State Of Ecology

  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View State Of Ecology as PDF for free.

More details

  • Words: 7,207
  • Pages: 26
PENGKAJIAN DAMPAK DAN DAYA DUKUNG KAWASAN KONSERVASI BERKELANJUTAN (STUDI KASUS CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR PROVINSI BENGKULU)

MATA KULIAH EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN DOSEN PENGASUH: DR. Ir. Muhadiono Oleh: USMAN (P 062050111)

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul

PENGKAJIAN DAMPAK DAN DAYA DUKUNG KAWASAN KONSERVASI BERKELANJUTAN (STUDI KASUS CAGAR ALAM DANAU DUSUN BESAR PROVINSI BENGKULU), dengan baik dan tepat waktu Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr Ir. Muhadiono, sebagai Dosen pengasuh Mata Kuliah Ekologi dan Pembangunan pada program Doktor PS PSL IPB Bogor 2. Kepala dan Staf Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, yang membantu memberika data pengelolaan kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar 3. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam meneyelesaikan makalah ini Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai informasi dan pengetahuan yang bermanfaat baik bagi penulis, pembaca maupun yang tertarik masalah pengelolaan kawasan konservasi, dan berharap adanya masukan dan kritik yang bersifat membangun yang dapat digunakan sebagai penyempurnaan makalah ini.

Bogor, November 2005 Penulis Ir. Usman, M.Si

ABSTRAK

Pengkajian Dampak Dan Daya Dukung Kawasan Konservasi Berkelanjutan (Studi Kasus Cagar Alam Danau Dusun Besar Provinsi Bengkulu). Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami (UU No. 5 Tahun 1990). Kawasan Danau Dusun Besar yang terletak di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu adalah salah satu Cagar Alam, ditetapkan 1936 berdasarkan keputusan Gubernur Hindia Belanda Stb. No. 325 tahun 1936. Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 171/Kpts/Um/3/1981 kawasan diperluas menjadi 430 ha. Ditetapkan sebagai Hutan Suaka Alam atau Cagar Alam dengan nama Cagar Alam Danau Dusun Besar (CADDB) seluas 577 ha, register 61, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 602/Kpts-II/1992 tertanggal 10 Juni 1992. Penulisan bertujuan untuk melakukan kajian dampak dan daya dukung lingkungan daerah tangkapan air (catchmen area) CADB. Untuk mengembalikan fungsi kawasan seperti sediakala, maka jalan poros Desa Nakau –Air Sebakul harus ditutup sebagai jalan umum, karena akan membuat aksesibiltas perambahan dan menjadi stimulasi perambahan dan penyerobotan kawasan karena meningkatnya harga tanah. Menerapkan konsep pengelolaan Kawasan Konservasi berkelanjutan dengan menerapkan konsep Co-management supaya kawasan tetap lestari.

DAFTAR ISI

Halaman Kat apengant ar ……………………………………………………………………………….

i

Abs t r ak …………………………………………………………………………………………. .

ii

Daf t arI s i ………………………………………………………………………………………. .

iii

Daf t arTabel ……………………………………………………………………………………

iv

Daf t arGambar ………………………………………………………………………………. .

v

I .PENDAHUL UAN…………………………………………………………………………….

1

I I .KEADAANUMUM CAGARAL AM DANAUDUSUNBESAR………………….

3

I I I .ANAL I SI S DANPEMBAHASAN…………………………………………………….

9

I V.KESI MPULAN………………………………………………………………………………

19

V.DAFTARPUSTAKA………………………………………………………………………

20

DAFTAR TABEL

Tabel

Uraian

Halaman

1

Keadaan Tofografi daerah tangkapan ari CADB

4

2

Prakiraan air yang dapat ditangkap di daerah tangkapan air (Catchment area) Danau setiap bulan (m3)

5

3

Kualitas Air Danau Dendam Tak Sudah

6

4

Luas Cagar Alam yang dirambah penduduk pada Catcment Area Cagar Alam Danau Dusun Besar

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Uraian

Halaman

1

Peta Lokasi Cagar Alam Danau Dusun Besar

3

2

Grafik curah hujan di daerah Cagar Alam Danau Dusun Besar

7

3

Zona I s/d IV Cagar Alam Danau Dusun Besar

9

4

Profil Perambah Catchmen Area dan Tahun perambahan Catchment Area CADB

13

5

Kerangka Pemikiran Pengelolaan Kawasan

17

I. 1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami (UU No. 5 Tahun 1990). Kawasan Danau Dusun Besar yang terletak di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu adalah salah satu Cagar Alam yang telah ditetapkan sejak tanggal 17 Juni 1936 berdasarkan keputusan Gubernur Hindia Belanda Stb. No. 325 tahun 1936. Penetapan tersebut diperkuat dengan keputusan Menteri Pertanian No. 171/Kpts/Um/3/1981 dengan memperluas kawasan dari 11.5 ha menjadi 430 ha. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 602/Kpts-II/1992 tanggal 10 Juni 1992 ditetapkan sebagai Hutan Suaka Alam atau Cagar Alam dengan nama Cagar Alam Danau Dusun Besar (CADDB) seluas 577 ha, register 61. (Usman, 2001 a) Sasaran utama penetapan kawasan konservasi adalah untuk melindungi ekosistem dan sumberdaya alam agar proses-proses ekologi di dalamnya dapat terus menerus berlangsung, dan mempertahankan produksi dan jasa bagi kepentingan manusia secara berkelanjutan (Hardjasoemantri, 1993) Pelestarian Keanekaragaman Hayati merupakan upaya memadukan pelestarian dan pengelolaan Sumber Daya Hayati dengan kebijakan pembangunan masih bertumpu pada larangan bermukim disekitar atau di dalam kawasan, terbukti tidak berhasil. Karena itu berbagai kebijakan barupun diundangkan sebagai upaya memadukan pelestarian sumberdaya hayati, yang dikandung oleh sebuah kawasan, dengan kebutuhan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat. Sepintas upaya tersebut memberikan harapan baru, namun tidak demikian kenyataannya. Salah satu penyebab dari pupusnya harapan tersebut adalah masih banyaknya langkah-langkah ekonomi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam, akhirnya malah menstimulasi penduduk untuk menguasai sumber daya alam dan masuk ke dalam kawasan, sebagai contoh adalah kasus perambahan dan penguasaan Kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar di Provinsi Bengkulu (Usman, 2001a) Pembangunan jalan yang membelah Kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar tahun 1991 oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu telah memicu perambahan kawasan CADDB dari hanya 3 KK menjadi 159 KK (Kepala Keluarga). Peningkatan perambahan ini disebabkan meningkatnya aksesibilitas ke dalam Kawasan (Kanwil Kehutanan Provinsi Bengkulu, 1997; Kanwil Pekerjaan Umum, 1998). Bahkan Pemerintahan Kota Bengkulu telah mengizinkan pembangunan perumahan baru dalam jumlah yang cukup besar, yang secara ekologis adalah bagian dari daerah penyangga Kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar (Usman, 2001). Dari pertengahan 1997 sampai 1998, Kerusakan Kawasan Cagar Alam bahkan telah menimbulkan dampak secara langsung kepada petani yang secara turun temurun memanfaatkan air danau untuk kepentingan irigasi persawahan seluas 1000 hektar, dengan petani mencapai 1000 Kepala Keluarga. Kerusakan kawasan telah mempengaruhi debit air danau, yang berdampak pada sistem irigasi persawahan yang dimanfaatkan oleh petani.

