Studi Perbandingan Arsitektur Tradisional Angkola Dengan Arsitektur Tradisional Batak Toba Ditinjau Dari Struktur Bangunan.docx

  • Uploaded by: wengky giawa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Studi Perbandingan Arsitektur Tradisional Angkola Dengan Arsitektur Tradisional Batak Toba Ditinjau Dari Struktur Bangunan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,218
  • Pages: 21
JURNAL ARSITEKTUR STUDI PERBANDINGAN ARSITEKTUR TRADISIONAL ANGKOLA DENGAN ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK TOBA DITINJAU DARI STRUKTUR BANGUNAN Wengky Billy Putra Giawaˡ, Ir. Raimundus Pakpahan, ST.,MT², Yulianto,ST.,M.Eng³. (1)

Mahasiswa, Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Staff Pengajar, Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Email: [email protected] 3) Staff Pengajar, Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Email: [email protected]

(2)

ABSTRACT The Batak are the majority in North Sumatra. The Batak tribe even has another sub-tribe, namely Toba Batak, Karo Batak, Simalungun Batak, Mandailing Batak and Angkola Batak. Every Batak tribe has its own distinctive culture and identity. Batak tribes have traditional buildings which are traditional Batak architectural identities. The diversity of the Batak tribe caused the phenomenon of visual aspect equality in traditional buildings because of the effects of secession and cultural integration. The Toba Batak architecture has the concept of a stilt house and pointed gable construction in both directions and a peg and pen structure system is evidence of similarities with Angkola Batak architecture. Angkola Bataks are part of the Batak tribe. Angkola Batak is a tribe in the area of South Tapanuli. The Toba Batak is the center of the Batak culture. The Toba Batak has one of the traditional Sopo buildings, namely Sopo. Sopo functions as a barn, but also an art venue and meeting place. Angkola Batak has one traditional building that represents the traditional architecture of the Angkola Batak namely Sopo Godang. Serves as a meeting place for the king and the people. It is a place where tradition is based on Dalihan Na Tolu which produces consensus and mutual agreement (The King and People). Sopo Godang is a part of traditional Batak architecture that needs to be preserved. The benefit of this study is to collect data on traditional Angkola Batak architecture and data on structures that are characteristic of the Angkola Batak.

ABSTRAK Suku Batak merupakan mayoritas di daerah Sumatera Utara. Suku Batak bahkan memiliki sub suku lagi yakni Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing dan Batak Angkola. Setiap suku Batak memiliki budaya ciri khas dan identitas tersendiri. Suku Batak memiliki Bangunan tradisional yang merupakan identitas arsitektur tradisional Batak. Keberagaman suku Batak menyebabkan adanya fenomena persamaan aspek visual pada bangunan adat karena akibat pemisahan diri maupun penggabungan budaya. Arsitektur Batak Toba memiliki konsep rumah panggung dan konstruksi atap pelana yang runcing di kedua arah serta sistem struktur pasak dan pen adalah bukti adanya kesamaan dengan arsitektur Batak Angkola. Batak Angkola merupakan bagian suku Batak. Batak Angkola adalah suku yang berada di daerah Tapanuli Selatan. Batak Toba merupakan pusat kebudayaan Batak. Batak Toba memiliki salah satu bangunan adat sopo yaitu sopo. Sopo berfungsi sebagai lumbung, tetapi juga tempat kesenian dan tempat pertemuan. Batak Angkola memiliki satu bangunan adat yang mewakili arsitektur tradisional Batak Angkola yakni Sopo Godang. Berfungsi sebagai tempat pertemuan raja dengan rakyat. Merupakan tempat dimana tradisi berlandaskan Dalihan Na Tolu yang menghasilkan mufakat dan kesepakatan bersama (Raja dan Rakyat). Sopo Godang merupakan bagian arsitektur tradisional batak yang perlu dilestarikan. Manfaat penelitian ini adalah mengumpulkan data arsitektur tradisional batak angkola dan data tentang struktur yang menjadi ciri khas Batak angkola. Kata kunci ; Batak, Sopo Godang dan Arsitektur Tradisional.

1

JURNAL ARSITEKTUR 1.

praktik keprofesian, proses membangun, bukan sekadar suatu bangunan.

PENDAHULUAN Provinsi Sumatera Utara beribukota di

Medan, yang kebanyakan dihuni oleh suku Batak. Batak sendiri merupakan salah satu suku di Indonesia, dengan jumlah penduduk yang besar setelah suku Jawa. Batak juga dikelompokkan menjadi beberapa sub suku lagi. Yaitu Batak Toba, Karo,

Simalungun,

Angkola,

Pakpak,

dan

Mandailing. Masing-masing sub suku tersebut memiliki

adat

budaya

yang

berbeda-beda.

