BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tebu ( Saccaharum officinarum L. ) merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi di dunia dan sangat potensial dikembangkan di Negara yang beriklim tropis, seperti di Indonesia. Peningkatan produksi tebu
di Indonesia
diharapkan dapat
mendorong
perekonomian Negara dengan penambahan devisa. Hal ini disebabkan karena 65% produksi gula dunia berasal dari tebu. Selain itu tebu banyak digunakan sebagai bahan industri farmasi , sumber bahan bakar (biofuel), dan produksi beberapa bahan kimia, seperti furfural, dekstran, pakan ternak, selulosa, dan alkohol ( DIBAX et al.,2013) Limbah (waste) merupakan bahan sisa yang tidak berguna atau sama sekali tidak mempunyai nilai ekonomis. Limbah pabrik gula dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.Limbah padat produksi gula berupa ampas tebu, blotong dan abu pembakaran ampas tebu.Ampas tebu didapatkan dari proses penggilingan sedangkan blotong didapatkan dari proses akhir pemurnian nira dan abu pembakaran ampas tebu dihasilkan dari pembakaran ampas tebu di ketel uap.Limbah cair pada pabrik gula terdiri dari air bekas kondensor dan air cuci tapisan. Limbah cair tersebut tidak mengandung senyawa-senyawa kimia berbahaya, hanya minyak yang terbawa dalam
air
cucian
dan
angka
BOD 1
nya
yang
perlu
mendapatkan
pengontrolan.Limbah gas pada pabrik gula umumnya adalah asap cerobong yang merupakan gas sisa pembakaran dari ketel uap. Asap cerobong ini dapat digolongkan sebagai aerosol. Asap cerobong yang mengandung partikel-partikel arang yang berasal dari pembakaran ampas merupakan asap yang berbahaya sehingga tidak boleh langsung dibuang ke udara tanpa pengolahan terlebih dahulu. Isolasi bakteri merupakan pengambilan atau memindahkan mikroba dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dala medium buatan (Fitri dan Yasmin, 2011). Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis merupakan kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptis sangat penting bila bekerja kontak dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk menjalankan prosedur ini adalah bunsen dan laminar air flow. Bila tidak dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh miroorganisme lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptik juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri (Singleton dan Sainsbury, 2006). Kompos merupakan pupuk organik yang sudah diproses dengan cara fermentasi. Sampah organik yang dapat diolah menjadi pupuk organik melalui proses fermentasi disebut kompos (Yuniwati, 2012 dalam Novitasari dkk, 2016).
2
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang sebagai berikut : 1. Melatih untuk bekerja mandiri dilapang dan sekaligus berlatih menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan pekerjaan nantinya yang akan ditekuni 2. Mengetahui tahapan – tahapan pembuatan Dekomposer Bio N10
1.2 Manfaat Praktek kerja lapang ini diharapkan dapat memberi manfaat , adapun manfaat – manfaatnya yaitu : 1. Manfaat secara khusus : b)
Mahasiswa dapat memahami konsorsium mikroba di dalam decomposer Bio N10
c)
Memahami cara pembuatan dekomposer Bio N10
2. Manfaat secara umum : a) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam praktik dunia kerja b) Mengembangkan pola piker dan perilaku ilmiah serta pandangan terhadap dunia kerja bagi mahasiswa c) Memperluas koneksi dunia kerja bagi mahasiswa dalam langkah selanjutnya 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu ( Saccharum Officinarum L ) merupakan
salah
satu
jenis
tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis. Di Indonesia, perkebunan tebu menempati luas areal + 321 ribu hektar yang 64,74% diantaranya terdapat di Pulau Jawa (Departemen Pertanian, 2004b). Perkebunan tersebut tersebar di Medan, Lampung, Semarang, Solo, dan Makassar. Dari seluruh perkebunan tebu yang ada di Indonesia, 50% di antaranya adalah perkebunan rakyat, 30% perkebunan swasta, dan hanya 20% perkebunan negara. Pada tahun 2002 produksi tebu Indonesia mencapai + 2 juta ton (J.A. Witono, 2003). 2.2 Produk dari proses pengilingan tebu : 1.Gula Gula merupakan produk akhir dari produksi tanamn tebu. Tanaman tebu mengandung cairan yang disebut nira dengan prosentase ± 87,5%. Nira terdiri dari bahan kering dan air. Gula terdapat dalam bahan kering yang larut dalam nira. Besar kecilnya kandungan gula dalam batang tebu disebut rendemen.Berdasarkan waktu pengukuran dan bahan ujinya, rendemen dibagi menjadi rendemen efektif, rendemen sementara, dan rendemen contoh ( Anonim,2004 )
4
1. Ampas tebu Ampas tebu adalah limbah padat yang berasal dari industri pengolahan tebu menjadi gula. Ampas ini sebagian besar mengandung bahan-bahan lignoselulosa. Ampas tebu mengandung air 48-52%, gula rata-rata 3,3% dan serat ratarata 47,7%. Serat bagas tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin (Anonim,2004). 2. Blotong Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira, berupa endapan berbentuk padatan semi basah dengan kadar air 50 – 70%, dalam sehari dapat dihasilkan 3,8 – 4 % dari jumlah tebu yang digiling. Blotong yang dihasilkan diangkut dengan truk kemudian ditampung pada lahan berbentuk cekungan di bagian belakang pabrik. Blotong dimanfaatkan sebagai tanah urug dan pengeras jalan. Limbah ini juga sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk, sebagian yang lain dibuang di lahan terbuka dan dapat menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar lahan tersebut (Anonim, 2004).