1.2.

Rumusan Masalah

Upaya pengelolaan dan pelestarian yang berkelanjutan akan sia-sia jika tidak disertai peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola sumber daya alam. Pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan tidak saja dapat memecahkan sebagian masalah pendanaan dan tenaga, dalam lingkup lokal, namun sekaligus dapat menanggulangi konflik yang mungkin terjadi, terutama penduduk asli atau masyarakat adat lokal dengan pengelolaan kawasan. Peran stakeholder dalam pengelolaan kawasan sering dilupakan, lebih bersifat insedentil atau setelah ada gejolak dan tuntutan dari masyarakat. Kegiatan pengelolaan lebih banyak bertumpu pada pemerintah, yang mengeluarkan kebijakan dan peraturan, yang pada implementasinya memiliki kelemahan. Dipihak lain jika diserahkan kepada swasta masih banyak keserakahan daripada mengembangkan pengelolaan berkelanjutan. Sementara itu dikalangan masyarakat masih banyak yang bersikap tidak peduli terhadap kelestarian sumber daya alam. Penguatan masyarakat merupakan bagian terpenting dalam upaya pelestarian sumber daya alam yang berkelanjutan. Masyarakat yang telah memiliki kesadaran dan kepedulian akan dapat secara mandiri menjaga kawasan dan mengamankan lingkungannya. Selain itu masyarakat akan mampu untuk bersikap kritis terhadap kebijakan atau tindakan pemerintah maupun pihak-pihak lain yang dapat mengancam sumber daya hayati yang menjadi milik bersama. Dengan demikian partisipasi masyarakat adalah salah satu faktor kunci dari pengelolaan sumber daya hayati termasuk pengelolaan Cagar Alam Danau Dusun Besar (Usman, 2001 b) Dalam upaya mencapai tujuan tersebut salah satu cara adalah mengupayakan inisiasi proses perumusan kegiatan ditingkat simpul jaringan di masyarakat, dengan beberapa prioritas. Peranan pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat adalah mengupayakan dan memberikan dukungan sinergi dalam masyarakat. Jika sebelumnya, pelaksanaan upaya pemberdayaan masyarakat lebih banyak dilakukan melalui proyek-proyek terpisah, maka selanjutnya lebih diupayakan melalui pendekatan suatu Sistem Pengelolaan Kawasan Berkelanjutan yang menitik beratkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitarnya yang pada akhirnya akan berujung pada upaya pelestarian dan konservasi kawasan. 1.3.

TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk melakukan kajian dampak dan daya dukung lingkungan daerah tangkapan air (catchmen area) CADB, dengan: a. Mengidentifikasi kondisi lingkungan hidup CADB dan daerah tangkapan air Danau Dendam Tak Sudah b. Mengindentifkasi usaha-usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat disekitar CADB dan daerah tangkapan air Danau Dendam Tak Sudah yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. c. Mengevaluasi dampakbesar dan penting dari kegiatan-kegiatan masyarakat yang dilakukan di CADB dan daerah tangkapan air Danau Dendam Tak Sudah d. Mencari langkah-langkah pemecahan terhadap masalah perusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan masyarakat di CADB dan daerah tangkapannya sehingga dampak negatif tersebut dapat dikurangi dan dampak positifnya dapat ditingkatkan

II. KEADAAN UMUM CAGAR ALAM DUSUN BESAR 2.1. Letak dan Luas

Kawasan hutan CADDB Register 61, terletak antara 3o 47’ 45’ ’s / d3o 49’ 01’ ’ 0 Lintang Selatan dan 102 20’ 11’ ’Buj urTi mur ,dengan l uas 577 Ha.Berdasarkan administrasi pemerintahan Cagar Alam Danau Dusun Besar sebagian besar terletak dalam wilayah Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu dan sebagian kecil di Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu, (Gambar 1.) Wilayah yang membatasi CADDB adalah sebagai berikut:  Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Surabaya, Desa Kembangseri dan Nakau  Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pagar Dewa  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Dusun Besar, Sidomulyo  Sebelah Barat Berbatasan dengan Kelurahan Dusun Besar

Gambar 1. Peta Lokasi Cagar Alam Danau Dusun Besar Menurut Wilayah administrasi kehutanan, Cagar Alam Danau Dusun Besar termasuk dalam wilayah kerja Sub balai KSDA Bengkulu, Resort Talang Empat. 2.2. Status Hukum Kawasan Kawasan hutan Danau Dusun Besar pertama ditunjuk sebagai Cagar Alam berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda (GB) No36/ 1936, 17 Juni 1936 (Stbl 1936 No. 325) dengan luas 11,5 Ha. Atas usulan Gubernur Bengkulu, dengan No 1666/B.4-1/1979 tanggal 15 Mei 1979, Menteri Pertanian melalui SK No. 171/Kpts/Um/3/1981 tanggal 3 Maret 1981; memperluas areal CADDB menjadi 441,5 Ha. Untuk memberikan kepastian hukum terhadap kawasan hutan CADDB, Panitia Tata Batas Hutan Kabupaten Bengkulu Utara yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Bengkulu No. 357/1981 tanggal 10 Desember 1981, telah melaksanakan pengukuran dan pemasangan batas CADDB, dimana Berita Acara Tata Batas dan petanya ditandatangani oleh Panitia Tata Batas pada 18 Januari 1986 dengan luas definitif 577 Ha. Berdasarkan hasil penataan batas tersebut, Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. 602/Kpts-II/1992 tanggal 10 Juni 1992, menetapkan kawasan hutan Danau Dusun Besar sebagai kawasan hutan tetap dengan fungsi hutan suaka alam/Cagar Alam, dan selanjutnya diberi anam Hutan Suaka Alam/Cagar Alam Danau Dusun Besar.

2.3.

Topografi

Keadaan topografi di kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar Register 61 Relatif datar dengan kelerengan 0-15%, dengan ketinggian letak 15 meter dari permukaan laut (mdpl). Kondisi ini memungkinkan air yang jatuh di daerah ini akan tergenang sehingga membentuk rawa-rawa yang pada akhirnya menjadi sumber air bagi CADB. Berdasarkan pengukuran dengan planimeter, tingkat kemiringan daerah tangkapan CADB dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 1. Keadaan topografi daerah tangkapan air CADB No 1 2

Kelerangan (%) Luas (ha) 0-2% 2349 2-15% 351 Jumlah 2700 Sumber: Peta topografi BPN dan Pengamatan lapang 2.4.

Penyebaran 87% 13% 100%

Geologi dan Tanah

Berdasarkan telaah peta ekhtisar Geologi Sumatera Bagian Selatan skala 1:1.000.000 dari Lembaga Penelitian Tanah dan Pemupukan-Bogor, struktur geologi di kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar terdiri dari batuan Neogin (Pliosin, Miosin). Sedangkan jenis tanahnya menurut peta tanah Propinsi Bengkulu skala 1:500.000 adalah organosol, Glei Humus dan Regosol.

2.5.