Perbedaan ini bisa terlihat dari desain rumah adatnya.

2.2

Pengertian Arsitektur Tradisional

Arsitektur tradisional sering diartikan sebagai arsitektur adat atau bahkan diartikan sebagai arsitektur kuno. Kata “tradisi’ berasal dari bahasa latin “tradere” yang berarti menyerahkan atau dari kata “traditium” yang berarti mewariskan. Jadi kata tradisi dapat diartikan sebagai suatu proses penyerahan atau pewarisan sesuatu dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2.3

Arsitektur Tradisional Batak Toba 

Sejarah Suku Batak Suku

Batak

Toba

pada

umumnya

Dari aspek visual, beberapa bangunan

mendiami daerah pinggiran Danau Toba di

tradisional Batak diantaranya terlihat mirip karena

Sumatera Utara yang berarti terletak diantara danau

bentuk dan juga strukturnya. Begitu juga halnya

dan pegunungan (Bukit Barisan). Secara topografi

bangunan tradisional Angkola yang terlihat mirip

danau toba memiliki panjang sekitar 80 km dan

dengan bangunan tradisional Batak Toba. Hal itu

lebar 25 km. sumbu panjangnya mengarah ke utara

terlihat dari bentuk atap segitiga dan bentuknya

dan selatan dengan ketinggian 900 m dari

misalnya bahan materialnya atap menggunakan

permukaan laut.

ijuk.

Sama

halnya

dengan

struktur

yang

menggunakan sistem persambungan kayu yakni



konstruksi rangka tersusun dan menggunakan kolom yang berbentuk bulat. Adapun dugaan sementara yakni terdapat perbedaan dan persamaan arsitektur Batak toba

Pokok budaya Batak Toba yang penting termanifestasikan pada ungkapan budaya sebagai berikut : 1.

dengan arsitektur batak angkola ditinjau dari struktur. Untuk itu perlu dikaji dan diteliti aspek-

2.

2.1

Arsitektur Tradisional

Bendera Gajah Dompak yang merupakan tanda

dari strukturnya. TINJAUAN PUSTAKA

Tunggal Panaluan, yaitu tongkat yang dipergunakan pad upacara-upacara adat.

aspek bangunan tradisional Batak Angkola ditinjau

2.

Konsep Kebudayaan dan Kosmologi

dalam

bentuk

wajah

manusia

raksasa pada sebatang kayu berfungsi sebagai sarana penolak bala atau roh jahat yang bakal mengganggu penghuni rumah.

Arsitektur berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani: yaitu arkhe dan tektoon. Arkhe berarti yang asli, awal, utama, otentik. Tektoon berarti berdiri, stabil, kokoh, stabil statis. Jadi arkhitekton diartikan sebagai pembangunan utama, tukang ahli bangunan. Jadi, pengertian arsitektur dapat disimpulkan sebagai seni dan ilmu bangunan,

3.

Singa rumah batak berupa ornament ukiran kayu (gorga) yang memberi arti kewibawaan,

kebenaran dan keadilan

hukum. 4.

Bakkara

5.

Dalihan Na Tolu yang berarti tungku tiga kaki. Artian yang signifikan dengan

2

JURNAL ARSITEKTUR konsep dalihan na tolu adalah bahwa



keseluruhan alam semesta merupakan satu

Batak Toba

Konstruksi

kesatuan yang tak terpisahkan dengan

Bangunan

Tradisional

1. Batu pondasi (Batu Ojahan)

penguasa alam. Tiap bagian alam adalah juga keseluruhan semesta. Keseluruhan alam semesta ini dinyatakan dalam agama dulu yaitu kepercayaan orang Batak terhadap Dewa tertinggi (Mula Jadi Na Bolon).

Alam

semesta

tersebut

Keseluruhan Rumah Batak ditopang oleh pondasi yang dinamai ‘batu ojahan’. Batu pondasi ini terletak langsung di atas tanah sebagai pijakan tiang rumah. Jumlah batu pondasi sesuai dengan jumlah tiang rumah.

mempunyai tiga aspek yang penting yaitu dunia langit, dunia bumi dan dunia di bawah bumi. 

Jenis Bangunan Adat Batak Toba Masyarakat Batak Toba mengenal dua

Gambar. Batu Pondasi

jenis rumah, yakini rumah Sitolumbea dan rumah

Sumber : Dokumentasi Kelompok

Sisampuran atau Sibaba ni amporik. 2.

