Stt.docx

  • Uploaded by: imam masrukin
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Stt.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,840
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian). Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi. Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS). Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15% dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.

1.2 TUJUAN Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah untuk menjelaskan teori dari Soft Tissue Tumor (STT) serta bagaimana asuhan keperawatan teoritis yang tepat yang dapat diberikan pada pasien dengan STT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker. Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru. Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak adalah yang berasal dari jaringan embrional mesoderm yaitu jaringan ikat, otot, pembuluh darah dan limfe, jaringan lemak, dan selaput saraf. Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.

2.2. EPIDEMIOLOGI Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15 % dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.

2.3. ANATOMI FISIOLOGI

A. Anatomi Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia, yang bersifat melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Secara anatomis, kulit dibagi menjadi 3 lapisan yaitu: 1. Lapisan Epidermis Epidermis terdiri dari: a. Stratum korneum (lapisan tanduk) Adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri dari beberapa lapis selsel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk) b. Stratum lusidum Terdapat dibawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki. c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki

d. Stratum spinosum (stratum malphigi) Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercelluler bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Diantara selsel stratum spinosum mengandung banyak glikogen. e. Stratum basale Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel, yaitu : 1) Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik, inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel. 2) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes).

2. Lapisan Dermis Adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemenelemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. b. Pars retikuler, yaitu bagian bawahmya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambahnya umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis.

3. Lapisan subkutis Adalah kelanjutan dermis terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu sama lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisnya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, didaerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan. Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus,

yaitu pleksus yang terletak dibagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). B. Fisiologi Kulit memiliki fungsi bermacam-macam untuk menyesusaikan diri dengan lingkungannya. a. Sebagai pelindung (proteksi) Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan. Gangguan kimiawi misalnya : zat-zat kimiawi terutama bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet, gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5-6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri

maupun jamur. Proses keratinisasi juga

berperanan sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur. b. Fungsi absorbsi Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyebaran dapat penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar. c. Fungsi ekskresi Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam dan amonia. d. Fungsi persepsi Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan merkel Ranvier yang

terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan pacini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik. e. Fungsi pengaturan suhu tubuh Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerut (otot berkontaksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi biasanya dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan, karena itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih banyak mengandung air dan Na. f. Fungsi pembentukan pigmen Sel pembentuk pigmen (melanosit) ,terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10:1. Jumlah melanosit dan butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan kulit dibawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal, tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten. g. Fungsi Keratinin Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin keatas sel menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus-menerus seumur hidup dan sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti. Proses ini berlangsung selama 14 sampai 21 hari dan memberi perlindungan terhadap infeksi secara mekanis fisiologik. h. Pembentukan vit D Pembentukan vit D berlangsung pada stratum spinosum dan stratum basale yaitu dengan mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.

2.4. TANDA GEJALA Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.

2.5. KLASIFIKASI TUMOR JARINGAN LUNAK Jaringan Asal

Benigna

Intermediet

Maligna

Adiposa

Lipoma

Berdiferensiasi baik

Liposarkoma

Angiolipoma

berdiferensiasi

Miolipoma

Liposarkoma

Lipoma Kondroid

miksoma Round cell liposarcoma

Fibrosit/

Fascitis nodular

Fibromatosis

Fibrosarkoma

miofibrosit

Fascitis proliferative

superficial (Palmar /

dewasa

Myositis Osificans

Plantar)

Miksofibrosarkoma

Fibroma sarung tendo

Fibromatosis tipe

Sarcoma

desmoids

fibromiksoma daerah

Lipofibromatosis

rendah Fibrosarkoma epiteloid sklerosans

Biasa disebut

Sel raksasa sarung tendo

Tumor fibriohistiositik Histiositoma fibrosa

Tumor

Tumor sel raksasa tipe

pleksiform

maligna pleomorfik

Tumor sel raksasa

Histiositoma fibrosa

jaringan lunak

maligna sel raksasa

Fibrohistiositik difus Histiositoma fibrosa

benigna profunda

Histiositoma fibrosa maligna inflamatorik

Otot polos

Angioleimioma

Leiomiosarkoma

Leiomioma profunda Leiomioma genital Perivaskuler

Tumor glomus

Tumor glomus

(Perisit)

maligna Mioperisitoma

Otot rangka

Rabdomioma

Rabdomiosarkoma

Tipe dewasa

embrional

Tipe fetus

Rabdomiosarkoma

Tipe genital

alveolar Rabdomiosarkoma pleomorfik

Vaskular

Hemangioma

Hemangioendotelioma Hemangioendotelio

Hemangioma epiteloid

kaposiformis

Angiomatosis

Hemangioendotelioma Angiosarkoma

Limfangioma

retiformis

ma epiteloid

jaringan lunak

Angioendotelioma retiformis Angioendotelioma intralimfatik papilaris Kondro-osseus

