Subkomite Dalin Komite Medik - 18. Pencegahan Transmisi Infeksi Pada Hemodialisis

  • Uploaded by: Dody Firmanda
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Subkomite Dalin Komite Medik - 18. Pencegahan Transmisi Infeksi Pada Hemodialisis as PDF for free.

More details

  • Words: 1,737
  • Pages: 43
MATERI PELATIHAN (IN-HOUSE TRAINING)

PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT (HOSPITAL ACQUIRED INFECTION CONTROL) SUBKOMITE PENGENDALIAN INFEKSI KOMITE MEDIK RSUP FATMAWATI, JAKARTA

Pencegahan Transmisi Infeksi Pada Pasien Hemodialisis Kronik Oleh :Ns. Umi Aisyiyah, S.Kep Sub Komite Pengendali Infeksi Nosokomial RSUP Fatmawati 2008

PENDAHULUAN  





Pasien gagal ginjal  th/ Hemodialisi (HD) Pasien HD berisiko terjadi infeksi akibat proses HD dengan akses vaskuler dalam waktu yang lama, daya imunitas menurun, sering dirawat di RS. Pasien HD berisiko terinfeksi :Hepatistis B, Hepatistis C,HIV, dan Bakteri Pencegahan infeksi di Unit Hemodialisis mutlak harus dilaksanakan secara ketat.

Infeksi terjadi melalui : Transmisi agen infeksi dari pasien ke pasien. 2. Secara langsung atau tidak langsung melalui kontaminan . 3. Peralatan dan perlengkapan. 4. Permukaan lingkungan. 5. Tangan petugas. 1.

Infeksi VirusHepatitis B Epidemiologi : di US Insiden infeksi HBV pada pasien HD kronik : Th 1974 : 6,2 % Th 1980 : 1 % Th 1999 : 0,06 % . Dengan 3,5 % dari seluruh senter HD dilaporkan adanya infeksi kasus baru ( CDC, Unpublished data, 2001 )

Prevalen : Kronik infeksi HBV( Hepatistis B HBsAg positif ) Th 1976: 7,8%, Th 1980: 3,8% , Th 1999: 0,9% Th 1999: total27,7 % dari 3.483 senter HD terdapat lebih dari 1 pasien dengan akut atau kronik HBV. (CDC, Unpublisheddata, 2001)

1.

2.

3.

TRANSMISI HBV Melalui perkutaneus dan permukosal terpapar darah atau cairan tubuh yang infeksius dan dari seseorang yang infeksi HBV kronik. Peralatan terkontaminasi : klem, gunting,HD , knop pintu  yang tidak dibersihkan secara rutin dan tidak didesinfeksi. Staf HD : dapat turut andil menstransfer virus pada pasien dari alat yang terkontaminasi dengan tangan dan sarung tangan yang digunakan.

OUTBREAKS Outrbeaks infeksi HBV pada pasien HD yaitu akibat kontaminasi silang melalui : a. Peralatan yang tidak di desinfeksi/ sterilisasi sebelum digunakan. b. Satu botol obat dan cairan intravena untuk beberapa pasien/ dipakai bersama. c. Penyiapan injeksi obat pada area dekat sampel darah yang telah ambil. d. Staf HD memberikan perawatan secara bersamaan pada kedua pasien infeksi HBV dan pasien rentan.

REKOMENDASI PENCEGAHANDAN MANAJEMENINFEKSI HBV 1. 2. 3.

Surveilans serologi infeksi HBV. Vaksinasi Isolasi pasien HBsAg- positif pada satu ruangan, mesin dan peralatan yang dipakai tersendiri.

Lanjutan rekomendasi : 4. Staff yang merawat pasien HBs Ag positif tidak merawat pasien lain dalam waktu yang sama / sif berikutnya. 5. Sarung tangan digunakan untuk satu pasien dan ganti bila kontak ke pasien lain. Gunakan masker , pelindung wajah/ mata untuk mencegah kontaminasi darah pada saat mulai dan mengahiri HD, membersihkan dializer dan saat memutar darah. Ganti baju bila terkena cairan tubuh, darah, sekresi dan ekskresi.

Lanjutan rekomendasi : 6. Pembersihan dan desinfeksi secara rutin pada mesin HD, peralatan non disposibel dan ruangan. 7. Dializer yang digunakan pasien HBsAg positif tidak di pakai ulang. 8. Konseling dan terapi pada pasien HBV 9. Staf HD dilarang makan, minum dan merokok di areaHD atau laboratorium.

Vaksinasi HepatitisB  Vaksinasi HepatitisB pada semua pasien yang rentan  Testanti HBs 1 – 2 bulan setelah pemberian vaksin  Jika anti HBs <10 mlU/ml, dipertimbangkan pasien suspek, revaksinasi dengan 3 dosis dan periksa ulang anti HBs  Jika HBs ≥10 mlU/ml dipertimbangkan pasien imun dan test setahun kemudian.  Dosis boster diberikan jika Hbs <10 mlU/ml

Infeksi VirusHepatitis C Epidemiologi :  Th 1990 di US Insiden infeksi HCV dilaporkan : 0,73 – 3%  Th 1999 prevalen antiHCV 8,9%, beberapa senter HD prevalen >40 %  Studi HD di US dilaporkan prevalen antiHCV 10 – 36% pada dewasa dan 18,5% diantaranya pada anak-anak.