Hidrologi

CADB sebagian besar adalah rawa dan tanah daratan serta perairan Danau. Bagian rawa Cagar Alam ini ada yang tergenang air hampir sepanjang tahun dan ada pula rawa yang digenangi air pada waktu tertentu saja, khususnya pada musim hujan. Pada mulanya rawa yang terdapat di daerah ini memiliki vegetasi pepohonan dalam jumlah yang cukup tinggi. Namun dalam perjalanan waktu, hutan yang tumbuh di daerah CADB yang menjadi catchment area Danau telah mengalami penebangan serta pembakaran sehingga saat studi dilakukan yang tersisa hanya beberapa pokok batang kayu yang tumbuh di antara semak belukar di daerah rawa serta di sekitar danau. Secara umum CADB tidak memiliki sumber air permanen. Sumber airnya dari air hujan yang tertampung di rawa di bagian yang secara topografi lebih tinggi dibandingkan permukaan danau (Tabel 2). Air Danau, selanjutnya digunakan sebagai air irigasi oleh petani di hilirnya. Semakin tinggi curah hujan, maka semakin tinggi volume air danau.

Tabel 2. Prakiraan air yang dapat ditangkap di daerah tangkapan air (Catchment Aera) Danau setiap bulan (m3) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total

2.6.

Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Hujan (mm) 325 321 270 296 325 185 181 112 257 350 335 456 3.413

Jumlah air yang ditangkap (m3) 8.775.000 8.667.000 7.290.000 7.992.000 8.775.000 4.995.000 4.887.000 3.024.000 6.939.000 9.450.000 9.045.000 12.312.000 92.151.000

Karateristik Fisik

CADB yang menampung air dari rawa yang terdapat dihulunya. Luas daerah catchment area danau ini adalah sekitar 27 km2 dengan luas genangan air berkisar 70 s/d 150 ha dengan kedalaman 3 meter. Luas danau ini pada saat studi diperkirakan 112.2 hektar. Danau pada saat ini memiliki lebar 1.120 meter dan panjang 1.420 meter. Diperkirakan volume air ditampung di danau adalah sekitar 2.300.000 m3. Air danau digubakan untuk air irigasi bagi persawahan di hilirnya, terutama di Desa Surabaya dan Dusun Besar. Pada saat ini terdapat dua bangunan pengambilan (intake), yaitu di Desa Dusun Besar dengan kapasitas 0.488 m3/detik (elevasi dasar intake 5.78 m) dan di Desa Surbaya dengan kapasitas 0.522 m3/detik (elevasi dasar intake 5.86 m). Disamping itu juga terdapat bangunan pembuang (spillway) yang terletak di Dusun Besar dengan debit 2 m3/detik, di Desa Surabaya (2 buah) dengan kapasitasnya adalah 2 m3/detik dan satu bangunan syphon spillway dengan kapasitas 4.5 m3/detik. Kemampuan air danau mengairi sawah adalah sekitar 244 hektar di desa Dusun Besar dan 262 hektar di Desa Surabaya. Berdasarkan karateristik di atas dengan membandingkan daya tampung air danau dengan elevasi intake irigasi maka volume cadangan air yang dapat digunakan adalah sebesar 854.00 m3 atau untuk mengairi persawahan sekitar 10 hari tanpa ada hari hujan (faktor hidrologi lainnya diabaikan). 2.7.

Kualitas Air Danau

Kualitas air danau bervariasi tergantung pada musim. Kualitas ininya juga tergantung pada intensitas penggunaan bahan kimia baik pupuk maupun pestisida yang ada di daerah hulu danau, atau juga dipengaruhi pembuangan akhir sampah di catchmen area. Akibat pembukaan lahan pertanian di catchment area ini akan sangat mempengaruhi kualitas air danau (Tabel 3.)

Tabel 3. Kualitas Air Danau Dendam Tak Sudah (tahun 2003) No 1 2 3 4 5

Paramter Analisis pH DHL Salinitas TDS TSS

Nilai 6.4 90 s 0%o 30 mg/l 18 mg/l

2.8. Erosi Dilihat kemiringan tofografi CADDB pada Catchment area, di duga erosi yang terjadi relatif rendah. Dengan kemiringan 0 –2%, dan jenis tanah didominasi oleh tanah gambut (Histosol), maka diyakini tingkat erosinya relatif rendah. Namun terdapat faktorfaktor pemicu hilangnya lapisan gambut di Catchment area yakni proses hidrophobisasi gambut, yaitu hilangnya kemampuan gambut menjerap air karena proses pengeringan terus menerus (akibat lahan gambut dibuka menjadi lahan pertanian yang di darinase). Pengeringan yang terus menerus dan berlangsung lama mengakibatkan berkurangnya kemampuan gambut untuk menahan air sehingga bahan gambut akan hilang dan terangkut dengan air ke danau. 2.9

Iklim

Tipe Iklim di daerah kawasan CADB adalah iklim trofika basah tipe Af (Koppen). Berdasarkan data-data yang diperoleh di Stasiun Meteoriologi dan Geofisika Pulau Bai terlihat bahwa rata-rata suhu terdingin adalah 18o C dengan curah hujan bulanan lebih dari 50 mm dengan kelembaban udara di daerah studi rata-rata lebih dari 85%. a. Suhu Udara Berdasarkan data iklim yang diperoleh terlihat bahwa suhu udara maksimum di daerah tangkapan CADB dan sekitarnya rata-rata sebesar 30.2 oC dan suhu udara minimum rataan adalah 19 oC. Suhu udara tertinggi setiap tahun dicapai pada bulan Mei –Juni. Sedangkan suhu udara terendah dicapai pada bulan Desember-Januari. b. Kelembaban Udara Daerah tangkapan air CADB dan sekitarnya memiliki kelembaban udara relatif tinggi. Berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi Pulau Baii, kelembaban udara rataan selama enam tahun terakhir (1994 s/d 2000) adalah 85% dengan tingkat tertinggi terjadi pada bulan Desember hingga Januari yakni sekitar 87%, sedang terendah terjadi pada bulan Juni hingga Oktober dengan rataan berkisar 83 s/d 84%. c. Angin Arah angin di sekitar Danau berubah sepanjang tahun, dengan kecenderungan pergerak ke arah selatan dari Januari hingga Mei, dan Agustus hingga September. Arah angin berubah ke arah barat pada bulan Maret-April dan Oktober-November. Sedangka pada bulan Juli dan Desember, arah angin bertiup ke Barat Daya. Kecepatan Angin maksimum terjadi pada bulan Agustus-Oktober dengan kecepatan > 9 knot. Kecepatan terendah terjadi di daerah ini sebesar 1,5 knot dicapai pada bulan Nopember-Desember.

d. Curah Hujan Daerah tangkapan air CADB memiliki curah hujan cukup tinggi. Berdasarkan data curah hujan tahunan di daerah stuidi adalah 3.413 mm (Tabel 2) dengan jumlah hari hujan sekitar 236 hari. Curah hujan tertinggi terjadi antara bulan Nopember-Maret, puncaknya terjadi bulan Desember, dengan curah hujan mencapai 456 mm, dengan jumlah hari hujan 18 s/d 21 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni-September dengan rataan 112 mm dengan hari hujan kurang dari 11 hari per bulan. 456

Curah Hujan (mm)

500 400

325 321 270

300

296

350 335

325 257 185181

200

112

100 0 J

F M A M J

J

A

S O N D

Bulan

Gambar 2. Grafik curah hujan di daerah Cagar Alam Danau Dusun Besar 2.10. Karateristik Biologi CADDB