3. Abu pembakaran ampas tebu Abu pembakaran ampas tebu merupakan sisa pembakaran tidak sempurna ampas tebu yang digunakan dalam proses pengolahan tebu. Kebanyakan masyarakat masih memanfaatkannya sebagai bahan baku pembuatan pupuk organic (Anonim, 2004). 5
2.3 Bakteri Bakteri merupakan mikroorganisme yang pada umumnya bersel satu. Bakteri memiliki struktur sel yang sederhana, dan tidak memiliki nukleus. Bakteri umumnya berukuran sekitar 0,5-5 mikrometer (Fank, 2005). Koloni bakteri sendiri adalah kumpulan dari bakteri yang membentuk kelompok.
Terdapat
banyak bentuk koloni, tegantung dari spesies dan ciri khasnya. Sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi suatu spesies misalnya seperti besar kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni (Bauman,2007).
Morfologi
koloni
bakteri
akan
mempermudah
dalam
pengidentifikasian jenis bakteri (Fitria dan Yasmin, 2011). Bakteri yang hidup di alam terbuka jarang dijumpai tumbuh sebagai biakan murni. Isolasi bakteri adalah pemindahan bakteri dari lingkungan di alam dan menumbuhkan sebagai biakan murni dalam medium buatan. Memindahkan bekteri dari medium lama ke medium yang baru diperlukan ketelitian dan pensterilan alat-alat yang digunakan, sehingga dapat terhindar dari terjadinya kontaminasi (Bauman, 2007). 2.4 Dekomposer Dekomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan bahan organik baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut (Saraswati, 2007 dalam Febriansyah, 2011). Dekomposer yang baik adalah dekomposer yang dapat mempercepat pengomposan bahan organik limbah pertanian. Dekomposer yang digunakan sebaiknya dekomposer yang mengandung 6
konsorsium mikroba yang berfungsi untuk mendekomposisi bahan – bahan organic serta mengandung mikroba penamabat nitrogen pelarut fosfat, pengurai kalium, penghasil fitohormon dan biopestisida. Contohnya adalah Bio N10 yang memiliki konsentrasi 10⁵ - 10⁷cfu/ml bahan pembawa.Nomor Pendaftaran Merk D002011026343 ( Gunawan,2013). Beberapa bakteri yang digunakan sebagai dekomposer dalam produk Bio N10 antara lain : 1. Bacillus Megaterium Merupakan bakteri gram positif. Umumnya bakteri ini bersifat aerob. Panjangnya bisa mencapai 4μm dengan diameter 1,5μm. Bacillus Megatorium dapat tumbuh pada suhu 3 - 45°C dengan suhu optimal tumbuh 30° C. Bakteri ini sering digunakan sebagai Biokotrol untuk mengetahui gejala penyakit pada tanaman tertentu. Beberapa strain dari Bacillus mrgatorium dapat juga melakukan fiksasi nitrogen dengan cara simbiosis. Bakteri ini dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang halofil, yaitu lingkungan yang memiliki kadar garam tinggi, dengan kadar NaCl mencapai 15%. Termasuk bakteri heterotrof pembentuk spora yang banyak terdapat didalam tanah. Ciri khas dari bakteri ini adalah memiliki sususnan putih buram yang dikelilingi zona cairan gelatin yang bersih (Donmez,2011) 2. Pseudomonas Fluorescens Merupakan bakteri gram negatif. Bakteri ini memiliki flagella yang majemuk dan metabolisme yang ekstrim. Bakteri ini dapat ditemukan di tanah maupun di 7
air dan termasuk bakteri abligate aerob. Beberapa strain dari bakteri ini dapat menggunakan nitrate dan oksigen sebagai biokontrol yang apabila diaplikasikan di tanah secara langsung dapat mencegah pertumbuhan bakteri patogen yang dapat merusak tanaman dan dapat juga digunakan sebagai bioremidiasi untuk metabolisme senyawa kimia yang ada di tanah ( Alemu,2013). 4. Celullomonas sp. Merupakan bakteri gram positif. Kemampuan utama dari bakteri ini adalah eksoglucanase. Selulomonas merupakan salah satu jenis dari actinobacteria. Selulosa dan lignin merupakan senyawa yang tidak bisa langsung digunakan oleh tanaman, sehingga bakteri ini cukup penting keberadaanya didalam tanah. Bakteri ini dapat berpindah dan bergerak karena flagella. Termasuk bakteri fakulatif anaerob. Koloninya biasanya berwarna kuning ( Stackerbrandt, 2007) 5. Cytopaga sp Bakteri Cytophaga berbentuk batang yang sangat pendek hingga sedang, yakni antara 0.3-0.8 x 1.5-15 μm, hanya beberapa yang berukuran lebih panjang dengan ujung yang tajam atau runcing. Panjang batangnya bersifat fleksibel, motil dengan cara meluncur, dan merupakan bakteri Gram negatif. Pada media padat dengan kandungan nutrisi yang rendah, koloni berbentuk menjalar, terkadang berbentuk tajam dan menusuk agar, seringkali sangat lembut dan adakalanya menampakkan warna kemerahan atau kehijauan. Pada substrat dengan kandungan nutrisi tinggi, koloni bakteri ini secara mikroskopik biasanya bersifat kompak, cembung, dengan tepi rata atau 8
