Step 1-5 Endokrin.docx

  • Uploaded by: diyah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Step 1-5 Endokrin.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,757
  • Pages: 8
PBL gangguan endokrin step 1-5 Step 1 1. hiperketonemia 2. Ketonuria 3. Zat keton 4. Koreksi bikarbonat natrikus 5. Pola nafas kusmaul 6. HCO2, BE 7. GCS : E2M2V2 8. Masker NRM Step 2 1. Hiperketonemia adalah kandungan keton yang berlebih didalam darah 2. Ketonuria adalah tanda/gejala dimana didalam urine mengandung zat-wat keton yang berlebih 3. Zat keton adalah hasil akhir dari metabolisme lemak. Badan keton, juga disebut badan aseton atau hanya keton, adalah salah satu dari tiga senyawa yang dihasilkan bila hati memetabolisme asam lemak. Ketiga jenis badan keton – asam asetoasetat, asam betahidroksibutirat, dan aseton - dilepaskan ke dalam aliran darah setelah metabolisme terjadi. 4. Koreksi natrium bikarbonat adalah 5. Pola nafas kusmaul yaitu nafas dalam abnormal bisa cepat, normal, atau lambat, dan sering ditemukan pada pasien asidosis. Merupakan salah satu bentuk hiperventikasi. Pernapasan ini membuang banyak carbondioksida. Dimana merupakan usaha tubuh untuk mempertahankan Ph darah. 6. HCO3 : asam karbonat , normal : 22-26 mEq/L. Dibawah 22 menunjukan asidosis dan diatas 26menunjukan alkaliosis. 7. BE (base excess) menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang harus ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki ph 7,4 pada konsidi PCO2 = 40 mmHg dengan nilai Hb 5,5 g/dl dan suhu 37oC . BE bernilai positif menunjukan alkaliosis metabolik dan sebaliknya, BE benilai negatif menunjukan kondisi asidosis metabolik . nilai BE normal adalah -2 sampai 2 mmol/l/. 8. E2 : membuka mata jika ada rangsangan nyeri 9. M2 : ekstensi abnormal , yaitu dimana pasien akan mengalami ekstensi jika ada rangsangan nyeri

10. V2 : suara klien tidak jelas dan tidak dapat diartikan 11. Masker NRM ( masker non rebreathing) digunakan agar gas yang dari luar tidak masuk saat proses insporasi dan gas yang dari dalam tidak keluar saat proses ekspirasi. Step 3 1. Apakah hubungan antara hiperketonemia, ketonuria, dan keton ? 2. Kenapa pada ekstremitas sering terjadi kesemutan, bb menurun, dan luka tidak sembuh sembuh. 3. Kenapa pada pasien mengalami kesadaran yang semakin menurun 4. Apakah ada hubungan antaga tes BGA dengan TD, dan apa fungsi dari tes BGA sendiri ? 5. Kenapa tuan y di berikan masker NRM 8 liter / menit 6. Bagaimana proses koreksi bikarbonat natrikus 7. Kenapa cairan yang diberikan RL 8. Tekanan darah normal , tapi kenapa bisa trakikardi. Step 4 1. Karena pada pasien terjadi gangguan pada insulin dan glukosa sulit dipecah, sehingga tubuh akan memecah lemak dan protein sebagai bahan bakar, dari proses pemecahan lemak menghasilkan zat keton yang menyebabkan didalam darah banyak mengandung zat keton atau hiperketonemia, dan proses sirkulasi darah sampai keginjal , dimana didalam ginjal terjadi proses filtrasi , saat darah banyak mengandung zat keton secara ootomatis urine akan banyak mengandung zat keton juga. 2. Kondisi pembuluh darah pada pasien DM cenderung asam. Sehingga menyebabkann insulin didalam darah teganggu, sementara insulin membantu darah mengangkut oksigen ke sel, Sehingga pasokan oksigen ke sel maupun jaringan berkurang sehingga luka sulit sembuh. 3. Terjadinya defisiensi insulin menyebabkan glukosa didalam darah tidak bisa dicerna sehingga sel kekurangan makanan. Dan akhirnya akan memecah lemak dan protein sebagai bahan bakar. Namun saat pensediaan lemak dan protein didalam tubuh berkurang atau habis tubuh tidak memiliki pasokan makanan lagi sehingga tubuh akan semakin lemas bahkan kesadarannya akan semakin menurun, hal ini juga karena pasokan oksigen didalam darah juga berkurang. 4. Tidak ada, tes BGA untuk mengetahui kadar keasaman darah dan mengetahui kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah. 5. Karena pada hasilpemeriksaan BGA didapatkan hasil CO2 yang berlebih, sehingga pasien memerlukan oksigen tambahan untuk tubuh. Dan masker NRM ini diindikasikan untuk