1. Flora / Vegetasi Kawasan CADDB memiliki empat zona, yaitu zona I berupa daratan yang tidak pemah terendam air, zona II berupa rawa yang tergenang air sewaktu-waktu (sampai beberapa hari sesudah hujan), zona III berupa rawa yang tergenang air hampir sepanjang tahun dan zona IV berupa perairan Danau Dendam Tak Sudah. Pada zona I berupa daratan yang tidak pernah terendam air umumnya sudah dijadikan ladang dan perumahan o!eh masyarakat. Tanaman yang dominan di zona daratan ini berupa tanaman budidaya seperti Kelapa, Nangka, Kayu Bawang, Pisang, Aipokat, Jengkoi (Pithecelobium jeringa), Karet (Hevea brasiliensis), Pinang (Calyptrocalyx sp.), Sukun (Artocarpus sp) dan Kedondong (Spondias pinata). Di zona II berupa rawa yang tergenang air sewaktu-waktu (sampai beberapa hari sesudah hujan), vegetasi asli zona ini terdiri atas pohon Pulai (Alsoma sp), Macang Rawa (Camnosperma sp). Meranti (Shorea sp), Terentang (Regraca auriculata) dan Regas (Gluta regas). Zona II ini sudah dibuka namun intensrtas pembukaan iahan rawa tersebut meningkat setelah dibangun jalan poros Nakau-Air Sebakul pada tahun 1990, khususnya waktu 5 tahun terakhir. Pada saat survey dilakukan vegetasi asli zona II sudah diganti vegetasi iadang/sawah berupa tanaman seperti Padi, Jagung, Kedelai. Kacang Tanah, Kelapa Sawit, Kangkung dan Ubi Kayu. Petani yang membuka lahan di zona II berupa rawa yang tergenang air sewaktu-waktu ini digarap oleh 187 perambah yang sudah mendirikan rumah/pondok tempat berlindung dan hujan dan cuaca panas. Zona III berupa rawa yang tergenarig air hampir sepanjang tahun, vegetasi asli zona ini masih dijumpai berupa pohon Nibung (Pandanus sp), Pulai (Alsoma sp),

Macang Rawa (Camnosperma sp), Merawan (Hopea sp), Euphorbiaceae, Meranti (Shcnea sp), Terentang (Regraca auriculata), Regas (Gluta regas) dan Bakung. Zona IV berupa perairan Danau ditumbuhi oleh tanaman Bakung pada pingir danau dan Angrek Pensil (Vanda hookeriana) Disamping itu tanaman Hydrylia sp dan berbagai macam jenis ganggang air didapatkan melayang di dalam perairan danau.

2. Fauna/Satwa liar Jenis-jenis satwa liar darat yang dijumpai di daerah studi pada saat survei lapang dilakukan antara adalah beberapa jenis mammalia, burung, reptil, serta beberapa jenis serangga yang hidup di daerah rawa. Jenis mammalia yang dijumpai adalah Babi Hutan (Sus scoria] dan Kera Ekor Panjang (Macaca sp). Jenis burung yang dijumpai adalah burung pipit, gelatik, burung gereja, bangau, gagak serta burung sriti (walet). Burung walet umumnya didapatkan berkelompok di tepi kiri dan kanan jalan poros Nakau-Air Sebakul. Jenis reptil yang dijumpai adalah Biawak (Varanus satvator) serta ular, Beberapa jenis serangga yang dijumpai adalah kupukupu, capung, kumbang serta beberapa jenis serangga lainnya. 3. Flora Air Perairan Danau ditumbuhi oleh tanaman Bakung pada pinggir danau dan Angrek Pensil (Vanda hookehana). Disamping itu tanaman Hydrylla sp dan berbagai macam jenis ganggang air didapatkan melayang di dalam perairan danau. Tanaman Hydrylla ini membentuk kalus yang panjang dan saling melingkupi menyerupai jaring yang menyebabkan perairan danau sukar/berbahaya untuk direnangi manusia. 4. Fauna Air Fauna air yang dijumpai baik di rawa maupun di dalam danau adalah beberapa jenis ikan, ular serta katak. Jenis-jenis ikan yang ada adaiah ikan sepat, ikan gabus (Ophiocephalus striatus), ikan lele (Clariatus batrachus), ikan betok, ikan mujair dan ikan Tabakang (Hellastoma temminchi).

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1. Inventarisasi dan Identifikasi Dampak Dari hasil survey ternayata kawasan hutan Cagar Alam Danau Dusun Besar memiliki empat zona yaitu yaitu Zona I berupa daratan yang tidak pernah terendam air, Zona II berupa rawa dangkal yang sewaktu-waktu terendam air (sampai beberapa hari seteleh hujan), Zona III berupa rawa dalam yang tergenang air hampir sepanjang tahun, dan Zona IV adalah berupa perairan Danau Dendam Tak Sudah (Gambar 3).

Danau Zona III Zona II Zona I

Gambar 3. Zona I s/d IV Cagar Alam Danau Dusun Besar

Zona I, umumnya sudah dijadikan ladang oleh masyarakat, bahkan beberapa KK yang telah menggarap sejak 1970. Pembangunan perumahan DEPKES dan DEPDIKBUD (DIKNAS), tempat pembuangan akhir sampah di daerah tangkapan air CADDB, dan pembangunan jalan poros Nakau-Air Sebakul yang juga memanfaatkan sebagian daratan Zona I. Tanaman yang dominan di Zona ini seperti kelapa, nangka, kayu bawang, pisang, alpukat, Jengkol, karet, pinang, sukun, dan kedondong. Di Zona II, berupa rawa dangkal yang tergenang air sewaktu-waktu (beberapa hari sesudah hujan), vegetasi asli zona ini terdiri atas pohon Pulai, Macang Rawa, Meranti, terentang, dan Regas. Rawa dangkal (zona II) ini sudah dibuka beberapa warga sejak tahun 1970, namun intensitas pembukaan rawa meningkat setelah dibangun jalan poros Nakau-Air Sebakul pada tahun 1990, khususnya waktu 5 tahun terakhir. Vegetasi asli zona II (rawa dangkal) sudah diganti vegetasi ladang/sawah berupa tanaman budidaya seperti Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kelapa Sawit, Kangkung dan Ubi Kayu. Pada zona III berupa rawa dalam yang tergenang air hampir sepanjang tahun, vegetasi pohon asli zona ini berupa pohon Nibung, Pandanus sp, Pulai, Macang Rawa, Merawan, Euphorbiaceae, Meranti, Terentang, Regas dan Bakung. Zona IV berupa perairan Danau (12% dari keseluruhan CADDB) ditumbuhi oleh tanaman Bakung Hydrylla sp dan berbagai macam jenis ganggang air didapatkan melayang dii dalam perairan danau.