bergelombang, terkadang pula berbentuk cekung, tenggelam atau terendam ke dalam agar. Biomassa sel biasanya berpigmen, kuning, orange, atau merah, karena mengandung karotenoid, flexirubin, atau keduanya. Jenis bakteri ini ada yang aerob atau anaerob fakultatif, dan bersifat kemoorganotrof. Temperatur optimum berkisar antara 20-35ºC sedangkan pH optimum pertumbuhannya adalah 7 (Bergey and Holt, 2000). 2.5 Pupuk Kompos Pupuk kompos merupakan pupuk yang terjadi proses perombakan oleh alam atas bahan-bahan organik, terutama daun, tumbuh-tubuhan seperti jerami, kacangkacangan, sampah dan lain-lain (Sarief, 1989 dalam Agustina 2007). Kompos merupakan pupuk organik buatan manusia dibuat dari proses pembusukan sisasisa bahan organik ( tanaman maupun hewan ). Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik dan an aerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Proses pembuatan kompos sama halnya dengan proses terbentuknya humus, akan tetapi dalam proses pembuatan kompos ini merekayasa lingkungan dan kondisi yang menjadikan proses itu sendiri menjadi lebih cepat, sehingga
memerlukan
waktu
yang
lebih
singkat
yaitu
sekit
30-90 hari dari pada terbentuknya humus oleh alam yang membutuhkan waktu bertahun-tahun (Lafran, 2009). Adapun manfaat kompos antara lain : 3
Kesuburan Tanah Manfaat kompos yang utama pada tanah yaitu untuk memperbaiki kondisi
fisik tanah dibandingkan untuk menyediakan unsur hara, walaupun dalam kompos unsur hara sudah ada tetapi jumlahnya sedikit. Pupuk kompos berperan dalam 9
menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Cara terbaik memanfaatkan kompos adalah mengembalikan kompos tersebut pada tanaman yang bersangkutan. Sebagai contoh, daun-daunan dan ranting pohon mangga yang gugur di tanah dikembalikan lagi ke pohon mangga dengan cara ditimbun dalam tanah dekat pohon mangga agar menjadi kompos dan dapat dimanfaatkan. Dengan cara tersebut belum cukup untuk menyediakan unsur hara bagi pohon mangga. Untuk itu perlu masukkan lain yang lebih banyak dengan cara memanfaatkan kotoran hewan, sampah dapur atau pun bahan-bahan organik lainnya dari luar yang diproses menjadi kompos. (Lafran, 2009) 4
Di Bidang Pertanian Kompos sangat bermanfaat bagi proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak
hanya mensuplai unsur hara bagi tanaman, selain itu kompos juga memperbaiki struktur tanah kering dan ladang serta menjaga fungsi tanah, sehingga suatu tanaman dapat tumbuh dengan baik. a. Kompos Menyediakan Unsur Hara Bagi Tanaman Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dibagi menjadi tiga golongan. Unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K). Unsur hara makro sekunder yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti belerang (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B), mangan (Mn) dan molibdenum (Mo). Kompos yang sudah jadi dapat digunakan untuk memupuk tanaman, dimana mengandung sebagian besar 10
unsur hara makro primer, makro sekunder dan unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan tanaman (Lafran, 2009). b. Kompos Meningkatkan Kemampuan Tanah Untuk Menahan Air Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik, sehingga kompos mampu mengikat serta menahan ketersediaan air di dalam tanah. Erosi air secara langsung dapat ditahan dengan adanya kompos pada tanah (Lafran, 2009). c. Kompos Meningkatkan Aktivitas Biologi Tanah Pada kompos terdapat mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Dalam tanah, Kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme. Selain berisi bakteri dan jamur pengurai, keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering. Keadaan seperti itu sangat disenangi oleh mikroorganisme. Dalam hal ini misalnya, cacing tanah lebih senang tinggal di tanah dengan kadar organik tinggi daripada tanah yang keras atau berpasir. Cacing tanah dapat menyediakan pupuk alami berupa kascing yang bermanfaat bagi tanaman (Lafran, 2009).
