakan bagi petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik: 5. Memungkinkan menejemen menentukan penyebab kekurangan pada kinerja tesebut.
D.
SASARAN SUPERVISI
Sasaran supervisi objek dari supervisi adalah perekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, dengan bawahan yang melakukan pekerjaan, jika supervisi memiliki sasarn berupa pekerjaan yang dilakukan maka disebut dengan supervisi langsung. Sementara itu, jika sasaran berupa bahwa yang melakukan pekerjaan maka disebut dengan supervisi atau langsung. Tujuan utama supervisi adalah untuk meningkatkN Kinerja yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bahtiar, 2009) Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam supervisi antara lain: 1. Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola. 2. Struktur dan hierarki sesuai dengan rencana. 3. Staf yang berkualitas dapat diberikan secara kontinu dan sistematis.
4. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis. 5. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang 6. Pembagian tugas dan wewenang yang mengedepankan pertimbangan rasional 7. Tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan kekuasaan kedudukan, dan keuangan
E. PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI Beberapan prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Menurut suarli dan Bahri (2009). Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Tujuan utama suoervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerjs bahawa , bukan untuk mencari kesalahan. 2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suportif, bukan otoriter. 3. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjadi kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan. 4. Setrategi dan tatacara supervisi yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masingmasing bawahan secara individu. Penerapan setrategi dan tata cara yang sama untuk semua individu. Penerapan setrategi dan tata cara yang sama untuk semuakategori bawahan bukan merupakan supervisi yang baik. 5. Supervisi harus dilakukan secara fleksibel dan selalu disebut kan dengan perkembangan.
F. MODEL-MODEL SUPERVISI Suarli dan Bahri 2009 juga menyatkan bahwa supervisi memiliki beberpa model yang dapat diterpakkan dalam kegiatan supervisisebagai berikut. 1. Model konvensional Model supervisi konvensional adalah model yang diterapka pada wilayah dengan tradidi dan kultur masyarakat otoriter dan feodel. pada wilayah ini cenderung melahirkan penguasa yang autokrat dan korektif.seseorang supervesior dihadapi sebagai seseorang yang memiliki power untuk menentuka nasib. 2. Model ilmiah Model ilmiah adalah dilakukan secara rencana terus-menerus, sistemmatis, menggunakan prosedur yang memiliki data yang diperoleh secara tis, mengguakan prosedur, memiliki data yang di peroleh secara objektif. Serta ada upaya perbaikan dan umpan balik hasil.
a. Dilakukan secara terencana dan kontinu. b. Sistematis dengan menggunakan prosedur dan teknik teretentu. c. Menggunakan instrumen yang diperoleh dari keadaan rill berupa chwckliist. 3. Model klinis Supervisi klinis merupakan suatu cara untuk memberikan dukungan atau support kepada perawat. Dalam hal ini, mereka dituntut untuk mempertahankan kompetensi sebagai perawat. Supervisi model klinis bertujuan membantu perawat pelaksaan dalam mengembangkan profesionalisme, sehingga penampilan dan kinerja dalam pemberian asuhan keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawat diberikan seorang perawat, selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.
G. PENERAPAN SUPERVISI DI RUMAH SAKIT Dalam rumah sakit, supervisi dapat diterapkan sebagai berikut. 1. Self supervision Self supervision adalah supervisi untuk mengevaluasi pekerjaannya sendiri apakah sudah efektif atau menujuperubahan intervensi kepada klien. Tipe self supervision memiliki kekuatan antara lain: a. Tidak memerlukan biaya b. Bisa dilakukan kapan saja sesuai dengan waktu mereka c. Membangun kemampuan menjadi konselor bagi diri sendiri melalui refleksi d. Menawarkan kemandirian e. Lebih proaktif dan inovatif Selain kelebihan tipe ini juga tidak terlepas dari kelemahan antara lain: a. Sebagai konselor mungkin perawat tidak mampu menyentuh segala sesuatu yang menyangkut dirinya sendiri: b. Ketidak mampuan mengobservasi faktor yang memengaruhi hubungannya dengan klien c. Ketidakmampuan merefleksikan isu yang ada d. Kurang tanggap atau sensitif melakukan intervensi dengan klien 2. One to one supervision One to one supervision adalah hubungan antara supervision dan orang yang diawasi (supervisiee) yang mengarah pada tujuan belajar yang diinginkan
3. Group supervision Disebut juga sebagai dinical supervision yaitu suatu grup dari perawat yang bertemu bertemu bersama. Keuntungan dari tipe ini antara lain adanya masukan dari sejumlah orang. 4. Team or staff supervion Biasanya melibatkan kelompok yang bekerja sebagai tenaga kesehatan dengan pekerjaan yang sama akan mendapatkan supervion dari luar institusi untuk membantu meningkat kemampuan.