Tiang (Basiha)

Sebenarnya masih ada satu lagi yang disebut ‘sopo’. Sopo memang bukan satu jenis

Rumah Batak terdiri atas tiang tiang yang

rumah yang dihuni orang batak toba sebagai tempat

besar dan kokoh. Tiang-tiang ini umumnya bulat.

tinggal menetap. Sopo lebih sebagai penyimpanan

Tiang yang bulat dinamai secara khusus ‘basiha’.

padi, tempat pertemuan kawula muda, atau tempat

Tiang rumah batak kurang lebih 1.70 meter.

para wanita melakukan pekerjaan tangan, misalnya menenun ‘martonun’ atau mengayam tikar yang disebut ‘membau lage’.

Jumlah keseluruhan tiang rumah ada 12 buah tiang

yang

panjang.

Konon,

jumlah

ini

menggambarkan jumlah bulan dalam 1 tahun. Ada

Tetapi bentuk sopo ini memang berbeda

dua jenis tiang, yaitu tiang panjang (basiha

dari kedua jenis rumah yang disebut di atas.

ganjang), dan tiang pendek (basiha pandak). Tiang

Bentuknya lebih kecil dari rumah tempat tinggal.

yang panjang ialah yang menyentuh batu pondasi

Sopo selalu memiliki dua lantai. Lantai pertama

sampai ke palang atas penahan atap. Selain itu ada

digunakan sebagai tempat pertemuan anak muda

20 buah tiang yang pendek yang mendukung

atau tempat para wanita melakukan pekerjaan

keseluruhan badan rumah. Tiang yang pendek ialah

tangan. Sedangkan lantai dua dipakai sebagai

tiang yang menyentuh batu pondasi dan lantai

pemuda-pemuda sekampung.

rumah.

Gambar. Tiang (Basiha). Sumber : Dokumentasi Kelompok.

3

JURNAL ARSITEKTUR 3. Pasak (Ransang, Tustus) Pasak yang biasa dalam rumah batak disebut ‘ransang’. Ransang dibuat dari sebilah kayu panjang dengan ukuran 15 x 3 cm. pasak pasak ini menusuk tiang pada bagian tengah kiri dan kanan.biasanya ada tiga sampai empat baris ransang dari bawah sampai ke atas.

Gambar. Sketsa denah Rumah Bolon Sumber : Arsitektur dan Sosial budaya Sumatera Utara,2013,hal 100

Gambar. Sketsa tampak Rumah Bolon. Sumber : Arsitektur dan Sosial budaya Sumatera Utara,2013,hal 100

Gambar. Pasak (Ransang) Sumber : Dokumentasi Kelompok

4.

Tangga (Balatuk)

Gambar . Sketsa detail potongan tiang Rumah Bolon Sumber : Arsitektur dan Sosial budaya Sumatera Utara,2013,hal 103

Gambar. Tangga pada rumah Sitolumbea. Sumber : Dokumentasi Kelompok.

Jumlah anak tangga mempunyai arti status sosial. Dalam

masyarakat

batak

toba

rumah

yang

mempunyai anak tangga ganjil adalah rumah tangga bebas, raja huta atau marga yang membuka kampung (sipungka huta). Sedangkan rumah dengan anak tangga genap menandakan bahwa

Gambar. Sketsa denah Rumah Sopo Sumber : Arsitektur dan Sosial budaya Sumatera Utara,2013,hal 102

orang yang mendiami rumah tersebut adalah budak atau keturunan budak (hatoban)

4

JURNAL ARSITEKTUR  a.

Jenis–Jenis Bangunan Adat Angkola Sopo Godang Sopo Godang pada Suku Batak Angkola

berfungsi sebagai tempat Raja dan masyarakat untuk Mufakat Dalihan na Tolu (adat) dan Martahi Gambar. Sketsa tampak Rumah Sopo

(kepentingan desa). Disetiap desa atau yang disebut

Sumber : Arsitektur dan Sosial budaya Sumatera

“huta” pada suku angkola harus mempunyai sopo

Utara,2013,hal 102

godang yang letaknya berada di tengah-tengah desa. Dalihan na Tolu pada atap Sopo Godang Walaupun sudah dengan adanya Dalihan na Tolu tetapi tidak dengan persetujuan Natoras Ni Hahutaon tidak akan dapat dilaksanakan.

Gambar. Potongan Sopo. Sumber : Arsitektur dan Sosial budaya Sumatera Utara,2013,hal 102

(a)

(b)

Gambar. a. Sopo Godang yang telah disahkan dengan adat b. Sopo Godang yang belum disahkan dengan adat Sumber : Dokumen Pribadi

Sopo

Godang

merupakan

bangunan

peninggalan suku batak angkola yang asli. Sopo Gambar. Sketsa detail potongan tiang Sopo.