11
BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan waktu Praktek Kerja Lapang Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Penelitian Gula PTPN X Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri.Kegiatan Praktek Lapang dilakukan pada tangal 15 Jauari sampai dengan 15 Februari 2019 3.2 Bahan dan Alat Praktek Kerja Lapang 3.2.1 Alat Alat yang digunakan untuk pembuatan dekomposer Bio N10 yaitu : a) Timbangan Analitik Timbangan yang digunakan untuk mengukur suatu zat yang memiliki kapastas yang begitu kecil. b) Autoclave Alat yang digunakan untuk mensterilkan peralatan atau media dengan system tekanan uap air panas. c) Botol Infus volume 500ml Wadah yang digunakan untuk pembuatan media cair d) Elmeyer Wadah yang digunakan untuk pembuatan media inokulasi bakteri e) Tabung Reaksi 12
Alat yang digunakan untuk media peremajaan atau subkultur bakteri dalam bentuk agar slamt. f) Laminar Airflow (LAF) Alat yang digunakan untuk inokulasi bakteri yang steril . g) Bunsen Alat yang digunakan untuk pemanasan, pembakaran dan sterilisasi jarum ose atau lainnya. h) Jarum Ose Untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu mikrobia ke media yang akan digunakan kembali. i) Tangki 1.000 liter Wadah yang digunakan untuk pembuatan dekomposer Bio N10. j) String hot plate Alat yang digunakan untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. 3.2.2 Bahan a) Nutrient Broth 8 gram / liter media b) Kapas c) Agar 15 gram / liter media d) Aquades e) Tepung Ikan 1% f) Urea 1% g) Molase 13
3.3 Metode Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang Dalam menunjang penulisan hasil laporan PKL di Puslit Gula jengkol, maka diperlukan beberapa metode, yaitu : a) Observasi Dengan cara observasi situasi dan kondisi serta mengidentifikasi masalah dan keadaan umum dalam pembuatan formulasi mikroba dekomposer Bio N10 di Laboratorium Mikrobiologi Puslit Gula jengkol . b) Partisipasi aktif Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan proses pembutaan formulasi mikroba dekomposer Bio N10 di Laboratorium Mikrobiologi serta di lapangan Puslit Gula jengkol . c) Wawancara Tanya jawab kepada pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan proses pembuatan formulasi mikroba dekomposer Bio N10 di Laboratorium Mikrobiologi Puslit Gula jengkol . d) Pengumpulan data Pengumpulan data didapatkan dengan cara dokumenter yaitu data diperoleh dari literatur, pengambilan gambar terhadap kegiatan yang dilakukan. Serta pengambilan data dengan ikut serta praktek langsung yang sesuai aktivitas yang sedang berlangsung. e) Studi pustaka Dilakukan dengan cara penelusuran referensi sebagai bahan pelengkap, pembanding, pendukung dan konsep dalam pemecahan masalah 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Singkat Pusat Penelitian (Puslit) Gula Jengkol PTPN X PT. Perkebunan Nusantara X yang disingkat dengan PTPN X Kediri, merupakan perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan dibentuk berdasarkan PP No. 15 Tahun 1996 pada tanggal 14 Februari 1996. PTPN X memiliki Pusat Penelitian yang terletak di Jengkol-Kediri.
Gambar 1. Kantor puslit Gula Jengkol PTPN X Kediri Penelitian Gula merupakan salah satu lembaga riset di bawah naungan Bidang Penelitian, Direktorat SDM dan Umum PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) selain Penelitian Tembakau Klaten dan Penelitian Tembakau Jember.
Pada
awalnya
Penelitian
Gula
merupakan
Penelitian
dan
Pengembangan (Litbang) PG Pesantren Baru. Pada tahun 2002, berdasarkan SK No. XX-SURKP/02.151/03-09-2002, Litbang PG Pesantren Baru resmi lepas dari PG Pesantren Baru dan berubah nama menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula (Puslitbang Gula) yang berada langsung di bawah 15
naungan Bidang Penelitian, Direktorat SDM dan Umum Kantor Direksi PT. Perkebunan
Nusantara
X.
Kemudian
berdasarkan
Surat
No.
KM-
22100/Fax/07.024 tanggal 1 6 Mei 2007, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula (Puslitbang Gula) berubah nama menjadi Pusat Penelitian Gula (Puslit Gula) yang berkedudukan di Penataran Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Persebarannya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Peta Wilayah Kerja PTPN X Kediri Ruang lingkup tugas Penelitian Gula meliputi penelitian atau percobaan, kawalan, serta pelayanan dalam rangka meningkatkan produktivitas baik kualitas maupun kuantitas. Penelitian Gula dipimpin oleh seorang kepala penelitian yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa seksi, antara lain : 1. Seksi Budidaya dan Pembibitan 2. Seksi Pemuliaan Tanaman 3. Seksi Perlindungan Tanaman 4. Seksi Kesuburan Tanah, Pupuk dan Mekanisasi 16
Kepala Puslit
5. Seksi Akuntansi, Keuangan, dan Umum (AK & U)
Jengkol
Seksi Budidaya dan Pembibitan
Seksi Pemuliaan Tanaman
Seksi Proteksi Tanaman
Seksi Kesuburan Tanah dan Mekanisasi
Seksi Akutansi, Keuangan dan Umum
4.2 Visi, Misi dan Strategi Pusat Penelitian (Puslit) Gula Jengkol PTPN X Kediri
1. Visi Melindungi, mempertahankan dan meningkatkan produktifitas dan laba usaha secara berkelanjutan melalui informasi dan teknologi.