H.
TEKNIK SUPERVISI
Teknik supervisi merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya, teknik dalam kegiatan supervisi secara sistematis mencakup beberapa hal yang bersifat pokok, antara lain: 1. Pendapatan dan prioritas masalah 2. Penetapan penyebab masalah 3. Penetapan prioritas masalah 4. Melaksanakan alternatif penyelesaian masalah 5. Menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut Azwar (2010) menyatakan bahwa terdapat dua tehnik dalam melaksanakan supervisi yang baik, yaitu pengamatan langsung dan kerjasama. 1. Pengamatan langsung Pengamatan langsung dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa hal berikut. a. Sasaran pengamatan Yang tidak memiliki sasaran yang jelas dapat menimbulkan kebingungan. b. Objektivitas pengamatan Pengamatan langsung yang tidak memiliki standar dapat mengganggu objektivitas c. Pendekatan pengamatan Harus dilakukan secara edukatif dan suportif, serta tidak dilakukan secara otoriter. Hal ini karna pengamatan langsung sering menimbulkan dampak dan kesan negatif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan supervisi yang efektif diuraikan sebagai berikut. a. Pengarahan yang lengkap dan mudah dipahami dengan kata-kata yang tepat b. Berikan arahan yang logis dengan suara yang jelas c. Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu
2. Kerja sama Pada dasarnya prinsip supervisi adalah berupaya meningkatkan penampilan kinerja staf dengan memberikan bantuan secara langsung ditempat, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Sehingga perlu terjalin kerja sama antara pelaksana supervisi dengan orang atau kelompok yang disupervisi. Sehingga tercipta sense of belonging. Dalam hal ini, mereka yang disupervisikan merasakan masalah yang dihadapi adalah masalah mereka sendiri. Jika perawat perawat supervisi tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan maka memungkinkan terjadi kesenjangan fakta, sehingga umpan balik dapat diberikan secara tertulis. Langkah-langkah supervisi tidak langsung diuraikan sebagai berikut a. Supervisi dilakukan secara tidak langsung b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan c. Priksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi d. Berikan penilaian atas dokumentasi yang disupervisikan e. Berikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap
Dalam keperawatan, swanburg (1999) memaparkan cakupan supervisi dalam keperawatan sebagai berikut. 1. Proses supervisi dalam praktik keperawatan meliputi beberapa hal berikut. a. Standar asuhan keperawatan sebagai pedoman b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk pencapai atau kesenjangan c. Tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas ataupun memperbaikinya 2. Area supervisi dalam keperawatan meliput beberapa hal berikut. a. Pengetahuan dan pengertian tentang tugas yang akan dilaksanakan b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar c. Sikap dan penghargaan terhadap pekerjaan seperti kejujuran dan empati
I.
KOMPETENSI SUPERVISOR
Kompetensi seseorang menurut Bittel (1996) dalam Marquis dan Huston (2010), meliputi beberapa hal berikut. 1. Pengetahuan, seorang manajer akan lebih sukses jika dilandasi dengan ilmu pengetahuan yang memandai
2. Kompetensi enterpreneurial, yaitu kemampuan supervisior mencakup orientasi yang terdiri dari suatu keinginan untuk mendapatkan dan melakukan pekerjaan yang lebih baik 3. Komponen intelektual, yaitu bagaimana seorang supervisor berfikir logis dapat dilihat dari: a. Mencari penyebab dari suatu kejadian yang diawali dengan pengumpulan informasi. b. Keterampilan mendiagnosa yaitu kemampuasn mengaplikasikan konsep dan teori pada situasi tatanan nyata. 4. Kemampuan sosioemosional, yaitu kemampuan supervisor dalam hal emosi dan bersosialisasi antara lain: a. Kepercayaan diri yang kuat untuk mencapai tujuan b. Membantu mengembangkan rasa tanggung jawab c. Menanamkan kedisiplinan 5. Kemampuan berinteraksi dengan orang lain, yang meliputi: a. Kepercayaan diri b. Pengembangan diri yang meliputi rasa tanggung jawab, disiplin, dan membantu memberikan nasihat bagi yang memerlukan c. Mempertahankan dan mempelajari semua perilaku atau respons terhadap kebijakan atau keputusan organisasi d. Mengelola proses kelompok dapat memberikan inspirasi, bekerja sama, dan dapat mengordinasikan semua kegiatan dalam kelompoknya.