pasien yang menglami kelebihan CO2, dimana fungsi dari masker tersebut adalah agar oksigen yang dihirup pasien tidak bercampur dengan CO2 yang dikeluarkan psien. 6. Sebelum pasien diberikan terapi cairan harus terlebih dahulu dlihat kebutuhan cairan tubuh pasien. Pada tn.Y didapatkan hasil tes BGA dimana pasien terjadi asidosis metabolik, hal ini menyebabkan cairan yang ada dilam tubuh pasien berkurang sehingga pasien memerlukan cairan pengganti beberapa saat sampai kebutuhan cairan psien terpenuhi sehingga diberikanlah pasien terapi cairan natrium bikarbonat dan setelah itu baru diberikan RL. 7. Karena pada pasien mengalami gangguan cairan dan elektrolit , dimana RL sendiiri berfungsi untuk mengganti cairan dan elektrolit tubuh yang hilang. Sehingga psien lebih tepat jika diberi cairan RL. 8. karena pada psien terjadi keracuna CO2 dan kekurangan O2 sehingga pasien mengalami trakikardi. Meski Tekanan darah normal hal ini tidak menjamin, dimana tekanan darah pasien tidak dipantau terus menerus, jika dibiarkan terlalu lama, bisa jadi pasien akan mengalami hipotensi. Step 5 1. Menjawab pertanyaan step 3 2. mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus step 6 kelompok mencari jawaban step 1-5 dari buku, internet maupun sumber lain. Step 7 1. Hiperketonemia merupakan suatu keadaan terdapatnya zat keton dalam jumlah berlebihan dalam darah. Keton sendiri merupakan produk sampingan dari metabolisme lemak. Ketika tubuh tidak memiliki cukup glukosa, maka hati akan mengubah lemak menjadi asam keton, yang digunakan sebagai bahan bakar oleh otot. Keton dapat menumpuk didalam darah sebagai akibat insulin yang tidak memadai atau asupan kalori yang tidak memadai. Ketiga jenis badan keton yaitu asam asetoasetat, asam beta-hidroksiburat, dan aseton dilepaskan kedalam aliran darah setelah metabolisme terjadi. Sedangkan ketonuria merupakan simtom adanya senyawa keton didalam air seni. Ketonuria dijumpai pada penderita kelaparan atau DM Tipe I karena sel tubuh yang tidak dapat menyerap glukosa sebagai nutrisi, beralih kepada lemak sebagai sumber bahan bakar selular alternatif dan menghasilkan residu berupa senyawa gugus keton. Tingginya zat keton (hiperketonemia) dalam darah dan urin (ketonuria) dapat menurunkan PH darah dan menyebabkan kondisi yang disebut ketoasidosis. Hal ini paling sering terjadi pada orang DM yang tidak terkontrol dan diperburuk ketika kadar