2. Misi a. Melakukan penelitian dan kajian teknologi terapan peningkatan produksi gula meliputi aspek-aspek : agonomi, pemuliaan tanaman, proteksi tanaman, kesuburan tanah dan pemupukan, pascapanen, efektifitas dan efisiensi kerja serta sosial ekonomi. b. Menyiapkan paket-paket informasi atau teknologi terapan, peningkatan produktifitas dan efisiensi kerja 17
Tujuan dibentuknya PT. Perkebunan Nusantara seperti tercantum dalam Anggaran Dasar No. 47 tanggal 13 Agustus 2008 adalah melakukan usaha di bidang Agobisnis dan Agoindustri serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan untuk menghasilkan barang dan/jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Pusat Penelitian Gula mempunyai jasa pelayanan : a. Laboratorium mikrobiologi (menyediakan starter BIO N10). b. Laboratorium kultur jaringan (menyediakan varietas unggul bibit tanaman tebu). c. Laboratorium tanah, pupuk, dan daun (menganalisa kandungan unsur hara makro dan mikro dari tanah, pupuk, dan daun). 3. Strategi Guna mendukung sasaran korporasi yang telah ditetapkan dan mempertimbangkan peluang yang ada, Strategi Korporasi pada tahun 2009 disesuaikan dengan tahapan pertumbuhan perusahaan yang ingin dicapai yaitu: a. Konsolidasi Usaha b. Perbaikan dan penyempurnaan proses Bisnis Internal c. Peningkatan Laba Usaha d. Overall Cost Leadership untuk bisnis gula dan tembakau e. Best Cost Provider Strategy untuk bisnis rumah sakit f. 7Penyehatan Keuangan 18
g. Ekspansi dan Diversifikasi untuk bisnis-bisnis prospektif h. Pemanfaatan peluang kerjasama dengan mitra strategi 4.3 Proses Pembuatan Dekomposer Bio N10 Proses pembuatan formulasi mikroba dekomposer Bio-N10 ada beberapa tahapan. Yang pertama yaitu melakukan peremajaan semua isolat mikroba . Pada tahap ini harus dilakukan dengan keadaan steril di media maupun peralatan yang akan digunakan. Sterilisasi alat maupun media menggunakan autoclave dengan sistem tekanan uap panas suhu 121°C selama 20 menit.Sterilisasi ini adalah salah satu upaya untuk mencegah kontaminasi pada alat – alat dan media yang digunakan.
Gambar 3: Strerilisasi
Kemudian
pembuatan
media,
yaitu
mengukur
atau
menimbang
menggunakan neraca digital dengan ketelitian yang tinggi. Timbang sebanyak 8gram Nutrient Broth, dan timbang 15 gram agar PA untuk media agar miring. Kemudian mencampurkan media dan tambahkan aquadest yang sesuai dengan prosedur yang ada .
19
Gambar 4 : Penimbangan menggunakan neraca digital
Semua media diaduk
menggunakan magnet stirer dan dipanaskan
mengguanakan steering hot plate sampai mendidih. Kemudian di tuangkan ke media tabung reaksi dengan takaran 4 mL tiap tabung dan media miring serta ditutup mengguanakan kapas serta di sterilisasi kembali di LAF (Laminar Air Flow). Setelah media dapat digunakan untuk peremajaan isolat bakteri , bakteri starter di ambil dengan menggunakan jarum oase yang sebelumya sudah disterilkan ,setelah pengambilan bakteri di pindahkan pada media agar miring dengan menggunakan teknik streak.
Gambar 5: Peremajaan isolate bakteri
Penanaman ke media untuk peremajaan kosorsium mikroba Bio N10 di dalam LAF (Laminar Air Flow) yang sebelumnya menyalakan sinar UV terlebih dahulu selama 15-20 menit untuk sterilisasi media dan peralatan lebih 20
lanjut. Diinokulasi sebanyak ½ tabung reaksi bakteri ke dalam media cair 100ml sesuai jenis mikroba,
Gambar 6 : pemindahan pada media cair 100mL
dishake selama 2 hari minimal dalam satu hari 3 jam, setelah 2 hari bakteri diinokulasi ke media cair 500 mL.