J. SISTEM PENDUKUNG PENERAPAN SUPERVISI Terdapat beberapa sistem pendukung dalam penerapan supervisi sebagai berikut: 1. Preceptorship Preceptor adalah pembimbing atau instruktur, sedangkan preceptorship adalah cara belajar perawat yang dinamis sebagai proses interaksi yang tidak bisa direncanakan karena banyak kemungkinan yang tidak terduga menekan kebutuhan individu. Preceptor mengidentifikasi pengalaman perawat dengan tanggung jawabnya terhadap sekelompok klien, dalam memberikan pembelajaran melalui pengjaran, instruksi, supervisi, dan menjadi panutan (role model). Artinya, seorang preceptor harus memiliki kemampuan pembelajaran untuk mendukung perawat baru dalam praktik klinik. 2. Mentorship Mentor adalah perawat profesional yang berpengalaman dalam memelihara dan menuntut perawat baru untuk berkembang. Mentoring adalah fenomena yang kompleks dan
menyenangkan, natural dan sangat berarti untuk keuntungan individu dalam berbagai pengalaman dan pengetahuan kepada teman.
K. ALUR SUPERVISI Alur supervisi dalam keperawatan dapat dilihat pada bagian berikut: Ka. Bidang perawatan Kasi perawatan Ka. Per INA
supervisi
Menetapkan kegiatan dan tujuan serta instrument/alat ukur
Menilai kinerja perawat R-A-A
PP-1
PP-2
PA
PA
Pembinaan (3-F) Penyampaian penilaian Feedback Follow up, pemecahan masalah dan reward Kinerja perawat dan Kualitas pelayanan
L. SUPERVISOR Supervisor adalah orang yang melakukan supervisi. Kron (1987) dalam Storus dan Panjaitan (2011) menyatakan bahwa tugas yang harus dilakukan oleh supervisor sebelum melakukan supervisi sebagai berikut: 1. Seorang supervisor harus merencanakan sebelum melakukan tugas sehari-hari , seperti pembagian beban kerja, perincian pengguna waktu, dan harus mengetahui batas kewenangan. 2. Seorang supervisor harus dapat menggunakan kewenangan dengan tepat antara lain: a. Menggunakan wewenang yag dimiliki untuk bertindak efektif dan efisien. b. Mampu menganalisis masalah.