Godang yang asli terletak di Desa Bunga Bondar,

Sumber : Arsitektur dan Sosial budaya Sumatera

Sipirok. Sopo Godang tidaklah berdinding penuh,

Utara,2013,hal 102

melainkan

hanya

sebagai

tempat

bersender

sehingga berkesan terbuka dan tidak ada yang perlu

2.4

Arsitektur Tradisional Angkola 

Pengertian Angkola

Orang Angkola merupakan suatu kelompok masyarakat dari etnis Batak, yang menurut cerita menduduki wilayah Angkola sejak berabad-abad yang lalu. Nama "Angkola" diyakini berasal dari nama sebuah sungai "Batang Angkola" yang berada di daerah Angkola. Dari cerita rakyat Angkola, bahwa sungai ini diberi nama oleh Rajendra Kola (Chola) I, penguasa kerajaan Chola (1014-1044 M) yang berasal dari India Selatan, yang memasuki Angkola melalui daerah Padang La was.

disembunyikan dari masyarakat desa. b.

Bagas Bagas pada Suku Batak Angkola artinya

rumah. Tidak seperti pada umumnya rumah-rumah yang ada pada suku batak lainnya seperti batak toba.Pada suku batak angkola, rumah atau disebut bagas berbentuk seperti rumah lama biasa dan mempunyai kolong. Tapi sekarang ini untuk menunjukkan identitasnya sebagai suku angkola, masyarakat angkola menerapkan konsep rumah mereka seperti Sopo Godang yang memakai

5

JURNAL ARSITEKTUR filosofi Dalihan na Tolu dan Bondul na Opat dan dinding rumah dibuat penuh selayaknya dinding rumah biasa.

Gambar. Konstruksi Pondasi Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok

b.

Balok Lantai Sopo Godang Pada lantai sopo terbuat dari bahan papan

Gambar. Bagas Berkonsep Sopo Godang di Desa Pahae Jae,

kayu meranti yang disusun vertikal. Disusun

Kecamatan Silangge (Sumber : Dokumen Pribadi)

3.

TINJAUAN OBYEK STUDI

a.

Tiang Pondasi Sopo Godang

bersilang menggunakan persambungan pasak.

Tiang pondasi pada bangunan Sopo Godang

di

Desa

Bunga

Bondar,

Sipirok

menggunakan jenis kayu Tulason pilihan karena

Gambar. Konstruksi Balok lantai Sopo Godang

sifatnya yang kokoh dan tahan lama. Tradisi

Sumber. Dokumen Kelompok

mengambil kayu ini diambil oleh masyarakat desa

c.

Kolom Sopo Godang

dan pengangkutannya dilakukan secara bergotong Pada tiang/kolom sopo menggunakan

royong. Hal ini dilakukan dengan menggunakan bantuan tali rotan untuk menarik kayu-kayu besar

material kayu meranti yang bentuk bulat dan memiliki diameter 30 cm. Pada kolom sopo disebut

tersebut.

tulason.

Gambar. Konstruksi Kolom Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok

Gambar. Pondasi Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok

d.

Berdasarkan hasil wawancara, pondasi yang digunakan adalah dari batuan gunung, yang diperoleh dari daerah/lingkungan sekitar. Diletakan bebas dibawah Sopo tanpa pengikat antara tanah,

Tangga Sopo Godang Dalam hitungan batak angkola, jumlah

anak

tangga

yang

terletak

pada

bangunan

tradisional angkola haruslah berjumlah ganjil. Begitulah dengan jumlah anak tangga pada Sopo

kolom dan pondasi itu sendiri.

6

JURNAL ARSITEKTUR Godang di Desa Bunga Bondar berjumlah lima anak tangga.

Gambar. Dinding Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok

Dinding Gambar. Tangga Sopo Godang

adalah

salah

satu

elemen

bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk

Sumber. Dokumen Kelompok

ruang. Fungsi lain dari dinding yaitu sebagai

Elemen tangga merupakan alat vertikal yang digunakan untuk naik atau turun dari

pembatas

ruangan,

pelindung

bagian

dalam

bangunan dari cuaca dan sebagainya.

bangunan. Pada tangga sopo berjumlah 5 anak tangga, dan memiliki ketinggian lebih dari 1 meter. Hitungan ganjil dalam anak tangga memiliki makna tersendiri dalm suku batak Angkola.

Gambar. Konstruksi Dinding Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok

f.

Balok Atap Sopo Godang Atap pada sopo menggunakan balok

Gambar. Konstruksi Tangga Sopo Godang

sudutnya yang menahan beban atap.