Gambar 7 : pemindahan pada media cair 500 mL
Setelah diinkubasi selama 2 hari, inkubasi peremajaan dipindahkan ke dalam media cair 10 L yang berisikan molase dan air dan di aerasi selama 2 hari ,
21
Gambar 8 : pemindahan pada media cair 10
Selama 2 hari aerasi harus tetap terjaga untuk proses respirasi. Kemudian setelah 2 hari aerasi biomassa mikroba pemindahan media dari 10 L untuk inkubasi selanjutnya yang berisikan molase, air, tepung ikan 1% ,dan urea 1% selama 2 hari. Setelah itu pindahkan ke media cair 900 L
Gambar 10 : pemindahan media cair 900L
Setelah 2 hari dekomposer Bio N10 siap panen
4.3 Pembahasan Pembuatan Formulasi Mikroba Dekomposer Bio N10 Formulasi mikroba dekomposer Bio N10 menggunakan konsorsium mikroba atau campuran dari beberapa mikroba yang saling menguntungkan dan spesifik dengan tanaman tebu yang menggunakan media molase sebagai 22
nutrisi bagi mikroba. Konsorsium mikroba yang digunakan yaitu Bacillus megaterium, Cellulomonas sp., Cellvibrio., Pseudomonas flourescens, Cytophaga, Micrococcus sp. Semua isolat mikroba tersebut berasal dari isolat yang diambil dan diisolasi di laboratorium mikrobiologi Puslit Gula Jengkol PTPN X Genus bakteri Pseudomonas dan Bacillus berperan sebagai pelarut fosfat oleh akara tanaman. Kemudian bakteri genus Cellulomonas dan Cytophaga berperan sebagai perombak selulosa dan lignin.. Penambahan urea dan tepung ikan pada tahap pecampuran media cair 10L kegunaanya sebagai penambahan nutrisi dalam pembuatan dekomposer Bio N10. Selanjutnya pada proses pembuatan dekomposer Bio-N10 ada beberapa tahapan. Yang pertama yaitu melakukan peremajaan semua isolat mikroba . Pada tahap ini harus dilakukan dengan keadaan steril di media maupun peralatan yang akan digunakan. Sterilisasi alat maupun media menggunakan autoclave pada suhu 121°C dan tekanan 15 psi (1,02 atm) selama 20 menit. Sterilisasi dengan autoclave merupakan teknik sterilisasi yang paling baik, karena autoclave menggunakan uap air panas dengan tekanan tinggi dan memperbesar penetrasi uap air dalam sel-sel mikrobia yang menyebabkan koagulasi protein-protein protoplasma. Koagulasi protein-protein protoplasma ini yang mempercepat proses kematian mikroba. Hal ini juga sesuai dengan tujuan dari sterilisasi yaitu usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahanbahan dari segala macam bentuk mikroorganisme.
23
Pembuatan media pertama yaitu mengukur atau menimbang menggunakan neraca digital dengan ketelitian yang tinggi. Kemudian mencampurkan media sesuai tahapan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Media nutrien broth (NB 8 g/L dan agar 15 g/L) digunakan untuk media pertumbuhan bagi bakteri. Homogenisasi media dilakukan diatas thermolyne dan menggunakan magnet
stirrer
sebagai pengaduknya.
Selanjutnya
dituangkan kedalam tabung reaksi masing-masing 4 mL dimiringkan . Setelah itu dilakukan penanaman media yang dilakukan di LAF (Laminar Air Flow) dengan menyalakan sinar UV sekitar 15-20 menit untuk sterilisasi media dan peralatan lebih lanjut untuk peremajaan. Setelah itu menyemprotkan alkohol ke meja LAF dan tangan praktikan. Api bunsen dinyalakan ketika peremajaan dimulai. Pengambilan mikroba dari media sebelumnya dengan menggunakan jarum ose yang telah dipanaskan lalu distreak dimedia miring 4 mL. Setelah semua selesai, media peremajaan 4 mL ditutup dengan kapas dan plastik yang rapat serta didiamkan selama 2 hari untuk siap diinokulasi kedalam media 100mL. Diinokulasi kedalam erlenmeyer berisi cair 100 mL media yang sebelum dan sesudahnya disterilisasi di atas api bunsen dengan tujuan untuk menghindari kontaminasi, shake selama 2 hari dalam 1 harinya di shake minimal 3 jam .Setelah 2 hari semua isolat diinokulasi kedalam erlenmeyer pada media cair 500mL yang ditutup dengan kapas dan rapat, selanjutnya diinkubasi selama 2 hari yang tiap harinya dishake selama minimal 3 jam yang mana inkubasi sendiri adalah proses pertumbuhan bakteri atau perbanyakan. Setelah 2 hari inkubasi, dilakukan pemindahan kedalam media cair 10 L (400 24
