STIGMA DAN DISKRIMINASI SOSIAL TERHADAP PENGIDAP HIV/AIDS
Di Susun Oleh : Sopyan Taupik
172030244
Dede Fajri
172030217
Gabriel Nabilla
172030204
Bismi Anissa
172030192
Program Sarjana Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Pasundan Bandung 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul “Stigma Dan Diskriminasi Sosial Terhadap Pengidap HIV/AIDS”. Atas bantuan yang telah diberikan berupa materi dan dukungannya dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Imam Budiman, S.IP., M.I.Pol, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. 2. Para responden yang telah bersedia untuk terlibat dalam karya tulis ini. 3. Teman-teman kelas D hubungan internasional tahun angkatan 2017 yang telah memberikan pandangan dan perspektifnya dalam penyusunan karya tulis ini. 4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dalam penyelesaikan karya tulis ini. Dengan harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembacanya. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, maka
penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bandung, November 2018
Penulis
ABSTRACT The Republic of Indonesia already had commitment to respect and uphold human rights that stipulated in The Constitution of Republic of Indonesia 1945. One of the constitutional rights is everyone have the rights to free from discrimination. But in fact freedom of discrimination for some people is still not fully implemented,such as the right to obtain the health facilities in order to get a decent life, the right not to be stigmatized based on religion, gender, race, sexual orientation, health status and others. This discrimination also experienced by people with HIV/AIDS. They experienced forms of discrimination from their families, community and work environment. Keywords : People with HIV/AIDS, human rights, discrimination, negative labeling, equality
ABSTRAK Komitmen Negara Republik Indonesia untuk menghormati dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu hak konstitusional yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah bahwa setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif. Tapi faktanya kebebasan dari perlakuan diskriminasi untuk sebagian orang belum sepenuhnya terimplementasikan, diantaranya untuk tidak mendapatkan stigmastigma berdasarkan agama, gender, ras, orientasi seksual, pelayanan kesehatan dll. Diskriminasi ini juga dialami oleh orang dengan HIV/AIDS. Mereka mengalami diskriminasi dari keluarganya, masyarakat, dan lingan kerja. Kata kunci : Orang dengan HIV/AIDS, hak asasi manusia, diskriminasi, label negatif, kesetaraan
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA telah melekat sejak pertama kali
virus ini ditemukan dan menyebar luas. Keadaan ini sering dikaitkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang, penggunaan jarum suntik tidak steril, perilaku seks bebas, serta hubungan seksual semasa jenis. Karena kaitan tersebut, ODHA pun mendapatkan cap yang negatif dalam masyarakat. Padahal, HIV/AIDS bisa menular kepada siapa saja termasuk orang yang tidak pernah menggunakan narkoba baik itu jenis yang dikonsumsi ataupun jenis yang disuntikan, tidak pernah menggunakan jasa pekerja seks komersial (PSK), dan tidak pernah melakukan hubungan seks sesama jenis. Maka dari itu karya tulis ini akan membahas dan mencoba meluruskan stigma-stigma terhadap ODHA. Adapun beberapa alasan kenapa stigma dan diskriminasi terhadap ODHA masih sulit untuk diberantas dan diluruskan, sepeti berikut; Kurangnya pengetahuan dan banyak kesalahan informasi tentang HIV/AIDS; Takut bersentuhan dengan ODHA; Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak buruk dari stigma ini pada ODHA; dan Menghambat program pemerintah dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di masyarakat. Oleh karena itu, hentikan stigma dan diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS. Bukan semata-mata dengan menghentikan stigma dan diskriminasi yang bisa menghentikan persebaran virus ini di masyarakat, melainkan untuk memberikan kepedulian, dukungan dan pemahaman terhadap setiap orang tentang HIV/AIDS. Dengan harapan dukungan seperti ini akan ikut berkontribusi dan memberikan pemahaman untuk masyarakat banyak akan pentingnya untuk mengetahui dan memahami dulu sebuah fenomena yang terjadi sebelum bertindak tanpa dasar pemahaman yang mempuni.
1.2 Rumusan Masalah
Pengertian HIV/AIDS ?
Seperti apa cara menularannya ?
Seperti stigma dan diskriminasi sosial terhadap ODHA ?
Upaya preventif guna mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA ?
1.3 Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan pengertian HIV dan AIDS
Mendeskripsikan cara penularan virus HIV/AIDS
Mengidentifikasi stigma dan diskriminasi sosial terhadap orang dengan HIV/AIDS
Mendeskripsikan upaya-upaya seperti apa yang dapat dilakukan guna mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep HIV/AIDS 2.1.1 Pengertian HIV HIV
adalah
virus.