Sumber. Dokumen Kelompok

e.

persegi dengan sistem bersilang pada sudut -

Dinding Sopo Godang Sopo Godang tidaklah berdinding penuh,

melainkan

hanya

sebagai

tempat

bersender

sehingga berkesan terbuka dan tidak ada yang perlu disembunyikan dari masyarakat desa. Pada interior Sopo Godang tidak ada sekat karena sesuai

Gambar. Konstruksi Balok Atap Sopo Godang

fungsinya tempat untuk mufakat dan hanya ada

Sumber. Dokumen Kelompok

satu pintu utama dan satu tangga di depan sebagai

g.

jalur keluar-masuk kedalam Sopo Godang.

Lisplank Sopo Godang Lisplank atau anak atap yang terletak di

pinggiran atap berfungsi sebagai teritisan air hujan jatuh

langsung

ke

tanah.

Materialnya

menggunakan papan kayu.

7

JURNAL ARSITEKTUR -

Tampak depan

Gambar. Lisplank Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok

h.

Gambar. Tampak Depan Sopo Godang

Atap Sopo Godang

Sumber. Dokumen Kelompok

Bagian-bagian atap antara lain kuda-kuda,

-

Tampak samping kanan

ikatan angin, jurai, gording, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan talang.

Gambar. Tampak Samping kanan Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok Gambar. Struktur Atap Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok

-

Tampak samping kiri

Adapun penggambaran sopo godang dan ukurannya sebagai data hasil pengukuruan dilapangan, antara lain ; -

Denah

Gambar. Tampak Samping kiri Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok

-

Tampak belakang

Gambar. Denah Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok

Gambar. Tampak Belakang Sopo Godang Sumber. Dokumen Kelompok

8

JURNAL ARSITEKTUR 3.

METODOLOGI PENELITIAN Metode penilitian yang digunakan

adalah penilitian deskriptif - komparatif. Penilitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawab secara mendasar

tentang

menganalisis

sebab-akibat,

faktor-

faktor

dengan penyebab

terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Penilitian komparatif sesungguhnya juga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk penelitian yang berusaha mencari fakta – fakta untuk dikembangkan dan disimpulkan. Data perbandingan/ komparasi adalah Sopo Godang merupakan

arsitektur

tradisional

Batak

Angkola dengan Sopo merupakan bagian arsitektur Batak Toba. 4.

ANALISA DAN PEMBAHASAN 

Metode Analisa Analisa

ini

dilakukan

dengan

melakukan perbandingan berdasarkan hasil survey dan

pengumpulan data di lapangan.

Data hasil wawancara merupakan data primer yang didapatkan. Metode yang digunakan menggunakan analisa komparatif. Metode ini membandingkan struktur bangunan tradisional suku batak toba dengan bangunan tradsional suku batak angkola.

9

JURNAL ARSITEKTUR No 1.

Struktur Pondasi

Arsitektur Batak Toba

Arsitektur Batak Angkola

Keterangan

Nilai

Batak Toba :

Adanya persamaan

Ukuran Batu ojahan (Pondasi)

Cara struktur

Ø 25 cm. Sebanyak 6 batu pada

pondasi

setiap tiang. Batu dari sungai

diatas batu

yang kuat dan keras yang

diambil dari alam.

diletakan

disebut ‘batu peo’. Nilai filosofisnya bahwa kakikaki kerbau adalah tiang-tiang pada kolong rumah. Batak Angkola : Ukuran Poyahan (Pondasi) Ø 32 cm. Sebanyak 8 batu pada setiap

tiang.

Dulunya

menggunakan batu datar yang berasal dari gunung, pada masa sekarang adalah semen yang timbul dan dibentuk untuk menopang tiang kayu. Mengandung nilai dalihan na tolu bahwa alas tungku harus datar.

10

JURNAL ARSITEKTUR 2.

Balok Lantai

Adanya persamaan

Batak Toba : Lantai

ditopang

ransang

dengan

(balok).

Ukuran ransang 15 x 3 cm. Jumlah ransang 12 Balok. Ujung

balok

rata

Jumlah

Balok

Lantai

sama

sebanyak 12 Balok sistem

rangka

terusan.

dan

persegi. Balok bagian depan dan belakang

adalah sama.

Begitu juga pada bagian kira dan kanan.

Batak Angkola : Lantai ditopang oleh rasuk (balok). Ukuran rasuk 5 x 10 cm. Jumlah rasuk 12 balok. Ujung balok diukir dan dibentuk. Jarak

balok

lantai

pada

setiap sisi adalah sama.

11

JURNAL ARSITEKTUR 3.

Lantai

Batak Toba :

Adanya

Lante dalam bahasa batak

kesamaan

toba.

menggunakan

Lantai dari Papan kayu

dari papan kayu

ukuran 5 x 25 cm .

persegi.