Kondroma jaringan lunak

Kondrosarkoma mesenkimal Osteosarkoma ekstraskeletal

Tumor yang

Miksoma intramuscular

Histiositoma fibrosa

Sarcoma synovial

berasal dari

Miksoma juksta-artikular

angiomatoid

Sarcoma bagian

jaringan yang

Angiomiksoma profunda

Tumor fibromiksoma

lunak alveolar

diferensiasinya

Hialinisasi pleomorfik

oksifikans

PNET/Tumor Ewing

tidak jelas

Timoma hamartomatosa

Tumor campuran

ekstraskeletal

ektonik

Mioepiteloma

Mesenkimoma

Parakordoma

maligna

A. Tumor Jaringan Lunak Jinak Pada umumnya tumor jaringan lunak jinak tumbuh lambat dan terbatas, dapat melakukan invasi local namun angka kekambuhannya rendah, dan merupakan kelompok tumor yang sangat heterogen (terdiri dari 200 jenis). Walaupun bermacammacam, tumor jaringan lunak dapat dikelompokan sesuai dengan diferensiasi pada saat sel tumornya telah dewasa, yaitu tumor lemak, vascular, fibrosa, dan saraf. B. Tumor lemak jinak Tumor lemak jinak mempunyai banyak varian, yaitu lipoma subkutan superficial, lipoma intramuscular, lipoma sel spindle, angiolipoma, lipoblastoma, lipomatosis difus, dan hibernoma. Lipoma merupakan tumor jaringan lunak terbanyak, tumbuh lambat, dan relative jarang menimbulkan keluhan. Sebagian besar lipoma tidak memerlukan terapi. 1. Lipoma a. Definisi Lipoma adalah tumor lemak yang pertumbuhannya lambat dan berada di antara kulit dan lapisan otot. Seringkali lipoma mudah diidentifikasi karena tumor ini langsung bergerak jika ditekan dengan jari. Lipoma dapat terjadi pada segala usia dan tumor ini dapat bertahan dikulit selama bertahun-tahun. b. Etiologi Penyebab pasti dari lipoma belum diketahui sampai saat ini. c. Gejala Lipoma terletak di bawah kulit dan tidak menonjol Lipoma sering terjadi dileher, punggung, lengan dan paha.‡ Gejala dan tanda pada lipoma 1) Lipoma berukuran kecil dengan diameter kurang dari 2 inci (5 cm), tetapi lipoma dapat tumbuh menjadi besar dengan diameter mencapai lebih dari 4 inci (10 cm). 2) Lipoma jika disentuh terasa kenyal dan mudah bergerak (mobile),

jika

sedikit ditekan dengan jari. 3) Lipoma dapat menyebabkan nyeri jika tumor lemak ini tumbuh dan ditekan di dekat saraf atau jika mengandung banyak pembuluh darah. d. Penatalaksanaan Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun, kecuali berkembang menjadi nyeri dan mengganggu pergerakan. Biasanya seseorang

menjalani operasi bedah untuk alasan kosmetik. Operasi yang dijalani merupakan operasi kecil, yaitu dengan cara menyayat kulit diatasnya dan mengeluarkan lipoma yang ada. Namun hasil luka operasi yang ada akan sesuai dengan panjangnya sayatan. Untuk mendapatkan hasil operasi yang lebih minimal, dapat dilakukan liposuction. Sekarang ini dikembangkan tehnik dengan menggunakan gelombang ultrasound untuk menghansurkan lemak yang ada. Yang perlu diingat adalah jika lipoma yang ada tidak terangkat seluruhnya, maka masih ada kemungkinan untuk berkembang lagi dikemudian hari. 2. Liposarkoma Liposarkoma menempati sekitar 21,4% dari seluruh sarkoma jaringan lunak. Umumnya terjadi pada orang dewasa, khususnya terbanyak pada usia 40 – 60 tahun. Di setiap lokasi berjaringan lemak dapat timbul liposarkoma, lokasi predileksi adalah retroperitoneal, ekstermitas bawah, torso. Durasi penyakit sangat bervariasi. Bahaya utama terletak pada pertumbuhan invasif lokal dan rekurensi berulang – ulang. a. Patologi Tumor sering kali lobular, konsistensi lunak, liposarkoma yang timbul di retroperitoneum tidak berbatas tegas dengan jaringan lemak normla, penampang irisan tumor berwarna kuning keputihan. Dibawah mikroskop dapat dibagi menjadi 5 jenis yaitu miksoid berdiferensisasi baik, miksoid berdiferensiasi buruk, pleomorfik, sel bulat, dan lipomatoid. Liposarkoma diferensiasi baik sangat mirip dengan lipoma, sering memiliki cukup banyak jaringan lipoid yang cukup matur, di dalam liposarkoma diferensiasi buruk terdapat lipoblas, ukuran sel bervariasi, dan terdapat berbagai bentuk dismorfisme. b. Manifestasi klinis Sarkoma jenis ini tumbuh relatif lambat. Umumnya berupa massa berlokasi dalam, berbatas tegas dan tidak nyeri. Dengan berkembangnya penyakit, dapat timbul nyeri, gejala desakan terkait dan gangguan fungsi. Liposarkoma di retroperitoneal lebih sulit dideteksi secara klinis, pasien sering datang dengan komplikasi seperti hernia inguinalis, udema tungkai bawah atau tanda desakan organ dalam. Pada stadium lanjut dapat disertai penurunan berat badan, dll.