Kepanjangan
singkatan
HIV
adalah
Human
Immunodefeciency virus atau virus yang melemahkan kekebalan tubuh manusia. Artinya virus ini menyerang dan dan menghancurkan sistem kekebalan dalam tubuh manusia.1 Peran sistem kekebalan tubuh merupakan sekumpulan struktur yang berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri atau virus yang berpotensi mengganggu dan merusak. Virus HIV termasuk golonag virus yang yang khusus. Sekali saja virus ini masuk ke dalam tubuh manusia, dia akan hidup di sel darah putih. 2 Gejala HIV tidak langsung muncul begitu saja setelah awal terinfeksi, orang yang terkena virus ini umunya tidak menyadari bahwa mereka sudah terinveksi dengan virus ini sampai 10 tahun lamanya baru gejala HIV muncul. Dikarenakan lambatnya perkembangan penyakit ini, pengidap HIV akan tampak seperti orang sehat. Kenyataan semu inilah yang pemicu penyebaran virus tersebut keseluruh dunia. UNAIDS memperkirakan pada tahun akhir tahun 2017 di kawasan Asia Pasifik ada 5.2 juta orang yang mengidap virus HIV,
280.000 orang yang baru
terinfeksi HIV dan 170.000 orang meninggal dunia karena AIDS.3 2.1.2 Pengertian AIDS AIDS merupakan kondisi pada pengidap HIV yang mengalami sakit serius karena sistem kekebalan tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi secara efektif melawan penyakit. Kepanjangan AIDS adalah Acquired Immune Deficiency
1
Pendidikan Pencegahan HIV – Kit Informasi Guru, hlm. 11 Jakarta: Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, 2009 2 Ibid. 3 UNAIDS DATA (2018) Regional HIV and AIDS Statistics and Features. Geneva: UNAIDS.
Syndrome. Penderita AIDS dapat meninggal oleh berbagai penyakit, yang pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya masih baik, tidak mematikan.4 Penderitan AIDS digolongkan kedalam 2 kategori yaitu : a. Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukan gejala klinis (penderita AIDS positif). b. Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukan gejalas klinis (penderita AIDS negatif). HIV/AIDS adalah suatu penyakit yang sampai sekarang dinyatakan belum ada obatnya. Besarnya masalah serta dampak dari virus HIV/AIDS saat ini diremehkan dan kurang diperhatikan oleh sebagian orang. Virus ini sudah menyebar diberbagai belahan dunia dan tidak lagi mengenal status ekonomi, sosial maupun etnis dalam penyebarannya. 2.1.3 Cara penularan Kebanyakan penderita yang terinfeksi HIV tidak menunjukan gejala apapun, pada umumnya penderita akan terlihat sehat. Penularan HIV diketemukan dalam berbagai cairan tubuh tubuh dari penderita yang terinfeksi oleh virus ini. Virus tersebut ditularkan melalui darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu dari pengidap HIV. Ada tiga metode utama penyebaran virus HIV tersebut, yakni:
a. Hubungan seks tidak aman Hubungan seksual (melalui vagina, anal, atau oral) dengan pengidap HIV atau penderita AIDS merupakan cara yang paling banyak terjadi penularan HIV/AIDS. Dibanding pria perempuan lebih rentang tertular HIV dilihat dari sisi biologis, pada banyak kasus sering banyak ditemukan seorang istri yang hanya diam di rumah dan tidak melalkukan perilaku yang berisiko tertular HIV namun mereka tertular dari suaminya sendiri yang melakukan hubungan seksual dengan wanita lain secara berganta-ganti 4
Op,. Cit. Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (2009). hlm. 12
pasangan. Ditinjau dari segi biologis, bentuk organ reproduksi perempuan memungkinkan lebih banyak menampung cairan sperma yang kemungkinan mengandung virus HIV.5 Hubungan seks secara anal dan oral juga sama berisiko tinggi, dikarenakan jaringannya mudah rusak dan terluka pada saat berhubungan seks.
b. Melalui darah yang terinfeksi HIV Penyebaran tipe ini terjadi ketika orang menggunakan jarum suntik atau alat injeksi yang tidak steril yang digunakan secara bersamaan, biasanya terjadi dikalangan para penyalahguna narkoba, penggunaan jarum tatto dan tindik yang digunakan bersamaan yang di antara mereka ada yang mengidap HIV.