Sebagai alas dan tempat duduk.

Menggunakan sistem

rangka

Batak Angkola :

tersusun

dan

Lantai dari papan kayu.

diletakan sejajar.

Ukuran 5 x 20 cm. Sebagai alas dan tempat duduk.

12

JURNAL ARSITEKTUR 4.

Kolom

Batak Toba :

Adanya persamaan

Memiliki makna kosmos. Ada

Struktur

6 kolom yang menerus ke atas

tiang/kolom

balok. Ukuran Ø 20 cm. kolom

berbentuk bulat.

disebut Basiha. Kolom inti ber jarak 2 meter antar kolom.

Struktur

Kolom pendek dengan kolom

tiang menggunakan

inti

sistem

berjarak

1

meter.

Fungsinya kolong bangunan

rangka

terusan.

biasanya dipergunakan sebagai kandang ternak. Ada 2 jenis Tiang yakni : Basiha Rea {Tiang

panjang};

Basiha

Pandak {Tiang Pendek }. Batak Angkola : Memiliki

makna

mitologi

Bondal Na Opat. Ada 8 tiang menerus keatas balok. Ukuran Ø

30

cm.

kolom

disebut

Tulason. Antar kolom berjarak berbeda–beda.

Mengandung

nilai simbolik bahwa kolom adalah

Bondul

berbentuk sebagai

na

persegi pelengkap

Opat empat dan

penopang.

13

JURNAL ARSITEKTUR 5.

Tangga

Adanya persamaan

Batak Toba : Tangga

memiliki

3

anak

Jarak

lantai

ke

tangga. Ukuran anak tangga

tanah

yakni

1

100 x 25 cm.

meter.

Adanya nilai simbolik Jumlah bilangan ganjil sebagai simbol

Anak

bahwa pernilik rumah berasal

Berjumlah Ganjil.

dari

golongan

bebas

tangga

atau

merdeka, artinya bukan dari

Tangga

satu-

golongan budak atau tawanan.

satunya

jalan

Ketentuan ini berlaku ketika

masuk

masyarakat

bangunan.

Batak

dahulu

ke

rnasih mengenal adanya kasta. Batak Angkola : Tangga

memiliki

5

anak

tangga. Ukuran anak tangga 100 x 28 cm. Jarak antar anak tangga 30 cm. Menganggap bahwa Budaya hitungan Batak Angkola adalah Opat (ganjil) sedangkan Lima (genap).

14

JURNAL ARSITEKTUR 6.

Dinding

Adanya persamaan

Batak Toba : Dinding

memiliki

melengkung.

Antar

dasambungkan

oleh

bentuk dinding pasak.

Yakni kemiringan

adanya pada

konstruksi dinding

Pada kiri dan kanan adalah memiliki motif yang menonjol. Dinding

menggunakan

persambungan pasak dan pen.

Batak Angkola : Dinding

memiliki

sedikit

miring.

bentuk Dinding

disambungkan dengan sistem bersilang pada sudut- sudut. Pada

setiap

ujung

dinding

terdapat motif yang menonjol.

15

JURNAL ARSITEKTUR 7.

Balok Atap

Adanya persamaan

Batak Toba : Balok

atap

menggunakan

Peletakan

setiap

sistem bersilang pada sudut-

balok atap diatas

sudut. Pada ujung kolom dekat

kolom.

balok atap, terdapat bungkulan. Sistem balok yakni balok

Batak Angkola : Balok

atap

bersilang

dengan

pada

sistem

sudut-sudut.

Kolom berbentuk polos dan

persegi

bersilang

pada

sudut–sudut

antar

balok atap.

bulat sampai ujung. Balok

atap

dibentuk

lebih

panjang

dari

bentangan

antar

kolom.

16

JURNAL ARSITEKTUR 8.

Atap

Batak Toba :

Adanya persamaan

Bentuk atap melengkung dan

Memiliki

meruncing.

runcing yang sama

Menggunakan

bamboo,

tali

ujung

yakni dua arah.

rotan dan ijuk. Nilai

filosofis

kerbau

Punggung

adalah

atap

yang

datar

dan

melengkung. Batak Angkola : Bentuk

Atap

meruncing. Menggunakan kayu meranti, tali rotan, dan riman. Bangunan Tradisional Angkola yang haruslah memiliki Tanduk ni Orbo pada bagian atas atap adalah Rumah Tinggal (Bagas) Raja,

Balai

Adat

(Sopo

Godang), dan Kuburan (Bale). Namun,

Tanduk

ni

Orbo

bukanlah terbuat dari tanduk kerbau asli melainkan dari kayu yang diukir menyerupai tanduk kerbau atau disebut Torsa Angkola (Gorga).