glukosa darah tinggi, yamg disebabkan oleh kekurangan insulin yang tersedia, lebih lanjut mengasamkan darah. ketonemia : zat keton berlebih di dalam darah karena pasien hiperglikemi, dimana glukosa di dalam darah sulit untuk diproses sementara pasien tetap memproduksi glukosa, sehingga dalam darah teaap terdapat zat keton, hubungan dengan ketonuria , bahwa di ginjal terdapat filtrasi , secara otomatis dalam ginjal mengandung zat keton . Hasil dari hiperosmolaritas adalah perpindahan cairan dari dalam sel ke serum, hal ini menyebabkan hilangnya cairan dalam urin sehingga terjadi perubahan elektrolit dan dehidrasi total pada tubuh. Gangguan metabolic lainnya terjadi karena insulin tidak memungkin glukosa untuk masuk kedalam sel sehingga sel memecah lemak dan protein yang digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini menyebabkan pembentukan keton. Keton menurunkan pH darah dan konsentrasi bikarbonat dikarenakan ketoasidosis. Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan hyperglycaemia yang meningkatkan glycosuria. Meningkatnya lipolysis akan menyebabkan over-produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (dirubah) menjadi ketone, menimbulkan ketonnaemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glycosuria akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolite-seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrasi, bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan shock hypofolemik. Asidosis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajat ventilasi (peranfasan Kussmaul). Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan elektrolite. Sehingga, perkembangan DKA adalah merupakan rangkaian dari iklus interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid normal. 2. Siapapun yang memiliki diabetes dapat mengembangkan ulkus kaki. Ulkus terbentuk karena kombinasi faktor, seperti kurangnya rasa di kaki, sirkulasi yang buruk, cacat kaki, trauma serta durasi diabetes. Pasien yang memiliki diabetes selama bertahun-tahun dapat mengembangkan neuropati, yaitu berkurangnya kemampuan untuk merasakan sakit pada kaki akibat dari kerusakan saraf yang disebabkan oleh kadar glukosa darah dari waktu ke waktu. Kerusakan saraf dapat terjadi tanpa rasa sakit, dan bahkan penderita tidak menyadari ini, Penyakit pembuluh darah akan mempersulit ulkus kaki, mengurangi kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dan meningkatkan resiko infeksi. Peningkatan glukosa pada darah dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi yang potensial dan juga menyebabkan perlambatan dalam proses penyembuhan sehingga luka menjadi sulit untuk sembuh.

Kesemutan : dikatakan neuropati suatukomplikasi dm tersebut . terjadi kerusakan sistem syaraf perifer yang terjadi karena kadar gula darah yang tidak terkontrol. Neuropati Diabetes merupakan salah satu komplikasi diabetes dengan gejala rasa kebas atau baal pada kaki atau tungkai yang dapat menyebabkan kesemutan dan kram pada kaki. Keluhan ini disebabkan adanya kerusakan pada sistem saraf perifer karena kadar gula darah yang tidak terkontrol. Penyakit dan infeksi yang menyebabkan peradangan pembuluh darah (disebut vasculitis) memicu pembentukan jaringan parut di pembuluh darah, mengganggu sirkulasi dan menyebabkan kesemutan dan kram pada otot-otot ekstremitas bawah. Bb menurun karena kekurangan insulin, selama insulin cukup jumlahnya dan normal kerjanya, maka gula di dalam darah akan lancar masuk ke dalam sel-sel, sehingga kadar gula darah turun kembali ke batas normal. Mekanisme ini menjaga gula darah tidak naik terus sesudah makan melebihi nilai aman. Sementara itu, pada pasien diabetes, karena tidak ada kalori yang bisa masuk ke dalam sel, maka berat badan sulit bertambah. "Otot-otot pun menjadi kecil dan kendur," Saat seseorang menderita penyakit kencing manis atau kadar gula tinggi di dalam darah baik itu diabetes Tipe 1 maupun tipe 2 terjadi gangguan metabolisme glukosa tidak mampu diubah menjadi energi. Karena ketidakmampuan ini makan sistem didalam tubuh secara otomatis akan memanfaatkan sumber energi lain di dalam tubuh untuk dipecah. Di sini perlu kita ketahui juga selain karbohidrat yang menjadi bahan baku utama glukosa atau gula ada sumber energi lainnya yaitu protein dan lemak atau lipid. Saat terjadi masalah metabolisme glukosa dimana tubuh mengalami defisit energi atau kalor secara cepat tubuh akan memecah lipid dalam bahasa biologi disebut dengan katabolisme. Lipid atau lemak yang posisinya berada di bawah kulit secara terus-menerus dipecah lambat laun mengakibatkan ketebalannya menjadi jauh menipis. Jika sampai pada akhir jumlah lipid di dalam tubuh tidak mampu memenuhi kebutuhan energi dalam artian telah habis maka selanjutnya yang akan dipecah adalah protein. Protein pada umumnya banyak terdapat di dalam otot tentu saja itu berarti pada penderita penyakit diabetes yang tidak mendapatkan penanganan dengan baik selain terjadi penggerusan lemak juga terjadi pembakaran pada protein sebagai energi. Situasi inilah yang kemudian menyebabkan penderita penyakit diabetes melitus semakin kehilangan berat badan atau kurus. 3. GCS : Cuma 6 . dikondisikan pada pasien isokor. Pada psaien didapatkan adanya gangguan pada metabolisme. Pada pasien DM semua proses metabilisme terganggu, karna defisiensi insulin sehungga sebagian glukosa tidak dapat diolah, sehingga sel kekurangan makanan. Sehingga banyak lemak yang dibakar. Dan terjadi penumpkan asetat dalam darah dan terjadi asidosis, kompensasi tubuh dengan kusmaul dan