mL molase, air 600 mL, tepung ikan 1%, dan urea 1%) dalam jurigen 20 L Tepung ikan ternyata memiliki kegunaan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan pupuk organik yang lengkap ini. Oleh karena nilai organik, baik nilai organik dari unsur hara N, nilai organik dari unsur hara P, dan nilai organik dari unsur hara K yang terdapat didalamnya memiliki kelebihan kalau dibandingkan dengan bahan – bahan yang lainnya. Juga bahwa didalam ikan ini masih terkandung unsur – unsur hara yang lainnya, khususnya mengandung unsur hara mikro yang sangat berguna bagi tanaman.Dalam pengunaanya tepung ikan hanya dibutuhkan 1% saja . Urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi .Unsur nitrogen didalam pupuk urea sangat bermanfaat untuk penambahan nutrisi pada perkembangbiakan bakteri. Molase adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum). Tetes tebu berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula. Molase tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa namun masih mengandung gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam amino dan mineral (Yumaihana & Aini, 2013). Molase dapat digunakan sebagai sumber energi yang baik untuk berbagai jenis mikroba yang menguntungkan dan kehidupan tanah pada tumpukan kompos atau tanah. Selain itu molase juga berguna untuk kelangsungan hidup tanaman karena bisa membantu mengkonversi beberapa nutrisi kimia menjadi bentuk yang mudah tersedia untuk organisme dan tanaman untuk digunakan. Selanjutnya didiamkan selama 2 hari dengan dilakukan aerasi tiap harinya selama 5 menit. Aerasi sendiri merupakan penambahan oksigen ke dalam air sehingga oksigen terlarut di dalam air semakin tinggi. Pada prinsipnya aerasi itu mencampurkan 25
air dengan udara atau bahan lain sehingga air yang beroksigen rendah kontak dengan oksigen tinggi atau udara. Aerasi termasuk pengolahan secara fisika, karena lebih mengutamakan unsur mekanisasi dari pada unsur biologi. Aerasi merupakan proses pengolahan dimana air dibuat mengalami kontak erat dengan udara dengan tujuan meningkatkan kandungan oksigen dalam air tersebut. Efektivitas dari aerasi tergantung dari seberapa luas dari permukaan air yang bersinggungan langsung dengan udara. Fungsi utama aerasi adalah melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut membantu pengadukan air. Bagi mikroba hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan proses metabolisme dan dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka maka mikroba seperti bakteri yang aerob dapat melakukan fungsinya dengan optimal.Setelah 2 hari semua biomassa mikroba dicamurkan ke dalam media molase 900L kemudian d. Dosis serta cara pengaplikasian Bio N10 sebagai dekomposer juga relatif mudah. Dosis untuk penggunaan Bio N10 adalah sebesar 4 L untuk 1 ton campuran bahan baku kompos (blotong dan abu ketel). Sedangkan untuk aplikasi penggunaan Bio N10 sendiri yaitu bahan baku dicampur sampai rata (homogen) dengan perbandingan 3 bagian blotong dan 1 bagian abu, setelah itu dekomposer Bio N10 dicampurkan sebanyak 4 liter secara merata pada 1 ton bahan kompos (blotong dan abu) kemudian ditumpuk, dilakukakan pembalikkan setiap 5 hari sekali yaitu untuk aerasi bakteri – bakteri potensial berkembang untuk mempercepat penurunan uap air, waktu pengomposan selama 2 minggu, setelah itu kompos siap dikemas dan diaplikasikan pada tanah. 26
Bio
N10
merupakan bioaktivator untuk pengomposan yang beguna
sebagai dekomposer yang diproduksi oleh Laboratorium Mikrobiologi Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan Nusantara X .
Saat ini, Laboratorium
Mikrobiologi Penelitian Gula Jengkol mampu memproduksi dekomposer Bio N10 kurang lebih 360.000 liter per tahun untuk memenuhi kebutuhan dekomposer pada pembuatan kompos di pabrik gula milik PTPN X. Manfaat dari Bio N10 yaitu menghasilkan kompos yang berkualitas, biaya produksi rendah, kompos tidak berbau (berbau tanah), mengandung mikroba potensial : penambat N, pelarut P dak K, fitohormon, biopesida dan penghilang bau, nilai kesetaraan unsur hara tinggi.
27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1.Tahapan pembuatan formulasi mikroba dekomposer Bio N10 dilakukan mulai dari pembuatan media agar miring 4 mL, komposisi nutrien broth (NB), agar, akuades, potatoes dextrose agar (PDA). Kemudian media ciar komposisinya molase, air ditambahankan urea 1%, Tepung ikan 1%, 2. Selama proses inkubasi, aerasi harus tetap dilakukan karena untuk proses metabolisme mikroba memerlukan udara dan selang areasi tiap media disambungkan dengan alkohol agar udara yang masuk maupun keluar tetap steril. 3. Aplikasi penggunaan Bio N10 yaitu bahan baku dicampur sampai rata (homogen) dengan perbandingan 3 bagian blotong dan 1 bagian abu, setelah itu dekomposer Bio N10 dicampurkan sebanyak 4 liter secara merata pada 1 ton bahan kompos (blotong dan abu).