17

JURNAL ARSITEKTUR Kesimpulan

Perspektif Struktur Sopo Godang Batak Perspektif Struktur Sopo Batak Toba

Angkola

18

JURNAL ARSITEKTUR

tiang-tiang pada kolong rumah. Tujuannya

5. KESIMPULAN DAN SARAN

supaya pemilik rumah selamat dan banyak 5.1

Kesimpulan

rejeki di tempat yang baru.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa :

Batak

Angkola : Ukuran Poyahan

(Pondasi) Ø 32 cm. Sebanyak 8 batu pada toba

setiap tiang. Dulunya menggunakan batu

memiliki perbedaan dan persamaan dengan

datar yang berasal dari gunung, pada masa

arsitektur

Pembangunan

sekarang adalah semen yang timbul dan

berdasarkan prinsip

dibentuk untuk menopang tiang kayu.

1.

Arsitektur

Batak

tradisional

Angkola.

rumah adat tradisional

Batak

hidup masing-masing daerah.

Mengandung nilai dalihan na tolu bahwa

2.

alas tungku harus datar.

Bangunan tradisional angkola yang

masih terjaga masih minim. Sopo Godang merupakan

bangunan

tradisional

yang

berfungsi sebagai tempat pertemuan raja. Merupakan

bangunan

tradisional

angkola

peninggalan kuno yang masih ada berada di Desa Bunga Bondar, Sipirok. 3.

Sopo godang merupakan arsitektur

tradisional peningggalan kuno masyarakat batak angkola. Bangunan ini yang menunjukan identitas Batak angkola yakni berlandaskan adat kesepakatan, mufakat dan musyawarah untuk kepentingan bersama atau disebut Dalihan Na Tolu. 4.

tradisional di Desa Bunga Bondar, Sipirok memiliki perbedaan dengan Arsitektur Batak Toba, antara lain :

ransang (balok). Ukuran ransang 15 x 3 cm. Jumlah ransang 12 Balok. Ujung balok rata dan persegi. Balok bagian depan dan belakang adalah sama. Begitu juga pada bagian kira dan kanan. Batak Angkola : Lantai ditopang oleh rasuk (balok). Ukuran rasuk 5 x 10 cm. Jumlah rasuk 12 balok. Ujung balok diukir dan dibentuk. Jarak balok lantai pada setiap sisi adalah sama. Lantai ;

Batak Toba : Lante dalam bahasa batak toba. Lantai dari Papan kayu ukuran

5x

25 cm . Sebagai alas dan tempat duduk. Batak Angkola : Lantai dari papan kayu.

Pondasi ;

Batak Toba

Balok lantai ;

Batak Toba : Lantai ditopang dengan

c.

Struktur dan konstruksi bangunan

a.

b.

Ukuran 5 x 20 cm. Sebagai alas dan tempat : Ukuran Batu ojahan

(Pondasi) Ø 25 cm. Sebanyak 6 batu pada setiap tiang. Batu dari sungai yang kuat dan keras yang disebut ‘batu peo’.Nilai filosofisnya bahwa kaki-kaki kerbau adalah

duduk. d.

Kolom ;

Batak Toba : Memiliki makna kosmos. Ada 6 kolom yang menerus ke atas balok. Ukuran Ø 20 cm. kolom disebut Basiha. 19

JURNAL ARSITEKTUR Kolom inti ber jarak 2 meter antar kolom.

menggunakan persambungan pasak dan

Kolom pendek dengan kolom inti berjarak

pen.

1 meter. Fungsinya kolong bangunan

Batak Angkola : Dinding memiliki bentuk

biasanya dipergunakan sebagai kandang

sedikit miring. Dinding disambungkan

ternak. Ada 2 jenis Tiang yakni : Basiha

dengan sistem bersilang pada sudut- sudut.

Rea {Tiang panjang}; Basiha Pandak

Pada setiap ujung dinding terdapat motif

{Tiang Pendek }.

yang menonjol.

Batak Angkola : Memiliki makna mitologi

g.

Bondal Na Opat. Ada 8 tiang menerus

Batak Toba : Balok atap menggunakan

keatas balok. Ukuran Ø 30 cm. kolom

sistem bersilang pada sudut-sudut. Pada

disebut Tulason. Antar kolom berjarak

ujung kolom dekat balok atap, terdapat

berbeda–beda. Mengandung nilai simbolik

bungkulan.

bahwa kolom

Batak Angkola : Balok atap dengan sistem

adalah Bondul na Opat

Balok atap ;

berbentuk persegi empat sebagai pelengkap

bersilang

dan penopang.

berbentuk polos dan bulat sampai ujung.

e.

h.