3.2. Evaluasi Dampak Sumber dampak pendangkalan Danau Dendam Tak Sudah berasal dari beberapa sumber:  Akumulasi Biomasa (Serasah) Akumulasi serasah di daerah tangkapan air danau dendam tak sudah secara langsung dapat menimbulkan pendangkalan yang berakibat daya tampung air danau berkurang secara graduasi sepanjang tahun. Sumber akumulasi serasah ini berasal dari tanaman rawa, tanaman daratan dan tanaman air danau yang mati dan bertumpuk di daerah tangkapan air Danau atau di daerah genangan air Danau CADDB. Volume serasah ini meningkat dengan berubahnya komposisi tumbuhan dari vegetasi pohon menjadi semak belukar. Pertumbuhan vegetasi semak yang cepat daripada pohon dapat merubah komposisi vegetasi, sehingga kecepatan akumulasi serasah bertambah besar. Hal ini dipercepat pula oleh pertumbuhan tanaman air dengan jumlah populasi yang lebih padat akibat eutropikasi air danau yang berasal dari erosi lahan, limbah rumah tangga, pemupukan tanaman budidaya. Jika kecepatan produksi primer tanaman semak setara dengan kecepatan produksi tanaman padi sawah sebesar 12 ton/ha/4 bulan (buah + batang + daun) maka laju produksi biomasa vegetasi semak setara dengan 36 ton biomasa/tahun. Jika laju penguraian biomasa vegetasi semak 50% dari total biomasa maka terjadi akumulasi biomasa sebesar 18 ton/ha/tahun yang akan mempengaruhi daya tampung air danau dendam tak sudah. Jika luas danau dendam yang selalu tergenang air adalah 70 ha, luas rawa tidak tergenang air sepanjang tahun dan ditumbuhi tanaman 80 ha dan luas rawa yang tergenang air sampai beberapa hari sesudah hujan 427 ha, maka jumlah akumulasi serasah yang terjadi di daerah tersebut adalah sebesar 10.368 ton/tahun yang menyebabkan pendangkalan dan mengurangi daya tampung air danau dendam tak sudah. Bila satu ton akumulasi serasah setara dengan 17 m3 air danau, maka setiap tahun secara alami daya tampung danau dendam tak sudah berkurang sebesar 17.656 m3. Jika air danau dendam digunakan untuk irigasi persawahan seluas 505 ha, yaitu di desa Surabaya seluas 261 ha dan Desa Dusun Besar 244 ha diperlukan air dengan debit 1m3, maka akibat akumulasi serasah menyebabkan daya dukung air danau berkurang sebesar 17.656 m3/tahun yang dapat digunakan selama 17.656 detik (4.9 jam) untuk irigasi persawahan tersebut. Jika daya tampung air mampu mengairi persawahan selama 10 hari tanpa hari hujan, maka dampak akumulasi biomasa akan mengurangi daya dukung mengairi sawah sebanyak 4.9 jam/tahun. Hal ini akan menimbulkan persolaan besar bila musim kemarau yang panjang. Untuk mengatasi persoalan di musim kemarau, dari pengamatan yang dilakukan, petani melakukan pengaturan buka tutup 2 buah pintu air yang ada secara bergiliran, waktu tanam disesuaikan dengan keberadaan debit air dan curah hujan. Disamping itu telah dibentuk KP2A (kelompok petani pemakai air) yang mempunyai pengalaman menangani persoalan kekeringan, seperti menggunakan teknologi mesin penyedot dan pembuatan kolam-kolam reservoir cadangan untuk air irigasi.  Pembangunan Jalan Poros Pembangunan jalan poros Desa Nakau dengan Desa Air Sebakul dilakukan dengan menimbun rawa. Penimbunan material konstruksi jalan ini menyebabkan

pendangkalan rawa sebagai tempat penampungan sementara air danau. Jika volume rawa yang ditimbun sebesar 32.000 m3 (panjang jalan di rawa 800 m dalam 5 meter dan lebar tapak dasar jalan 10 meter), maka kegiatan pembangunan jalan poros ini menimbulkan pendangkalan danau. Pendangkalan ini dapat menimbulkan dampak berkurangnya daya tampung air danau dapat menimbulkan dampak lanjut berkurangnya daya tampung air danau sebesar 32.000 m3. Perkiraan volume air yang hilang ini berpotensi dapat mengairi sawah seluas 505 ha di Desa Surabaya dan Dusun Besar selama lebih kurang 1 hari (10 –13 jam) bila curah hujan kurang, khususnya dimusim kemarau. Persoalan jalan saat ini telah disepakati oleh pemda provinsi, petani, Lsm, DPRD dan Walikota Bengkulu untuk menutup jalan tersebut. Sedangkan untuk menaikkan permukaan dan daya tampung air danau, drainasi di Desa Surabaya telah ditutup dengan membuat tanggul, sehingga permukaan air danau pada musim hujan naik mencapai 30 cm, sehingga dapat meningkatkan daya tampungnya untuk persdiaan air irigasi pada musim kemarau.  Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Pembangunan TPA oleh pemerintah Kota Bengkulu tidak dalam periode sangat singkat akan berdampak negatif terhadap pendangkalan danau. Namun kegiatan ini jika diteruskan akan berdampak setelah perioda yang panjang bila akumulasi sampah t er ust er j adit anpaadaupayamel ak s anak an“ Sani t ar yL andf i l l ”at audi s i pl i nkar y awan angkutan sampah tidak diperbaiki, yaitu setiap hari ada sebagian angkutan sampah membuah di rawa daerah tangkapan air danau dendam tak sudah. Pembangunan TPA meningkatkan akumulasi biomasa di daerah tangkapan air danau dendam. Karateristik sampah yang terdiri atas sampah organik 75% dan non organik 25% (yang sangat sulit terurai) di alam seperti plastik, kaleng bekas (logam) dan non logam (keramik dan sejenisnya), menyebabkan tidak saja daya tampung air danau berkurang secara gradual sesuai volume sampah yang dibuang tetapi juga menghasilkan air tirisan yang menyebabkan kualitas air danau dapat menurun dalam jangka panjang. Eutropikasi danau dendam dapat terjadi akibat air tirisan pembuangan sampah ini sehingga mempercepat sedimentasi dan pertumbuhan tanaman air. Dampak turunan dari dampak primer di atas adalah meningkatnya akumulasi biomasa di danau akibat kecepatan penguraian biomasa di tanah rawa yang tergenang air lebih lambat dari laju produksi biomasa. Bila volume sampah yang dibuang petugas kebersihan kota langsung ke daerah genangan air (bukan TPA) di jalan poros Nakau – Air Sebakul 1 truk/hari atau setara 5m3 sampah per hari maka diperkirakan terjadi akumulasi biomasa 1.9 m3 dan terjeadi sedimentasi sampah non organik dan akumulasi sampah organik menyebabkan berkurangnya daya tampung air danau sebanyak 1.6 m3/hari atau 584 m3/tahun. Pembangunan TPA di daerah tangkapan air danau dendam diduga memberikan dampak terhadap kualitas air danau. Jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah ini cukup besar yakni 15 ton sampah per hari. Penimbunan sampah dilokasi ini diduga akan mengakibatkan penurunan kualitas air yang mengalir ke danau sehingga mempengaruhi kelansungan kehidupan biota perairan termasuk tanaman anggrek pensil yang tumbuh di sekitar danau dendam tak sudah.