melalui urin. Bila tubuh sudah tidak mampu melakukan kompensasi maka tubuh akan mengalam koma yang disebut dengan koma diabetik. Jika darah pekat maka akan mengalamii plak, kekurangan insulin yang menyebabkan mobilisasi energi dari otot dan lemak sehingga terjadi kenaikan flux asam amino yang menuju ke hati untuk dirubah menjadi glukose dan asam lemak. Asam lemak dikonversi menjadi keton berupa aseton, asam aseto asetat dan beta hidroksi butirat Akibat adanya hiperglikemia dan adanya benda-benda keton maka terjadi glukosuria dan ketonuria yang menyebabkan diuresis osmotik dan selanjutnya dehidrasi dan asidosis. Dengan demikian pada KAD dapat terjadi terjadi gangguan metabolik berupa : Terjadinya hiperglikemia disebabkan oleh : Glukose tidak dapat masuk dalam sel otot dan sel lemak.Fungsi enzim glukokinase di dalam hati menurun, sehingga sekresi glukose dari hati meningkat. Hiperglikemi menyebabkan dehidrasi intraseluler karena adanya hiperosmolaritas dan filtrat ginjal banyak mengandung glukose sehingga terjadi glukosuria yang menimbulkan diuresis osmotik yang akan berakibat kehilangan air dan elektrolit termasuk Na,K.Cl,PO4 dan Mg. terjadinya ketosis oleh karena : Lipolisis meningkat dan oksidasi asam lemak meningkat Lipogenesis berkurang, sintesis FFA (Free Fatty Acid) dalam sel lemak berkurang. Akibat banyaknya proses lipolisis maka banyak sekali FFA akan masuk ke hati yang akan dipecahkan menjadi acetyl co enzym A. Acetyl Co enzym A tidak dapat masuk dalam siklus Krebs oleh karena kekurangan insulin mengakibatkan terbentuknya aceto acetyl Co enzym A , asam aseto asetat. Asam aseto asetat kelak akan berubah menjadi aseton dan asam beta hidroksi butirat. Ketiganya disebut sebagai benda-benda keton (keton bodies). Kedua asam keton ini mempunyai pengaruh pada susunan syaraf pusat dan menyebabkan pH darah menurun. Selain itu terjadi Gangguan keseimbangan air dan elektrolit dimana Akibat tertimbunnya ion hidrogen maka terjadilah diuresis osmotik sehingga ion-ion Na,K,Cl,PO4, Mg,Ca dan ion lainnya keluar dari tubuh. Tubuh akan mengatasi melalui sistim buffer, hormonal dan ginjal. Pada umumnya gejala-gejala KAD didahului gejala awal berupa polidipsi , poliuria dan polifagi disusul oleh nafsu makan yang kurang, mual dan muntahmuntah. Muntah-muntah disusul oleh gejala lemah badan, mengantuk, stupor dan terjadi koma. Kadang-kadang sebelum koma penderita mengeluh nyeri dada dan nyeri perut yang semuanya ini disebabkan oleh asidosis. Kadang-kadang keadaan ini dikacaukan dengan appendicitis akut atau kolik ureter . Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi berupa tekanan darah turun, nadi melemah, temperatur menurun atau normal, pupil midriasis,