Tangga ;

pada

sudut-sudut.

Kolom

Atap ;

Batak Toba : Tangga memiliki 3 anak

Batak Toba : Bentuk atap melengkung dan

tangga. Ukuran anak tangga 100 x 25 cm.

meruncing. Menggunakan bamboo, tali

Adanya nilai simbolik

rotan dan ijuk. Nilai filosofis

Jumlah bilangan

Punggung

ganjil sebagai simbol bahwa pernilik rumah

kerbau adalah atap yang melengkung.

berasal dari golongan bebas atau merdeka,

Batak Angkola : Bentuk Atap datar dan

artinya bukan dari golongan budak atau

meruncing. Menggunakan kayu meranti,

tawanan. Ketentuan ini berlaku ketika

tali rotan, dan riman. Bangunan Tradisional

masyarakat Batak dahulu rnasih mengenal

Angkola yang haruslah memiliki Tanduk ni

adanya kasta.

Orbo pada bagian atas atap adalah Rumah

Batak Angkola : Tangga memiliki 5 anak

Tinggal (Bagas) Raja, Balai Adat (Sopo

tangga. Ukuran anak tangga 100 x 28 cm.

Godang), dan Kuburan (Bale). Namun,

Jarak

antar

Menganggap Batak

anak bahwa

Angkola

tangga

30

cm.

Tanduk ni Orbo bukanlah terbuat dari

Budaya

hitungan

tanduk kerbau asli melainkan dari kayu

(ganjil)

yang diukir menyerupai tanduk kerbau atau

adalah

Opat

sedangkan Lima (genap). f.

Dinding ;

disebut Torsa Angkola (Gorga). 5.

Struktur dan konstruksi bangunan

Batak Toba : Dinding memiliki bentuk

tradisional di Desa Bunga Bondar, Sipirok

melengkung. Antar dinding dasambungkan

memiliki persamaan dengan Arsitektur Batak

oleh pasak. Pada kiri dan kanan adalah

Toba, antara lain :

memiliki motif yang menonjol. Dinding

20

JURNAL ARSITEKTUR a.

Pondasi ; Memiliki proses konstruksi

h.

Atap ; Atap mengunakan konstruksi

dengan menggunakan pondasi batu yang

tradisional dengan sistem persambungan

ditanam lalu diletakan tiang diatasnya.

kayu. Memiliki ujung runcing yang sama

b.

yakni dua arah.

Balok Lantai ; Adanya persamaan

jumlah balok sebanyak 12 balok dengan

6.

sistem rangka terusan.

laporan penelitian serta dalam pengumpulan

c.

Lantai

;

Adanya

kesamaan

Ada

pun

data yakni

keterbatasan pembuatan

melakukan

pengukuran

pada

menggunakan dari papan kayu persegi.

struktur atap karena tidak dapat dijangkau dan

Menggunakan sistem rangka tersusun dan

kurangnya data informasi mengenai struktur

diletakan sejajar.

Batak Angkola.

d.

Kolom ;

menggunakan Kolom

Adanya kolom

persamaan

berbentuk

bulat.

sistem

rangka

menggunakan

5.2

Dari studi yang diadakan, maka dapat

terusan. e.

Tangga ; Merupakan

Saran

jalur satu-

disarankan bahwa sebagai berikut :

satunya masuk dan keluar bangunan. Anak

1. Untuk pengelola adalah masyarakat desa

tangga berjumlah ganjil..

Bunga Bondar agar tetap menjaga dan

f.

merawat Sopo Godang sebagai bagian dari

Dinding ; Dinding hanya sebagai

pembatas lebih mengutamakan sifat

kehidupan desa setempat.

terbuka. Adanya kemiringan pada konstruksi dinding. g.

Balok atap ; Balok atap sistem rangka

tersusun untuk menopang kerangka atap.

2. Untuk pemerintah agar menambah fasilitas informasi

tentang

arsitektur

tradisional

angkola sehingga tetap menjaga kelestarian budaya setempat.

6.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 1987, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Bina Aksara, Jakarta. Darmadi, H 2014, Metode Penelitian Pendidikan Dan Social, Alfabeta Cv, Bandung. Frick, H 1983, Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu, Kanisius, Yogyakarta. Manurung, M 2018, Identifikasi Bangunan Tradisional Sipirok ( Tapanuli Selatan ), Makalah Penelitian, Medan, Praptiningrum, U 2009, Glosari Arsitektur, Andi Offset, Yogyakarta Wahid, J & Alamsyah, B 2013, Arsitektur dan Sosial budaya Sumatera Utara, Graha Ilmu, Yogyakarta.

21

Related Documents


More Documents from "muhammad fadli"