Proses pembuangan sampah harus dihentikan dengan cara mengalihkan TPA ke tempat lain, atau untuk sementara waktu sampah tersebut harus dibuat menjadi kompos untuk mengurangi volume sampah yang bakal mempengaruh danau CADDB.  Kegiatan Perladangan/Persawahan Salah satu sumber dampak potensial terhadap penurunan kualitas air Danau adalah terjadinya kegiatan perladangan/persawahan di daerah tangkapan air danau ini. Jumlah kegiatan perladangan ini cukup banyak sehingga memerlukan perhatian serta penanganan serius. Dari hasil penelitian sebelumnya terlihat bahwa luas catchment area yang telah di jadikan lahan pertanian sudah cukup besar, yakni 277,35 ha (48.06% ) dari luas CADB atau sekitar 10% dari luas daerah tangkapan air danau. Penduduk yang menggarap lahan-lahan ini tidak hanya berasal dari Desa-desa di sekitar kawasan CADB, namun mereka juga berasal dari luar Kecamatan Talang Empat, dari Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan (Usman, 2001). Berdasarkan data inventarisasi tim dari Kecamatan Talang Empat, Gading Cempaka dan Selebar terlihat bahwa jumlah penggarap lahan di daerah CADB ini cukup banyak, yakni 158 orang dari berbagai profesi, dari buruh/tani hingga pegawai negeri sipil dan ABRI/pensiunan ABRI. Luas lahan garapan beragam dari kurang dari 1 hingga lebih dari 10 hektar. Berdasarkan tahun mulai penggarapan, dapat dibedakan mulai tahun 1970-an hingga setelah tahun 1995/1996. Luas garapan di lokasi CADB disajikan pada Tabel 4, sedangkan profil pemilik lahan berdasarkan jenis pekerjaan serta tahun perambahannya disajikan pada gambar dibawah ini. Tabel 4.

Luas Cagar Alam yang dirambah penduduk pada Catchment area Cagar Alam Danau Dusun Besar

No Luas catchmen areah yang digarap 1 < 1 ha 2 1 ha 3 1.5 4 2 5 3 6 4 7 5-10 8 11-15 Jumlah Sumber: Hasil inventarisasi oleh TIM pendataan

Jumlah Perambah 20 76 5 39 6 3 7 2 158 permasalahan CADB

Persen (%) 12.7 48.1 3.2 24.7 3.8 1.9 4.4 1.4 100 tahun 1998

Dari hasil investigasi lahan garapan di lokasi CADB terlihat bahwa sebagian besar penggarap/pemilik lahan di lokasi ini adalah buruh/petani (62% dari jumlah pemilik yang sebagian pejabat). Sedangkan kepemilikan yang terbanyak adalah pada periode tahun 1991-1995 (56%). Pada periode 1980-1985 tidak terdapat kepemilikan/penggarap baru dari lahan di lokasi ini. Luas tanah parapan/kepemilikan yang terbanyak adalah1 hektar (48.1%) dari jumlah kepemilikan yang ada.

ABRI

PNS

60

SWASTA

Persentase (%)

Petani SWAST A 18% PNS 10%

30

27,43

20 10

Petani 62%

ABRI 10%

54,87

50 40

0

4,42

7,96 0

5,31

77-75 76-80 81-85 86-90 91-95 96-98 Tahun Perambahan

Gambar 4. Profil Perambah dan Tahun Perambahan Catchment Area CADB

Kegiatan perladangan/persawahan di daerah tangkapan air ini diperkirakan berdampak negatif terhadap jumlah air danau, diduga kegiatan ini menurunkan kemampuan penahanan air oleh gambut akibat pengeringan secara terus-menerus. Kegiatan perladangan yang diikuti dengan pembakaran semak/belukar juga mengakibatkan berkurangnya jumlah gambut. Selain dampak negatif terhadap jumlah air, juga diduga berpengaruh negatif terhadap kualitas air danau karena selama kegiatan perladangan tersebut petani biasanya menggunakan bahan-bahan kimia untuk pupuk maupun pestisida yang berpotensi mencemari air yang akan mengalir ke danau. Pencemaran terhadap kualitas air ini diduga memberi dampak negatif terhadap keberadaan flora yang memanfaatkan air danau, terutama keberadaan anggrek pensil yang merupakan keunikan danau ini. 3.3. Dampak Penurunan Muka Air Danau Sumber dampak penuruan air danau di antaranya adalah: Pengembangan Pemukiman Peningkatan jumlah penduduk di Kota Bengkulu mengakibatkan dibangunnya kawasan perumahan di beberapa lokasi di daerah ini, termasuk di sekitar kawasan CADB. Kompleks perumahan di kawasan CADDB ini adalah komplek Departemen Kesehatan, dan perumahan Depdiknas (Perumahan Guru) dengan luas yang digunakan lebih kurang 30 hektar. Sebagai rangkaian kegiatan pembangunan perumahan pemukiman tersebut, pengembang perumahan menyebabkan terdrainasenya/ terbuangnya air yang seharusnya masuk ke danau dengan elevasi muka air 7.00 s/d 7.22 m.  Perambahan Hutan Perambahan hutan telah merubah vegetasi daerah tangkapan air danau. Perubahan ini menyebabkan run off bertambah besar dan air yang mengalami proses evaporasi juga meningkat akibat meningkatnya kalor permukaan tanah yang disebabkan radiasi matahari langsung mencapai permukaan tanah. Jika hujan di daerah tangkapan air memiliki rata-rata intensitas hujan 14 mm/hari hujan maka

voleme run off adalah sebesar (0.05) x 14 x 10-3 m3/hari hujan x 2700 x 104 m2 = 18.900 m3/hari hujan. Bila lahan tersebut dibuka sebagian besar menjadi lahan pertanian, dari luas daerah tangkapan air danau (2700 ha), maka volume run off akan meningkat menjadi 60.900 m3 /hari hujan. Run off diperkirakan akan terbuang di saluran pembuangan danau (Spilway), terutama pada waktu intensitas hujan tinggi. Insentitas perambahan sangat intensif dilakukan pada awal tahun 1991 sejak dibukanya jalan poros yang menghubungkan Desa Nakau dengan Desa Air Sebakul Kabupaten Bengkulu Utara. Dari hasil penelitian terdahulu terlihat bahwa intensitas perambahan hutan di kawasan ini meningkat dari tahun ke tahun yang puncaknya adalah pada periode 1990-1995. pada saat survei dilakukan, masih terlihat bekasbekas pokok batang kayu yang merupakan bekas hutan yang dirambah /dibakar oleh perambah. Perambahan hutan yang dilakukan oleh penduduk di daerah tangkapan air Danau Dendam Tak Sudah inii diperkirakan memberikan dampak yang sangat nyata terhadap penurunan kemampuan penahanan air oleh tanah yang terdapat di kawasan ini. Hal ini mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan suplai air ke danau sepanjang tahun yang berakibat terjadinya penurunan permukaan air danau pada musim kemarau, sebaliknya melimpahnya permukaan air danau pada musim penghujan. Evapotranspirasi air rawa dangkal diperkirakan juga akan meningkat akibat pembukaan lahan hutan ini karena meningkatnya kalor permukaan tanah.  Pembuatan Bangunan Pengandali Banjir dan Perkuatan Tanggul Keberadaan CADDB saat ini bukan hanya sebagai kawasan cagar alam, namun juga berfungsi sebagai cadangan air untuk mengairi persawahan penduduk di hilir danau. Upaya mempertahankan ketinggian air danau serta pengaturan volume air yang keluar merupakan hal yang sangat penting. Dengan dibangunnya pengendali banjir serta perkuatan tanggul pada tahun 2001 untuk mengatur debit air danau ini. Pembangunan dam serta pintu air yang berfungsi untuk mengatur debit air danau dendam berdampak positif terhadap volume air danau ini. Diperkirakan keberadaan pintu air yang mempertahankan permukaan air danau secara konstan sepanjang tahun ini berdampak positif terhadap kelangsungan hidup biota perairan danau termasuk tanaman anggrek pensil yang ada di daerah ini. 3.4. Dampak Terhadap Kualitas Air Penuruan kualitas air danau dapat terjadi akibat limbah pemukiman, erosi tanah dan perngolahan lahan di daerah tangkapan air CADDB. Air drainase dari tempat penumpukan sampah juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bahan terlarut (TDS) dalam air yang mengalir ke danau baik berupa Nitrat, Nitrit, Amoniak, BOD5, COD dan bahkan dapat pula berupa residu pestisida dari insektisida rumah tangga atau pestisida yang digunakan dalam pertanian. Limbah dari kegiatan tersebut menyebabkan Eutrofikasi air danau akibat tingginya kadar zat padat terlarut dan zat tersuspensi di danau. Perubahan pH dapat terjadi akibat berubahnya komposisi zat terlarut dalam air. Eutrofikasi air danau disamping meningkatkan kekeruhan air juga menimbulkan blooming fitoplankton yang pada jangka waktu panjang menyebabkan pendangkalan danau.