5.2Saran Saat aplikasi ke blothong sebaiknya di tempatkan ke tempat yang lebih ternaungi dari hujan, agar saat proses pembalikan tetap berjalan ketika hujan dan mengurangi faktor terjadinya kadar air yang tinggi.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Di Kuba, Ampas Tebu Bisa untuk Listrik. Harian Lampung Post Edisi 29 juni 2004 http://lampungpost.com/ berita.php?id=2004062902153727 Bauman, R. 2007. Microbiology With Diseases by Taxonomi, Pearson International, San Fransisco Departemen Pertanian. 2004a. Daftar Alamat, Nomor Telephone, dan Faximile Pabrik Gula. http://www.deptan.go.id/ditjenbun/ pabrik_gula.htm Dibax et al,2013. Protocol Optimization and histological analysis af invitro plant regeneration of “RB92579” and “RB93509” Sugarcane cultivars. Ciencia Rural, 43 (1) : 49 Fitri,L.dan Yasmin Y. 2011. Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri Kitinoloitik. Jurnal Ilmu Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi. 3(2): 20-25. J.A.Witono.2003. Produksi Furfural Dan Turunannya : Alternatif Peningkatan Nilai Tambah Ampas Tebu Indonesia (SebuahWacanaBagi PengembanganIndustriBerbasisLimbahPertanian). Lafran Habibi, 2009. Pembuatan Pupuk Kompos Dari Limbah Rumah Tangga. Penerbit Titian Ilmu. Bandung. http://www.pengertianpakar.com/2015 /01/pengertian-dan-manfaat-pupuk-kompos.html (diakses pada tanggal 24 April 2017 jam 10:43). Meryandini, A., Widosari, W., Maranatha, B. 2009. Isolasi Bakteri Selulotik dan Karakterisasi Enzimnya. Jurnal Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB, Vol : 13 (1). Hal 33-38. Purnomo, Bambang. 2009. Hakekat Mikrobiologi. Dasar-dasar Mikrobiologi. Bogor. Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England. Sutedjo, M.M. dan Kartajapoetra, S. A. 1991. Mikrobiologi Dasar. Rieka Cipta. Jakarta. Talaro, K.P. and A. Talaro. 1999. Foundations Mikrobiologi, 3th edition. MC Graw Hill: Mexico
29
Yuniwati, Murni dkk. 2012. Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan. Dalam: Novitasari, Evelin dkk. 2016. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI. Institut Teknologi Nasional Malang. Malang.
30
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan PKL No Hari dan Tanggal
Keterangan
1
Selasa, 15 Januari 2019
Menghitung jumlah rumpun tanaman tebu dan faktor leng di lahan C 2E
2
Rabu, 16 Januari 2019
Pembubutan gulma di lahan C 2E
3
Kamis, 17 Januari 2019
Menghitung jumlah rumpun tanaman tebu dan faktor leng di lahan C 3P
4
Jum’at, 18 Januari 2019
Bumbun II dengan sapinisasi, pemupukan kedua di lahan, dan melihat proses tebang tanaman tebu
5
Sabtu, 19 Januari 2019
LIBUR
6
Minggu, 20 Januari 2019
LIBUR
7
Senin, 21 Januari 2019
Pemanenan telur Corcyra
8
Selasa, 22 Januari 2019
P ulat Ca dan Cs
9
Rabu, 23 Januari 2019
Mengganti makanan pemeliharaan ulat
10
Kamis, 24 Januari 2019
Memasang perangkap tikus di kebun
11
Jum’at, 25 Januari 2019
Materi budidaya tanaman tebu
12
Sabtu, 26 Januari 2019
LIBUR
13
Minggu, 27 Januari 2019
LIBUR
14
Senin, 28 Januari 2019
Eksplan pucukan tebu (kultur kalus)
15
Selasa, 29 Januari 2019
Eksplan mata tunas tanaman tebu (kultur shoot tip)
16
Rabu, 30 Januari 2019
Membuat media eksplan MS I dan aklimatisasi pecah nol 31
Mengambil tanaman yang terkontaminasi
17
Kamis, 31 Januari 2019
18
Jum’at, 01 Februari 2019
MS II pada kultur jaringan kalus
19
Sabtu, 02 Februari 2019
LIBUR
20
Minggu, 03 Februari 2019
LIBUR
21
Senin, 04 Februari 2019
Mengekstrasi tanah kandungan K, Ca, Mg dan menghitung kandungan K dan Ca
22
Selasa, 05 Februari 2019
LIBUR
23
Rabu, 06 Februari 2019
IZIN
24
Kamis, 07 Februari 2019
Materi tentang dekomposer dan pupuk hayati BIO N10
25
Jum’at, 08 Februari 2019
Menginokulasi bakteri di media miring
26
Sabtu, 09 Februari 2019
LIBUR
27
Minggu, 10 Februari 2019
LIBUR
28
Senin, 11 Februari 2019
Menyusun Power Point Laporan PKL
29
Selasa, 12 Februari 2019
Menyusun Power Point Laporan PKL
30
Rabu, 13 Februari 2019
Menyusun Power Point Laporan PKL
31
Kamis, 14 Februari 2019
Menyusun Power Point Laporan PKL
32
Jum’at, 15 Februari 2019
Presentasi Laporan PKL
32
Lampiran 2 : Dokumentasi
33
34
35
36