c. Terapi Terutama dengan operasi, harus dengan eksisi luas. Disamping itu, anggapan luas bahwa liposarkoma relatif peka terhadap radiasi, maka terhadap kasus tidak mudah dieksisi tuntas karena lokasi yang unik, harus diraditerapi agresif

2.6. DIAGNOSIS Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi anatomi dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan kemoterapi. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Foto Rontgen Biasanya tampak massa isodens, berlatar belakang bayangan otot. Beberapa lesi menunjukkan gambaran yang spesifik seperti aebolit di dalam hemangioma, massa kartilago pada osteokondromatosis synovial, kalsifikasi perifer pada miositis osifikans. Foto rontgen juga bisa menunjukkan reaksi tulang akibat invasi tumor jaringan lunak seperti destruksi, reaksi periosteal atau remodeling tulang. 2. USG Mempunyai dua peran yaitu dapat membedakan tumor kistik atau padat, dan mengukur besarnya tumor. Pada sarcoma jaringan lunak akan didapatkan gambaran massa hiperechoic, kecuali pada liposarkoma. USG Doppler berwarna sangat berguna untuk melihat vaskularisasi massa jaringan lunak. 3. CT Scan Memiliki keunggulan dalam mendeteksi kalsifikasi dan osifikasi, melihat metastasis di tempat lain (misalnya paru-paru), dan mengarahkan FNAB (biopsy tertutup) tumor jaringan lunak.

4. MRI Merupakan modalitas diagnostic terbaik untuk mendeteksi, karakterisasi, dan menentukan stadium tumor jaringan lunak, MRI mampu membedakan jaringan tumor dengan otot di sekitarnya dan dapat menilai terkena tidaknya komponen neurovascular yang penting dalam limb salvage surgery. MRI juga bisa digunakan untuk mengarah biopsy, merencanakan teknik operasi, mengevaluasi respons kemoterapi, penentuan ulang stadium, dan evaluasi jangka panjang terjadinya kekambuhan local. 5. Biopsi Biopsi pada tumor primer merupakan bagian yang penting sebelum treatment pada penderita soft tissue tumor. Soft tissue tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5 cm harus dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi terlebih dahulu. Dengan biopsi dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan dapat menentukan grade dari tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi. 6. Percutaneous core-needle biopsy (CNB) Percutaneous core-needle biopsy (CNB) memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk diagnosis beberapa soft tissue tumor. CNB dapat dilakukan secara blind atau dengan image-guided. Dengan image-guided, biopsi akan lebih terarah pada area tumor (tidak pada area sentral nekrosis). 7. Insisi Biopsi Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik masih belum bisa ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya morbiditas yang harus dipertimbangkan dengan tindakan insisi biopsi termasuk resiko anestesi, perdarahan dan penyembuhan luka. Selain itu insisi biopsi juga memerlukan biaya yang lebih besar. Eksisi biopsi merupakan pilihan pada neoplama yang kecil dan letaknya superficial. 8. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) Fine needle aspiration biopsy (FNAB) sebagai alat bantu untuk menegakkan diagnosissoft tissue neoplasma masih diperdebatkan. Hasil dari FNA pada lesi mesenchymal sangat bervariasi dan tergantung beberapa faktor, diantaranya skill dari aspirator dan keahlian interpretasi dari cytopathologist. Dengan demikian akurasi diagnosis FNA sangat tergantung keahlian dan pengalaman cytopathologist dalam diagnosis soft tissue sarcoma dengan pemeriksaan sitologi.