 Dampak terhadap flora Cagar CADDB secara administratif memiliki luas 577 hektar namun secara biologi Cagar Alam ini hanya memiliki sisa kekayaan flora (hutan sekunder) seluas 112-150 hektar. Sebagian besar ekosistemnya (577-150 ha= 472 hektar) sudah dikonversi oleh masyarakat menjadi ladang dan sawah. Pemulihan terhadap komunitas flora dan fauna pada lahan yang diibuka oleh masyarakat dan diserobot oleh perambah memerlukan waktu secara teknis 40-50 tahun. Kawasan CADB memiliki empat zona, yaitu zona I berupa daratan yang tidak pernah terendam air, Zona II berupa rawa dangkal yang tergenang air sewaktu-waktu (sampai beberapa hari sesudah hujan), Zona III berupa rawa dalam yang tergenang air sepanjang tahun dan Zona IV berupa perairan Danau Dendam Tak Sudah. Pada zona I berupa daratan yang tidak pernah terendam air pernah dijadikan ladang oleh 3 KK sejak tahun 1970, dan secara intensif dibuka/dirambah sejak dibangun jalan poros Nakau-Air Sebakul juga memanfaatkan sebagian zona daratan ini. Tanaman yang dominan di zona daratan ini berupa tanaman budidaya seperti kelapa, nangka, kayu bawang, pisang, alpokat, jengkol (Pithecelobium jeringa), karet (Hevea brasiliensis), pinang (Calyptrocalyx sp.), sukun (Artocarpus sp), meranti (Shorea sp), terentang (Regraca auriculata) dan regas (Gluta regas). Pada saat survey vegetasi zona II sudah diganti vegetasi ladang/sawah berupa tanaman budidaya padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kelapa sawit, kangkung dan ubi kayu. Petani membuka lahan di zona II berupa rawa dangkal ini dapat dikelompokkan petani Ikambas, suku bugis, suku serawai dan suku lembak dengan jumlah 187 orang penggarap yang sudah mendirikan rumah/pondok tempat berlindung dari hujan dan cuaca panas. Hasil panen padi yang diperoleh penduduk di lahan tersebut lebih dari 200 kaleng (> 3000 kg) gabah per musim tanah. Pada Zona III masih dijumpai beberapa pohon nibung, Pandanus sp, pulai, macang rawa, merawan, euphorbiaceae, meranti, terentang, regas dan bakung. Zona IV berupa perairan danau dendam tak sudah ditumbuhi tanaman bakung pada pinggir danau dan anggrek pensil. Disamping itu tanaman Hydrylla sp dan berbagai jenis danggang air di dapatkan melayang di dalam perairan danau. Perubahan struktur komunitas flora di danau dapat terjadi akibat eutropikasi air danau sehingga dominasi flora pada ekosistem danau akan berubah. Flora endemik danau seperti anggrek pensil dapat tersisihkan dalam komunitas flora danau akibat kalah berkompetisi memperebutkan sumber daya abiotik lingkungan. Eutrofikasi juga dapat menyebabkan perubahan dominasi tanaman misal bakung kecepatan tumbuh luar biasa sehingga dapat menutup perairan danau. Pertumbuhan bakung yang berlebihan ini dapat mempercepat terjadi pendangkalan danau sehingga suatu saat diprediksi dapat tertutup tumbuhan bakung dan akhirnya mengarah pada hilangnya perairan danau. 3.5. Dampak Sosial Dari hasil investigasi dan penelitian yang dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa permasalahan di CADB dapat berkembang menjadi persoalan sosial (konflik sosia), diantara sumber konflik tersebut adalah:

 Tekanan penduduk terhadap lahan Berdasarkan perhitungan luas lahan yang diperlukan untuk mendudkung kehidupan seroang petani pada tingkat hidup yang layak di Bengkulu dibutuhkan lahan seluas 0.72 hektar/orang. Bertambahnya jumlah pendudukan setiap tahun yang diikuti dengan menyempitnya peluang kerja di sektor industri dan jasa serta turunnya nilai ekonomi produk pertanian maka tekanan penduduk terhadap lahan semakin meningkat. Proses ini terjadi pada wilayah CADB yang secara administratif memiliki luas 577 hetar, namun secara biologi CADB ini hanya memiliki sisa kekayaan flora (hutan sekunder) seluas 112 –150 hektar. Sebagian besar ekosistem CADB (577 – 150 = 427 hetar) sudah dikonversi oleh masyarakat menjadi ladang dan sawah. Pemulihan terhadap komunitas flora dan fauna pada lahan yang dibuka oleh masyarakat memerlukan waktu secara teknis 40-50 tahun. Periode waktu pemulihan lahan ini akan berhadapan dengan tekanan penduduk terhadap lahan yang semakin besar seiring dengan kecepatan pertumbuhan penduduk Kota Bengkulu sebesar 2% per tahun dan tingkat inflasi harga sebesar 10% dan pertumbuhan ekonomi hanya 3.5% per tahun. Jika proses pemiskinan masyarakat terus berlanjut akibat tingkat inflasi lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang diiringi pula pertumbuhan pendudk maka jumlah pendudk kota, maka upaya pemerintah untuk memulihkan CADB akan menimbulkan konflik sosial diperkirakan terjadi setiap tahun.  Kepentingan Untuk Memanfaatkan Kawasan Sebagai Lahan Pertanian Salah satu penyebab konflik sosial yang terjadi di kawasan daerah tangkapan air Danau Dendam adalah tidak adanya pemahaman fungsi cagar alam dan tata batas CADB poleh perambah kawasanan. Konflik dapat muncul akibat kepentingan perambah untuk menggarap kawasan untuk dijadikan lahan persawahan, perladangan dan perumahan, yang pada akhirnya mengurangi daerah tangkapan air yang berdampak pada penurunan jumlah air tertampung di danau. Sedangkan pada sisi lain Air Danau ini secara turun termurun telah digunakan oleh masyarakat lokal di hilir danau terutama di Desa Surabaya dan Desa Dusun Besar untuk pengairan lahan persawahannya. Berdasarkan hal tersebut diperlukan upaya penengakan hukum terhadap perambah tanpa pandang bulu sedini mungkin, sehingga akan menimbulkan efek jera. Selain itu upaya-upaya sosialisasi kawasan dan pemberdayaan ekonomi rakyat disekitar kawasan harus sudah dilakukan. Untuk meningkat pemahaman tentang kawasan dan mengurangi keinginan masyarakat sekitar untuk merambah kawasan, beberapa tahun terakhir telah dilakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan melalui kerjasama antara Yayasan Lembak Bengkulu dengan Badan Konservasi dan Sumberdaya Alam Bengkulu. Potensi konflik di kawasan CADB merupakan hal yang sangat penting untuk dijermati dan ditanggulangi dengan sungguh-sungguh. Hal ini menyangkut harga diri suku, ras serta berpotensi menimbulkan konflik horizontal antara penduduk lokal (suku lembak) dengan pendatang yang sangat memiliki dampak sosial yang sangat merugikan.