c. Melalui ibu kepada anaknya Seorang wanita pengidap HIV, dipastikan 20% hingga 45% dia akan menularkan virus HIV kepada anaknya pada saat kehamilan, kelahiran atau pada masa menyusui. Melalui pengobatan dengan obatobatan tertentu penularan ini dapat direduksi menjadi 2-7% atau bisa rendah lagi.6
2.2 Timbulnya stigma dan diskriminasi sosial terhadap ODHA Negara Republik Indonesia telah memberikan jaminan perlindungan untuk bebas dari perlakuan yang diskriminatif sebagai hak konstitusional yang ditentukan dalam Pasal 28I Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun dalam praktik masih dijumpai adanya perlakuan diskriminatif khususnya terhadap kelompok rentan.7 Diskriminasi mengandung arti perlakuan tidak seimbang terhadap sekelompok orang, yang pada hakekatnya adalah sama dengan kelompok pelaku diskriminasi. 5
Gabriel Susanto, 2013. https://liputan6.com/amp/670020/dibanding-pria-perempuan-lebihrentan-tertular-hiv (diakses tanggal 25 November 2018) 6 Ki-Moon, B (2007) Children and the Millenium Development Goals. New York: UNICEF 7 Hesti Armiwulan (2016) Diskriminasi Rasial dan Etnis Sebagai Persoalan Hukum dan Hak Asasi Manusia, hlm. 493
Diskriminasi terhadap hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS mengakibatkan penderita yang sudah mengetahui statusnya akan merahasiakan kondisinya, menarik diri, dan terisolasi. Hal ini akan berakibat buruk bagi kesehatannya. Stigmatisasi terhadap dirinya akan mengakibatkan penderita menjadi depresi, mengendiri atau bahkan berujung kepada bunuh diri. Menurut Baron & Donn (2003) diskriminasi dapat berakar dari sikap implisit yang terpicu secara otomatis dan stereotip (sikap di mana individu tidak menyadarinya). Permasalahan yang dihadapi ODHA bukan hanya permasalahan kondisi fisik yang semakin menurun, namun juga timbul permasalahan sosial seperti penerimaan label negatif dan berbagai bentuk diskriminasi dari lingkungan. Penyakit HIV/ AIDS dianggap sebagai penyakit kutukan akibat perbuatan menyimpang karena penyakit HIV/AIDS begitu melekat
pada
PSK (Pekerja
orang-orang
yang
melakukan
penyimpangan
seperti
Seks Komersial), gay, pelaku seks bebas dan pengguna
narkoba suntik. Perlakuan diskriminatif yang diberikan pada ODHA disebabkan ODHA
dianggap
sebagai
pembawa
penyakit
menular,
berbahaya dan mematikan. ODHA akan menerima label negatif dan berbagai bentuk diskriminasi dari lingkungan seperti keluarga, teman, lingkungan sekitar karena sakit HIV/AIDS yang diderita dianggap sebagai penyakit yang berbahaya dan mematikan bagi kalangan masyarakat. Bukan hanya mendapatkan stigma buruk dari lingkungan luar, ODHA juga memberikan stigma yang buruk kepada dirinya sendiri atau konsep-diri.
1. Bentuk diskriminasi a. Stigma dari keluarga Keluarga adalah support system yang paling dibutuhkan oleh pengidap HIV. Ini adalah bukti nyata peran pentingnya keluarga dalam memberikan dukungan dan perawatan bagi orang yang hidup dengan
HIV/AIDS
(World Bank, 1997; Warwick et al., 1998; Aggleton & Warwick, 1999). Bentuk diskriminasi dalam keluarga misalnya dengan dikucilkan, ditempatkan
dalam ruang atau rumah terpisah padahal seharusnya
keluarga adalah tempat utama dimana ODHA mendapat dukungan
sehingga
dapat
memperpanjang
Diskriminasi dapat
usia dan kualitas hidup mereka.
mengganggu
kehidupan
ODHA
dengan
mempengaruhi tekanan fisik, psikologi dan kehidupan sosial bahkan depresi.
Seperti
diketahui
bahwa
diskriminasi terhadap ODHA
merupakan salah satu pelanggaran HAM yang paling mendasar, seperti hak untuk
hidup
bebas,
hak
atas
privasi,
serta
hak
untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan8. Diskriminasi
terhadap
masyarakat umum,
ODHA juga sering
khususnya
dalam
hal
terjadi dikalangan
mendapatkan
fasilitas
kesehatan. Orang dengan HIV/AIDS seringkali diperlakukan tidak adil karena adanya ketakutan dari tenaga kesehatan untuk tertular penyakit tersebut, tidak semua rumah sakit mau menerima pasien yang terjangkit
HIV/AIDS.
Bentuk
diskriminasi dari RS
dan tenaga
kesehatan adalah penolakan untuk merawat serta diskriminasi dalam pemberian perawatan sampai penolakan untuk memandikan jenazah. b. Stigma dari diri sendiri ODHA
(Orang
Dengan
HIV/AIDS)
seringkali
mengadapi
permasalahan yang komplek artinya mereka harus merasakan sakit di dalam tubuhnya yang semakin hari semakin menurun dan berbagai stigma tentang penyakit yang dideritanya dari lingkungan. Ketika ODHA berada di lingkungan termasuk keluarga dan lingkungan sosial maka ODHA seringkali merasa tidak tenang karena ODHA sadar bahwa lingkungan akan memberikan label negatif kepada dirinya atas
sakit
HIV/AIDS
yang
dideritanya.