TRANSMISI HCV transmisi : - kontak langsung pajanan perkutaneus pada darah infeksius - individu infeksi kronik sebagai penular HCV - risiko pasien yang pernah transfusi darah - pasien bertahun-tahun menjalani HD.

Lnjutan transmisi : -

LamaHD berisiko besar terjadi infeksi HCV. Hasil prevalens didapat peningkatan dari 12% pada HD<5 th 37% pada pasien >10 th HD.

-

-

-

a.

b.

OUTBREAK HEPATITIS C: Hasil studi investigasi : indikasi transmisi HCV karena kontrol infeksi yang tidak adekwat. Investigasi CDC1999 – 2000 :Attack rate 6.6 17.5% Berbagai kesempatan terjadi kros kontaminasi diantaranya yang bisa diobservasi : Perlengkapan dan peralatan yang tidak didesinfeksi sebelum digunakan. Penggunaan tempat/ troli bersama untuk persiapan obat dan distribusi obat pada pasien.

Outbreaks: c. Penggunaan botol obat bersama / beberapa pasien di tempat pasien atau di atas mesin HD. d. Ember/ gelas ukur untuk preming yang terkontaminasi tidak diganti secara rutin dan tidak dilakukan desinfeksi sebelum dipakai pasien lain. e. Permukaan mesin tidak rutin dibersihkan dan desinfeksi . f. Tumpahan darah tidak cepat dibersihkan

PENCEGAHANDAN MANAJEMEN INFEKSIHCV 1.

2.

3.

4.

Pencegahan dan kontrol infeksi secara ketat standar precaution. Isolasi pasien tidak direkomendasikan konsekwensi ada test rutin antiHCV untuk monitoring transmisi. Evaluasi pasien infeksi HCV bila mengalami gangguan liver di konsulkan untuk trapi Informasi cara pencegahan penularan

HumanImmunodeficiency Virus Infection( HIV) 1985 – 1999: senter HD di US HD kronik pada pasien infeksi HIV meningkat dari 11% menjadi 39%  Transmisi HIV dari darah dan cairan tubuh pada isi darah. Tidak dari pasien ke pasien.  Satu kasus dilaporkan akibat tertukarnya jarum yang dipakai ulang dan tidak adekwatnya desinfeksi peralatan.  Th

PENCEGAHANDAN MANAJEMEN INFEKSIHIV 1. 2. 3.

4.

TestHIV rutin tidak direkomendasikan. Jika terinfeksi  konseling dan terapi Infectioncontrol precaution semua pasien HD. Pasien tidak diisolasi dan dializer boleh direuse

Infeksi Bakteri Epidemiologi Berat penyakit :  Angka kematian tahunan pasien HD 23 %, penyebab kedua dari kematian ini karena infeksi yaitu15 % .  Septikemia (10,9 % dari semua kematian) penyebab umum terjadinya kematian. Hasil evaluasi pada pasien HD :  mengalami bakteremia 0,63 – 1,7 % pasien / bulan,  infeksi pada vaskular akses ( dengan atau tanpa bakteremia ) 1,3 % - 7,2 % pasien/ bulan.

Tempat infeksi :  Hasil studi 27 senter HD di Prancis pada 230 pasien yang infeksi: - 28% mengalami infeksi pada vaskular akses - 25% infeksi paru - 23% infeksi saluran kemih - 9% infeksi kulit dan jaringan lunak - 15% tidak diketahui tempat infeksinya .

Infeksi Vaskular Akses  Penyebab ; S. Aureus, CoagulaseNegative Staphyococci ( CNS ), gram negative bacilli, nonstaphylococcal gram-positive cocci ( termasuk enterococci ) dan jamur.  Proporsi infeksi karena CNS lebih besar pada penggunaan dialiser yang disambungkan ke kanul dari pada ke AV Fistula atau graf.

Potensial faktor risiko terjadinya infeksi pada akses vaskuler : Lokasi akses vaskuler pada ekstremitas bawah. a. Akses operasi baru. b. c. Trauma, Hematom, Dermatitis atau jaringan skar yang berlebihan pada tempat akses. Kebersihan pasien yang kurang. d. e. Teknik insersi yang kurang baik. Orang tua f. g. Diabetes h. Immunosupresi Kelebihan zat besi i.

Transmisi bakteri patogen penyebab infeksi berasal Dari luar( Eksogen ) : • Karena kontaminasi : cairan dialisis,peralatan, air dan botol obat ( tidak khusus untuk satu orang, sering ditusuk dan pengumpulan sisa obat dari botol lain). • Akibat prosedur reuse dializer atau desinfektan yang tidak adekwat. • Watertreatment yang tidak memadai.Dapat timbul outbreaks

WATER TREATMENT

Lanjutan Transmisi • •



Dari dalam (Endogen ): Invasi bakteri dari pasien sendiri. Terutama karena koloni mikroorganisma residen dalam tubuh pasien ( di nares, faeses ). Hasil kultur positif tapi tidak timbul gejala dan tanda infeksi. Coloni ini potensial mikroorganisme patogen, kebanyakan pasien mendapat dari seringnya di RS dan sarana kesehatan lain.