c. Transformasi baik dari atasan maupun bawahan dan sebaliknya. d. Melaksanakan petunjuk. e. Menyaring dan menyampaikan informasi atasan. f. Berusaha untuk mencapai hasil kerja maksimal. Lebih rinci, Bettel (1997) dalam Sitorus dan Panjaitan (2011) memaparkan tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya sebagai berikut: 1. Sebelum pertukaran Shift (15-30 menit), seorang supervisor harus: a. Mengecek kecukupan sarana dan prasarana untuk hari itu. b. Mengecek jadwal kerja. 2. Pada waktu mulai shift (15-30 menit) seorang supervisor harus: a. Mengecek personel yang ada b. Menganalisis keseimbangan tenaga dan pekerjaannya c. Mengatur pekerjaannya d. Mengidentifikasi kemungkinan hambatan yang akan muncul e. Mencari alternatif agar ekerjaan dapat terselesaikan. 3. Sepanjang hari dinas (6-7 jam) seorang supervisor harus: a. Mengecek pekerjaan personel. b. Mengarahkan sesuai kebutuhan. c. Mengecek kemajuan pekerjaan dari personel agar segara dapat dibantu bila dibutuhkan. d. Mengecek pekerjaan rumah tangga. e. Menciptakan kenyamanan kerja, khususnya peronel baru. f. Selalu siaga di tempat bila ada pertanyaan atau permintaan bantuan. g. Mengatur jam istirahat personel. h. Mendeteksi dan mencatat problem yang terjadi pada saat itu dan mencari cara penyelesaia yang tepat. i. Mengecek kecukupan fasilitas atau sarana sesuai kondisi operasional. j. Mencatat fasilitas atau sarana yang rusak dan melaporkannya k. Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja. 4. Sekali dalam sehari (15-30 menit) seorang supervisor harus: a. Mengobservasi satu personel atau area kerja secara kontinu dalam 15 menit. b. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi, seperti keterlambatan pekerjaan, lamanya pengambilan barang, dan kesulitan kerja,
5. Sebelum pulang kerumah (15 menit) seorang supervisor harus: a. Membuat daftar masalah yang belum diselesaikan b. Berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut pada hari esok c. Memikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasil, kecukupan material, dan peralatannya d. Melengkapkan laporan harian e. Membuat daftar pekerjaan untuk keesokan harinya f. Membawa pulang dan mempelajarinya di rumah sebelum kembali bekerja. Dalam bidang keperawatan, Sitorus dan Panjaitan (2011) menyatakan bahwa supervisor dalam keperawatan meliputi kepala ruangan, pengawas perawatan, kepala seksi, dan kepala bidang. 1. Kepala Ruangan Kepala ruangan merupakan ujung tombak penentu tercapai atau ruangan bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan untuk klien. 2. Pengawas Perawat Beberapa ruangan atau unit pelayanan berada di bawah Unit Pelaksana Fungsional (UPF). Pengawas bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada areanya, yaitu beberapa kepala ruangan yang ada di UPF tersebut. 3. Kepala Seksi Beberapa UPF digabung dalam satu pengawasan kepala seksi (Kasie). Kepala seksi mengawasi pengawas UPF dalam melaksanakan tugasnya secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung. 4. Kepala Bidang Kepala bidang bertanggung jawab untuk supervisi kepala seksi secara langsung dan semua perawat secara tidak langsung.
M. PENDELEGASIAN Nursalam (2011) menyatakan bahwa delegasi adalah pendelegasian pekerjaan yang dikerjakan melalui orang lain untuk menyelesaikan tujuan organisasi. 1. Unsur-Unsur Pendelegasian Unsur-unsur dalam proses delegasi meliputi hal-hal berikut: a. Tanggung jawab (responsibility) adalahpekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang pada jabatan tertentu
b. Kekuasaan (authority) adalah hak atau wewenang untuk memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan fungsinya c. Penanggungjawaban (accountability) adalah memberikan pertanggungjawaban dengan memberikan laporan mengenai bagaimana seseorang melaksanakan tugasnya dan bagaimana memakai wewenang yang diberikan kepadanya. 2. Tugas-Tugas yang Didelegsikan Menurut Manullang (2011), tugas yang dapat didelegasikan dari alasan kepada bawahannya dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut: a. Ditinjau dari Tugas Proses Tugas dan kekuasaan, lalu mendelegasikan tugas dan kekuasaan kepada orang yang berada di bawahnya. Pada keadaan ini, manager terdahulu lebih banyak mendelegasikan perencanaan dan pelaksanaan, serta semakin banyak memusatkan perhatian dalam pengawasan. Dalam hal ini, tugas-tugas perencanaan dan pelaksanaan sebagai besar dapat didelegasikan, sedangkan tugas pengawasan tidak dapat didelegasikan. b. Ditinjau dari Aspek Bidang (Spesialisasi) Delegasi yang efektif memiliki ciri antara lain: 1) Unsur delegasi harus lengkap dan jelas 2) Harus mendelegasikan kepada orang yang tepat 3) Pemberi delegasi harus memberikan peralatan yang cukup dan mengusahkan keadaan lingkungan yang efisien 4) Orang yang memberi delegasi harus memberikan intensif atau rangsangan material maupun nonmaterial.