2.8. TERAPI Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumor tergantung pada tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi. 1. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy) Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumor. Jika memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin, jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki. 2. Terapi radiasi Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink Tumor operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan hidup. 3. Kemoterapi Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk membasmi penyakit.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian a. Data klien b. Riwayat penyakit c. Faktor resiko d. Pemeriksaan fisik dan lab e. Pola hidup sehari hari : 1) Kebutuhan nutrisi 2) Eliminasi 3) Personal hygine 2. Diagnosa Keperawatan a. Pre Operasi 1) Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi b. Post Operasi 2) Nyeri berhubungan dengan adanya luka setelah operasi 3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya inflamasi 3. Intervensi a. Pre Operasi 1) Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi. Kriteria hasil : Klien tampak relaks dan klien dapat mengontrol dirinya. INTERVENSI -

RASIONAL

Berikan penyuluhan kepada klien terhadap penyakit yang dideritanya.

Agar pasien dapat memahami penyakit

yang

dideritanya

dan

pentingnya tindakan operasi. -

Anjurkan tehnik relaksasi.

-

Agar pasien dapat tanang dan mengontrol diri.

-

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan tindakan.

Untuk menyetabilkan kondisi pasien

b. Post Operasi 2) Nyeri berhubungan dengan adanya luka setelah dilakukan operasi pengangkatan tumor. Kriteria hasil : Nyeri daapat diatasi dan klien dapat beraktifitas normal. INTERVENSI -

Kaji TTV pada klien.

RASIONAL Untuk

mengetahui

kondisi

klien

sekarang. -

Anjurkan teknik relaksasi pada Agar klien dapat melakukan teknik pasien.

relaksasi.

Kolaborasi dengan tim medis dalam Untuk mengurangi rasa nyeri pada terapi pemberian obat..

klien.

3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya inflamasi. Kriteria hasil : Agar kondisi kulit klien dapat kembali normal. INTERVENSI

RASIONAL

-

Kaji TTV pada klien.

Untuk mengetahui kondisi klien sekarang.

-

Perawatan luka pada pasien.

Agar kondisi luka pada pasien tetap steril dan bersih.

Kolaborasi

dengan tim medis Untuk mengembalikan bentuk anatomi

dalam pemberian terapi obat.

kulit pada.

DAFTAR PUSTAKA

Brennan M.F., Lewis J.J., 2002, Diagnosis and Management of Soft Tissue Sarcoma, Martin Dunitz Ltd., United kingdom Weiss S.W., Goldblum J.R., 2008, Soft Tissue Tumors, Fifth Edition, Mosby Elsevier, China Manuaba, T.W., 2010, Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010, Sagung Seto, Jakarta Fletcher C.D.M., Unni K.K., Martens F., 2002, Pathology and Genetic of Tumours of Soft Tissue and Bone, IARC Press, Lyon Brown F.M., Fletcher C.D.M., Problems in Grading Soft Tissue Sarcomas, Am J. Clin Pathol 2000;114(Suppl 1):S82-S89 Schuetze S.M., Baker L.H., Benjamin R.S., Conetta R., Selection of Response Criteria for Clinical Trials of Sarcoma Treatment, The Oncologist 2008;13 (suppl 2):32-40 www.TheOncologist.com NCCN Practice Guidelines in Oncology, 2010, Soft Tissue sarcoma, www.nccn.org Yu G.H., Sack M.J., Baloch Z., Gupta P.K., Difficulties in the fine needle aspiration (FNA) diagnosis of schwannoma, Cytopathology 1999, 10, 186–194 Chan A.S., Thorner P.S, Squire J.A., Zielenska M., Identification of a novel gene NCRMS on chromosome 12q21 with differential expression between Rhabdomyosarcoma subtypes,Oncogene (2002) 21, 3029 – 3037, www.nature.com/onc Kilpatrick S.E., Bergman S, Pettenati M.J., Gulley M.L., The usefulness of cytogenetic analysis in fine needle aspirates for the histologic subtyping of sarcomas, Modern Pathology (2006) 19, 815–819, www.modernpathology.org Noy A., Scadden D.T., Lee J., Dezube B.J., Aboulafia D., Tulpule A., Walmsley S., Gill P.,Angiogenesis Inhibitor IM862 Is Ineffective Against AIDS-Kaposi’s Sarcoma in a Phase III Trial, but Demonstrates Sustained, Potent Effect of Highly Active Antiretroviral Therapy, Journal of Clinical Oncology,2005; 23:990-998 Hawkins D.S., Schuetze S.M., Butrynski J.E., Rajendran J.G., Vernon C.B.,. Conrad III E.U., Eary J.F., [18F]Fluorodeoxyglucose Outcome

for

Ewing

Sarcoma

Positron Family

Emission of

Tomography

Tumors, Journal

of

Predicts Clinical

Oncology,2005; 23:8828-8834. http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_tissue_tumor (Diakses tanggal 4 Februari 2019, pukul 18.00 (WIB).

More Documents from "imam masrukin"