isokor, tekanan bola mata lunak,pernapasan cepat dan dalam disebut sebagai pernapasan Kusmaull, napas berbau aseton, kulit kering,tonus otot menurun dan refleks fisiologis menurun. Pada keadaan ini kesadaran penderita menurun sampai koma . 4. Analisa Gas Darah adalah suatu pemeriksaan melalui darah arteri dengan tujuan mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam tubuh dan mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh. Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2. 5. masker NRM untk mengalirkan O2 dengan konsentrasi 80-100 persen. Indikasi Efektif diberikan pada klien yang mengalami : Keracunan karbon monoksida : Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah(Aryani, 2009:53) Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Jadi antara inspirasi da ekspirasi tidak dalam satu saluran. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37) Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34). 6. pemberian bikaarbonat menyebabkan potasium bergerak kedalam sel, sebelum dinberi bikarbonat harus dicek kadar potrasium. Natrium bikarbonat digunakan untuk mengendalikan asidosis metabolik yang berat (seperti pada gagal ginjal).dinda : dalmpemberian bikarbonat harus dicocokan dengn BB , pemberian tidak linier. Tergantung asidosis berat atau ringan. Karena keadaan ini biasanya dibarengi dengan pengosongan natrium, maka sebaiknya keadaan ini diperbaiki dahulu dengan pemberian infus natrium klorida isotonik intravena, sehingga ginjal tidak dipengaruhi dan derajat asidosis tidak begitu berat hingga tidak merusak fungsi ginjal. Dalam keadaan ini natrium klorida isotonik saja biasanya efektif untuk memulihkan kemampuan ginjal membuat bikarbonat. Pada asidosis ginjal atau asidosis metabolik berat yang disebabkan oleh berbagai faktor (misal pH darah kurang dari 7.1) natrium bikarbonat (1,26%) dapat diberikan berupa infus dengan natrium klorida isotonik dalam bentuk infus bila asidosis tetap tidak menunjukkan respons terhadap koreksi anoksia

atau kehilangan cairan; volume total hingga 6 liter (4 liter natrium klorida dan 2 liter natrium bikarbonat) mungkin dibutuhkan pada pasien dewasa. Pada syok berat misalnya karena henti jantung (lihat 2.8) asidosis metabolik dapat terjadi tanpa pengosongan natrium; dalam keadaan ini natrium bikarbonat paling baik diberikan dalam volume kecil larutan hipertonik, seperti 50 mL larutan 8,4% secara intravena dan pH plasma harus dimonitor. Infus natrium bikarbonat juga digunakan pada penanganan darurat hiperkalemia (lihat Glukosa). Infus natrium laktat intravena sudah tidak digunakan untuk asidosis metabolik, dan membawa risiko menimbulkan asidosis laktat, khususnya pada pasien yang sakit berat dengan perfusi jaringan yang kurang baik atau gangguan fungsi hati. 7. Fungsi cairan RL. Untuk memperbaiki keseimbangan cairan intra dan ekstra selular. Pada pasien terjadi ketidak seimbangan elektrolit. Sehingga cairan RL untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Prioritas utama dalam penatalaksanaan KAD adalah terapi cairan. Terapi insulin hanya efektif jika cairan diberikan pada tahap awal terapi dan hanya dengan terapi cairanlah kadar glukosa darah menjadi rendah. Studi menunjukkan bahwa selama 4 jam pertama sekitar 80% penurunan kadar gula darah disebabkan oleh rehidrasi. dilakukan secara agresif. Pada Tn. Y diberi cairan RL karena

Resusitasi

untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya hiperkloremia yang terjadi jika menggunakan cairan normal saline. Hiperkloremia merupakan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob. Selain itu terdapat keunggulan dari cairan RL antara lain cairan RL mempunyai komposisi elektrolit dan konsentrasi yang sangat serupa dengan cairan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah, kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi otot dan saraf. Elektrolit-elektrolit tersebut berfungsi untuk menggantikan kehilangan cairan pada pasien KAD. Selain itu untuk memperbaiki perfusi ginjal. 8. TD normal tapi trakikardi yaitu Trakikardi dihasilkan dari kebutuhan oksigen, sehingga saat kekurangan oksigen menjadi trakikardi. Pasien kekurangan cairan, seharusnya hipotensi, karena terjadi poliuri dan kadar gula di darah tinggi. jadi pada pasien karena tidak diketahui usianya maka bisa saja pasien mengalami hipotensi.

Related Documents

Step 15
November 2019 0
Step
June 2020 11
Step
June 2020 13
Step
May 2020 13
Step By Step
November 2019 33

More Documents from ""