Lanjutan 



Transmisi dari satu pasien ke pasien lain melalui petugas kesehatan yang tidak memperhatikan standar precaution. Kemungkinan kecil kontaminasi dari permukaan lingkungan ( tempat tidur ). Invasi mikroorganisma ke dalam tubuh pasien melalui alat invasiv ( akses vaskular HD).

PENCEGAHANDAN MANAJEMEN INFEKSIBAKTERI  Penggunaan antimokroba secara

bijaksana

sesuai protokol.  Pencegahan kolonisasi mikroorganisme di Unit HD : penggunaan teknik aseptik pada saat pungsi vaskuler .  Infectioncontrol precaution semua pasien HD.  Staf HD menggunakan sarung tangan, baju pelindung.

Pasien infeksi (MRSA, VRE) : Tempatkan pada satu ruangan/ satu ruangan a. dengan infeksi yang sama. b. Gunakan sarung tangan bila masuk kamar pasien Gunakan gaun/ baju pelindung bila masuk c. kamar pasien yang memungkinkan akan terjadi kontaminasi bila kontak dengan pasien : diare, colostomi, ileostomi, luka.

KESIMPULAN Pencegahan infeksi di UnitHD dibagi dalam 3 bagian A. Pencegahan terhadap penularan agen patogen melalui darah (Hepatitis B,C dan HIV) B. Pencegahan terhadap penularan infeksi mikrobila pada daerah pintasan ( Cimino) C. Pemeliharaan kualitas air

A. Pencegahan terhadap penularan age patogen melalui darah (Hepatitis B,C dan HIV) 1. 2.

3. 4. 5.

Imunisasi petugas : Vaksin HepatitisB. Pendidikan dan pelatihan pencegahan penularan HepatitisB,C dan HIV dan supervisi. Menggunakan alat pelindung diri : sarung tangan,masker, gaun pelindung. Cuci tangan Sediaan lab.  label “Biohazard”

6. Hindari kecelakaan kerja : luka akibat benda tajam. 7. Dekontaminasi percikan darah/ cairan tubuh. 8. Mesin HD dibersihakan dan desinfeksi setelah dan sebelum digunakan.

Lanjutan : 9. Menggunakan alat disposibel dan buang pada tempatnya, benda tajam pada wadah khusus. 10. Alat-alat pakai ulang di sterilisasi/ desinfeksi. 11. Tidak boleh membawa makan & minum di Ruang HD. 12. Pasien baru diperiksa HBsAg 13. Isolasi pasien Infeksi HBV

B. Pencegahan terhadap penularan infeksi mikrobila pada daerah pintasan ( Cimino): 1. Gunakan alat pelindung diri : sarung tangan, masker, gaun pelindung saat merawat pintasan ( cimino ). 2. Cuci tangan 3. Prinsip tindakan steril pada perawatan pintasan ( cimino ) 4. Balut dengan kasa steril. 5. Gunakan alat terpisah untuk setiap pasien.

Lanjutan : 6.MRSA (+ )  waspada penularan dengan cara kontak. 7. Dekontaminasi semua permukaan dan tempat tidur ( klorin 0,5% ). 8. Sarung tangan dan masker tidak dipakai ulang. 9. Petugas yang merawat pasien infeksi tidak moleh merawat pasien lain pada waktu yang sama. 10. Petugas harus mandi dan ganti pakaian sebelum merawat pasien berikutnya.

C. Pemeliharaan kualitas air 1. 2.

3. 4.

Sarana watertreatment Pembersihan dan Desinfeksi mesin HD secara berkala, termasuk semua bagian pemrosesan air. Hindari tekukan saluran air. Uji kualitas air dengan biakan mikrobiologi secara berkala.

SOP perawatan pasien dengan Daya tahan Tubuh Menurun : 1.

2. 3.

Pasien ditempatkan di ruang terpisah dari pasien lainyang telah diketahui menderita penyakit menular/ infeksi. Setiap petugas harus mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien. Setiap petugas dan pengunjung yang menderita influensa dan herpes dilarang masuk ruang rawat. Bila sangat perlu harus menggunakan masker.

Lanjutan SOP 4. 5.

Perawat dinas tidak merangkap peawat dari isolasi lain. Pelayanan penunjang bagi pasien didahulukan sebelum pasien lain.

6. Ruangan pasien dibersihkan secara rutin dengan kaidah kewaspadaan universal. 7. Alat makan, alat tenun, tensimeter, termometer, stetoskop, spuit, kasa pembalut, spesimen laboratorium, buku atau rekam medik tidak perlu tindakan khusus, ditangani sama seperti pasien lain. ( Depkes, 2003 )

Related Documents


More Documents from "Dody Firmanda"