3.6.

Solusi

Berdasarkan kondisi biofisik lingkungan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat lokal serta didukung oleh peraturan dan kelembagaan, dengan memperhatikan pemanfaatan daerah penyangga dan kawasan CADDB berkelanjutan dilakukan untuk tujuan kelestarian fungsi sumberdaya alam dan lingkungan, dan peningkatan sosial ekonomi masyarakat lokal disekitar kawasan. Co-management sebagai suatu pendekatan sistem pengelolaan kawasan konservasi memungkinkan untuk diterapkan dan dikembangkan di CADDB. Pengelolaan CADDB Berkelanjutan  Keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal  Keadaan biofisik lingkungan

 Hukum/Peraturan  Zonasi/Tata ruang  Kelembagaan

PRINSIP KONSERVASI:  Pelestarian pemanfaatan  Pelestarian lingkungan  Keberlanjutan Komponen:  Keterlibatan  Kerjasama  Komitmen  Komunikasi  Koordinasi

Co-Management

Tujuan:  Peningkatan kapasitas  Peningkatan peran serta  Sistem penegakan hukum  Sistem pengelolaan

Capacity Building:  SDM  Organisasi  Peraturan  Mekanisme

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Pengelolaan Kawasan

Pengembangan Co-Management secara berkelanjutan dapat dilakukan dengan keterlibatan nyata multi stakeholder, pembagian peran dan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, komunikasi, pemahaman yang sama terhadap masalah konservasi dan komitmen dalam pengelolaan pemanfaatn sumberdaya alam. Pengelolaan CADDB berkelanjutan dengan pendekatan Co-management dapat dicapai dengan dukungan lembaga (pemerintah, masyarakat dan swasta) sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang diperlukan. Kerangka pemikiran penggunaan konsep Comanagement pada pengelolaan Kawasan CADDB dapat dilihat pada Gambar 6.

V.

KESIMPULAN

Dari hasil survey yang dilakukan dapat ditarik beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan untuk menjaga supaya kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar (CADB) agar tetap lestari, yaitu: 1. Memaksimumkan elevasi air danau pada elevasi 7.00 – 7.22 mdpl, dengan membangun tanggul pada zona II, agar lahan tergenang air sepanjang tahun dan sulit untuk digarap, sehingga suksesi dapat terjadi secara alami. 2. Menutup semua saluran air baik alami atau buatan yang membuat terbuangnya sebagian air hujan yang seharusnya mengalir ke Danau, baik di Desa Surabaya (Perumahan DhEPKES dan DEPDIKBUD), Desa Taba Pasemah atau Desa Nakau. 3. Perlu dilakukan pemantauan secara periodik air tirisan yang dihasilkan Tempat Pembuangan Akhir sampah kota Bengkulu ke Air Sebakul serta penerapan pengelolaan sampah secara Sanitary landfill 4. Pemerintah perlu merencanakan pemanfaatan ruang sekitar danau secara terpadu agar masayarakat memperoleh detail tata ruang sekitar danau dan menghindari penggunaan ruang menurut presepsi masyarakat. 5. Penelitian mikro habitat dan pembudidayaan anggrek pensil perlu dilakukan. Jika diketahui mikro habitat dan budidaya anggrek pensil maka status tumbuhan endemik dapat diubah menjadi tumbuhan kosmopolit sehingga dapat menjadi souvenir wisata danau dendam tak sudah. Bila memungkinkan petani yang membuka Cagar Alam dapat dialihkan menjadi petani anggrek pensil. 6. Lahan yang sudah digarap oleh penduduk sebelum ditetapkan perluasan kawasan CADB pada tahun 1992 sebaiknya dibebaskan oleh pemerintah. 7. Mencari alternatif pemecahan yang damai dan saling menguntungkan dengan pihak-pihak yang telah terlanjur membuka lahan di kawasan ini, serta melakukan penengakan hukum terhadap pihak-pihak yang masih tetap mengelolah kawasan CADB, tanpa pandang buluh. 8. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang tinggal disekitar kawasan CADB tentang pentingnya pemeliharaan kawasan ini sehingga secara tidak langsung masyarakat ikut menjaga serta memelihara kawasan cagar alam ini dari kemungkinan perambahan pada masa yang akan datang. 9. Sosialisasi penetapan kawasan cagar alam Danau Dusun Besar dengan cara memasang papan peringatan yang mudah dibaca pada tempat-tempat yang mungkin dirambah penduduk. 10. Memberikan sanksi secara adil dan tegas kepada setiap pelanggar yang sengaja membuka lahan di kawasan ini setelah adanya peringatan baik secara lisan maupun tertulis. 11. Melakukan pengawasan secara ketat terhadap kemungkinan terjadinya perambahan hutan serta pembukaan kawasan cagar alam sebagai lahan pertanian, perladangan atau perkebunan. 12. Untuk mengembalikan fungsi kawasan seperti sediakala, maka jalan poros Desa Nakau –Air Sebakul harus ditutup sebagai jalan umum, karena akan membuat aksesibiltas perambahan dan menjadi stimulasi perambahan dan penyerobotan kawasan karena meningkatnya harga tanah. 13. Menerapkan konsep pengelolaan Kawasan Konservasi berkelanjutan dengan menerapkan konsep Co-management supaya kawasan tetap lestari.

V. DAFTAR PUSTAKA Bapedalda Provinsi Bengkulu. 2001. Pengkajian Dampak dan Daya Dukung Lingkungan Daerah Tangkapan Air Danau Dusun Besar. Bengkulu Brundtland, G.H. 1987. Our Common Future. WCED Byl R., Trainmar E.G. and Guadeloupe, M.R., 2002. Strategic Planning Using Scenario. Paper Presented at IAME 2002 Conference, Panama City, Panama. Godet M., 1999. Scenarios and Strategies. A Toolbox For Scenario Planning. Librairie des Arts et Metiers, Paris, France. Hardjasoemantri, K. 1993. Hukum Perlindungan Lingkungan: Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Gadja Mada Univ. Press. Yogyakarta Hardjomidjojo H., 2002. Panduan Lokakarya Analisis Prospektif. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Institut Pertaniari Bogor. Kanwil Kehutanan Provinsi Bengkulu. 1997. Penilaian Potensi Kawasan Hutan Cagar Alam Danau Dusun Besar Register 61 di Provinsi Bengkulu. BKSDA. Bengkulu Kanwil Pekerjaan Umum. Bengkulu

1998.

Upaya Pelestarian Danau Dendam Tak Sudah.

Usman, 2001a. Kawasan Danau Dusun Besar Harus Tetap Sebagai Cagar Alam. J. Agroekologi. 1(3): 126-131. Usman, 2001b. Renungan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. J. Rafflesia 3(2):89-94 Walpole RE., 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Terjemahan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Related Documents

State Of Ecology
December 2019 1
Ecology
November 2019 38
Ecology
November 2019 39
Ecology Of My Room
April 2020 12
The Ecology Of Progress
April 2020 14