Lingkungan seringkali
menganggap ini adalah aib buruk untuk keluarga dan orang yang dikenal. Pandangan seperti itu terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit
HIV/AIDS dan cara penularannya. Label negatif pada diri
ODHA berkembang semakin kuat maka dalam waktu yang bersamaan akan
menimbulkan
diskriminasi
pada
ODHA.
Lingkungan akan
memberikan berbagai bentuk diskriminasi seperti penolakan melakukan perawatan, pembedaan tempat makan, dikucilkan, mengisolasi dan 8
KPA Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS (2007).
pemutusan hubungan kerja. ODHA akan memiliki perbedaan cara pandang
terhadap
dirinya
sebelum dinyatakan sebagai ODHA dan
sesudah dinyatakan menderita HIV/AIDS.
Mitos Mitos tentang HIV/AIDS
Banyak mitos yang beredar tentang HIV/AIDS. Berikut ini mitos-mitos yang TIDAK benar:
Hanya orang yang jahat yang terinfeksi HIV/AIDS Bila seseorang terinfeksi virus HIV, karena ia melakukan sesuatu untuk mendapatkanya Penderita HIV/AIDS ingin menularkan ke orang lain Anda tertular HIV dari penderita HIV yang batuk atau bersin Anda tertular karena berbagi makan dan peralatan dengan penderita Anda tertular karena bersentuhan, perpelukan, berciuman, atau bersentuhan dengan keringat dan air mata penderita Anda tertular karena bertukar pakaian dengan penderita Anda tertular karena duduk bersampingan dengan penderita Anda tertular HIV karena memakai toilet dan kamar mandi yang sama dengan penderita
2.3 Upaya preventif mengatasi stigma dan diskriminasi sosial Upaya untuk mengurangi stigma buruk, pencegahan dan penyebaran HIV/AIDS ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab kita semua. Upaya ini harus didukung oleh semua pihak mulai dari jajaran pemerintah sendiri, tenaga medis serta peran dari masyarakat. Berbagai upaya yang dapat kita lakukan diantaranya: a. Mengkampanyekan dan meluruskan mitos-mitos tentang HIV/AIDS melalui berbagai media. Melakukan penyuluhan hingga peolosok pedesaan melalui jalur pendidikan dengan memasukan pelajaran tentang HIV/AIDS. b. Peran keluarga diharapkan berpartisipasi aktif dengan tidak memberikan stigma negatif bagi anggota keluarga maupun tetangga yang terinfeksi HIV/AIDS. Dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan sekitar inilah yang membuat penderita tidak merasa sendirian dalam upayanya melakukan pengobatan dan pencegahan penularannya. c. Pendidikan HIV/AIDS dan pembuat kebijakan di seluruh level harus difokuskan
pada
penghapusan
ketidakpedulian.
Sikap
ketidakpedulian dan penolakan muncul dari persepsi bahwa HIV hanya terjadi kepada kelompok-kelompok yang memiliki moral yang masih dipertanyakan.
KESIMPULAN HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan internasional yang perlu segera ditanggulangi. HIV/AIDS berkembang secara pandemi hampir disetiap negara di dunia, termasuk Indonesia. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA telah melekat sejak pertama kali virus ini ditemukan dan menyebar luas. Keadaan ini sering dikaitkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang, penggunaan jarum suntik tidak steril, perilaku seks bebas, serta hubungan seksual semasa jenis. Karena kaitan tersebut, ODHA pun mendapatkan cap yang negatif dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA adalah sikap dari masyarakat terhadap ODHA dan persepsi koresponden terhadap ODHA, maka dari itu pemberian informasi yang komprehensif tentang HIV/AIDS kepada masyarakat umun dan keluarga menjadi penting dilakukan oleh berbagai pihak yang mengetahui secara pasti, agar masyarakat dan keluarga dapat menyebarkan informasi yang benar kepada masyarakat yang lainnya, termasuk untuk menghilangkan dan membenarkan stigma-stigma terhadap ODHA.
DAFTAR PUSTAKA
UNESCO. 2009. Pendidikan Pencegahan HIV – Kit Informasi Guru.hlm. 11 Jakarta: Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO UNAIDS DATA. 2018. Regional HIV and AIDS Statistics and Features Geneva: UNAIDS. Gabriel Susanto. 2013. Dibanding Pria Perempuan lebih Rentan Tertular HIV https://liputan6.com/amp/670020/dibanding-pria-perempuan-lebih-rentantertular-hiv (diakses tanggal 25 November 2018) Ki-Moon, B. 2007.Children and the Millenium Development Goals. New York: UNICEF Armiwulan, Hesti. 2016. Diskriminasi Rasial dan Etnis Sebagai Persoalan Hukum dan Hak Asasi Manusia, hlm. 493 KPA Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS (2007).